Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Thursday 1 July 2010

Romanus Woga, Ketua Baru Inkopdit

Rapat Anggota Tahunan (RAT) Nasional Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) yang digelar di Jakarta baru-baru ini antara lain memilih ketua umum yang baru untuk periode tahun 2010-2012 Romanus Woga menggantikan pejabat sebelumnya Fransiskus Xaverius Siman.
Pria yang lahir di Hewokloang, Sikka, Nusa Tenggara Timur, 16 Juli 1946 ini dipilih secara aklamasi oleh peserta RAT yang terdiri atas perwakilan Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) dan Koperasi Kredit (Kopdit) dari seluruh Indonesia.

Salah satu program yang akan diupayakan dalam masa kepemimpinannya adalah mengembangkan jaringan informasi dan teknologi sesuai dengan perkembangan waktu. Salah satunya dengan mengadakan ATM (Automatic Teller Machine) Koperasi Kredit.

Selain itu, Romanus yang berasal dari Puskopdit Swadaya Utama juga akan mengembangkan pusat pendidikan dan pelatihan bagi seluruh anggota koperasi kredit. “Pendidikan, pelatihan, bimbingan, dan konsultasi harus merata untuk setiap jenjang sehingga gerakan koperasi kredit akan maju secara berimbang,” kata Romanus.

Di Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) dia menjabat sebagai Ketua Pengurus. Di Primer Kopdit Tuke Ler dia menjabat sebagai penasehat. Ketua Inkopdit terdahulu, Fransiskus Xaverius Siman, menjelaskan bahwa setiap tahun jumlah anggota perorangan koperasi kredit di Indonesia mengalami peningkatan. Saat ini ada sebanyak 1,3 juta orang. Tapi, jumlah itu memang masih jauh dari yang ditargetkan. “Jumlah itu baru sekitar 0,5 persen dari jumlah penduduk kita. Idealnya lima persen,” ujar dia.

Di Korea Selatan, dua per tiga dari jumlah penduduknya berkoperasi. Di Muangthai sekitar 10 persen, dan di Filipina lima persen. Kami berupaya keras untuk meningkatkan jumlah anggota, karena koperasi kredit bisa memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap gerakan perekonomian kerakyatan. Kami masih harus bekerja keras memberikan motivasi kepada masyarakat, menyapa masyarakat supaya mereka mau berkoperasi.

Masalah terbesar di Indonesia adalah rentan kendali. Wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau tidak mudah dijangkau. “Untuk masuk ke pelosok-pelosok tentu membutuhkan biaya yang tinggi”kata Siman.

Dengan adanya koperasi kredit, masyarakat disiapkan untuk menjadi lebih mandiri. Siman berharap pemerintah terus mendampingi gerakan koperasi secara umum. Juga, menyalurkan berbagai program bantuan usaha melalui koperasi, jangan membuat program yang sifatnya sesaat. “Sebentar-sebentar ada KUR (Kredit Usaha Ringan). Itu sifatnya tidak mandiri.

Selama pemerintah tidak menyiapkan masyarakat untuk mandiri, kondisi situasi ekonomi kerakyatan tidak akan berkembang. Alangkah lebih baik kalau bantuan itu disalurkan melalui induk nya, supaya ada sinergisitas di dalam membangun masyarakat. Kita ingin selamatkan uang negara, jangan sampai hilang begitu saja. Kalau lewat induk, akan ada tanggung jawab dan kita mendidik masyarakat supaya tidak ada ketergantungan,” lanjut Siman. Koperasi kredit Indonesia sudah ada sejak 40 tahun dan mengalami pasang surut.

Untuk terus mendapatkan kepercayaan masyarakat, Inkopdit kini berupaya keras untuk membangun sebuah sistem koperasi kredit Indonesia. Khususnya untuk meningkatkan tata kelola pada setiap level organisasi (Kopdit, Puskoptdit, dan Inkopdit).

“Secara filosofis koperasi kredit di mana pun sama, yaitu membantu diri sendiri dan membantu sesama. Sekarang sistem kebijakan-kebijakan harus menyatu. Dasarnya adalah Undang Undang Koperasi yg sudah ada, sehingga pola kebijakan atau standar operasional manajemen, standar operasional prosedur itu sama untuk seluruh indonesia,” ujar Abbad Elias, General Manager Inkopdit menambahkan.(CA)

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Thursday, July 01 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---