Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Monday 31 March 2008

Menyusuri Pesisir Pantai Maumere....

Menjelang sore,kami mengikuti jejak-jejak lukisan alam dengan menyusuri pantai di sepanjang pesisir Kota Maumere. Sengaja kami merekam keindahan panorama indah ini di sela aktifitas para nelayan yang sedang mencari ikan, individu yang melepas kegundahan dan anak-anak kecil yang mencoba berakrab dengan alam.  Sungguh indah lukisan alam dalam keheningan senja. Serasa segala kepenatan sirna menghilang. digantikan kepuasan menyaksikan alam laut Maumere yang begitu damai. Disini menyimpan ketenangan yang merasuk kedalam sanubari..
Foto-foto diambil 30 maret 2008 menjelang sore... :D




















































 www.inimaumere.com
Epang gawan sudah kungjung eee...


Selengkapnya...

Saturday 29 March 2008

Bupati Sikka Batalkan Tender Pakaian Dinas

* Senilai Rp 1, 3 Miliar
Bupati Sikka, Drs. Alexander Longginus membatalkan penetapan pengumuman pemenang tender proyek pengadaan pakaian dinas dan atribut tahun anggaran (TA) 2008 di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Sikka. Tender proyek itu dibatalkan karena hasil evaluasi panitia tidak sesuai dokumen lelang dan berita acara aanwijzing tanggal 22 Februari 2008 bertentangan dengan Keppres No. 80 Tahun 2003 beserta perubahannya.

Pembatalan tender proyek tersebut disampaikan Bupati Alexander Longginus, dalam jawaban sanggahan banding kepada lima rekanan yaitu CV Atrium, PT Permata Sari Vrossa, CV Putra Karya dan CV Matahari.
Atas ketidaksesuain dokumen lelang dan berita acara aanwijzing sehingga berakibat pembatalan tender proyek, maka Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Antonius Lose dan panitia Thomas Aquinas akan diberikan sanksi sesuai ketentuan berlaku.
Surat bupati tanggal 18 Maret Nomor Pb.600/218/2008 dengan tembusan Ketua DPRD Sikka, Inspektorat, Kepala Satpol PP dan PPK Satpol PP, diterima Pos Kupang, Rabu ( 26/3/2008 ) melalui Kepala Bagian (Kabag) Tatapem, Robby Lameng.
Bupati Longginus dalam suratnya menyebutkan tiga hal penting. Pertama, hasil evaluasi panitai pengadaan barang dan jasa pemerintah pada kegiatan pengadaan pakaian dinas dan atribut TA 2008 Kantor Satpol PP Sikka tidak sesuai dokumen lelang, dan berita acara aanwijzing 22 Februari 2008. Evaluasi panitia bertentangan dengan Keppres 80/2003 berserta perubahannya.
Kedua, penetapan pemenang pelelangan dan pengumuman pemenang lelang oleh panitia harus dibatalkan dan diproses sesuai ketentuan yang berlaku. Ketiga, panitia dan PPK kegiatan pengadaaan pakaian dinas pada Kantor Satpol PP Sikka akan diberikan sanksi sesuai ketentuan.
Kasat Pol PP Sikka, Emanuel Hurint, S.H, dikonfirmasi Jumat (28/3/2008) membenarkannya. "Surat pembatalan lelang sudah kami terima. Kegiatan dihentikan. Saya sudah usulkan kepada bupati agar proyek itu dikerjakan secara swakelola," kata Emanuel.
Untuk diketahui, pengadaan pakaian dinas dan atribut TA 2008 di Kantor Satpol PP Sikka sebanyak 2.670 stel atau senilai Rp 1.350.000.000,00 diduga bermasalah. Pememang Lelang, CV Sinar Tiga Satu (STS) diduga tidak memenuhi sejumlah persyaratan sebagaimana diatur dalam dokumen lelang namun panitia tetap memenangkan rekanan itu.
Lima rekanan, yakni CV Atrium, PT Permata Sari Vrossa, CV Putra Karya dan CV Matahari kemudian mengajukan sanggahan kepada PPK, Antonius Lose. Namun dalam jawaban sanggahannya, PPK menyebutkan proses pelelangan sudah sesuai aturan yang berlaku. Karena itu, lima rekanan melayangkan sanggahan banding kepada Bupati Sikka.

sumber: poskup

Selengkapnya...

Thursday 27 March 2008

Sejarah Kabupaten Sikka...

Dahulu kaupaten sikka merupakan Onder Afdeling yang kemudian menjelma menjadi "swapraja sikka" ( provinsi sunda kecil). Swapraja sikka diperintah oleh seorang raja yang memerintah secara turun temurun. :) :D :)

Raja-raja yang pernah mengepalai kerajaan sikka adalah :

1. Zaman pemerintahan Portugis :

*Raja don Alesu Ximenes da silva

*Ratu Dona Ines ( Putri Raja Don Alesu Ximenes da Silva)

*Raja Djudje Mbako I,yang terkenal dengan sebutan " mbako kikir hiwa" artinya
"mbako sembilan jari"

*Raja Prispin da Silva

*Raja Don Luis Mbia da Silva

*Raja Thomas Mbo I

2. Zaman Pemerintahan Belanda :

*Raja Andreas Djati da Silva : 1874 - 1898

*Raja Mbako II : 1898 - 1902

*Raja J. Nong Meak da Silva : 1902 - 1922

*Raja Don Thomas Ximenes da Silva : 1922 - 1947

*Raja Don Thomas Ximenes da Silva : 1947 - 1954

*Raja P.C.X. da Silva : 1954 - 1958


Sejak pemerintahan Raja J. Nong Meak da Silva tahun 1902, maka sistim sentralisasi pemerintahan kerajaan masa lampau mulai di rubah dengan sistim desentralisasi.
pada masa pemerintahan Raja Don Thomas yang dinobatkan sebagai raja sikka pada tanggal 21 november 1923, maka sistim pemerintahan dijalankan dengan sistim pemencaran kekuasaan atau desentralisasi,sebagaimana yang di terapkan oleh raja sebelumnya.

Struktur pemerintahan kerajaan pada saat itu, raja dibantu oleh :

1. Dewan mo'ang 'liting puluh atau sepuluh anggota dewan kerajaan
2. Di bawah raja dan dewan tersebut ada semacam kepala distrik / gameente
yang disebut Kapitan
3. Dalam wilayah gameente terdapat kampung - kampung yang masing - masing
di kepalai oleh seorang kepala adat atau di sebut tana puang

Sistim kerajaan - kerajaan sebelumnya :

1. Raja dan kapitan - kapitannya
2. Mo'ang 'liting puluh ( sepuluh tuan sebagai dewan perwakilan rakyat)
3. Mo'ang mangun lajar ( pemegang gading/bala mangun)

Dalam sistim sentralisasi pemerintahan,kapitan adalah merupakan suatu dewan yang terdiri dari 5 orang yaitu :

1. Kapitan Moor : pengurus keadilan/kehakiman
2. Kapitan Salaf : pengurus pertanian dan perdagangan
3. Kapitan Guarda : pegawai pribadi raja
4. Kapitan Alvares : pengurus keamanan
5. Kapitan Pontera : pengurus peperangan

Disamping kabinet ada pula " dewan penasehat" terdiri dari :
1. Teniti Gneraal : tuan tanah
2. Kumendati : syahbandar
3. Morenho : dewan gereja

Selanjutnya dengan sistim desentralisasi oleh raja j. nong meak da silva, maka sistim pemerintahannya adalah sebagai berikut :
1. Raja memegang kekuasaan tertinggi
2. Kapitan (kekuasaannya di bawah raja)

Ada 17 orang kapitan dengan batas kekuasaan masing - masing (wilayah haminte). Dengan berlakunya undang - undang nomor 69 tahun 1958 (lembaran negara RI tahun 1958 nomor 122) tentang pembentukan daerah tingkat I bali, NTB dan NTT maka pada tanggal 1 maret 1958, daerah swapraja dijadikan DAERAH TINGKAT II dengan ibukotanya MAUMERE dengan kepala daerah pertama pada masa itu adalah D. P. C. Ximenes da Silva. Penyelengaraan pemerintahannya di dasarkan atas undang - undang nomor I tahun 1957 tentang pokok - pokok pemerintahan daerah.

Pada tahun 1967 daerah tingkat II sikka di ganti namanya menjadi " kabupaten sikka" dengan kepala daerahnya bapak Laurensius Say.Berdasarkan surat keputusan gubernur kepala daerah tingkat I Nusa Tenggara Timur tanggal 22 pebruari 1962 nomor pem.66/1/2 maka wilayah Kabupaten Sikka di bagi atas 5 buah kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Maumere
2. Kecamatan Nita
3. Kecamatan Talibura
4. Kecamatan Kewapante
5. Kecamatan Paga


Selanjutnya berdasarkan surat keputusan gubernur kepala daerah tingkat I Nusa Tenggara Timur tanggal 20 juni 1963 nomor pem.66/1/32 maka wilayah kecamatan Kewapante dan Nita dimekarkan menjadi :

1. kecamatan Kewapante : kecamatan kewapante, kecamatan bola
2. kecamatan Nita : kecamatan nita, kecamatan lela

Dengan adanya undang - undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok - pokok pemerintahan di daerah, maka sebutan nama " DAERAH KABUPATEN SIKKA " diganti menjadi " kabupaten daerah tingkat II sikka " dengan penerapan azas "dekonsentrasi". Prinsip otonomi yang di anut adalah " otonomi yang nyata dan bertanggung jawab ". Bupati kepala daerah tingkat II Sikka waktu itu adalah bapak Laurensius Say.

Wilayah Swapraja Sikka dibagi dalam gemeente - gemeente.Tiap-tiap gemeente dikepalai oleh seorang gemeente yang disebut : "KAPITAN", yang tugasnya adalah mengkoordinir kampung-kampung.

Tahun pembentukan Kabupaten Sikka adalah Tahun 1958.

Nama bupati pertama sampai sekarang adalah sebagai berikut :
1. D. P. C. Ximenes da Silva (1958 - 1960)
2. Paulus Samador da Cunha (1960 - 1967)
3. Laurensius Say (1967 - 1977)
4. Drs. Daniel Woda Palle (1977 - 1988)
5. Drs. A. M. Conterius (1988 - 1993)
6. Alexander Idong (1993 - 1998)
7. Drs. Paulus Moa ( 1998 - 2003)
8. Drs. Alexander Longginus dan Drs. Yoseph Ansar Rera (2003 - sekarang).

Tahun 1992 dengan peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 29 tahun 1992, tanggal 26 mei 1992,ditetapkan pembentukan kecamatan Alok dengan ibukota Maumere.

Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Sikka nomor 3 tahun 2000,tanggal 9 oktober 2000,maka dibentuk kecamatan Mego dengan ibukota Lekebai,kecamatan Waigete dengan ibukota Waigete,dan kecamatan Palue dengan ibukota Uwa.

Sesuai peraturan daerah Kabupaten Sikka nomor 3 tahun 2005 tanggal 5 september 2005,dibentuk kecamatan Magepanda dengan ibukota Magepanda sebagai hasil pemekaran dari kecamatan Nita.


Pada tahun 2007 dilakukan pemekaran kecamatan Talibura,Kawapante,Bola,Alok,Maumere, dan kecamatan Paga.Hasil pemekaran kecamatan dimaksud, yaitu :
*Pembentukan kecamatan Waiblama sesuai peraturan daerah Kabupaten Sikka nomor 1
tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari kecamatan Talibura.

*Pembentukan kecamatan Alok Barat dan kecamatan Alok Timur sesuai peraturan
daerah Kabupaten sikka nomor 2 tahun 2007 yang merupakan pemekaran kecamatan alok
dan penggabungan beberapa desa dari kecamatan Maumere.

*Pembentukan kecamatan Koting sesuai peraturan daerah Kabupaten Sikka nomor 3 tahun
2007 yang merupakan pemekaran dari kecamatan Maumere.

*Pembentukan kecamatan Tana Wawo sesuai peraturan daerah Kabupaten Sikka nomor 4
tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari kecamatan Paga.

*Pembentukan kecamatan Hewokloang dan kecamatan Kangae sesuai peraturan daerah
kabupaten sikka nomor 5 tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari kecamatan
Kawapante

*Pembentukan kecamatan Doreng dan kecamatan Mapitara sesuai peraturan daerah
kabupaten sikka nomor 6 tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari kecamatan Bola.


Hal - hal krusial dalam pemekaran diatas, yaitu :

*Pengabungan beberapa desa dari kecamatan Maumere ke kecamatan Alok dan kecamatan
Alok Timur.
*Pemindahan ibukota kecamatan kawapante dari waipare ke kawapante.
*Perubahan nama kecamatan maumere menjadi kecamatan nelle.

dari : sikkakab.go.id


Selengkapnya...

WANITA DAN ADAT PERKAWINAN DI SIKKA..

Urusan perkawinan antara pria dan wanita merupakan pertalian yang tidak dapat dilepaskan.Hubungan yang menyatu itu terlukis dalam ungkapan Ea Daa Ribang,
Nopok,Tinu daa koli tokar (Pertalian kekrabatan antara kedua belah pihak akan berlangsung terus menerus dengan saling memberi dan menerima sampai kepada turun temurun.
Norma-norma yang mengatur perkawinan ini dlam bahasa hukum adat yang disebut Naruk dua - moang dan kleteng latar yang tinggi nilai budayanya.

Unkapannya antara lain :
- Dua naha nora ling, nora weling
- Loning dua utang ling labu weling
- Dadi ata lai naha letto -wotter

Artinya:
Setiap wanita mempunayi nilai, punyai harga, sedangkan sarung dan bajunya juga mempunyai nilai dan harga, sehingga setiap lelaki harus membayar.

Ine io me tondo
Ame io paga saga
Ine io kando naggo
Ame io pake pawe

Ibulah yang memelihara dan membesarkannya
Ayah yang menjaga dan mendewasakannya
Dan ibu pula yang memberikannya perhiasan
Ayah memberikannya sandang.

Ungkapan ini memberi keyakinan bahwa martabat wanita sangat dihargai, oleh
karena itu maka pihak klen penerima wanita Ata lai harus membayar sejumlah belis kepada klen pemberi wanita ata dua sesudah itu baru dinyatakan perkawinan seluruh prosesnya syah.

Di Sikka /Krowe umumnya bentuk perkawinan adalah patrilinial, sedangkan yang matrilinial hanya terjadi di wilayah suku Tanah Ai di kecamatan Talibura.

Tahap-tahap perkawinan dapat dilakukan seraya memperhatikan incest dan perkawinan yang tidak dilarang itu maka ditempulah beberapa tahapan:

(1) Masa pertunangan,
semua insiatif harus datang dari pihak laki-laki, kalau datang dari pihak wanita maka selalu disebut dengan unkapan waang tota jarang atau rumput cari kuda atau tea winet (menjual anak/saudari)
Seorang gadis dibelis dalam 6 bagian: Kila, belis cicin kawin; Djarang sakang, (pemberian kuda); wua taa wa gete, bagian belis yang paling besar dan mahal; inat rakong, belis lelah untuk mama; bala lubung, untuk nenek; ngororemang (mereka yang menyiapkan pesta).

(2) Perkawinan,
sebelum abad 16 di desa Sikka/Lela perkawinan biasanya hanya diresmikan di Balai oleh raja atau pun kadang-kadang di rumah wanita, setelah semuanya sudah siap maka acara perkawinan ditandai dengan mendengar kata-kata pelantikan dari raja, wawi api - ara pranggang, kata-kata yang diucapkan adalah:

Ena tei au wotik weli miu, hari ini ku beri kamu makan
wawi api ara pranggang, daging rebus dan nasi masak
miu ruang dadi baa nora, jadikanlah kamu istri
lai, dan suami
lihang baa nora lading, dan terikatan seluruh keluarga
gae weu (eung) miu ara, makanlah kamu nasi ini
pranggang, agar menjadikan istri dan
dadi baa wai nora lali, suami minulah saus daging
minu eung wawi api, ini agar eratlah
genang lihang nora ladang, seluruh keluarga.

Ucapan itu diiringi penyuapan daging dan sesuap nasi oleh tuan tanah/raja kepada kedua mempelai .


Pada waktu masuk agama Katolik, maka ungkapan-ungkpan di atas tetap dipakai namun proses penikahan sesuai dengan aturan agama Katolik dan diberkati oleh Pastor.

Ada beberapa tahap dari acara perkawinan secara adat Sikka/Krowe:

(1) Kela narang, pendaftaran nama calon pengantin di kantor Paroki yang dihantar oleh orang tua masing-masing bersama dengan keluarga

(2) A Wija/A Pleba, keluarga ata lai melaukan kegiatan mengumpulkan mas kawin secara bersama-sama dengan keluarga

(3) Dipihak ata dua terjadi pengumpulan bahan-bahan pesta untuk membuat sejenis kue tradisional yaitu bolo pagar dan mendirikan tenda pesta.

(4) Sebelum ke gereja keluarga berkumpul di rumah mempalai wanita. Keluarga penerima wanita atau ata lai bertugas menjaga kamar pengatin.

(5) Tung /tama ola uneng, acara masuk kamar pengantin jam 21.00-22.00 malam diiringi kedua ipar masing-masing. Pengatin pria/wanita di hantar ke kamar oleh Age gete dengan nasehat kalau sudah ada di kamar bicara perlahan-lahan

(6) Weha bunga sekitar jam 05.00 pagi para pengawal kamar pengantin, ae gete dari Keluarga ata lai menaburkan bunga pada kamar pengantin sebagai lambang harum semerbak bagi kedua pengantin.


dari: www.tamanbudayantt.net



Selengkapnya...

Wednesday 26 March 2008

Berkurang, penerima PKH di Sikka

PT Pos Indonesia (Posindo) Cabang Maumere, sejak Sabtu (15/3/2008) menyalurkan dana Program Keluarga Harapan (PKH) tahap II dan III untuk 8.066 warga di lima Kecamatan di Kabupaten Sikka. Total dana PKH yang disalurkan tahap II dan III sebesar Rp 8.049.078.000,00. Jumlah penerima PKH tahap II dan III berkurang 13 orang dari penerimaan PKH tahap I sebanyak 8.079 orang.

Penyaluran dana PKH tahap I belum terealisasi 100 persen dan masih sekitar dua persen atau tiga persen yang belum disalurkan kepada masyarakat. Dana yang belum dicairkan masih tersimpan di Posindo.
Hal itu dikatakan oleh Kepala PT Posindo Cabang Maumere, Agus Sulistyo, saat ditemui di Maumere, Sabtu (22/3/2008).
Ia menjelaskan, pihaknya tidak tahu mengapa dana PKH tahap II dan III sudah disalurkan kepada masyarakat, sementara dana tahap I belum 100 persen disalurkan. "Kami tidak tahu alasannya karena Posindo hanya menjalankan perintah dari Depsos," katanya.
Agus mengemukakan, pihaknya sudah menyalurkan dana PKH tiga tahap dengan total Rp 11.422.200.000,00. Dirincikan, tahap I sebesar Rp 3.373.122.000,00 untuk 8.079 orang. Disebutkannya, jumlah dana PKH tahap II sebesar Rp 4.021.658.000,00 dan tahap III sebesar Rp 4.027.420.000,00.
Agus mengatakan, pihaknya mendapat data dari Depsos bahwa penyaluran dana PKH tahap II dan III sebesar Rp 8.049.078.000,00 atau Rp 4.021.658.000,00 (tahap II) dan Rp 4.027.420.000,00 (tahap III).


Jumlah dana yang disalurkan
Tahap Penerima Nilai
I 8.079 org Rp 3.373.122.000
II 8.066 org Rp 4.021.658.000
III 8.066 org Rp 4.027.420.000
Total Rp 11.422.200.000

Sumber: poskup

Selengkapnya...

Tuesday 25 March 2008

Tertawa Gila Sara Maumere (1).......

Cerita-cerita lucu ala maumere yang biasa kita dengar pas duduk kumpul-kumpul dimaumere,coba kami sisipkan disini.. :)

Penjaga malam dan pocong..
Disuatu komplek di perkantoran Maumere ada seorang penjaga malam yang bernama Kletus tapi mo'at Kletus ini paling jengkel kalo orang panggil
dia Kletus harus te Randy (tidak cocok golo  hehe).Moat kletus kalo malam jadi satpam nah kalo siang biasanya jadi nelayan, pulang te duduk mabuk di deker,bakar dia pu ikan (ikan mata bowo deng ikan mandi abu).


Suatu malam pas dia lagi asik jaga deng setengah botol moke,anak2 di komplek yang nakal-nakal mulai atur rencana buat ganggu dia,pas itu bertepatan dengan isu pocong yang katanya sering muncul di komplek kuburan islam.Anak-anak nakal yang dipimpin oleh Nimus dengan kain putih panjang yang mereka dapat dari tetangga pu jemuran mulai intai mo'at Kletus.Pas malam2 mo'at Kletus lagi patroli
di belakang kantor,Nimus cs mulai beraksi.Nimus deng kain putih panjang yang tuutp dia pu badan semua berdiri di jalan kecil belakang kantor yang biasa mo'at Kletus lewat.nah,pas antara sadar dan tidak karena terpenagruh moke bakut gete tiba-tiba ada yang beridiri pas didepan jalan mo'at Kletus.Moat Kletus bego ga'i mate,tau sendiri to,kain putih he'i baba...langsung mo'at Kletus berhenti,nyali nimun sempat hilang sesaat.Tapi sebagai mo'at yang punya jam terbang tinggi dikehidupan malam,mo'at kletus langsung pue(pamit secara adat) secara halus..nimu
beta ganu he'i,"baba,au bano lalan aun,ha'u bano lalan ha'un(kau jalan dikau pu jalan,saya jalan di saya pu jalan)".gerong bego te mo'at kletus bego yang kedua kali,soalnya pocong he'i newan tutur,"hai di
ga'i depo au,bano behak le'u,dena meang poi"....tiba2 te botol moke bakut gete melayang tepat di pocong pu muka,kena telak golo.Nimus sebagai pocong langsung kotir sambil teriak,"ha'u he'i mo'at." Tapi terlambat,kentang gete telak golo e waeng nimu....hahahaha(oss,ded)

Banci Kena Bom

Dulu kalo ada banci diMaumere ,anak-anak paling jengkel kalo liat mereka pu muka tidak tau kenapa(kami ju kurang tau),pokoknya jengkel.Suatu hari banci Egen nih mau pi kencan.Dia su stel abis,bibir merah,rok separuh,molang su hajar dari sore,meski mitak dia tetap pede.Nah kalo malam-malam dia pi kencan biasanya lewat jalan kesokuit.anak-anak di komplek itu
su biasa ganggu dia tapi Egen memang su kebal kalo masalah dihina,masuk kuping kanan keluar kuping kiri,itu dia pu moto.Karena anak-anak kalo ganggu banci egen selalu dicuekin akhirnya anak-anak susun rencana yang lebih besar yaituh bom atom! Du'a egen tidak pernah menyangka kalo dalam hidupnya dia kan mendapat malapetak besar yaituh kena hantan bom atom.
Sambil bersiul lagu kesayangannya 'jangan ganggu banci" dan berlengak lenggok diatas aspal yang berlobang tiba-tiba batu gete negeri golo jatuh dari atas pohon sompen,telak di bahu kiri .du'a egen teriak kesakitan sambil maki-maki sumpah serapah,anjing-anjing di komplek itu jengkel karena merasa terganggu langsung menyerbu banci egen,karena merasa terancam keselamatan dengan serangan susulan banci egen kotir sambil terkaing kaing diikuti anjing-anjing yang dengan semangat 45 terus mengejarnya.Besok2nya egen putar lewat jalur alternatif,wairbubuk.Anak-anak yang tau
egen lewat situ kembali menghadang dan melempar egen dengan batu dan karena selalu
merasa terganggu saat ini egen selalu pake ojek kalo pi kencan...hahahaha



Pigi Suntik

Mo'at Nare pigi rumah sakit.Setelah diperiksa,Dokter Pius menyarankan agar mo'at nare disuntik saja.sialnya,mo'at nare paling takut kalo suntik.
Nare: "Mo'at Dokter, sa izin sebentar keluar dulu ee.."
Dokter Pius su curiga, pasti Nare mau kotir dan tir mau suntik. "Tida bisa,Mo'at ! Au harus suntik dulu, harus !!! Setelah itu baru au bisa pergi,terserah au,"
Nare: "Iya sa tau,tapi sa pigi sebentar saja ke kios sebelah, nanti sa kembali lagi",
Akhirnya dokter pius mengalah.
Untuk kasi hilang itu rasa takut suntik, Mo'at Nare pigi depan kios beli moke satu botol, trus nimu minum sendiri.Maksudnya Nare supaya dia agak berani pas disuntik, tapi parahnya,Moat Nare terlalu banyak minum jadi akhirnya dia mabuk gete golo.
Mo'at Nare walong ke rumah sakit dan banting pintu sambil teriak gete:
"Sa mo tanya!! Siapa yang tadi mau suntik saya eee !! woeeeeee......!!!
Jawab !!! Haiiii yang tadi jago-jago mau suntik saya eee ??!!"
Dokter, suster dan pasien semua kotir dan sumpit lewat pintu blakang...

haha dasar nare..


Bulan dan bintang

Ada dua orang mo'at yang lagi duduk mabuk di pantai sore sore,mereka asik minum moke dengan ikan bakar yang mereka beli pake urunan.Pokoknya asik sekali mereka dua.Yang satu namanya mo'at Beba yang satu Didimus.Lagi asik-asiknya minum tiba-tiba Didimus bilang di Beba.
Didimus : Beba,kau lihat bulan diatas sana,indah sekali eee.."
Beba :" woe Didi,kalo kau su gila jangan disini,itu kan bintang".
Didimus jengkel dihina Beba yang bilang dia gila
Didimus : beba jelek,waeng au ganu wawi..au liat baik-baik dulu ko..itu bulan kah".
Beba : Didi,au kalo get walong du'e poi wari,itu bintang,ha'u tutur demeng he'i".
Karena tidak mendapat kata sepakat akhirnya Didimus ajak Beba tanya di orang lain saja.Mereka dua sembunyi moke dengan ikan bakar terus jalan cari orang.Pas sekitar 50 meter mereka ketemu orang yang lagi asik tidur-tidur di perahu.Beba tarik-tarik mo'at itu biar bangun,mo'at bangun dengan muka tanda tanya,waeng nimu hemu golo.
Mo'at : ada apa?
beba : Lopa moroh mo'at.Begini,kami dua cuma mau tanya sedikit,itu yang diatas bintang atau bulan?
mo'at : kurang tau,saya juga orang baru disini.
beba,didimus langsung kotir.
Nelus..

Di komplek kampung Bejawa Beru ada seoranng anak kecil SD kelas 6 yang agak nakal,namanya Nelus.Suatu siang bolong yang panasnya minta ampun,Nelus minta uang di dia pu bapa yang bernama Sira
Nelus: "Bapa,minta uang 50 dulu ko,buat beli es".
Mo'at Sira: "Sorry nelus bapa su kumpul uang tapi cuma sampe 49,kau sabar sedikit e".
Karena jengkel tidak dikasih uang nelus pigi,maksudnya pi minta didia pu oma yang tinggal 3 rumah dari dia pu rumah.Pas lewat belakang dua rumah,Nelus lihat Om Anis lagi tidur siang bolong cuma pake sarung dibawa pohon cermele yang berbuah lebat.Tiba-Tiba Nelus kasih bangun Om Anis yAng su ngorok abis soalnya tidur diiring desau angin yang sejuk.
Nelus:"Om Anis bangun woe.."
Om Anis tetep cuek
Nelus:"Om Anis,bapa suruh saya panggil Om Anis,bapa ada bakar ikan merah besar dirumah".
mendengar ikan merah,Om Anis langsung lompat bangun.
Om Anis:"Ah yang benar Nelus,masa siang bolong begini bapa bakar ikan?kau jang tipu e".
Om Anis agak curiga,tapi bayangan ikan merah membuat Om Anis tak kuat.
Nelus:"Benar Om Anis,Bapa cuma sendiri,tapi bapa suruh Om Nelus bawa moke satu atau dua botol kerumah,kalo Om Anis tida percaya,sudah to".
Nelus langsung sumpit,ilang dibelakang rumah sambil intip Om Anis.
om anis bangun denagn mengantuk,langsung utang moke dua botol di kios mama mia depan rumah.Sambil bersiul cuma pake sarung,Om Anis menuju rumah mo'at Sira.Lumayan siang-siang begini dapat ikan bakar merah..asikkk
Pas sampe depan rumah,Om Anis agak heran,kok bau orang bakar ikan tidak ada?jangan-jangan Nelus tipu saya.Tapi Om Anis buang jauh-jauh pikiran itu.
om anis teriak2 nama mo'at sira."sira...sira...sira...!!!"
Tidak ada sahutan.."sira...sira...sira..."kosong,tidak ada sahutan.
karena jengkel,om anis buka pintu rumah,"siraaaaaaaaaaaaaa...!!
pas Om Anis buka kamar,dia lihat Sira lagi ngorok besar dengan tetesen ngiler dibibir,Om Anis langsung kasih bangun dengan kasar mo'at Sira.
Mo'at Sira bangun dan langsung tersenyum melihat dua botol moke dalam pelukan om Anis.
Mo'at Sira:"aduh,kau baek sekali Anis,siang-siang bawa moke buat saya,kau tunggu sini e saya ambil ikan kering buat lepeng".
Om Anis rasanya pingin tumbuk mo'at Sira pu muka deng moke,anak sama bapa sama kompaknya,kata om Anis dalam hati sambil tahan marah.Dia dendam sekali dengan Nelus.Tunggu kau Nelus,kau su tipu orang tua.kau lihat kau nanti.pokoknya Om Anis dendam ngeri golo.
hahaha.



kalo ada cerita lucu ala maumere atau apas saja tentang maumere,kirim ko ke email :
cherovita@yahoo.co.id

epanggawan

Selengkapnya...

Saturday 22 March 2008

Sejarah Misi Khatolik di Keuskupan Maumere..

Dalam masa Paskah ini,kami mencoba menampilkan sejarah masuknya misi Agama Khatolik di Maumere hingga terbentuknya Keuskupan Agung Ende dan melahirkan Keuskupan Maumere,semoga kita semua tak lelah membaca tulisan bermanfaat ini yang kami ambil dari Profil Keuskupan Maumere.. :) epang gawan..
Menurut L. Lame Uran (dalam buku sejarah perkembangan misi Flores Diosis Agung Ende),masuknya agama katolik di Maumere,diawali dengan datangnya 2 orang Pater Dominikan pada tahun 1566 yaitu: P. Joao Bautista da Fortalezza di Paga dan P.Simao da Madre de Deos di Sikka.Kedua misionaris tersebut dikirim oleh P.AntOnio da Cruz dari Larantuka (yang pada waktu itu menjadi pusat misi kepulauan Solor)untuk membangun stasi atau menyebarkan agama katolik di pesisir pantai Pulau Flores bagian tengah.


Pada tahun 1613 ketika Belanda menaklukan Portugal dan menduduki Benteng Solor,kedua misionaris tersebut ditawan.Pada tahun tersebut panglima Scotter (panglima Belanda) melaporkan jumlah umat Katolik di Misi Kepulauan Solor : 2450 keluarga (12.000 jiwa), 200 keluarga diantaranya terdapat di Maumere / Sikka.
Pada tahun 1615 Belanda meninggalkan Benteng Solor.

Pada tahun 1617 P. Visitator Joao das Chagas dan P.Manuel de Sa mengunjungi Sikka. Mereka diterima umat dengan gembira. Ditempat tersebut sudah ada gereja, namun pastornya ditawan oleh Belanda. Oleh karena itu P. Manuel de Sa menetap sementara di Sikka, sementara P. Visitator Joao das Chagas menuju Paga. Di Paga mereka ditolak,sehingga rombongan melanjutkan perjalanan ke Ende. Setelah melayani umat di Pulau Ende, dalam perjalanan pulang ke Larantuka, P. Visitator singgah lagi di Paga. Kali ini mereka diterima dengan baik,sehingga Visitator menempatkan lagi seorang imam di Paga yaitu P. Gaspar da Cruz.

Pada tahun 1618 Benteng Solor diduduki kembali oleh Belanda. Orang Islam yang bersekongkol dengan Belanda menjadi lebih beringas terhadap orang Portugis, termasuk para pastornya. Diceritakan bahwa pada awal tahun 1621 ketika P. Joao Bautista da Fortalezza dan P.Simao da Madre de Deos berlayar dari Maumere menuju Larantuka untuk menemui pembesar mereka, perahu yang mereka tumpangi terbawah arus ke Lamalera. 

Di pantai Lamalera berlabuh sebuah kapal milik orang Islam dari Lamakera.  Mendengar ada 2 pastor Portugis tiba di Lamalera,  pelaut Lamakera mau menangkap mereka,  namun disembunyikan oleh masyarakat setempat.  

Pelaut-pelaut menyandra 90 orang Lamalera yang dituduh menyembunyikan pastor. Mendengar masyarakat disandra, kedua pastor tersebut menyerahkan diri. Mereka dibawah ke Lamakera, dianiaya dan dibunuh secara kejam (kepalanya dipenggal, hati dan jantungnya dimakan) pada tanggal 20 Januari 1621.

 Roma (Takta guci) mengijinkan kedua pastor tersebut dihormati sebagai Martir (L.Lame Uran. hal 81).Tidak ada catatan mengenai karya ke 4 Pastor Dominikan tersebut selama bertugas di Sikka, Paga dan wilayah pesisir pantai utara Maumere.

Pada tanggal 21 Desember 1651 dua visitator dari Goa (India) yaitu P. Joao Rangel dan P.Joao da Costa tiba di Maumere. Disebelah barat Maumere telah terdapat stasi Ndondo dan sebelah Timur ada stasi Krowe,yang didirikan antara tahun 1566-1575. P. Joao Rangel melanjutkan perjalanan ke Larantuka, sementara P. Joao da Costa menetap di Bajo, mendirikan stasi dan berhasil menobatkan banyak orang kafir. P. Joao da Costa meninggal lalu diganti P. Manoel da Ercarnacao. Selanjutnya selama 2 abad misi katolik seolah berhenti. Selama kurun waktu tersebut, para bapak-bapak konferia yang telah di bina oleh Pastor Dominikan, tetap mengajar agama dan membabtis umat yang kafir. Pada tahun 1853 ,stasi Sikka di kunjungi imam praja dari Dilli yakni Fr. Gregorio Maria Baretto.

Pada tahun 1862 P. Fransen imam praja dari Larantuka mengunjungi umat di Maumere dan mengajak umat untuk membangun lagi stasi.

Pada tahun 1863 P. Metz imam Yesuit pertama, tiba di Flores (Larantuka) dan mulai bekerja bersama P. Fransen untuk mengembangkan misi Katolik di Pulau Flores.

Tahun 1864 datang lagi 2 imam Yesuit, P. Dijkman dan P.Omzigt ke Larantuka. Tahun 1868 P. Metz mengutus P. Omzigt ke Maumere untuk melihat situasi umat. P. Omzigt melaporkan jumlah umat katolik di Maumere : 6310 orang, ( di Maumere, Sikka, Nita, dll).Berdasarkan laporan tersebut, P. Metz membuat laporan ke pembesarnya dan meminta tenaga imam untuk membangun stasi-stasi baru di wilayah Maumere.

Tahun 1873 P. Omzigt ditunjuk sebagai pastor stasi Maumere. Bersama umat, P. Omzigt membangun gereja darurat di bekas SMP Frater (depan gereja St. Yoseph sekarang ) sebagai paroki pertama dengan pelindung St.Yoseph, yang kini menjadi paroki Katedral Keuskupan Maumere. Tahun 1874 P. Omzigt meninggal di Surabaya (dalam perjalanan menuju eropa untuk berobat). Pastor Maumere diganti P. Ten Brink.

Selanjutnya datang lagi beberapa imam/bruder Yesuit para suster Belas Kasih. Mereka mendirikan stasi/paroki baru, sekolah dan asrama sebagi berikut :


  • Tahun 1874, Sekolah dan asrama putra di Maumere (tahun 1897 pindah ke Lela)
  • Tahun 1884, Paroki Sikka dan Sekolah dasar dengan P. Lecoque q'Armandville
  • Tahun 1887, Paroki Koting dan Sekolah dasar dengan P. Ijseldijk.
  • Tahun 1889, Paroki Nita dengan P.Roupe Van der Voort.
  • Tahun 1890, Sekolah dan asrama putri di Maumere, yang diasuh oleh Para Betas Kasih Tahun 1899 sekolah dan asrama ini dipindahkan ke Lela.

Tahun 1893, Paroki Lela yang dilayani Pastor Sikka .Tahun 1900 P. Loojimans ditunjuk sebagai Pastor Lela.
Para pastor selain bertugas di paroki, mereka juga melakukan patroli ke daerah lain yang belum ada stasi. Misalnya P.Roupe Van der Voort melakukan partoli sampai ke Mauloo pada tahun 1913 dan membaptis bocah Karel Kale Bale yang menjadi imam pribumi pertama.

Perlu dicatat pula bahwa sejak tahun 1873 sampai dengan 1899 ada 13 misionaris yang bekerja di Maumere, meninggal dunia. 10 diantaranya karena menderita penyakit malaria dan 3 orang karena kecelakaan (jatuh dan tenggelam). Mereka yang meninggal yaitu 8 pastor,3 bruder dan 2 suster.

* Nov.1913 Roma mengirim dekrit tentang pembentukan Prefektur Apostolik Sunda kecil derigan prefek Apostolik Mgr. Petrus Noyen SVD sebagai Pembesar Misi Katolik P.Timor. Dalam dekrit tersebut P. Flores dinyatakan diluar Sunda Kecil.

Namun dalam pembicaraan antara Mgr.Noyen dengan pembesar Yesuit, disepakati P. Flores masuk prefektur Apostolik Sunda kecil. Dan ketika berkunjung ke Flores bulan Maret-Juni 1914 Mgr.Noyen telah memilih Ndona sebagai Pusat Misi Kepulauan Sunda Kecil (pada tanggal 29 april 1914).

* 20 Juli 1914 Dekrit dari Kongregasi Penyebaran Iman, bahwa Flores masuk dalam Prefektur Apostolik Sunda kecil dibawah Mgr.P.Noyen SVD.Ini berarti para imam Yesuit yang berkarya di Flores juga akan diganti dengan imam-imam SVD, juga para Suster Belas Kasih akan diganti oleh Suster SSpS. Namun karena pecah Perang Dunia I maka para imam/ bruder SVD yang sudah disiapkan untuk Flores tidak bisa datang.

* Mgr. P. Noyen meminta kesediaan imam/bruder Yesuit dan para suster Belas Kasih untuk tetap berkarya di Flores sampai imam/bruder SVD bisa datang ke Flores .

* Pada tahun 1914 umat Katolik di Maumere tercatat 17.402 orang. Sementara itu Pusat Misi Ndona mulai di bangun tahun 1915 (tahun 1915 bangun sekolah standard,tahun 1916 bangun istana Uskup).

* Pada Nopember 1916  Para Suster SSpS tiba di Lela.
* Pada tahun 1917 para imam/bruder Yesuit dan para suster Belas Kasih mulai meninggalkan Flores.
Di Maumere imam/bruder Yesuit yang masih tinggal sebagai berikut :
*Paroki Maumere P. Sevink dan Bruder Olivers.
*Paroki Koting P. Ijsedik dan Bruder Groot
*Paroki Lela P. Muller , Bruder Vester dan Bruder Moehler.
*Paroki Nita P. Engbers.
Mereka bertahan sampai akhir tahun 1919.

Pada bulan Desember 1919 Bruder Bush, Bruder Groot, Bruder Muller, P. Engbers meninggalkan Flores/Maumere,disusul P.Sevink,Bruder Olivers, Bruder Vester, Bruder Moehler. Imam Yesuit yang terakhir meninggalkan Maumere ialah P.Ijseldijk yang mendirikan stasi Koting dan terus berkarya dikoting selama 33 tahun sampai meninggalkan Flores.Kepergian imam-imam Yesuit diganti imam SVD sebagai berikut :

*Paroki Maumere : P.W. Srieter
*Paroki Sikka : P.Bertold Friess, merangkap Lela
*Paroki Nita : P.Frans Mertens
*Paroki Koting : P.Franc Meyer

Dengan datangnya beberapa imam SVD, Mgr.Noyen mendirikan lagi 3 Paroki baru yaitu :
Tahun 1920, Paroki Ili : P.Haarman
Paroki Mauloo : P.L. Flint
Tahun 1921, Paroki Nele : P.Grootman

Mgr. P. Noyen meninggal di Steyl, Belanda pada 24 Pebruari 1921, diganti Mgr.Arnoldus Verstraelen, SVD yang ditabhiskan di Steyl pada 1 Oktober 1922 dan tiba di Ndona tanggal 15 Mei 1923  Mgr.Verstaellen, SVD mendirikan 4 Paroki baru di Maumere yaitu:
•Tahun 1926, Paroki Nangahale: P.Terhyden (sekarang pindah ke Watubaing) Paroki Lei - Palue: Dilayani pastor dari daratan Flores
•Tahun 1927, Paroki Bola : P.Lorscheid dan bruder Frans
•Tahun 1932, Paroki Lekebai : P.Vander Velden
•Tahun 1926, Mgr.Verstraelen juga mendirikan Seminari di Sikka dengan kepala sekolah P.Frans Cornelissen.Seminari ini pada tahun 1929 di pindahkan ke Mataloko.  

Tahun 1932 tujuh orang siswa pertama tamat dan melanjutkan studi Filsafat pada
seminari Tinggi yang langsung di buka di Mataloko.Pada tahun 1937 Seminari Tinggi
ini dipindahkan ke Ledalero.

•Tahun 1930 Mgr.Verstraelen menyuruh para pastor mengumpulkan gadis-gadis untuk menjadi anggota Konggregasi St.Maria dan juga untuk menjadi calon suster pribumi yang dikumpulkan di Lela, lalu ke Mataloko pada tahun 1933. Mgr.Verstraelen meninggal 16 Mare 1932 dalam kecelakaan oto.

•Tanggal 25 April 1933 P. Pius XI mengangkat Mgr.H.Leven,SVD. mengganti Mgr. Verstraelen,SVD dan ditabhis di Uden-Belanda pada 12 November 1933.
¨Tanggal 20 April 1934 Mgr.H.Leven, SVD tiba di Ndona
•Tahun 1935 beliau mendirikan Conggregatio Imitatio Jesu (CIJ):
Mgr.H.Leven,SVD mendirikan 4 paroki baru di Maumere yaitu :
¨Tahun 1938 Paroki Watublapi, : P.Hooiveld
•Tahun 1940 Paroki Kewapante, : Dilayani para dosen dari Ledalero.
•Tahun 1945 Paroki Wairpelit, : Dilayani para dosen dari Ledalero.
¨Tahun 1950 Paroki Boganatar, : P.J.Niessen

Perang Dunia II yang pecah tahun 1939 berdampak buruk bagi misi Katolik di Flores sebagai berikut.
¨Tahun 1941 semua misionaris Jerman ditangkap, ditawan dan diasingkan ke India oleh tentara Belanda.

Pada tahun tersebut Mgr. Leven menahbiskan 2 imam pribumi pertama : P.Gabriel Manek SVD dan P.Karel Kale Bale SVD.

•Pada tanggal 15 Juli 1942,119 misionaris asing (75 imam, 15 bruder, 29 suster) ditawan dan diasingkan ke Sulawesi (termasuk P.Antonius Thijssen SVD).

•Pada tanggal 15 Agustus 1942 Mgr Leven menahbiskan lagi 2 imam pribumi : P.Yan Bala SVD dan P. Rufinus Pederico SVD. Seluruh Flores hanya ada 6 imam asing dan 4 imam pribumi. Pada tanggal 30 Agustus 1943 tiba di Ende 2 uskup Jepang (Mgr. P.Yamaguchi dan Mgr Aloysius Ogihara) serta 2 romo (Rm. Michael Iwanaga dan Rm. Philipus Kyuno). 

Selama tinggal di Flores, Mgr.Yamaguchi menjadi pengantara yang baik antara tentara Jepang dan Misi Katolik Pulau Flores, khususnya dengan Mgr.H.Leven, sehingga Misi Katolik tetap bertahan. Mereka tinggal sampai dengan tanggal 30 Agustus 1945.

•Pada tanggal 12 Desember 1943 Mgr Leven menahbiskan lagi seorang imam pribumi yakni P.Adrianus Conterius SVD.

•Tahun 1944 Mgr Leven menahbiskan Rm Lukas Lusi Pr, sebagai imam projo pertama.

•Tanggal 16 September 1945 Mgr Leven menahbiskan 7 imam pribumi lagi yaitu : P. Zacharias Ze SVD, P. Piet Muda SVD, P.Lambert Lame Uran SVD, P. Yos Dias Viera SVD, P. Markus Malar SVD, P.Bruno Bras SVD dan Rm Alo Ding, Pr.

•Pada bulan Desember 1945 beberapa misionaris yang ditawan Jepang di Sulawesi kembali. Dan 119 orang yang ditawan,35 orang meninggal dunia (27 imam, 6 bruder dan 2 suster).

•Tahun 1950 Mgr Leven,SVD mengusulkan agar Flores dibagi menjadi 3 vikariat dan ia sendiri meminta untuk dibebastugaskan dari Vikariat Apostolik karena kondisi kesehatan menurun.

•Tahun 1951 Roma membentuk 3 Vikariat di Flores yaitu :

Ruteng : Mgr. Van Bekkum, SVD
Ende : Mgr. A. Thijssen, SVD
Larantuka : Mgr. G. Manek, SVD
Selama masa Mgr. A.Thijssen di Maumere didirikan satu paroki baru yaitu
•Tahun 1953 Paroki Tilang dengan P.de Zwart, sebagai Pastor Paroki.


Pada tanggal 25 Januari 1961 Roma mendirikan Struktur Hiraikis Gereja di Indonesia dengan 6 Diosis Agung yaitu Jakarta,Semarang, Medan, Pontianak, Maskasar dan Ende. Di Diosis Agung Ende ditunjuk Mgr. G.Manek, SVD sebagai Uskup Agung dengan uskup-uskup sufragan yaitu : Larantuka, Ruteng,Atambua, Denpasar, Weetebula dan Kupang. 

Diosis Agung Ende meliputi wilayah Ngada,Ende danSikka.
Selama masa Mgr.G.Manek,SVD di Maumere didirikan 4 Paroki yaitu :
•Tahun 1961 Paroki Habi,Paroki Halehebing dan Paroki Uwa
•Tahun 1967 Paroki Watubala
Tahun 1968 Mgr.G.Manek, SW)dibebastugaskan karena sakit dan berobat ke Amerika .
•Pada tanggal 11 Juni 1969 Mgr.Donatus Djagom, SVD ditahbiskan menjadi Uskup Agung Ende di Gereja Kathedral Ende.

Paroki baru yang didirikan selama Mgr.Donatus Djagom ialah :
•Tahun 1970, Paroki Nele
•Tahun 1972, Paroki St. Thomas Morus Maumere dan Paroki Magepanda.
•Tahun 1975, Paroki Wolofeo dan Paroki Kloangrotat.
•Tahun 1992, Paroki Tanarawa
•Tahun 1994, Paroki Bloro

Pada tanggal 6 April 1996 (Sabtu Kudus), Vatican mengumumkan Mgr.Abdon Longinus da Cunha, Pr. Sebagai Uskup Agung Ende, mengganti Mgr.Donatus Djagom,SVD yang sudah tua.

•Pada tanggal 10 Juli 1996 Mgr. Abdon Longginus da Cunha, Pr., ditahbiskan menjadi Uskup Agung Ende di Gereja Katedral Ende.

Selama masa Mgr.Abdon Longginus,di Maumere didirikan 3 Paroki baru yaitu :
•Tahun 2000, Paroki Nangahure
•Tahun 2001, Paroki Kloangpopot
•Tahun 2003, Paroki Nuaria

Dan 4 Paroki masih dalam persiapan yaitu Misir ,Runut, Bolawolong, dan Feondari. Pada tanggal 14 Desember 2005 Vatican mengumumkan Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Pr sebagai Uskup Maumere yang pertama.

Sementara dalam persiapan menyongsong penthabisan uskup Maumere,Mgr. Abdon Longinus da Cunha, Pr meninggal di Jakarta pada tanggal 6 April 2006, tepat 10 tahun saat diumumkan menjadi Uskup Agung Ende.


Pada saat ini di keuskupan Maumere terdapat 31 paroki dengan urutan pendirian sebagai berikut :

  • Antara tahun 1873 – 1913 : 5 Paroki (masa Para Pater Yesuit)
  • Antara tahun 1914 – 1921 : 3 Paroki (masa Mgr. P. Noyen, SVD )
  • Antara tahun 1922 – 1932 : 4 Paroki (masa Mgr. Verstraelen, SVD)
  • Antara tahun 1934 – 1951 : 4 Paroki (masa Mgr. H. Leven, SVD)
  • Antara tahun 1951 – 1960 : 1 Paroki (masa Mgr. A. Thijssen, SVD)
  • Antara tahun 1961 – 1968 : 4 Paroki (masa Mgr. Gabriel Manek, SVD)
  • Antara tahun 1969 – 1996 : 7 Paroki (masa Mgr. Donatus Djagom, SVD
  • Antara tahun 1996 - 2005 : 3 Paroki (masa Mgr. Abdon Longinus da Cunha,Pr)


Sejak berdirinya paroki pertama yaitu Paroki St.Yoseph tahun 1873 s/d bulan Februari 2006 jumlah umat yang telah di baptisb(menerima sakramen permandian) pada paroki-paroki di Wilayah Keuskupan Maumere tercatat 433.697 orang.

Dan jumlah tersebut ,yang terpanggil untuk hidup membiara sebanyak 403 orang yaitu : 3 Uskup ,155 Imam , 13 Bruder/Frater dan 233 Suster. Sementara masih dalam proses pembinaan (Calon Imam, Bauder,Suster)sebanyak 306 orang.Sebagian dari mereka kini menjadi misionaris diberbagai belahan bumi.
Selain membangun Paroki/Gereja,misi Katolik juga mempelopori pembangunan sarana Pendidikan dan sarana Kesehatan yang tersebar di seluruh Wilayah keuskupan ini.


Sistem Kemasyarakatan
Umat keuskupan Maumere/Masyarakat Kabupaten Sikka terdiri dari 4 suku asli (Sikka Krowe, Lio, Tana Ai dan Palue) di samping pendatang dari luar Kabupaten Sikka. Setiap suku memiliki bahasa, adat istiadat, cara hidup dan cara berpakaian yang berbeda.

Bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari (dalam rumah dan lingkungan) adalah bahasa suku masing-masing,sementara pada tempat-tempat umum menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa masing-masing suku pun pada berbagai desa/paroki, berbeda dalam dialek dan intonasi,malah berbeda arti.

Suku yang jumlahnya terbanyak adalah Sikka Krowe yang berdomisili pada paroki-paroki bagian tengah yaitu : Paroki Tilang, Paroki Bloro, Paroki Lela, Paroki Sikka, Paroki Nita, Paroki Wairpelit, Paroki Koting, Paroki Nele, Paroki Habi, Paroki Ili, Paroki Kewapante, Paroki Watublapi, Paroki Kloangpopot, Paroki Kloangrotat, Paroki Bola, Paroki Halehebing.

Suku ini juga menyebar di sepanjang pantai utara (Paroki Magepanda, Paroki Watubaing, Paroki Nebe) sebagai transmigrasi swakarsa lokal yang membuka sawah di daerah-daerah tersebut sekitar tahun 1950. Suku ini relatif lebih maju dari suku yang lain, hal mana dapat dipahami karena karya misi Katolik sejak masa pater-pater Dominikan dan masa pater-pater Yesuit (1566-1920) terfokus pada wilayah bagian tengah.

Suku ini dibedakan lagi atas tiga sub suku yaitu : Sikka-Lela (2 paroki di pantai selatan), Sikka Iwang (5 paroki di pedalaman), Nitung Kangae (bagian timur). Dialek dan intonasi bahasa pada tiga sub suku ini berbeda. Dalam sistim perkawinan/hidup berkeluarga menganut pola patriarkat, namun dalam proses dan prosedur perkawinan masing-masing sub suku, malah masing-masing klan berbeda.

Suku Lio berdomisili di bagian barat pada paroki-paroki Magepanda, Lekebai, Wolofeo, Nuaria dan Mauloo. Suku ini terbagi atas 2 sub suku yaitu Lio Lise (paroki Mauloo) dan Lio Mego (4 paroki lainnya). Bahasa mereka juga agak berbeda demikian juga adat-istiadat. Dalam perkawinan sama-sama menganut pola patriarkat.

Suku Tana Ai berdomisili di bagian timur pada paroki-paroki Watubala,Watubaing, Nebe, Boganatar dan Tanarawa. Suku ini juga terbagi atas dua sub suku dengan bahasa berbeda yaitu bagian dekat perbatasan (Tana Ai Muhang) yang menggunakan bahasa Muhang Lamaholot dan bagian barat yang menggunakan bahasa Sikka Krowe. 
Dalam sistim perkawinan, suku ini mengikuti pola matriarkat. Pola bertani pada suku ini masih banyak bersifat tradisional. Ada beberapa jenis tanaman holtikultura yang tidak boleh di tanam.Pada musim mengerjakan kebun mereka tinggal di kebun (menjaga kebun dari ancaman babi hutan) setelah panen baru mereka kembali kekampung. Mereka juga berpindah¬pindah kebun. Tempat-tempat pemujaan di kebun-kebun dan di lokasi perkampungan juga masih dipegang teguh.

Suku Palue berdomisili di pulau Palue (Paroki Lei dan Uwa), mereka masih tetap mempertahankan adat-istiadat dan cara hidup tradisional yang sangat menyolok, terutama pada upacara perkawinan dan kematian. Setiap orang Palue yang meninggal, beberapa helai rambut dan kuku di simpan dalam rumah adat. Dalam perkawinan mereka juga menganut pola patriarkat. Dalam kehidupan sehari-hari perempuan bekerja lebih berat dari laki-laki, karena disamping mengurus rumah tangga kaum perempuan juga lebih banyak bekerja di kebun dan menenun. Kaum laki-laki lebih banyak menjadi nelayan dan merantau, menjadi TKI di luar negeri (Malaysia) atau berdagang antar pulau.

Tiga paroki di kota Maumere (St.Yoseph, St.Thomas Morus dan Nangahure), umatnya heterogen, berasal dari berbagai suku, baik 4 suku ash maupun dari luar daerah. Dalam kehidupan sehari-hari pergaulan antar umat seiman maupun antar umat yang berbeda agama, pada umumnya berjalan harmonis.

Pengaruh globalisasi di Wilayah Keuskupan Maumere/kabupaten Sikka, sangat terasa dan cukup berpengaruh pada sistem kemasyarakatan /sistem sosial budaya masyarakat. Sistem transportasi (Udara,darat,laut) dan komunikasi yang lancar mempengaruhi kaum muda dalam mengimport/meniru gaya hidup dan budaya luar, sementara sistem kontrol sosial semakin melemah.

  "Profil Keuskupan Maumere"
www.inimaumere.com



Selengkapnya...

Wednesday 19 March 2008

Pemkab Sikka diminta cabut izin PT NSC

Komisi C DPRD Kabupaten Sikka meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sikka mencabut Surat Izin Tempat Usaha (SITU) PT Nusa Surya Ciptadana (NSC) Finance - Maumere. Pasalnya, manajemen PT NSC Finance-Maumere tidak menghargai pemerintah dan Dewan dalam menangani kasus pemecatan delapan karyawan perusahan itu. Padahal aturan ketenagakerjaan tidak memungkinkan pemecatan itu.

Permintaan itu disampaikan dalam pertemuan antara manajemen PT NSC Finance - Maumere dengan pemerintah daerah dalam hal ini Kepala Dinas Nakertrans Sikka, Rojab Abdul Natsir, S.H bersama stafnya, dan puluhan karyawan PT NSC Finance- Maumere, di ruang sidang DPRD Sikka, Senin (17/3/2008).
Pertemuan kali kedua yang difasilitasi Komisi C DPRD Sikka itu dari PT NSC dihadiri Kepala Wilayah NTT I NSC, Trisusilo dan stafnya Vebriantini, serta Kepala Wilayah NSC Pusat, Jenino. Pertemuan yang dipimpin oleh Ketua Komisi C DPRD Sikka, Kondibus Stelamaris bersama Gabriel Parera dan Piet Jelalu, dihadiri anggota Komisi C di antaranya Gabriel P Mako, Alfridus Aeng, Siflan Angi dan Blasius Seo.
Dalam pertemuan itu, wakil dari manajemen PT NSC sempat diusir keluar dari ruang sidang oleh Komisi C karena dinilai telah melecehkan kewibawaan pemerintah yakni Dinas Nakertrans Sikka dan DPRD Sikka dalam hal ini Komisi C yang telah memfasilitasi penyelesaian masalah PT NSC Finance Maumere dengan puluhan karyawan terkait aksi mogok dan pemecatan delapan karyawan. Manajemen NSC tetap bersikeras memecat delapan karyawan, padahal aturan pemutusan hubungan kerja (PHK) delapan karyawan itu tidak sesuai aturan ketenagakerjaan.
Disaksikan wartawan, dalam pertemuan tersebut puluhan karyawan PT NSC Finance- Maumere didampingi Truk-F yang diwakili oleh Pater Eman Embu, SVD dan Pater Robert Mirsel, SVD. Pertemuan selama empat jam mulai pukul 09.00 Wita hingga pukul 13.00 Wita itu tidak mencapai kesepakatan atau titik temu antara pihak NSC dan karyawan. Pertemuan sesi pertama dilakukan pukul 09.00 Wita hingga pukul 11.30 Wita, karyawan dan pihak PT NSC mengemukakan persoalan dan klarifikasi masing-masing, khususnya tentang pemcetaan delapan karyawan. Dalam kesempatan itu Komisi C minta NSC meninjau kembali PHK delapan karyawan itu.
Kepala Dinas Nakertrnas Sikka, Rojab Abdul Natsir mengatakan, hasil fasilitasi beberapa waktu lalu juga tidak mencapai titik temu sehingga dibawa ke Komisi C DPRD Sikka. Pihaknya telah menganjurkan manajemen PT NSC menerima kembali delapan karyawannya dan merevisi aturan perusahaan yang bertentangaan dengan aturan ketenagakerjaan.
Abdul Rojab mengatakan, pihaknya telah melayangkan surat kepada manajemen PT NSC agar mengklarifikasi alasan PHK karyawannya. "Tapi surat itu belum dibalas. Saya minta NSC membalas secara tertulis," tegas Abdul Rojab.
Terhadap hal itu, Kepala Wilayah NTT I PT NSC, Trisusilo mengatakan, pemecetaan delapan karyawan sesuai aturan perusahaan, antara lain karena karyawan tidak mencapai target penjualan. Aturan yang diterapkan PY NSC Maumere itu, kata Trisusilo, adalah aturan umum NSC pusat yang berlaku di seluruh cabang NSC di Indonesia.
Alasan Trisusilo itu tak diterima karyawan, Truk-F, DPRD dan Dinas Nakertrnas Sikka. Pasalnya, sebagian besar aturan NSC yang berlaku itu, bertetangan dengan aturan ketenagakerjaan. Karena tidak tercapai sepakat, akhirnya sidang diskors setengah jam dari pukul 11.30 Wita hingga pukul 12.00 Wita.
Penundaan itu karena NSC minta waktu membahas desakan penerimaan kembali delapan karyawan yang di PHK itu dengan manajemen NSC pusat.
Disaksikan wartawan, skors sidang selama setengah jam itu dimanfaatkan Trisusilo dan Jenino untuk berkoordinasi dengan NSC pusat melalui telepon genggamnya.
Ketika sidang dibuka kembali pukul 12.00 Wita, Trisusilo mengatakan, hasil koordinasinya dengan NSC pusat, delapan karyawan tetap di PHK, karena telah melanggar aturan perusahaan. NSC juga akan meneruskan masalah itu ke sidang pembinaan hubungan industrial (PHI) NTT di Kupang.
Pernyataan Trisusilo itu mengundang protes dari Komisi C, Nakertrans dan karyawan NSC serta Truk-F. Olehnya, suasana sidang langsung 'memanas'. Dengan nada tinggi, anggota DPRD seperti Siflan Angi, Ganriel P Mako, Alfridus Aeng, menyatakan NSC telah melecehkan wibawa DPRD dan pemerintah yang telah memfasilitasi pertemuan beberapa kali.
Karena itu, Siflan Angi mengusir tiga wakil dari PT NSC keluar dari ruang sidang DPRD. Meski demikian ketiganya tetap duduk di ruang tersebut. "Perusahaan ini ngawur. Semua aturan main perusahan ini tidak jelas, tidak mengacu pada undang-undang ketenagakerjaan. Tidak pernah ada kesepakatan perusahaan dan karyawan mengenai penerapan aturan baru. Sekarang mau lanjut kasus ini ke PHI. Kenapa? Karena NSC tahu karyawan tidak punya duit ke Kupang. Daripada perusahaan ini hadir dan menyusahkan masyarakat, sebaiknya usir saja dari Maumere," tegas Siflan.
Pernyataan Siflan didukung Gabirel P Mako, Piet Jelalu dan Gabriel Parera. Mereka mengatakan, perusahaan NSC sudah melanggar aturan ketenagakerjaan. Makanya mereka meminta pemerintah segera mencabut SITU perusahan itu.
Sebelum menutup sidang, pimpinan sidang, Kondibus Stelemaris menyampaikan empat rekomendasi Komisi C DPRD Sikka. Pertama, PT NSC harus menjawab surat dari Dinas Nakertrans Sikka. Kedua, masalah PHK karyawan PT NSC akan diteruskan ke sidang paripurna DPRD Sikka.
Ketiga, jika karyawan PT NSC itu tidak diterima bekerja kembali di perusahaan, maka keberadaan PT NSC di Maumere harus ditinjau kembali. Keempat, batas waktu kepada PT NSC 10 hari kerja untuk menentukan sikap selanjutnya.
sumber : poskup

Selengkapnya...

Tuesday 18 March 2008

Rekanan lapor panitia ke polisi

* Pengadaan pakaian dinas Pol PP Rp 1,3 M
Direktur PT Permatasari Vrossa (PV), Ben Marianus, Jumat (14/3/2008), melaporkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Ansel Lose, SM, Ketua Panitia Pengadaan Pakaian Dinas dan Atribut Kantor Pol PP Sikka, Thomas Aquinas serta Direktur CV Sinar Tiga Satu (STS), Siprianus Paulus Dance ke Polres Sikka.

Menurut Marianua, pihak-pihak yang dilaporkannya itu diduga melakukan perbuatan korupsi, menyalahgunakan wewenang, melakukan penipuan, penggelapan dan perbuatan tidak menyenangkan dalam proses lelang proyek pengadaan pakaian dinas dan atribut di Kantor Pol PP Sikka tahun 2008 senilai Rp 1,3 miliar.
Laporan itu disampaikan ke polisi melalui kuasa hukumnya, Meridian Dado, S.H, dan Gabriel Bheo Degha, S.H . Seperti disaksikan wartawan, Jumat (14/3/2008), Meridian Dado dan Gabriel Bheo Degha menghadap Kapolres Sikka, AKBP Endang Syafruddin di ruang kerjanya untuk menyampaikan laporan tersebut.
Ditemui usai bertemu Kapolres, Meridian meminta penyidik Polres Sikka menindaklanjuti laporan tersebut. "Kalaupun klien kami digugurkan dengan alasan cuma menyertakan fotokopi, maka itu bukan hal substansial. Mengapa pememang lelang yang tidak menyertakan dokumen dukungan bank diloloskan. Terlihat jelas dokumen lelang dibuat untuk menguntungkan pihak tertentu," kata Meridian.
Menurut dia panitia lelang diduga menafsirkan ketentuan dokumen lelang secara berbeda dari yang seharusnya untuk menguntungkan pemenang lelang. Ini membuktikan telah terjadi penyalahgunaan kewenangan.
PT Permatasari Vrossa dan rekanan lainnya sudah memberikan surat sanggahan atau keberatan terhadap panitia namun tidak digubris.
Kapala Sat Pol PP Sikka, Emanuel Hurint; PPK, Ansel Lose, SM serta panitia, Thomas Aquinas, S.E yang hendak dikonfirmasi di kantornya, Jumat (14/3/2008), tidak berada di tempat.
sumber : poskup

Selengkapnya...

Warga Habi tuntut dana PKH

* Surati Dinsos Sikka
Setelah warga Kecamatan Waiblama dan Desa Langir, Kecamatan Kangae memprotes pencairan dana Program Keluarga Harapan (PKH) di Sikka, kali ini 116 kepala keluarga (KK) warga Desa Habi, Kecamatan Kangae juga menuntut untuk mendapatkan dana PKH. Terkait tuntutan tersebut, mereka memberikan surat pengaduan kepada Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sikka.


Dalam surat itu warga mengungkapkan berbagai penyimpangan proses pendataan dan pencairan dana PKH di desanya. Mereka membeberkan kondisi perekonomian keluarga masing-masing sehingga bisa menjadi pertimbangan pemerintah untuk mengikutsertakan mereka dalam program PKH.
Hal itu disampaikan wakil utusan masyarakat Habi, Maria Nona Murni dan Maria Odi Lea, kepada Pos Kupang di Maumere, Minggu (16/3/2008) siang.
Murni menjelaskan, pendataan warga calon penerima PKH oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan aparat desa, Yoris, pertengahan tahun 2007 terkesan tidak profesional dan obyektif. Pasalnya, lanjut Murni, sekitar 116 KK di Desa Habi yang masuk kategori warga sangat miskin tidak didata oleh petugas saat itu.
Karena itu, Murni menilai pendataan warga miskin penerima dana PKH oleh petugas saat itu terkesan subyektif atas dasar kepentingan tertentu. Ini terbukti, kata Murni, saat pencairan dana PKH di kantor Pos Indonesia (Posindo) Kecamatan Kangae untuk 63 KK warga Desa Habi, warga lainnya kaget karena baru tahu ada progran PKH di desanya.
Persoalan lainnya, jelas Murni, ada sejumlah keganjilan dalam proses pendataan dan pencairan dana PKH di Desa Habi.
Dicontohkannya, nenek Theresia Jawa yang menanggung dua cucu dalam rumah tangganya sudah didata petugas dan lolos validasi data. Tapi saat pembagian kartu, nenek Theresia tidak mendapatkan dana PKH dengan alasan tidak memenuhi kriteria. Namun saat pembagian di kantor Posindo Kangae, nama nenek Theresia dibacakan petugas dan uang itu entah di kemanakan. "Pertanyaannya, kenapa tidak dapat kartu, tapi nama nenek Theresia tetap dibaca saat pencairan dana di Posindo. Ada banyak warga yang mengalami hal ini. Kami tanyakan, uangnya di kemanakan," tanya Murni.
Menyikapi kejanggalan itu, kata Murni, ia bersama sejumlah warga Habi mendatangi Dinsos Sikka tanggal 28 Februari 2008 dan bertemu Sekretaris PKH, Keytimu. Saat itu Keytimu minta warga membuat pengaduan tertulis dengan format yang sudah disiapkan pihak PKH. "Ada 116 formulir pengaduan yang diisi oleh warga Desa Habi dan sudah dimasukkan kembali kepada PKH, agar bisa ditindaklanjuti. Warga berharap mereka bisa menerima juga dana PKH itu," kata Murni.
Tuntutan warga Habi yakni, pemerintah dalam hal ini pihak PKH bisa turun ke Desa Habi dan melakukan sosialisasi dan klarifikasi terhadap pendataan, kriteria penerima PKH, pencairan dana PKH. Selain itu, 116 KK warga Desa Habi berharap pengaduan mereka bisa ditindaklanjuti dan mereka bisa diakomodir menjadi peserta PKH tahap selanjutnya.
Camat Waiblama kecewa
Camat Waiblama, Drs. Desiderius Parera mengungkapkan kekecewaannya atas kinerja pendamping PKH di Kecamatan Waiblama dalam proses pencairan dana PKH di wilayah tersebut. Kepada Pos Kupang melalaui telepon genggamnya, Minggu (16/3/2008), Desiderius mengatakan, pencairan dana PKH tahap I awal Februari 2008 untuk warga Kecamatan Waiblama masih menuai masalah. Masalah itu seharusnya diklarifikasikan terlebih dahulu sebelum pencaiaran dana tahap II.
"Tapi kenyataannya sekarang, dana tahap II dan III untuk warga Desa Natarmage dan Werang sudah dicairkan hari Sabtu (15/3/2008). Saya menangkap kesan pencairan dana PKH tahap II dan III ini sangat mendadak. Kemarin warga saya pulang dari Kantor Posindo Talibura sudah tengah malam. Kami sangat sesali, masalah yang lama belum diklarifikasikan petugas di lapangan, kok dana tahap II dan III sudah dibagikan lagi," papar Desiderius.
Desiderius mengungkapkan, ia sangat kecewa karena selama ini empat pendamping PKH wilayah Waiblama, yakni Jolang (Prida), Miger (Natarmage dan Tanarawa), Syukur (Werang) dan Vemy (Ilinmedo dan Tua Bao) jarang berada di wilayah masing-masing, dan hampir tidak pernah berkoordinasi dengan camat.
"Saya sudah minta pendamping senantiasa berada di desa dampingannya, dan berkoordinasi dengan camat. Tapi hal ini tidak dilakukan. Surat pemberitahaun untuk pencairan dana tahap II dan III hari Sabtu (15/3/2008) untuk penerima di Desa Werang dan Natarmage baru disampaikan Jumat (14/3/2008) sore. Padahal sebelumnya saya sudah minta mereka bertemu dengan masyarakat dulu sebelum pencaiaran dana tahap II dan III, tapi tidak dilakukan," katanya.
Sebelumnya, pendamping PKH Talibura dan Waiblama, Leli Iriadi kepada Pos Kupang, Rabu (12/3/2008) lalu berjanji pihaknya akan melakukan sosialisasi ulang dan klarifikasi dengan masyarakat penerima PKH sebelum pencairan dana PKH tahap II.
Dalam pertemuan itu, kata Leli, akan dibicarakan mengenai rencana menabung sebagain dana warga ke koperasi mana saja yang warga inginkan. "Kami akan bicarakan lagi dengan warga. Mereka boleh menabung sebagian dana PKH itu di koperasi mana saja yang mereka suka, tidak harus di Obor Mas. Tapi mereka harus menabung," janji Leli.
Untuk diketahui, pencairan dana PKH bagi warga Kecamatan Waiblama di Posindo Kecamatan Talibura, awal Februari 2008 lalu, menuai protes. Sejumlah warga protes karena dana bantuan dari pemerintah pusat yang mereka terima dipotong pendamping dengan besar bervariasi untuk dimasukkan ke tabungan di Kopdit Obor Mas tanpa terlebih dahulu dibicarakan dengan warga penerima dana PKH.
Selengkapnya...

Saturday 15 March 2008

Mengenang Penyair tua tanah sikka yang telah pergi....

KABUPATEN Sikka tanggal 25 agustus 2006 lalu kehilangan seorang budayawan, Edmundus Parera.Tokoh yang berpenampilan khas dengan topi kaboi ini pergi untuk selamanya. Menutup mata pada usia lebih dari 84 tahun di RS St. Elisabeth-Lela. Pria kelahiran Sikka, 30 September 1921 silam, ini merupakan budayawan yang telah banyak menyumbangkan berbagai ide dan pemikirantentang sejarah Kerajaan Sikka yang berjaya
seratus tahun silam.
Edmundus Parera adalah budayawan, juga seorang penulis yang banyak menyumbangkan karya besarnya yang hingga kini dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran, baik dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Karya Mo’at Edmundus dipakai sebagai literatur dan sumber penulisan karya tulis maupun skripsi.Karya-karya besar itu, antara lain Manukoko (1980) sebuah buku yang berisi nyanyian daerah dari berbagai pelosok di daratan Flores. Juga ada buku Seputar Warisan Adat Sikka, Wake Pu’ang, Peleng Patang,Riwayat kParoki Sikka menjelang usia 100 Tahun, Otobiografi “ Ganu Pae Teri Moret Kamus Bahasa Sikka- Indonesia, Kamus Ringkas Portugis-Indonesia yang ditulis secara otodidak sedang mempelajari bahasa Portugis untuk perbandingan peninggalan Bahasa Portugis di Sikka.Tidak hanya itu ‘Penyair Tua’ ini juga menulis sebuah buku tentang pengalamannya di masa pendudukanNippon (Jepang) di Sikka.
Di mata masyarakat, Edmundus Parera adalah sosok yang sederhana, tekun serta memiliki watak otodidak yang tinggi dalam menyusun berbagai karya yang akan dibekalinya kepada anak cucunya ‘Generasi Muda’ Kabupaten Sikka agar kekayaan pengalaman yang pernah dimiliki Kabupaten Sikka tidak begitu saja hilang dari catatan perjalanan Sikka dari muka dunia. Ini terbukti dari banyaknya kunjungan wisatawan asing,duta besar hingga para ahli sejarah datang mencari isi sejarah yang pernah ditinggalkan bangsa Portugis, Belanda, Jepang hingga Asia,“penyair tua” inilah yang menjadi sumber.
Sebagai tokoh masyarakat dalam posisinya sebagai hakim adat, putra sikka yang pensiun dari guru pada 1 0ktober 1976, ini bersama saudaranya M Mandalangi Parera (alm11 Mei 2001) juga seorang budayawan melahirkan sebuah buku “Peleng Patang.”
Edmundus tidak saja memiliki jiwa otodidak di bidang sejarah, tetapi juga memiliki jiwa seni sastra. Ada sejumlah deretan puisi karya Edmundus yang ditinggalkan sebagai pesan besar bagi generasi muda agar tekun dan terus mencatat berbagai peristiwa besar di Kabupaten Sikka sebagai sebuah sejarah yang sudah sepantasnya jangan ditelantarkan begitu saja oleh pemilik sebenarnya,yang tidak lain adalah kita sendiri. Pemilik Nian Sikka.
Sejumlah karya sastra puisi yang ditinggalkan, antara lain Sumbangan PenyairTua.Dalam puisi yang sangat sederhana dan alami ini tersirat makna besar tertuju kepada generasi muda, karena angkatan tua adalah angkatan lama yang pernah memiliki kejayaan
dan kini sirna dan tinggal kenangan. Karya lainnya O Guruku, O Gereja Tua, O Sikka Kekasihku serta masih banyak karya sastra lainnya yang dibuat sang Sumbangan Penyair Tua.
Darah seni dan cinta akan budaya daerah tak berakhir dalam silsilah garis keturunan Edmundus Parera.Sederetan pencinta seni dan budaya mulai lahir, siap memanggul pesan
sang pencetus puisi Sumbangan Penyair Tua, Oscar Mandalangi, Indah Parera, merupakan contoh yang siapa saja patut menirunya, dengan memiliki darah seni kreasi sendratari
kesenian Kabupaten Sikka pun kian marak dipersembahkan di berbagai daerah lain di Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir,Kabupaten Sikka telah kehilangan budayawan
lokal yang begitu berjasa dalam dunia sejarah lokal daerah Kabupaten Sikka. Antara lain Pater Piet Petu, SVD, M Mandalangi Parera.
Memiliki jasa besar dalam berbagai tulisan dan pemikiran serta ketekunan dalam menggali dan menggali sejarah di Sikka. “Tahi blinok lalang woer, tali ene dagir waing, karang ene kaet alang; ma reta seu ma, retu seu lape pitu,reta kota lape walu, ma ngaji beli ami, me aung klunuk ei Kabupaten Sikka mogang saweng.” Selamat jalan Opa Manda”


KARYA DAN BAKTINYA
* 1949 turut memrakarsai berdirinya SRK IV Sikka di Sikka
* 1952 memrakasai berdirinya SR Strada Tanjung Periok
* 1954 memrakarsai berdirinya SRK St. Maria Bondongan- Bogor
* 1957 memrakarsai berdirinya SMEP/SMP Bunga Fatima
* 1984 memrakarsai berdirinya SMPK Watu Pajung Sikka dan menjadi ketua
Yayasan Watu Pajung yang kemudian diakui tahun 1991.

Selama bertugas sebagai guru sejak 1939 di setiap lembaga pendidikan ini,
Edmundus juga menjadi seorang organis dan dirigen yang handal dan piawai
dalam berbagai kegiatan paduan suara dan koor gereja, sekolah maupun diberbagai kegiatan pertunjukan.(Spirit)

Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 03.08 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---