Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Friday 13 September 2013

Pemburu Siput di Pulau Besar

Ada hal yang unik dilakukan warga pesisir di Pulau Besar. Yakni mencari siput pantai. Siput tersebut ditangkap dan kemudian dijual kepada para engkulak. Seperti dilakukan Moa Badi. Kami bertemu orang kampung sederhana ini ketika usai menikmati sunset. Beliau yang mengenakan pakaian usang berjalan pelan mencari lobang siput yang tersebar di pesisir. Ditangannya ia menenteng ember. Rupanya isi dalam ember tersebut adalah umpan untuk menjebak siput. Umpan tersebut terbuat dari ampas parutan kelapa. Ampas sisa kelapa tadi kemudian disebar disejumlah lobang-lobang siput. Kami memperhatikan dengan seksama. Kesannya ini adalah pekerjaan sia-sia dan perlu kesabaran. Setelah menyebar ampas kelapa, Moat Badi lantas berisitirahat. "Tunggu sampai 3-4 jam baru panen siput," katanya kepada kami.

Maka ketika malam menyapa, kami tak sabar menunggunya di pesisir. Ia bersama 3 orang anaknya lantas muncul dari kegelapan. Panen siput akan dimulai.Kami mulai degan lobang pertama. Sungguh. Pekerjaan yang kami katakan butuh kesabaran tersebut membuahkan hasil ketika puluhan siput bersama penghuninya keluar dari lobang dan menyebar disekitar area.

Dengan penuh semangat kami lantas memungut siput-siput kecil tersebut. Dan lobang berikutnya menyusul kedalam hutan pantai. Moat Badi mengomandani peburuan. Lobang demi lobang yang telah diberi jebakan ampas kelapa menghasilkan banyak siput. Ember meluap, Panen malam ini sangat berkesan. Sebuah kearifan lokal yang sangat sederhana ditengah beribu macam aneka modernisasi yang mewabah di jaman ini, masih dipelihara.

Siput-siput tersebut lantas dibawah kerumah dan dikumpoulkan dalam karung. Karung tersebut mesti diberi lobang-lobang kecil agar penghuni siput mendapat oksigen.

Butuh beberapa hari, pembeli akan muncul dan mengorder siput tersebut sampai ludes. Ada jadwal tertentu bagi penjual dan pembeli sepakat bertransasksi.

Menurut Moat Badi, beberapa warga yang mendiami pulau kecil di perairan Flores ini juga pencari siput dengan cara yang sama.

Ya, ternyata di Pulau Besar banyak kesan. Selain panorama alamnya yang indah, rupanya kehidupan penduduknya juga beragam dan unik.

berburu siput
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Pulau Besar, Elok dalam Kesepian

Potensi Wisata yang masih Tertidur

Pulau Besar dalam jajaran 17 buah pulau di perairan Flores, merupakan salah satu destinasi penyelaman terbaik. Demikian dikatakan Hery Adjo, pegiat diving di perairan Flores. Dipadu pemandangan alam tepi pantai yang menggiurkan, Pulau Besar patut dicatat dalam agenda liburan bahari. Bagi peminat yang memilih liburan alamiah dan tanpa tetek begek lainnya, Pulau Besr bisa menjadi solusinya. Tidak semua belahan pantainya merupakan sarang wisata, namun beberapa titik bisa dijadikan andalan untuk menyelam, berleha-leha dan bwerwisata alam termasuk treking. Palagi penduduk setempat menawarkan keramahan khas pedesaan. Saya ingin mengajak pembaca menyusuri salah satu bagian pulau ini. Ada hamparan pasir putih melengkung indah. Dllatari hutan pepohonan, saya kira pemandangan disini menjanjikan surga dalam bentuk lain.

Kami menjejakkan kaki siang hari. Panas yang terik adalah sapaan akrab di sebuah tempat tropis macam Flores. Tak ada siapa-siapa. Sunyi. Namun kesunyian tanpa wisatawan ini membuat hati serasa betah. Bisa beristirahat sepuas-puasnya. Bahkan bisa bersenang senang dengan memanjakah tubuh di kedalaman airnya.

Didepannya, adalah titik penyelaman bahari dengan terumbu karang mempesona. Namun keagungannya acap kali terancam oleh ulah sekelompk oknum yang mengoyak laut dengan menggunakan bom ikan. Inilah yang merusak citra alam.

Tak jauh dari tanjung elok ini, ada perkampungan Labentour. Penduduknya ramah-ramah. Mereka hidup sebagai nelayan dan petani. Ada hutan jambu mente, kelapa dan pohon-pohon penghasil lainnya. Ada juga sungai kering. Air mengalir deras dikala musim hujan menyiram bumi.

Salah satu penduduknya bernama Moat Badi. Selain petani, nelayan, si ramah ini juga pencari siput yang handal. Ketika bermalam di tepi Pulau Besar, kami diajak berburu siput dengan menggunakan ampas kelapa. Taktik licik ini mampu menjerat ribuan siput yang keluar sarang dari lobang buatannya. Hebat dann seru!

Tempat tepian ini juga menjanjikan pemandangan dahsyat berupa bola mentari diujung senja. Sunset berkliau emas ini sungguh indah. Mentari tersebut bisa disaksikan ketika turun disisi sebelah Pulau Palue. Sangat cantik.
www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Thursday 12 September 2013

Siapkan Format Pernyataan

Wabup Nong Susar
Menyikapi surat dan pernyataan pengungsi Palue yang enggan dipindahkan ke Pulau Besar, Wabup Sikka, Drs. Paolus Nong Susar meminta disiapkan formulis pernyataan. Susar menegaskan pemerintah khususnya Pemkab Sikka menghargai rakyat termasuk menghargai hak berpendapat, sikap dan keputusan sebagian warga Palue yang tidak mau pindah/menolak ke Pulau Besar dan sekitarnya. Seiring dengan itu pemerintah daerah sudah menyiapkan format pernyataan tidak bersedia pindah bagi yang menolak dan surat pernyataan bagi yang mau pindah ke Pulau Besar. Susat pernyataan ini kata Susar, sebagai dasar tanggung gugat (akuntabilitas) sekaligus tanggungjawab (responsibility) bersama untuk saling menghargai sekaligus melindingi (proteksi) diri, bilamana terjadi pengaduan antar pihak (pemerintah, masyarakat umum peduli HAM, kaum politisi dan lembaga advokasi kebijakan lain).

Tugas pemerintah, kata Susar, melindungi rakyatnya dari ancaman bencana alam maupun bencana sosial (perang, kekerasan, intimidasi dan lain-lain). Terkait konteks bencana Palue, Pemda Sikka cepat menanggapinya dengan mengerahkan segala kekuatan yang ada untuk menyelamatkan masyarakat dari bahaya ancaman jiwa, bahaya kesehatan, bahaya pendidikan dan rentannya kesinambungan ekonomi keluarga.
Karena itu, papar Susar, langkah konkrit Pemda adalah menggunakan garis komando sesuai kewenangan dan koordinasi dengan pemerintah di Propinsi NTT (Gubernur NTT, Danrem Wirasakti, Kapolda NTT) dan Pusat (BNPB, rapat Bupati Sikka dengan departemen terkait di Jakarta) serta bersinergi dengan lembaga peduli sosial keagamaan dan kemanusiaan (Charitas, Tagana, PMI, LSM lokal).
"Tentu tidak semua hal ditangani secara ideal. Tapi pemerintah maupun lembaga peduli kemanusiaan sudah berbuat maksimal untuk orang Palue," kata Susar.
Dan, kata Susar, tugas pemerintah daerah memenuhi hak-hak dasar bagi 300-an ribu warga (termasuk Palue,red). Tentu semua hal tidak terpenuhi secara ideal. Apalagi situasi bencana. Karenanya, perlu kesabaran, jauhkan sikap pemaksaan kehendak demi kepetingan sesaat dari kelompok tertentu.
Untuk diketahui, perwakilan pengunsgi yang berada di kamp pengungsian bekas Kantor Bupati Sikka, menyurati Gubernur NTT.
Dalam surat sebanyak dua lembar yang ditandatangani oleh warga pengungsi Palue sebanyak 14 orang, keberatan dengan rencana pemerintah merelokasi ke Pulau Besar.
Surat tersebut berisi pernyataan sikap pengungsi bencana gunung Rokatenda. (kutipan dari Pos Kupang)
Selengkapnya...

Monday 9 September 2013

Pernyataan Sikap Tolak Relokasi ke Pulau Besar

Ditandatangan 14 Orang, Minta Relokasi di Wairi'i

Lokasi Relokasi di Pulau Besar yg dispakan Pemkab Sikka
Pengungsi Palue yang berdomisili di lokasi bekas Kantor Bupati Sikka, Jalan Ahmad Yani menyatakan keberatan atas rencana pemerintah yang akan merelokasi pengungsi ke Pulau Besar lewat surat pernyataan sikap yang ditanda tangani warga pengungsi Palue sebanyak 14 orang. "Kami sebagai warga Kabupaten Sikka memiliki hak berpendapat dan menuntut pertanggungjawaban konkret dari pemkab sikka dalam merelokasi pengungsi Palue. Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah memperhatika kebutuhan kami. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Caritas, PMI dan lembaga lainnya yang memberikan dukungan penuh terhadap masyarakat pengungsi," tulis mereka. Mereka mengajukan empat tuntutan. Pertama meminta Pemkab Sikka (Bupati dan DPRD Sikka) mengambil kebijakan khusus untuk merelokasi pengungsi Rokatenda, baik tahap pertama maupun tahap kedua kearah barat, terutama Wae Ri'i dan sekitarnya.

Kedua, menolak untuk dipindahkan dan direlokasi ke Pulau Besar dan sekitarnya.
Ketiga, jika pemerintah bersi keras memindahkan pengungsi ke Pulau Besar maka mereka mendesak pemerintah sebaiknya melakukan rehabilitasi total terhadap rumah-rumah dan infrastruktur lainnya di Palue aga segera pengungsi bisa kembali ke desa masing-masing.
Kempat, menolak untuk digabungkan dengan Kabupaten Ende, karena Kecamatan Palue sebagai bagian dari Kabupaten Sikka yang tidak terpisahkan. Apalagi Palue diperebutkan dengan darah para pendiri Kabupaten Sikka, Raja Don Thomas.
Surat pernyataan sikap yang ditulis di Maumere 5 september 2013 ini tembusannya ke Gubernur NTT, Pimpinan DPRD Sikka, Kepala BPBD Sikka, wartawan Flores pos dan Pos Kupang.
**** Sebelumnya, Pemda Sikka telah menyiapkan lahan pemukiman di Pulau Besar untuk pengungsian tahap kedua berjumlah 372 KK yang mendiami bekas Kantor Bupati Sikka. Warga Dusun Nanga Koja gete di Pulau besar yang merupakan penduduk keturunan Maumere daratan didepan Bupati Sikka, Ketua DPRD Sikka Rafael Raga dan Uskup Maumere Mgr.Kherubim Pareira sudah menyatakan menerima dengan tangan terbuka sebagai sesama saudara orang maumere dan memberikan tiga lahan tersebut utk pemukiman. Bagaimana tanggapan pemerintah? mari kita tunggu bersama!
Selengkapnya...

Menkes Serahkan Bantuan

Kunjungan Menkes di Lokasi Pengungsian Maumere
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dalam kunjungan ke Maumere juga memberikan bantuan yang berasal dari Kementerian Kesehatan RI. Bantuan tersebut berupa peralatan kesehatan. Secara simbolis bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi, yang diterima Bupati Sikka Ansar Rera. Penyerahan bantuan tersebut dilakukan di Aula Rujab Bupati Sikka di Eltari, Kamis (5/9/2013) malam. Pada kesempatan tersebut, Bupati Sikka mengucapkan terima kasih kepada Kememnterian Kesehatan RI dan mengatakan kedatangan Ibu Nafsiah sebagai perjalana pulang kampung melihat rumah sendiri. Kedatangan Menteri Kesehatan ini terkait kunjungan beliau yang ingin melihat langsung pengungsi akibat dampak letusan Gunung Rokatenda di Palue.

Dalam kunjungannya siang hari, beliau berkesempatan berbincang-bincang dengan sejumlah pengungsi yang tersebar di 18 ruangan dan sejumlah tenda.
Beliau mengatakan akan membantu pembangunan Puskesmas Perawatan di lokasi pengungsian relokasi Pulau Besar.
Selain mengunjungi lokasi pengungsian, Nafsiah Mboi juga melakukan kunjungan ke Rumah Sakit T.C Hillers Maumere. Di rumah sakit pemerintah ini, beliau sempat berbincang dengan para dokter dan para medis. Ia juga melakukan kunjungan ke ruangan perawatan bayi. Begitu juga, Beliau melihat langsung penderita HIV/Aids di ruangan isoliasi Flamboyan.
Kunjungan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi didampingi Wakil Gubernur NTT, Beny Litelnoni, Bupati Sikka Ansar Rera, Wabup Sikka Nong Susar, Kadis Kesehatan, Delly Pasande dan sejumlah rombongan. 

Bantuan yang diberikan:

  •  -20 ribu masker 
  • -Bahan Kesehatan Lingkungan (5 dos fly repellent, 100 Kg kaporit, 100 playbag, 200 buah kelambu, 
  • -10 paket obat klinik 
  • -2 Paket Emergency Kit 
  • -2 Ton MP ASI 
  • -700 Kg biskuit pmt ibu hamil 
  • -1 set poliklinik set 
  • -set Radio repeater 
  • -Reproductive Healt Kit (200 tas hygiene kit erotas bumil dan 10 tas Bulin kit
Selengkapnya...

Menteri Kesehatan Kunjungi Pengungsi

Wagub NTT, Menkes, Wabup Sikka/foto riki saba
Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, 5 September 2013 mengunjungi Maumere. Kunjungan ini secara khusus untuk melihat dari dekat kehidupan warga Palue yang mendiami lokasi pengungsian di bekas kantor bupati Sikka dan yang mediami gedung transito. Bersama Wakil Gubenur NTT Beny Litelnony serta didampingi Bupati Sikka Ansar Rera dan Wabup Nong Susar, Ibu Menteri nampak berbincang dengan sejumlah pengungsi. Menteri juga meninjau sarana MCK yang berada di belakang gedung. Ia nampak menyalami sejumlah ibu dan menannyakan tentang keadaan mereka serta kesehatan. Keakraban istri dari mantan Gubernur NTT Ben Mboi ini mencairkan suasana warga yang dikunjungi.

Begitu juga saat beliau dan rombongan melihat dari dekat para penghuni di Gedung Transito, Jalan Eltari, Wairklau. Keakraban beliau tersebut mampu diterjemahkan sebagai tanda prihatin mendalam terhadap pengungsi. Beliau sangat antusuas menndegar keluh kesah dan cerita dari orang-orang yang dikunjungi.

Kepada media, beliau mengatakan mendukung relokasi pengungsi ke Pulau Besar yang direncanakan pemerintah daerah terutama di Pulau Besar. Bahkan beliau berjanji membangun Puskesmas Perawatan di lokasi relokasi yang ditempati.

Ia mengatakan telah berbicara dengan Bupati Ansar mengenai masalah kesehatan dan fasilitas kesehatan. "Kan dengan adanya relokasi, penduduk bertambah sekitar 3000-an jiwa, berarti paling tidak mesti ada satu Puskesmas Perawatan ditempat relokasi. Saya kira ini penting sekali untuk dilihat kedepan, sekaligus ditata lebih baik dengan pelayanan yang baik pula," kata Menteri.

Terkait masalah pengungsi yang masih bertahan di Pulau Palue, khususnya di zona merah, Bupati Ansar Rera yang mendampingi Menteri Nafsia menjelaskan, sampai dengan saat ini proses advokasi terus dilakukan agar warga yang masih bertahan segera keluar dari Palue.

Terkait hal tersebut, Menteri Kesehatan meminta peran serta media dalam membantu proses advokasi. "Justru media sangat penting dam hal ini, seperti kami alami saat terjadinya tsunami. Mereka susah sekali untuk pindah karena masih terikat dengan nenek moyang. Jadi disinilah media bisa berperan secara positip, secara bersama-sama mengajak warga yang bertahan untuk meninggalkan lokasi rawan," jelas Menteri.

Menteri juga meninjau Rumah Sakit T.C Hillers Maumere. Disambut tarian hegong diawal kunjungan, beliau kemudian berdialog dengan sejumlah pelaku kesehatan. Ibu Menteri juga memngunjungi studio Medika FM yang melayani siaran udara seputar kesehatan. Juga bertatap muka dengan para ibu di ruang perawatan bayi. Di ruang isolasi perawatan korban penyakit HIV/Aids, beliau sempat bertemu salah satu pasien yang terbaring lemah.

Seperti diberitakan sebelumnya, Gunung Rokatenda kembali meletus bulan agustus lalu, tepatnya 10 Agustus 2013. Akibatnya, lima orang dinyatakan tewas, beberapa desa terkoyak dan tak layak untuk dihuni, serta seribu lebih warga mengungsi ke Maumere. Pemerintah Kabupaten Sikka menanggapi bencana ini dengan upaya pro aktif. Bahkan Bupati Ansar langsung terjun memimpin evakuasi dari Palue, sehari setelah letusan.



www.inimaumere.com
Selengkapnya...

KRI dr. Soeharso Kunjungi Maumere Tiga Hari

Pelabuhan L. Say berubah. Dalam tiga hari yakni dari tanggal 5-sampai 8 september 2013, KRI dr. Soeharso menggelar berbagai kegiatan amal seperti pengobatan gratis dan perbaikan sarana prasarana. Kegiatan tersebut merupakan baian dari rangkaian menyukseskan Sail Komodo 2013. Untuk pengobatan gratis tersebut, dipergunakan ruang tunggu Pelabuhan L. Say dan Kapal KRI dr. Soeharso sebagai rumah sakit terapung. Dibukanya kegiatan amal tersebut membuat lokasi pelabuhan dibanjiri ribuan warga Kabupaten Sikka dengan berbagai keluhan penyakit. Ruang operasi ditempatkan di rumah sakit terapung. Operasi yang diadakan terdiri dari operasi bibir sumbing, katarak dan lainnya.

Kunjungan kapal perang rumah sakit ini disambut Bupati Sikka Ansar Rera dan sejumlah pejabat lainnya. Kolonel Laut Taat Siswo Sunarto yang menjabat sebagai Komandan Satuan Kapal Bantu (Dansatban) Koartim dikalungi selendang khas Sikka, sebelunya tarian hegong dan Huler Ware menyambut rombongan.
Selama tiga hari operasi dan pengobatan berlangsung, sejumlah pasien mengaku bersyukur. Sebab dengan adanya pengobatan gratus tersebut mereka tidak dikenakan biaya apapun. Bahkan dalam kunjungan TNI Angkatan Laut tersebut, khitanan massal menjadi salah satu target pelayanan. Jadi jangan heran, dilokasi pengobatan banyak warga pesisisr dan anak-anak.
Kegiatan Satgas Bakti Surya Bhaskara Jaya LXII/2013 (SBJ) di wilayah Maumere berupa pelayanan kesehatan, pelayanan masyarakat dan renovasi sarana dan prasarana umum. Sedangkan pelayanan kesehatan berada di dua tempat yakni darat dan di kapal. Untuk Posko pelayan kesehatan didarat meliputi kesehatan umum, gigi dan khitan. Untuk bedah mayor, operasi katarak dan bibir sumbing bertempat di kapal perang rumah sakit.
Kunjungan kapal perang rumah sakit KRI dr. Soeharso-990 Jumat (6/9/2013) adalah dalam rangka kegiatan Operasi Bakti Surya Bhaskara Jaya LXII/2013 diwilayah Propinsi NTT yang meliputi pelayanan kesehatan, renovasi sarana dan prasarana umum, penyuluhan ketahanan nasional dan penyerahan bahan kontak meliputi wilayah Lembata, Maumere, Labuhan Bajo dan Waingapu.
Di Maumere, 1038 orang tenaga medis, dokter, pilot, kru heli, prajurit pengawak kapal perang akan bertugas bagi warga Kabupaten Sikka. Dua ruang kesehatan diberlakukan didarat yakni di ruang tunggu pelabuhan dan di KRI Soeharso yang dijadikan rumah sakit terapung. PUNDI SCTV dan Peduli Indosiar ikut bersama kapal tersebut melayani warga Kab. Sikka.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 3 September 2013

Gema Rokatenda Ajak Warga Keluar dari Zona Merah

Dua awak Radio Gerok FM atau Gema Rokatenda FM, Charles dan Nelis mengajak warga Palue yang masih bertahan di Zona Merah agar segera meninggalkan wilayah tersebut. Keduanya merupakan relawan pada Posko Gabungan untuk Bencana Rokatenda. Dalam kegiatannya, Posko Bencana Rokatenda dikoordiniR oleh Romo Yan dan Camat Palue L. Reggi. Saat letusan dahsyat tanggal 10 2013 Agustus lalu, Nelis bersama tim relawan lainnya membantu warga yang mengalami kesulitan. Anak muda yang masih menyandang status mahasiswa ini pun ikut dalam gerakan mengevakuasi warga Palue yang dipimpin Bupati Ansar kala itu. Sedangkan Charles mengumpulkan fakta dan melaporkan kembali lewat siaran udara Gerok FM.
Keduanya bekerja bahu membahu mengajak warga keluar dari zona merah. Dimana tetes-tetes kesedihan itu masih membekas ditanah mereka. Keduanya membantu memberitahu kepada masyarakat Palue bahwa ada tempat-tempat aman jika terjadi situasi darurat.
Minggu (2/9/2013) malam, Charles dan Nelis secara sederhana mengudara lewat Radio Suara Sikka FM. Muncul dari Palue, didepan corong stasiun radio yg beralamat di Jalan Don Thomas Maumere ini, mereka menceritakan situasi terakhir serta suka duka Gerok FM merambah belantara Palue. Lewat corong Suara Sikka FM, mereka juga menyapa warga Palue yang berada di Maumere dengan bahasa daerah mereka, Palue.
Keduanya mengatakan hingga saat ini (2/9/2013) jumlah pengungsi yang bertahan di zona merah berjumlah 1.020 orang. Kata Charles, mereka berada di tiga desa yang dikatakan berbahaya. Sudah berkali mengajak agar mengungsi ke zona aman. Namun nampaknya tidak mudah. Mulai dari keterikatan adat, menjaga rumah dan lain-lain.

Kerja keras relawan dan pemerintahan kecamatan dalam sosialisasi persuasif terhadap warga yang masih bertahan di zona merah masih berlangsung.
Tiga desa masih dihuni warga dan masuk dalam zona merah. Ketiga desa tersebut adalah Tuanggeo, Ladolaka dan Desa Kesokoja. Sedangkan desa-desa lainnya yang terkena dampak seperti Lidi, Rokirole, Nitung Lea dan lainnya sudah ditinggalkan meski belum total 100%.
Keduanya hari ini berharap agar warga Palue bisa kembali ceria menyongsong hari esok. Hari esok penuh harapan entah dimana saja mereka berada. Kepada saudara-saudata mereka yang berada di zona merah, keduanya menghimbau agar bisa meninggalkan wilayah tersebut.
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

GEMA ROKATENDA SAHABAT DI TENGAH BAU BELERANG!

Sebuah perjuangan dalam sisi berbeda dilakoni sebuah radio komunitas di Palue. Radio dengan peralatan terbatas ini menyemat nama GEMA ROKATENDA FM atau disingkat GEROK FM. Ditengah belantara Palue, Gerok FM hadir sebagai sarana informasi dan hiburan satu-satunya. Ketika Status Siaga 3 ditetapkan bercampur cerita pilu kepanikan dan ancaman letusan Rokatenda, Gerok FM setia berjuang di garda depan. Radio ini gencar mensosialisasikan ajakan evakuasi kepada masyarakat. Juga memberikan layanan informasi seputar Rokatenda. Dibantu peralatan siaran yang sangat sederhana seperti laptop dan wairles (pengganti mixer radio), Gerok FM yang didirikan 8 September 2011 melewati waktu dengan berbagai kisah mengharukan, bahkan disaat Rokatenda mulai menghardik Pulau Nua. Hebatnya, sejak Juni awak radio bertambah satu. Putra Palue, Nelis Pasha, anak muda yang bekerja tanpa upah.sebagai penyiar dan reporter, menjadi penghuni garda Gerok FM.

Bersama pendiri Gerok FM, Charles Senda, kedua putra Rokatenda ini berjibaku memberikan informasi bagi warga Palue. Bahkan ketika saat ini Rokatenda masih menebar ancaman.
Gerok juga mengandeng pihak gereja setempat dan pemerintah kecamatan mengsosialisasikan pada warga agar meninggalkan 3 desa zona merah.
Meski memiliki studio sangat sederhana, mereka tak patah arang. Semangat memberikan informasi kepada warga yang membutuhkan membuat keduanya terus hadir disegala situasi. Gerok menggunakan sebuah ruangan seadanya di kantor Desa Reruwairere. Dari sini celoteh penyiar merasuki belantara Palue, melewati hujan, badai, panas bahkan asap belerang Rokatenda. Diawal berdirinya hingga kini Gerok FM menjadi hiburan satu-satunya warga Palue.

Lewat kesabaran, ketekunan dan dedikasi bagi orang banyak, disegmen siaran tertentu radio ini menjadi jembatan mempertemukan para keluarga yang terpisah sangat lama. Seperti para keluarga perantau di Malaysia atau Batam. Disinilah Gerok FM hadir mempertemukan mereka.

Bisa dibilang, Gerok telah merubah segala harapan dikala komunikasi masih merupakan sesuatu yang sulit bagi Palue. Gerok FM mencoba membantu saudara-saudaranya dengan cara mereka yang sederhana.

Meski demikian, dedikasi tak berujung Gerok FM telah menjelma menjadi harapan. Ketika usai Rokatenda berontak dan melontarkan api menerangi langit gelap Palue, Gerok menjelma menjadi teman yang selalu setia. Tak heran kedua punggawa Gerok FM ini sangat dikenal oleh seluruh warga Palue.

Keduanya berharap agar warga Palue bisa kembali ceria menyongsong hari esok. Hari esok penuh harapan entah dimana saja mereka berada. Kepada saudara-saudata mereka yang berada di zona merah, keduanya menghimbau agar meninggalkan wilayah tersebut.

Tentang Gerok FM, mereka berharap ada donatur yang memberikan bantuan bagi peralatan studio. Sehingga perangkat darurat yang dimiliki Gerok bisa berganti dengan peralata siaran yang memadai.

Tentu saja, saat ini keduanya sedang mengurus izin siaran bagi Radio Gerok FM, agar tetap berjaya di udara. Saat di Maumere, keduanya sedang melakukan pendekatan dan persiapan untuk pengurusan izin radio komunitas.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 09.13 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---