Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Tuesday 30 November 2010

Mengenal Kain Patola

Di Tana Ai, Sikka, digunakan dalam Upacara Ritual
Kain Patola adalah jenis tenunan ikat ganda terbaik dari Gujarat di India Utara. Kain Patola adalah tenunan ikat terbaik lungsin dan pakan ( lodon dan geran) sudah diikat /dobel ikat.
Kain Patola adalah kain kebesaran, kain upacara, kain pentas tari adat (tarian mohon hujan di Tanah Ai (sebuah desa di wilayah Kabupaten Sikka, Pulau Flores, NTT) = neni uran dara na’a tibang tana wulan tion liwan belan,tena nuruk guru : tanam padi nang roja panen padi).
Di Maluku kain Patola dipakai dalam upacara sebelum berperang, karena diyakini kain tersebut memiliki kekuatan sakti yang dapat memberikan kemenangan dalam peperangan. Menurut sejarah, tenunan ikat Patola dimulai tahun 700 M. Berita mengenai Patola diketahui sejak 1200 M tetapi belum jelas kain Patola itu jenis tenunan sutra/non sutra.

Suatu berita tahun 1500 M oleh Duarte Barbarosa menjelaskan bahwa kain Patola yang dijual di Asia Tenggara dan di Indonesia dinilai tinggi oleh orang Indonesia.

Ada berita lain,kain Patola adalah salah satu bahan ekspor dan dagang utama di Asia tenggara abad 16 dan 17.
Diberitakan pula bahwa paderi-paderi Portugis menyebarkan kain Patola di kepulauan Solor (Flores Timur), Banda, Kepulauan Maluku, dan Makasar mendahului pedagang Belanda.

Karena nilai spiritual yang suci itu maka kain Patola dijadikan pakaian kaum Brahmana dan Jaina,byaituh kaum paderi yang meimpin upacara ritual. Nilai spiritual tersimpul juga dari penenun juga yang berasal dari kasta Hindu.

Patola juga dianggap mengandung pertanda. Karena motip-motip yang tertenun dalam kain Patola dianggap membawa kebahagiaan/keberuntungan dan dapat mencegah malapetaka.

Kain Patola disimpan sebagai pusaka yang sakti/keramat,dipakai dalam upacara ritual pernikahan atau upacara kematian sebagai pembungkus jenasah.

Di India Patola dipakai wanita hamil 7 bulan dalam suatu upacara ritual,dengan maksud bayi yang dikandung kelak mendapatkan kebahagiaan waktu dilahirkan ibunya.

Kaum ningrat mengenakan Patola sebagai pakain bukan karena nilai real melainkan karena nilai spiritual yakni nilai(religius-magic) yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan.

Nilai spiritual kain Patola tersimpul dari upacara adat di Bali dengan pengaruh agama Hindu dimana berpadu unsur adat dan budaya.

Carikan dan benang kain Patola juga dianggap angker sehingga dibakar menjadi abu dan dicampur dalam obat-obatn karena dianggap menginduksi kekuatan sakti yang menyembuhkan penyakit gila atau lumpuh.

Orang NTT(Nusa Tenggara Timur) yang mendiami pulau Alor, Adonara, Solor, Lembata, Flores Timur dan Tana Ai menggunakan kain Patola sebagai imbalan mas kain dan penutup jenazah.

Kain Patola di Tana Ai, Kabupaten Sikka disebut juga Kotipa, Tipa, Tola, Tipa Tola.

Hingga sat ini kain Patola masih dipakai di Tana Ai dalam upacara ritual semisal Gareng Lameng (inisiasi), Goen Mahe; upacara ritual memohoni kehadiran Tuhan dan leluhur di tugu leluhur atau mahe, Goen Lema yakni upacara syukuran panen diladang dan nona wini, Nean upacara menanamkan padi diladang.

Lengkap tentang Tenun Ikta Sikka dan Flores bisa baca di www.alfonsadeflores.com atau Klik disini

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Tuesday, November 30 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---