Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Friday 30 August 2013

Tiga Lahan Relokasi di Pulau Besar

Untuk Relokasi 372 KK Rokatenda

Warga Dusun Nanga, Desa Kojagete, Pulau Besar, Kec. Alok Timur akan menerima secara terbuka dan kekeluargaan 372 KK warga Palue korban letusan Rokatenda jika direlokasi ke dusun mereka. Warga disini sepakat menyerahkan lahan di tiga tempat di Nanga yakni di Nanga Doi, Bola Pomat dan Urun Detung utk rencana pemukiman. Demikian dialog penuh kekeluargaan antara bupati dan warga dusun tadi siang, Kamis (29/8/2013) di halaman Kapela St Yosep Freinadmetz, Stasi Nanga, Paroki Talibura, Pulau Besar. Tiga lahan tersebut kemumudian di tinjau langsung Bupati Ansar dan Rombongan. Ikut dalam peninjauan lokasi lahan adalah Bapa Uskup Kherubim,SVD, Ketua DPRD Sikka Rafael Raga, Dandim Sikka Letkol Satya, Kapolres Sikka, AKBP Budi Hermawan dan pimpinan SKPD terkait serta LSM.

Bupati dalam dialog tersebut mengucapkan terima kasih kepada warga Dusun Nanga karena bersedia menerima para pengungsi di pemukiman dimana lahan tersebut diberikan oleh warga dusun.
Bupati berjanji akan memperhatikan pembangunan di dusun ini, bukan hanya untuk warga pemukiman baru. Tapi secara menyerluh bagi warga di Dusun Nanga, seperti fasilitas air minum, Rabat jalan,kesehatan, listrik dan sekolah.
Menurut rencana, ada 372 KK yang di relokasi ke pemukiman baru di Nanga. Selama ini mereka masih dalam penanganan Pemkab Sikka dipengungsian di bekas kantor bupati, Kota Baru, Maumere. Para pengungsi ditempat ini merupakan korba letusan Rokatenda yang terjadi tanggal 10 Agustus 2013 lalu.
Sedangkan pengungsi tahap pertama direncanakan dalam waktu dekat ini direlokasi ke lahan pemukiman yang sedang dipersiapkan di Hewulu dan Nangahure.
"Mudah-mudahan dengan sambutan baik warga dusun, kami cepat menambil keputusan. Kalau begitu pemukiman kami tetapkan di dusun Nanga, Desa Kojagete, sehingga dapat mempercepat pembangunan pemukiman, sehingga mereka juga tidak lebih berlama dipengungsian," kata Bupati.
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Monday 26 August 2013

DPR RI Kunjungi Lokasi Pengungsi Rokatenda

Komisi VIII DPR RI yang menangani bidang sosial Sabtu (24/8) mengunjungi lokasi pengungsian korban letusan Rokatenda yang mendiami bekas kantor bupati, Kelurahan Beru, Maumere. Kedatangan lima anggota dewan tersebut dipimpin Sayed Fuad Zakaria, Wakil Komisi VIII DPR RI. Selain meninjau dan melihat langsung kondisi ril para pengungsi dan fasilitas dilokasi, mereka juga  berdialog dengan para korban ketusan Rokatenda. Ke-lima anggota dewan ini datang sekitar pukul 10.00 wita. Mereka didampingi Sekda Sikka Sili Tupen dan Dandim 1603 Letkol Satya. Usai turun dari mobil, mereka langsung meninjau ruangan-ruangan di gedung berlantai dua tersebut. Kunjungan ini cukup tepat karena ke-limanya langsung berdialog dengan para pengungsi.

Diantaranya, mereka mendengar langsung keluhan dan keinginan warga. Sayed berpesan agar para pengungsi menetap di Maumere dilahan yang disiapkan pemerintah. Dialog berjalan dengan penuh keakraban.
Dari gedung tersebut, kelimanya lantas mengunjungi tenda-tenda pengungsi. Kunjungan juga dirangkai dengan melihat langsung dapur umum, sanitasi serta MCK. Di lokasi ini telah berdiri sekitar 20-an MCK.
Kepada sejumlah media usai peninjauan, beliau mengatakan akan menyampaikan kepada pemerintah pusat agar mengalokasikan anggaran dalam rangka rehab rekon yang lebih cepat. Begitu juga kepada kementerian terkait, dewan akan meminta mempercepat proses relokasi masyarakat erupsi sehingga tidak lama-lama berada dipengungsian. Demikian juga mengenai kondisi tenda pengungsian, MCK, gizi dan lain-lain menurutnya mesti diperhatikan lagi sehingga para penguingsi lebih merasa nyaman beraktivitas.
Kepada warga Palue yang masih tinggal di pulau tersebu Sayed meminta agar mau dievakuasi ke Maumere. Sebab katanya, aktivitas gunung berapi Rokatenda belum menurun sehingga masih rawan bencana.
Anggota DPR RI ketika di Maumere juga sempat bertemu Bupati Ansar Rera dan Wabup Nong Susar. Kepada pengungsi, Komisi VIII memberikan bantuan berupa lima ton beras dan uang Rp. 150 juta.
Hingga berita ini ditulis, status gunung yang menewaskan lima orang di Palue sejak meletus 10 Agustus 2013 masih berstatus Siaga 3.
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Sudah 1024 Orang di Evakuasi ke Maumere

Patut diberi apresiai atas perhatian Pemerintah Kabupaten Sikka sejak letusan dahsyat yang menewaskan lima orang terus memberikan perhatian terhadap pengungsi korban letusan Gunung Rokatenda. Diawali letusan 10 agustus lalu, pemimpin Kabupaten Sikka yang baru, Yos Ansar Rera terjun langsung ditengah lokasi letusan memimpin evakuasi. Beliau rela menginap di Palue ditengah bau belerang akibat erupsi Rokatenda. Beginilah wajah pemerintah yang memang seharusnya memiliki respon postip terhadap saudara-saudara kita di Palue. Masyarakat Sikka mendukung penuh. Hingga tanggal 24 agustus 2013, sesuai data yang dikeluarkan BPBD Sikka jumlah pengungsi yang menetap di lokasi bekas kantor bupati, Kelurahan Beru berjumlah 1024 orang atau 372 KK.

Rinciannya sebagai berikut:

  • Jumlah Laki-laki, 405 orang 
  • Perempuan: 619 orang 
  • Bayi: 13 orang Balita: 113 orang 
  • Ibu Hamil: 10 orang
  • Lansia: 102 orang. 
  •  Cacat: 3 orang.


Jumlah pengungsi diatas merupakan pengungsi akibat letusan Rokatenda yang terjadi 10 agustus 2013 lalu. Situasi di lokasi pengungsian, selain gedung kantor bupati digunakan, membludaknya pengungsi mengakibatkan daya tampung kantor yang terbakar 2009 lalu tidak lagi mampu menampung. Hingga dibangunlah tenda-tenda darurat disekitar gedung kantor tersebut.
Para relawan dari 14 organisasi kemanusiaan dengan jumlah 118 orang menjadi ujung tombak yang patut pula diberi apresiasi. Mereka bekerja 24 jam ditengah pengungsi. Tim kesehatan mendirikan tenda pengobatan disamping pintu masuk. Tim Palang Merah Remaja dari siswsi-siswi SMAN 1 berjibaku usai pulang sekolah hingga malam membantu para relawan lainnya bekerja. Luar biasa.
Untuk mengusir kebosanan, sejumlah masyarakat Maumere menghibur saudara-saudara kita pengungsi dengan sejumlah lagu-lagu pengiring waktu dimalam hari. Anak-anak diajak bermain bola kemanusiaan oleh Baba Ice atau Moat Babong. Bahkan beliau yang dikenal sebagao seorang pecinta kemanusiaan ini membuka layanan potong rambut gratis, membantu ibu-ibu menenun, yang lainnya membantu dengan cara mereka sendiri-sendiri.
Bagaimana dengan kelanjutan nasib anak-anak yang bersekolah? Sesuai janji pemerintah, sejak tanggal 19 agustus lalu, sebanyak 368 siswa pengungsi Gunung Rokatenda yang terdiri dari 259 siswa SD dan 109 siswa SLTP telah mengikuti kegiatan belajar mengajar sementara di gedung sekolah SMK Yohanes XXIII Maumere dan SMPK Yapenthom. Kegiatan belajar mengajar ini dilakukan siang hari usai kegiatan belajar mengajar bagi siswa siswi SLTP dan SLTA sekolah tersebut.
Pemerintah sedang menyiapkan lahan relokasi bagi para pengungsi di Nangahure dan Hewuli. Harapan pemerintah bahwa masyarakat tidak lagi kembali ke Palue seperti yang diucapkan Gubernur NTT Frans Lebu Raya kala bertemu pengungsi beberapa waktu lalu. Ia mengajak masyarakat menetap di Maumere dan tidak lagi kembali ke Palue. Sesekali boleh saja melihat pekarangan di sana, begitu kata Lebu Raya kala itu.
Bantuan untuk pengungsi terus mengalir. Selain pemerirah, pihak swasta, perorangan, organisasi, gereja dan lainnya terus bergerak dalam satu tujuan agar saudara-saudara kita tidak berjalan sendiri.
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Pangkas Rambut Langsung Ganteng

Moat Babong, Sukarelawan dari Kabor


Begitulah pangkas rambut ini dibuka hanya di lokasi pengungsian, yang terletak di Jalan Ahmad Yani, di gedung dan lahan bekas kantor bupati. Disinilah bermukim saudara-saudara kita yang dievakuasi akibat letusan rokatenda melanjutkan hidup sehari-hari. Karena rasa peduli memberikan waktu luang di tengah pengungsian. Ia bukanlah orang asing ditengah pengungsi Rokatenda. Beliau dikenal sebaga Baba Ice asal Kabor, namun kepada sejumlah pers nasional siang itu beliau memperkenalkan diri sebaga Moat Babong!

Pangkas rambut ini Gratis! Tidak Dipungut biaya sepersepun. "Pangkas rambut "Langsung Ganteng saya buat secara sukarela agar saudara2 kita yg dievakuasi disini boleh memotong rambut tanpa biaya, kasihan kalau mereka ke tukang pangkas mesti keluarkan uang sampe Rp 15 ribu belum ojek pulang pergi," ujar Moat Babong. Atas dasar itu beliau membuka pangkas rambut yg berdiri dibawah pepohonan sejuk.
Hebatnya, tukang cukur bukan hanya dirinya saja. Siapa saja yang bisa cukur dan mau meluangkan waktu memangkas rambut para pengungsi boleh bergabung. Niat tulus Moat Babong dan rekan-rekan ini bisa ditemui setiap hari.
"Tapi kalo sore, jadwal saya bermain bola kemanusiaan bersama anak2 korban letusan",kata Baba Ice alis Mota Babong.!
Baba Ice bukan orang baru ditengah pengungsian. Selama ini beliau beraktivitas di lokasi pengungsian Transito selama 7 bulan. Antara lain juga membantu ibu-ibu menenun sarung tenun ikat.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 20 August 2013

Karnaval Kemerdekaan 2013

Sisakan Sampah, Pawai Masih Monoton

Seperti di kota lainnya di Indonesia, Maumere juga berubah. Kota kecil yang sedang bergeliat disegala bidang, hari ini tepatnya 19 agustus 2013 lumpuh kurang lebih 4 jam. Sejumlah ruas jalan macet tersumbat akibat pawai karnaval dalam rangka menyemarakan HUT Kemerdekaan RI ke 68. Salah satu alternatif 'jalan tikus' yang digunakan adalah melewati kali mati seperti dalam foto dibawah ini. Tapi tetap saja tersumbat. Sejumlah kendaraan menunggu ekor karnaval berlalu. Polantas sigap di ujung timur dan barat pada kali legendaris ini. Karnaval kemerdekaan yang diikuti pelajar dr tingkat PAUD sampai perguruan tinggi, swasta dan pemerintah berakhir di halaman kantor bupati Sikka.
Kelompok barisan disambut Bupati Ansar Rera dan Wabup P. Nong Susar. Pantuan dari rute yang ditempuh, hampir semua penuh sesak dengan manusia. Anak-anak baku sese dengan orang dewasa sudah lumrah. Pemandangan yang sama dengan kota lainnya di nusantara. Sayangnya, karnaval kali ini tetap saja sama dengan tahun-tahun kemarin. Monoton. Jangan menghayal ada asesoris unik, khas dan cetar membahana disetiap peserta. Yang paling heboh tetap saja anak-anak PAUD dan TK, tarian Tua Reta Lou dari anak-anak SD dan tentu saja barisan waria dari paguyuban Perwakas.
Yang lain masih sama seperti seperti biasanya, ada barisan drum band dipimpin mayoret adik-adik yang cantik-cantik, barisan pakaian adat nusantara, barisan pelajar dengan pakaian kantoran, musisi, petani, olahragawan, tarian hegong dan iringan gong waning. Musik gegap gempita yang dimainkan oleh band seadanya dari oto truk, dealer motor yang numpang promo di buntut barisan dan tentu saja hirupikuk di garis finish. Dimana para ortu baku cari anak-anak mereka yang menjadi peserta.
Satu hal yang pasti, karnaval yang menyulap kota ini menjadi hirupikuk menyisakan sampah dimana-mana. Terutama di lapangan umum dan lintasan rute. Paling banyak adalah sampah kemasan gelas air mineral. Suaut pekerjaan tambahan bagi tim pasukan kuning dimana saat ayam jantan berkokok, saat itu pula mereka bekerja membersihkan kota ini.
Jika kita tak berada dikota ini, tapi pernah mengenang peristiwa sakral karnaval kemerdekaan ini, tak usah muluk-muluk. Semua tak ada yang berubah.
Kecuali om, tanta, mama, papa yang dulu pernah merayakan karnaval kemerdekaan kala di Maumere. Saat itu malah jauh lebih semarak.
Hingga sekitar pukul 20.30 wita, karnvala yang menghebohkan kota ini berakhir di halaman Kantor Bupati Sikka, Jalan Eltari, Kel. Kota Uneng. Tersisa penat luar biasa. Sebuah moment sederhana namun paling dinanti di setiap perayaan kemerdekaan telah berlalu.
Okey. apapun itu. Semua hanya bermuara pada satu pekik paling dahsyat. MERDEKA! Pancasila harga mati!



foto2 oleh: Yolix Riberu

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Monday 19 August 2013

Peringatan Detik-detik Proklamasi di Eltari

Semangat memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-68 juga menyinggahi Kabupaten Sikka. Selain berbagai perlombaan yang diadakan ditiap kelurahan dan kecamatan, Apel Peringatan Detik-detik Kemerdekaan juga digelar. Seperti yang terlihat di halaman Kantor Bupati Sikka yang berada di Jalan Eltari, Kelurahan Kota Uneng. Dipimpin Bupati Sikka Ansar Rera sebagai Inspektur Upacara, pengibaran bendera merah putih Sabtu (17/8) berlangsung khidmat dan sukses. Apalus pantas diberikan bagi para pasukan penguibar bendera alias Paskibraka Sikka bersama Komandan Paskibraka Pelda Aloysius Wele, dalam barisan 45, 17 dan delapan. Mereka tampak rapi dan gagah dalam barisan serasi yang menawan.

Apel Memperingati Detik-detik Proklamasi ini merupakan pertama kali dipimpin oleh Bupati Ansar Rera dalam masa pemerintahannya yang baru berjalan sebulan ini.
Komandan Upacara dipimpin oleh Kapten Infantri Sudarmaji dan Perwira Upacara oleh Letnan Dua Inf. Samuel None Guba.
Pembawa Baki Merah Putih oleh Fransiska Saverina Suku Sega yang berasal dari SMUN I Maumere untuk apel pagi hari dan Dewi Roharjani dari SMK. Mathilda untuk pembawa Baki Merah Putih pada upacara sore hari. Para pengibar bendera masing-masing adalah Frenky Bung Kanisius Toka dari SMAK Frateran, Paulus Suali Nong Joni dari SMKN 2 dan Theofilius Robertus Rodon dari SMKN2.
Ansar Rera dalam sambutan usai pengibaran mengajak semua elemen masyarakat, dunia usaha dan pemerintah agar tetap bersatu dan menjalin kekompakan dalam nuansa kekeluargaan dan saling menghargai yang dibingkai dengan hukum dan perundang-undangan, untuk semua sama-sama memperjuangkan peningkatan taraf hidup dan kemandirian bersama.
"Mari bersama mengabdi dengan tulus dan bekerja dengan rendah hati dalam nuansa satu Sikka yang utuh untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan," ajak beliau.
Apel Peringatan Detik-detik Proklamasi ini diikuti oleh sejumlah pelajar dari berbagai sekolah, TNI/Polri, PNS lingkup Pemkab Sikka serta masyarakat umum lainnya dan undangan.
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Empat Warga Binaan Langsung Bebas

Remisi Hari Kemerdekaan

Usai memimpin Apel Peringatan Detik-detik Proklamasi, Bupati Ansar Rera bersama Wabup Sikka Nong Susar dan rombongan menuju lapas Kelas II B Maumere. Kedatangan rombongan ini terkait pemberian remisi kemerdekaan untuk para warga binaan tersebut. Di Lapas Kelas II B Maumere terdapat 131 warga binaan. Para penghuni lembaga pemasyarakatan ini terdiri dari dua kelompok warga binaan, yakni Narapidana dan Tahanan. Dengan pertimbanagan tertentu, warga binaan juga berhak mendapat potongan tahanan terkait hari kemerdekaan maupun hari besar agama seperti Natal dan Lebaran. Untuk remisi kemerdekaan, ada 77 warga binaan di Lapas Kelas II B Maumere hari ini, 17 Agustus 2013 yang mendapat potongan tahanan.

Dari 98 Napi yang menghuni Lapas Kelas II B maumere, 77 diantaranya mendapatkan potongan tahanan alias remisi hari kemerdekaan. Tujuh Puluh tiga (73) Napi mendapatkan remisi berupa pemotongan tahanan  bervariasi. Sedangkan empat oranag tahanan mendapat remisi langsung bebas.
Sedangkan 21 orang warga binaan, dihari kemerdekaan ini tidak medapatkan remisi. Hal ini karena merea belum memenuhi syarat dan merupakan pidana kurungan.
Dari 131 warga binaan yang menghuni Lapas tersebut, 98 orang merupakan narapidana dari berbagai kasus krimimal. Dan 33 orang meripakan tahanan dengan berbagai kasus.
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Seminggu, Sudah 1003 orang mengungsi ke Maumere

14 Organisasi Relawan untuk Pengungsi

Memasuki satu minggu letusan Gunung Rokatenda di Palue, jumlah warga yang telah dievakuasi ke Maumere telah mencapai lebih dari 1000 jiwa. Dengan semakin banyaknya pengungsi, ruang tampung di bekas kantor bupati sikka sudah tak mampu menampung semua pegungsi. Evakuasi hari Jumat (16/8) yang membawa 377 orang dari Palue dengan menggunakan KRI Sultan Nuku membuat para sukarelawan dilokasi pengungsian bekerja keras. Agar semua pengungsi bisa merebahkan diri dari sengatan dingin, maka dibangun lagi beberapa tenda penampungan diluar gedung. Ada sekitar 9 tenda yang tersebar di lahan bekas kantor bupati. Sedangkan para pengungsi yang berasal dari lima desa di Palue kebanyakan merupakan kaum perempuan dan anak-anak.

Para pengungsi mendapat penanangan yang baik dari para sukarelawan. Ya, tentu saja. Ada sekitar 14 organisasi kemanusiaan di Kabupaten Sikka yang siap memberikan waktu dan tenaga terkait penanganan bencana terhadap para korban. Diantaranya PMI Sikka, PMR (Palang Merah Remaja), Tagana, SS ONE, Charitas, Mapala UNipa, Rescue, RSB, ACT, WTM dan lainnya. Termasuk beberapa individu yang dengan suka hati datang dan menghibur para pengungsi khususnya anak-anak.
Perntolan sukarelawan dari PMI Sikka, Aryo Adhytio memaparkan hingga hari Sabtu,(17/8) jumlah pengungsi yang terdata di lokasi pengungsian berjumlah 1003 orang. Merupakan para pengungsi yang berasal dari empat desa yakni: Ladolaka, Nitunglea, Rokirole, Tuanggeo.
Bupati Sikka Ansar Rera dalam sebuah kesempatan memaparkan bahwa pemerintah telah menyiapkan lokasi lain untuk menampung para pengungsi yang tak tertampiung di gedung bekas kantor bupati. Salah satunya yakni di gedung Veem yang berada didalam lokasi pelabuhan.
Selengkapnya...

Wednesday 14 August 2013

Disiapkan Tempat untuk Anak-anak Bersekolah

Letusan Rokatenda

Data dari Posko Bencana Rokatenda yang berada di Kantor BPBD Sikka menyebutkan jumlah pengungsi untuk sementara sampai dengan hari Selasa (13/8/2013) berjumlah sebanyak 560 jiwa. Mereka merupakan bagian dari warga empat desa yang memilih mengungsi ke Maumere. Keempat desa tersebut adalah Desa Ladolaka, Desa Nitunglea, Desa Rokirole dan Desa Tuanggeo. Total keseluruhan dari 560 jiwa tersebut adalah 169 KK. Dari total tersebut, 245 jiwa merupakan anak-anak usia 1-17 tahun.Sedangkan usia lebih dari 60 sebanyak 65 orang. Saat ini 560 jiwa yang menempati tenda pengungsian di halaman Kantor Bapeda telag dipindahkan ketempat yang lebih layak yakni di bekas kantor bupati lama, Jalan Ahamd Yani Maumere.

Terhadap anak-anak korban letusan Rokatenda, Bupati Sikka Ansar Rera mengatakan, pemerintah sedang menyiapkan tempat agar anak – anak korban letusan Rokatenda bisa bersekolah.
Hal itu dikatakan beliau saat mendampingi Gubernur NTT Frans Lebu Raya saat mengunjungi para pengungsi yang menempati halaman Kantor Bapeda Sikka, Selasa (13/8) siang.
Rata –rata para pengungsi berasal dari satu sekolah bersama gurunya, untuk itu mereka tidak boleh dipisahkan ke tiap sekolah. Mereka bisa menggunakan salah satu sekolah untuk proses belajar. Misalnya anak-anak bisa menjalani proses belajar di jam siang pada sekolah yang dipakai, kata beliau.
“Bila anak anak mereka mau bersekolah,kami akan urus agar mereka bisa bersekolah di dekat lingkungan tempat tinggal mereka “ ujar Ansar Rera.
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Gubernur Lebu Raya Berdialog dengan Pengungsi

Jangan Menetap Kembali Disana

Gubernur NTT Frans Lebu Raya mengajak masyarakat Palue untuk meninggalkan Pulau Palue yang dikatakan berada dalam zoba merah. Menurut Lebu Raya, Pulau Palue tidak bisa lagi untuk djadikan tempat yang layak untk ditinggali. Ancaman letusan Rokatenda masih sangat berbahaya. Lebu Raya memahami Palue sebagai tanah tumpah darah yang melahirkan dan membesarkan mereka. Namun saat ini pulau tersebut belum layak untuk ditinggali. "Bapa dan mama tinggal saja disini. Jangan lagi pulang dan tinggal di disana. Sesekali bapa dan mama bisa melihat kebun dsana," kata Lebu Raya.

Dalam dialognya tersebut beliau mengajak masyarakat korban letusan yang telah dievakuasi agar tidak menetap kembali di kampung halaman yang merupakan daerah bencana.
Ajakan dan himbauan tersebut dikatakan Lebu Raya saat meninjau langsung para pengungsi Rokatenda yang menempati halaman Kantor Bapeda Sikka, Selasa (13/8).
Gubernur saat itu didampingi Bupati Sikka Yoseph Ansar Rera dan Wabup Sikka Paolus Nong Susar serta Komandan Korem 161 Wirasakti Kupang, Komandan Pangkalan Udara (Lanud) El Tari Kupang, Kepala Kejaksaan Tinggi )Kejati) NTT), Kepala Basarnas Kupang, Wakapolda NTT dan Kepala Badan Penanggulangn Bencana Daerah (BPBD) provinsi NTT.
Kedatangan Lebu Raya menggunakan Helikopter TNI AU yang terbang dari Kupang ke Palue. Dari tempat pusat bencana tersebut, beliau kemudian mengunjungi para pengungsi Rokatenda di Maumere.
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tempati Bekas Kantor Bupati

Tiga hari sudah bencana meletusnya Gunung Roaktenda berlalu. Korban yang diakibatkan oleh meletusnya Penjaga Palue itu berjumlah lima orang. Tiga tewas dan dua lainnya hilang. Dampak dari letusan itu mengakibatkan dua desa di Palue nyaris luluhlantak. 560 orang sampai dengan Selasa (13/8) mengungsi ke Maumere. Letusan kali ini oleh sejumlah warga Palue mengaku adalah yang paling dahsyat. Bahkan Desa Rokirole yang tidak pernah tersentuh, kali ini mesti menjadi korban berikutnya. Bahkan banjir lumpur panas membelah bukit dan turun menerjang hutan pepohonan hingga pantai. Akibatnya pantai dan laut penuh dengan potongan-potongan pepohonan gosong. Lantas hari ini, tiga hari setelah letusan, saudara-saudara kita yang sebelumnya berada ditenda-tenda pengungsian, dievakuasi lagi. Kemana?

Pemkab Sikka tanggap terhadap ketidakkenyamanan para pengungsi. Lokasi yang tidak memungkinkan di halaman Kantor Bapeda membuat 560 orang kemudian ditempatkan di lokasi baru, yakni bekas Kantor Bupati yang berada di Jalan Ahmad Yani, Kota Baru. Kantor Bupati Sikka tersebut tidak dipakai lagi akibat kebakaran melanda tahun 201o lalu.
Di tempat ini ada 18 ruangan yang layak digunakan oleh saudara- saudara kita. Dengan ruangan-ruangan yang masih layak digunakan, tembok-temboknya mampu mengusir hawa dingin di malam hari. Dibandingkan dengan pengungsian sebelumnya tempat ini masih lebih baik.
Pantauan inimaumere.com Selasa (13/8) petang, para pengungsi terlihat bergerombol dibeberapa tempat. Ada senyum yang hadir dicelah senja. Anak-anak muda nampak lalu lalang dipelataran kantor.
Ditempat pengungsian yang baru ada dua MCK yang berdiri. Dua lagi sedang dikerjakan. Dengan kehadiran para saudara kita ditempat evakuasi yang baru, maka bekas kantor bupati yang sebelumnya merana tak terurus rupanya kini menjadi tempat yang berguna, setidaknya sebelum relokasi ke lahan baru.


www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 13 August 2013

`511 Jiwa Telah Dievakuasi Ke Maumere

Letusan Gunung Rokatenda

Setelah kemarin Minggu (11/8) berhasil mengevakuasi 437 jiwa penduduk desa Nitung dan Rokirole, Palue, hari ini Senin (12/8) evakuasi lanjutan membawa 74 jiwa pengungsi dari kedua desa tersebut. Dengan demikian jumlah pengungsi yang berada di tenda-tenda pengungsian yang disiapkan Pemkab Sikka di Kota Maumere berjumlah total 511 orang jiwa. Evakuasi berlangsung selama empat jam lebih dari Palue menuju Maumere menggunakan dua kapal motor kayu bernama Km Embun Pagi dan Putri Dela . Seusai merapat di Pelabuhan Lorens Say, 74 jiwa pengungsi itu dibawa menggunakan dua bus Damri dari Dinas Pehubungan, Komunikasi dan Informasi Sikka menuju lokasi pengungsian yang berada di halaman Kantor Bapeda Sikka. Halaman pengungsian ini berada persis disamping Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sikka.

Di tempat ini, ke-74 jiwa pengungsi yang sebagian adalah anak-anak usai sekolah kemudian didata serta diberi makan minum. Dua desa mereka terkena muntahan Rokatenda dan memaksa terjadinya pengungsian ke Maumere.
Sebelumnya tadi pagi, Senin (12/8), Bupati Ansar Rera dan Wabup Nong Susar menerima kunjungan Kapolda NTT Brigjend. Yoga Untung. Kedatangan pimpinan tertinggi kepolisian wilayah NTT ini juga disambut Kapolres Sikka AKBP Budi Hermawan, Danlanal Kolonel Andy Willy dan Dandim 1603 Sikka Letkol Satrya.
Setelah mendapat penjelasan dari Bupati Ansar dan melakukan kunjungan ke pengungsian beliau memberikan bantuan yang diterima perwakilan pengungsi.
Dalam kunjungan tersebut hadir juga Bapak Uskup Keuskupan Maumere, Mgr. Kherubim Pareira, SVD.
Upaya evakuasi dari Palue ke Maumere telah berlangsung dua hari. Niat baik pemerintah dibawah kendali Yos Ansar Rera dan Paolus Nong Susar sebagai bupati dan wabup Sikka patut dihargai.
Pemkab Sikka juga membuka lokasi pengungsian yang siap menampung para pengungsi dibeberapa tempat seperti di halaman kantor bupati lama, di Jalan Ahmad Yani Maumere.
Setidaknya, hingga kini BMKG masih menetapkan status Gunung Rokatenda berada dalam status Siaga 3.
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Monday 12 August 2013

Ratusan Warga Dievakuasi

Bupati Ansar Rera Pimpin Evakuasi
Ratusan warga dari dua desa yakni Rokirole dan Nitung Lea telah diungsikan ke Maumere tadi siang, Minggu (11/8). Evakuasi menggunakan beberapa kapal motor yang dimulai dari pelabuhan Cua, Palue. Letusan Gunung Rokatenda yang terjadi pada hari Sabtu (10/8) sekitar pukul 04.00 wita mengakibatkan Desa Rokirole dan Nitunglea porak poranda disapuh lahar panas. Akibat bencana tersebut 3 warga Rokirole tewas terkena lahar panas dan dua orang masih belum litemukan. Ketiga korban yang tewas tersebut saat ditemukan telah menjadi gosong dan dikebumikan sore harinya di Dusun Cawalo. Letusan Gunung Rokatenda menyemburkan awan panas dan memuntahkan lahar panas yang mengalir dari Woje Wubi sampai ke Pantai Punge di Desa Rokirole.

Evakuasi para korban letusan Rokatenda berlangsung sejak pagi hari sekitar pukul 08.00 wita. Bupati Sikka Ansar Rera memimpin langsung upaya evakuasi tersebut. Didampingi Dandim 1603 Sikka dan Danlanal Sikka, Bupati Ansar nampak mengkoordinasi kegiatan evakuasi warga Palue yang terkena semprotan lahar panas.
Bupati Ansar Rera sendiri berada di Palue sejak hari Sabtu (10/8). Usai menerima kabar Rokatenda meletus, belkiar bersama Danlanal, Dandim 1603 Sikka, mantan Wabup Sikka Wera Damianus, SAR Sikka, BPBD, Tagana dan sejumlah awak media langsung berangkat menuju Palue. Seketika tiba disana rombongan masih sempat mengunjugi Desa Rokirole dan mengikuti pemakaman 3 korban tewas.
Pemerintah Kabupaten Sikka memberikan dua alternatip pengungsian yakni di Maumere dan di kota kecamatan Uwa. Kedua opsi ini diberiikan untuk evakuasi warga korban letusan. Akibat letusan Rokatenda, semburan debunya menghampiri enam desa di Palue. Namun hanya dua desa yang terkena dampak dahsyat letusan yakni Desa Rokirole dan Nitung.
Ratusan warga yang menghuni kedua desa itu akhirnya dievakuasi pagi hari hingga siang, Minggu (11/8) lewat Pantai Cua. Evakuasi sendiri dipimpin Bupati Sikka Ansar Rera. Tiga warga Desa Rokirole, Kecamatan Palue , yaitu Aloysius Roga (65), Maria Wea (58) dan Petrus Ware (69).

Bupati Sikka (jaket itam/kiri) bersama Dandim 1603 Sikka serta Danlanal Sikka 
Di Lokasi Evakuasi, Cua, Palue


www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Meletus Lagi, Rokatenda

Rokatenda, Gunung Berapi aktif yang berada di Pulau Palue, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, NTT meletus lagi, Sabtu (10/11). Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 04.00 wita dan menjadi letusan paling dahsyat dibanding letusan yang pernah terjadi. Semburan debu panas mencapai enam desa namun yang terkena dampak paling dahsyat mencakup dua desa yakni Desa Rokirole dan Nitung. Di kedua desa ini Rokatenda memuntahkan lahar panas dan mengancam keselamatan warga setempat. Selain lahar panas, semburannya juga mengakibatkan awan panas menaungi udara dikedua desa tersebut. Akibat letusan yang terjadi, tiga orang tewas dan dua lainnya hilang. Ketiga korban tewas telah dikuburkan, Sabtu sore sekitar pukul 17.00 wita di Cawalo, Rokirole, Palue.

Ketiga mayat ditemukan dalam keadaan memrpihatinkan karena kondisi yang sangat buruk. Korban letusan Rokatenda ini terlihat gosong alias menjadi hitam arang. Lahar panas menyapu mereka ketika asik beristirahat usai melaut di sebuah pondok. Penemuan ketiga korban karena bagian tubuhnya bisa dilihat sehingga mudah untuk diketahui. Sedangkan dua lainnya yang masih berusuia bocah yakni Lengga (5) dan Nong Pio alias Nong Ririn (8) belum ditemukan.
Rokatenda hampir setahun ini terus meletus dan memaksa sebagian penduduknya mengungsi. Sedangkan sebagian lainnya memilih tetap menetap. Letusan yang terjadi agustus 2013 ini menurut warga setempat merupakan letusan paling dahsyat.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Sejumlah Rumah Rusak, Tiga Tewas Dua Hilang

Sejumlah rumah di kedua desa yang terkena dampak langsung letusan Rokatenda yakni Desa Rokirole dan Nitung di Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, NTT rusak total. Menurut Mama Maria, salah satu pengungsi dari Desa Nitung, atap seng dan dinding rumah rusak total disapuh lahar panas. Lahar panas yang terjadi juga mengakibatkan ratusan pohon hangus dan berserakan dilaut Palue bagian utara. Ratusan pohon tersebut terlihat telah menjadi gosong. Bencana letusan Gunung Rokatend terjadi hari Sabtu (10/8) subuh, sekitar pukul 04.00 wita. Kejadian tersebut sempat membuat semua warga Palue terkejut. Gemuruh gempa yang disusul letuan membuat panik warga desa yang kemudian mencari tempat aman. Lahar panas menyapuh hingga ke Pantai Punge di Desa Rokirole.

Letusan yang dahsyat ini dikatakan melebihi letusan yang pernah terjadi. Kepada inimaumere.com beberapa warga mengatakan nyala api menghiasi langit malam dan menjadi terang benderang. Nyala api ini disertai gemuruh dan letusan berulang. Letusan Gunung Rokatenda menyemburkan awan panas dan memuntahkan lahar panas yang mengalir dari Woje Wubi sampai ke Pantai Punge di Desa Rokirole.
Akibatnya letusan tersebut tiga orang ditemukan tewas yaitu Aloysius Roga (65), Maria Wea (58) dan Petrus Ware (69). Karena terbakar lahar panas saat sedang tidur di Pantai Punge, Desa Rokirole. Sedangkan dua warga lainnya, yakni Lengga (5) dan Nong Pio alias Nong Ririn (8 belum ditemukan. Dua orang yang belum ditemukan ini cucu dari Aloysius Lala yang tidur di pantai usai melaut.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 08.13 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---