Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Wednesday 2 July 2008

SANTO THOMAS MORUS Martir Teladan Bagi Para Politisi

Baru saja Margareth datang ke Maumere untuk sesuatu yang mulia,konser amal bagi pembangunan gereja St.Thomas Morus.Namun siapakah Santo Thomas Morus?Ini sebuah riwayat singkat sang martir yang rela mati demi suatu kebenaran.

Bukan suatu kebetulan kalau Umat Katolik di Kelurahan Beru, Kota Maumere, pada tanggal 14 Pebruari 1971 telah membangun sebuah Paroki di jantung ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Sikka dengan memilih nama pelindungnya SANTO THOMAS MORUS, saksi kebenaran dan kebebasan hati nurani manusia. Tahun ini, paroki yang dihuni oleh para pemimpin teras Kabupaten Tahun Maria ini, genap berusia 37 tahun. Maka tulisan ini diangkat untuk mengkaji dan mempertanyakan kembali: Mengapa dan untuk apa Paroki ini dibaptis dengan nama THOMAS MORUS ??.


Pada tahun 1935 Sri Paus Pius XI menobatkan THOMAS MORUS menjadi kudus, santo dan diperingati setiap tanggal 22 Juni. Pemuka-pemuka umat memilih THOMAS MORUS, seorang kudus yang pernah hidup sebagai umat biasa, punya istri anak. Seorang kudus dari kalangan kaum awam, yang teladan hidupnya diharapkan dapat menjadi contoh bagi umat yang berdiam di ibukota Kabupaten Sikka ini. Seorang tokoh begawan dan negarawan yang dapat memberi teladan dan memahami cara hidup pegawai, pejabat pemerintah dan kaum politisi. Seorang tokoh yang hidupnya penuh dengan kesibukan urusan duniawi, namun tetap mempertahankan kesucian dan kemurniannya. Hidup penuh integritas.

THOMAS MORUS lahir tahun 1477 di London, ibukota negara Inggris Raya. Dibesarkan dalam rumah yang megah dan kuat dari kalangan kaum menengah. Ia bukan bangsawan, tapi putra seorang advokat yang berpengaruh. Sejak kecil THOMAS MORUS bergaul dengan masyarakat golongan saudagar dan profesi lain yang paling banyak meraih keuntungan dari situasi ekonomi jaman itu. Dalam studinya ia berhasil tampil sebagai seorang ahli hukum dan politikus yang terkenal. Dalam berdebat ia tak pernah kenal menyerah. Ia luwes dalam bergaul, senang melucu dan bersenda gurau. Ia menjalin hubungan dengan kaum intelek di benua Eropa. Ia menjadi seorang kawan yang akrab dari Raja HENRY VIII, dan karena itu ia diterima dalam pergaulan "jet set" di kalangan istana. THOMAS MORUS yang kaya, pintar, selalu berhasil, muncul dan berdiri dengan kokohnya diatas piramida suatu masyarakat Inggris yang feodal, situasi gereja yang korup, dan kekuasaan totaliter Raja Inggris. Dari ketenarannya, kecerdasan dan profesinya itu, ia termasuk orang yang senantiasa diberkahi oleh "Dewi Fortuna".

THOMAS MORUS mengawali karyanya sebagai seorang ahli hukum dan pembela perkara, sambil menjadi penceramah terpuji tenting hukum dan teologi, dalam usia yang sangal muda, 22 tahun. Ketika mencapai usia 33 tahun, ia menjadi hakim pembantu di kota London, lalu diangkat menjadi Menteri Muda Keuangan pada usia 44 tahun. Sebagai Ketua DPR Pusat, tahun 1523, ia memperjuangkan hak para anggota dewan legislatif itu "untuk bebas berbicarn dalam sidang lembagn perwakilan rakyat".

Pada tahun 1529 beliau diangkat menjadi Perdana Menteri Inggris. Untuk pertama kalinya sejak berdirinya "demokrasi monarkis", seorang awam bukan Uskup diangkat dalam posisi jabatan tertinggi sesudah Raja. Akan tetapi THOMAS MORUS minta berhenti dari jabatan terhormat itu pada tahun 1532 dengan alasan kesehatan. Tapi sebenarnya, karena ia tidak setuju dengan undang-undang yang mewajibkan orang bersumpah kepada Raja Henry VIII untuk mengakuinya sebagai pemimpin tunggal dalam negara, termasuk mengakuinya sebagai pemimpin gereja di Inggris, lepas dari kekuasaan universal Sri Paus sebagai Pemimpin Gereja Katolik Sejagad Raya. Disitulah pangkal "kcjatuhan"dan awal dari proses pengadilan yang menghantarkan orang yang punya kepribadian ini naik ke tiang gantungan. Sejak tahun 1533 ia tinggal menyendiri bersama keluarganya. Hidup sederhana dengan banyak menulis, dan tidak pernah lagi mengangkat suara melawan Raja Henry VIII yang bertindak semakin brutal dan otoriter. Oleh pemutarbalikan fakta, dengan suapan uang dan saksi palsu yang diatur oleh kaki tangan Raja, THOMAS MORUS dipenggal kepalanya di muka umum pada tanggal 6 Juni 1535.
Apa pasal hukuman yang kejam itu ?? Bermula dari masalah di sekitar perkawinan Raja Henry VIII dengan putri Khaterine, janda kakak kandungnya, dan kemudian kencan gelap sang Raja dengan Anna Boleyn, gadis istana berusia 19 tahun. Rentetan dari kasus perkawinan ini, kekuasaan Sri Paus di Roma tidak diakui. Diproklamirkan kekuasaan mutlak sang Raja sebagai pemimpin politik dan pemimpin Gereja Inggris.

Dengan penuh ketakutan, para uskup pun menyerah kepada Raja. Pada saat yang demikian, hanya seorang yang dapat melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan oleh Raja Henry VIII sebagai satu kesalahan besar, dan orang itu adalah THOMAS MORUS, Perdana Menteri Inggris. Dia berupaya untuk meluruskan jalan bengkok yang ditempuh Raja, namun ditolak oleh Raja dan para pengikutnya; bahkan para Uskup dan Imam mengkhianatinya. Latar belakang segala peristiwa inilah yang membuat THOMAS MORUS menjadi semakin teguh pendiriannya, lalu mengambil keputusan mundur dari jabatan Perdana Menteri. Suatu keputusan yang didorong oleh bisikan suara hati nuraninya yang ia pegang dengan segala kekuatan yang dimilikinya biarpun semua orang lain dengan takut dan terpaksa harus mengikuti arcs situasi dan kondisi zaman itu.

Disitulah tertanam rasa harga diri yang semakin kokoh kuat dalam kepribadian THOMAS MORUS. Ia tak pernah mau menjual dirinya secara murah hanya demi kedudukan dan uang. Ia mengetahui dengan hakul yakin, apa yang boleh diserahkan kepada orang lain, dan apa yang harus dipertahankannya. lapun sadar dan mengerti bahwa sampai berapa jauh ia boleh berkompromi. Dan ia telah berkompromi cukup jauh, namun akhirnya ia berhenti berkompromi, karena ia tahu dimana batas-batasnya. Berdiri tegak dengan pendiriannya yang tegar, ia akhimya mengundurkan diri dari segala kompromi, dan tinggal kesendirian dengan sikap pribadinya yang mendalam, bagian yang tidak diserahkannya kepada siapapun.

THOMAS MORUS tidak mengejar mahkota seorang martir, tapi iapun tahu apa yang tidak boleh ia kompromikan. Ia cerdas dalam berpolitik, bersilat lidah dan beradu argumen agar tidak terkena amarah sang Raja Diraja atau hukuman undang-undang, tapi sekali lagi ia tahu batas komprominya itu. Jiwanya dinilai amat mahal untuk dapat dipermain gilakan orang lain. Ia yakin bahwa seluruh perjalanan sejarah Gereja membenarkan sikapnya. Namun, ia mati seorang diri, bahkan ditinggalkan oleh istrinya yang tercinta dengan umpatan yang tajam dan kejam: "Suami macam apa engkau ini ?! Apakah hati nuranimu dapat membenarkan engkau membiarkan istrimu dan anak-anakmu terlantar tanpa perlindungan seorang ayah ?". Dan kata-kata pahit itu tetap bergema ditelinganya sampai di tiang gantungan. Ia meninggal tanpa dukungan dan dampingan seorang Uskup atau Imam, karena semuanya telah menyerah kepada paduka Raja. THOMAS MORUS menaruh nyawanya di atas panggung kematian sebagai suatu jaminan tentang KEBENARAN dan KEADILAN. Ia tahu akan batas-batas kompromi.

Apa sebabnya tokoh THOMAS MORUS ini masih berpengaruh hingga sekarang, dan bahkan Parlemen Inggris telah membangun baginya sebuah monumen ?? Tidak cukuplah halaman SUARA PAROKI ini membentangkan seorang THOMAS MORUS sampai menyeluruh dan menjelimet. Pelajaran dari apa yang ditangkap diatas adalah, bahwa kini, di abad komputer dan teknologi yang semakin canggih ini, umat kita sangat membutuhkan banyak THOMAS MORUS baru.


(Suara Paroki St. Th. Morus, Februari 1996)/Buku 'Menantang Badai di Bumi Tsunami'-Bapak EP da Gomez
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Wednesday, July 02 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---