Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Wednesday 16 November 2011

Nusa Nipa

”Copa de Flores” begitu bangsa Portugis menyebut pulau di ujung timur Indonesia ini saat kurang lebih pada lima abad yang lalu untuk pertama kalinya mereka menginjakkan kaki dan terpana oleh kecantikan pulau yang saat ini masuk dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bangsa Portugis memang tidak salah. Nama yang berarti “Tanjung Bunga” ini memang benar-benar mewakili keindahan dan kekayaan alam Flores yang begitu luar biasa hingga saat ini. Pulau Flores dalam sejarah masyarakat lokal juga dikenal dengan nama ”Nusa Nipa”, Pulau Ular (Nipa). Ini untuk menggambarkan kegagahan pulau ini bagai seekor ular yang meliuk memanjang dari ujung Barat bersebelahan dengan Pulau Pantar hingga ke ujung Timur, bersebelahan dengan Pulau Alor.

Pulau Flores, merujuk pada masyarakatnya, dihuni oleh berbagai kelompok etnis. Masingmasing etnis menempati wilayah tertentu lengkap dengan pranata sosial budaya dan ideologi yang mengikat anggota masyarakatnya secara utuh. Ditinjau dari sudut bahasa dan budaya.


etnis di Flores terdiri dari:
Etnis Manggarai – Riung (yang meliputi kelompok bahasa dan budaya Manggarai, Pae,
Mbai, Rajong, dan Mbaen);
Etnis Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa dan budaya Rangga, Maung, Ngadha,
Nage, Keo, Palue, Ende, dan Lio);
Etnis Mukang (meliputi bahasa dan budaya Sikka, Krowe, Mukang, dan Muhang);
Etnis Lamaholot (meliputi kelompok bahasa dan budaya Lamaholot Barat, Lamaholot
Timur, dan Lamaholot Tengah);
Etnis Kedang (meliputi kelompok bahasa dan budaya di wilayah Pulau Lembata bagian
selatan).

Namun begitu, kelima kelompok etnis tersebut pada dasarnya memiliki sejarah genealogis
dan budaya yang sama.

Saat ini, Pulau Flores – yang merupakan rangkaian dalam Kepulauan Sunda Kecil yang
bergunungapi dengan Pulau Alor dan Pantar dan musim penghujan yang lebih pendek
dibanding dengan kemarau – terbagi menjadi delapan kabupaten, yaitu: Manggarai,
Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, Flores Timur (Flotim).

Berbicara tentang Sikka, saat ini, selain merujuk pada nama kabupaten (dengan Maumere
sebagai ibukota kabupaten), Sikka juga dipakai untuk memberi nama sebuah wilayah desa,
yaitu Desa Sikka (± 30 km dari Maumere) yang terletak juga di Kabupaten Sikka. Desa ini
dikenal juga sebagai desa wisata dikarenakan sejarahnya dahulu. Desa Sikka juga dikenal
menjadi titik awal kedatangan bangsa Portugis di Flores. Ini dapat dilihat dari gereja tua peninggalan Portugis di sana, juga beberapa pranata sosial dan adat yang timbul karena pengaruh kuat dari singgungan budaya bangsa Portugis yang kemudian tinggal, berinteraksi, dan bahkan membentuk keluarga dengan masyarakat lokal.

Kabupaten Sikka, sebagaimana wilayah lain di Flores, mempunyai masyarakat yang majemuk yang terbagi dalam suku-suku tertentu dengan kekayaan adat dan budaya yang khas dan berbeda satu sama lain. Salah satunya adalah kekayaan budaya pembuatan dan pemakaian tenun ikatnya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Setiap masyarakat adat atau suku, mempunyai kekhasan dalam bentuk (kekayaan) motif, warna, dan proses karyanya.


www.inimaumere.com

Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Wednesday, November 16 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---