Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Wednesday 2 March 2016

Jejak Sang Petualang di Hutan Tana Ai

Kami menyusuri jalan setapak di tengah hutan. Menyeberangi 7 anak sungai, kami akhirnya tiba di tempat yang mengesankan. Perjalanan menuju air terjun kami batalkan mengingat waktu yang tidak memungkinkan. Akibat hujan yang turun sejak pagi debit air pun melonjak. Aliran sungai berubah keruh dan liar. Trip yang tidak biasa inipun diberi bonus jalan tanah yang licin berlumpur. Enam sepeda motor dengan masing-masing penumpang berupaya keras melewati medan sulit. Dengan resiko terpelanting para petualang ini berhasil mengeksekusi hadangan pertama. Motor diparkir, aliran sungai yang cukup kencang memberi salam. Kami siap menaklukannya hadangan kedua!

Kota Maumere diselimuti mendung tebal saat kami meninggalkannya. Berhari- hari kota ini seperti musuh bagi musim hujan. Curah yang didamba warga kota tak juga turun. Maka tak heran jika sebentar lagi warna kehijauan akan berganti cokelat berdebu di musim kemarau.

Oya gaes, Kelompok petualang kali ini merupalan koloborasi pertama kami. Biasanya sejumlah komunitas petualang bergerak sendiri-sendiri. Mereka melakukan trip-trip yang tidak biasa. Dimana menemukan panorama indah dan jarang dikunjungi adalah tujuan komunitas.

Ada Inang Monica dan Dewi mewakili Tapaleuk Crew, Bem-bem dan Erick Moa mewakili Komunitas Redet, lanjut Ipang Cs dari Grassnot TPI, Ryo Nggala sang fotografer dan saya sendiri mewakili Komunitas Kaki Gatal Maumere.

Sesuai rencana, kali ini kami akan melihat sebuah sungai yang berada ditengah hutan Talibura. Letak persisnya entah berada di mana. Lokasi ini sangat jauh dari pemukiman. Sehingga keaslian alamnya sangat terjaga.

Batu raksasa, tebing serta air yang bening merupakan tawaran yang membuat kami akhirnya tiba di Nangahale. Selain itu air terjun di tengah hutannya cukup menggiurkan. Wilayah ini merupakan bagian dari Kecamatan Talibura di ujung timur Kabupaten Sikka.

Untuk mencapai Nangahale dari Maumere, kita akan melintasi wilayah pesisir utara menuju arah timur. Dengan sajian pemandangan pantai utara yang teduh perjalanan menempuh sekitar 35 Km tidak akan terasa jauh,

Enam motor melaju kencang meninggalkan kota menyusuri pesisir utara dan tanah kering yang tak lagi tandus akibat musim hujan. Kurang lebih 30 menit akhirnya tiba di wilayah Talibura tepatnya di sekitar jembatan Waerhek. Titik pertama yang akan menembus lokasi sungai berbatu yang menawarkan pesona hutan Tana Ai. Jembatan ini berada diantara wilayah Patiahui dan Nangahale.

Hujan baru saja redah. Nampak terlihat ketika roda-roda motor mulai menggilas tanah berlumpur. Licin sekali. Sehingga kami mesti berhati-hati agar tidak terpelanting. Enam sepeda motor melaju perlahan melewati kebun jagung di sisi kanan dan kiri. Tujuan kami adalah menuju lahan parkir di tepi sungai.

Petualaang Inang Monica dan Dewi turun dari sepeda motor. Keduanya merekam semua aktivitas
kami yang mulai kesulitan ditengah lumpur. Sedang Arum dan Jum bereaksi di tengah upaya Ryo, Erick, Ipang dan Bembem melewati level pertama dari petualang ini. Dramatis namun menyenangkan.

Nampak sekali kami benar-benar kesulitan karena medan yang licin. Beberapa kali sepeda motor tertanam lumpur. Beberapa kali pula kami hampir terpelanting. Waktu kami benar-benar terkuras di medan ini. Sambutan yang mengejutan malah menaikan tensi petualang kami.

Setelah melewati beberapa kelokan berlumpur licin, akhirnya kami tiba di tempat markir sepeda motor. Raut kepuasan menikmati sensasi mengejutkan di awal petualang terpancar jelas. Selamat Datang di Tanah Ai, begitu kira-kira ucapan yang pantas kepada kami.

Wow. Belum puas digoyang lumpur, hadangan kedua mengintai. Sungai dengan aliran yang lumayan berada tepat di depan dan kami harus melewati. Sungai kecoklatan ini terasa membelit kaki. Kamera dan ponsel sigap diamankan melewati 15 meter lebar sungai.

Mencapai tepi sebelahnya meenjadi sensasi tersendiri. Bayangkan kami mesti berjalan perlahan-lahan agar tak terantuk batu kali sehingga tak terjatuh kedalam air. Karena hampir semua petualang membawa ponsel dan kamera. Sehingga mesti berhati-hati. Kisah menyeberangi sungai ini merupakan target pertama sebelum melangkah menuju level selanjutnya. Sensasi yang disambut suka cita dan siap menikmati alam asri yang hangat.

"Bang, kita harus menyeberangi tujuh anak sungai lagi untuk sampai ke tempatnya," jelas Ipang saat kami melangkah perlahan dengan senyum ceria.

 Perkiraan kami bisa meleset sebelum senja. Karena membutuhkan waktu ketika berbalik pulang. Perkiraan kami dua jam sampai tujuan. Artinya butuh empat jam. pergi dan pulang. Sedang jam di tangan menunjukan sekitar pukul 14.00 wita saat kami mulai menyeberang anak sungai pertama. Sudah pasti Air Terjun kami pending untuk sementara.

Melewati beberapa anak sungai petualang Inang Monica terus merekam aktivitas petualang lainnya. Bahkan sensasi melewati anak sungai di rekamnnya sambil berjalan dalam pelukan air. Sedang masing-masing kami tak ketinggalan memberi bidikan pada tempat-tempat yang dirasa unik dan asri. Beberapa obyek menjadi daya tarik untuk mengabadikannya di dalam kamera.

Kami menemui banyak hal ditengah hutan. Tentang cerita pohon-pohon yang ditebas paksa dan mengering, Tentang tebing-tebing yang menjulang ke langit serta air sungai kecoklatan karena banjir dipegunungan. Kami juga bertemu kesetiaan dan persahabatan. Tentang bagaimana menikmati alam tanpa perlu menyakitinya.

Sungai demi sungai berhasil kami lewati. Langkah demi langkah terus berjalan. Kicauan burung dan gemuruh air yang mengalir berlomba menjadi tuan rumah yang abadi. Kami meresponnya dengan memberikan bidikan-bidikan manis untuk alam ini.

Kami mencintainya dengan sepenuh hati agar alam yang telah memberi hidup untuk penghuninya dan memberikan warna indah di tengah hutan tetap manis tersenyum.

Dihadiahi basah kuyup dan lelah, kami akhirnya bertemu sang alam yang menjadi target petualang
kali ini. Batu-batu cadas yang berada ditengah sungai berwarna kehijauan akibat tumbuhan kecil yang merayapi tubuhnya. Kami berhenti disini. Empat petualang lainnya dipimpin Ipang pamit pada kami melanjutkan kisahnya bertemu air terjun.

Di tempat ini, latar tebing dan batu-batu raksasa menjadi pemandangan elok. Sangat eksotis, Sayangnya sungainya memancarkan warna air kecoklatan akibat hujan pegunungan dan aliran airnya cukup deras mengalir. Kami menahan diri untuk jatuh dalam pelukannya.

Ratusan bidikan kamera menjadi teman senja itu. Kami menikmati keelokannya dengan menikmati detik demi detik sensasi yang menawarkan panorama berbeda. Kali ini, ditengah hutan Tana Ai kami bercumbu bersama alamnya. Menikmati gelora pesonanya yang kesekian. Kami adalah para petualang yang menceritakan kecantikan Nian Tana tanpa perlu merusakinya.

Para petualang yang telah menyelesaikan level demi level hadangan tanpa satupun keluhan menikmati sejuknya senja yang baru saja dibasuh hujan. Kami menjaga alam Nian Sikka untuk generasi mendatang, kami hanya perlu menceritakannya pada semua orang.

Setidaknya udara sejuk dan pemandangan asri pernah menahan kami disana. Namun sayang waktu sudah mengancam kami. Apa boleh buat, Langkah kaki mulai bergerak. Melewati 8 sungai lagi dan dikejar-kejar nyamuk hutan.

Sudah sangat sore ketika kami tiba di tempat parkir motor yang berada di bawah pohon Koja. Kami beristirahat sejenak menikmati sisa-sisa lelah.

Lantas sepeda motor kembali bergerak. Lumpur licin lembali menyambut. Tak ayal pertempuran kembali terulang sebelum akhirnya dengan senyum kemenangan kami sampai di depan jalan raya, persis disebelah jembatan Waerhek, pada jalan Trans Maumere-Larantuka.! Kami menarik napas menyaksikan senja yang menampilkan keanggunannya.

Selamat datang kotaku. Terima kasih untuk alam yang dahsyat dan panorama senja nan seksi. (Oss)

sumber foto: Inang Monica, Erick Moa, Ipang, Oss Rebong









www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 1 March 2016

ASSB Menuju Sikka Gudang Pemain Bentuk Pemain Sejak Usia Dini

Mendapatkan pemain instan untuk sebuah turnamen, sangat mudah. Dengan fasilitas yang lengkap dan sedikit uang, pemain sekelas apapun pasti bisa didapat. Dan, prestasi pasti dengan mudah diraih. Siapapun pelatihnya, kalau pemainnya berkualitas, pasti bisa meraih juara. Namun prestasi itu tidak akan lama bertahan. Sebentara lagi, setelah era itu lewat, prestasi pun akan pergi dari kita.

Hal ini tentu tidak dilakukan oleh seorang pelatih yang tahu pentingnya regenerasi pemain. Pembinaan sejak dini usia, sangatlah tepat untuk sebuah prestasi yang berkesinambungan. Dan, sepakbola Kabupaten Sikka sudah memulainya. Diprakarsai pelatih asal Kediri, Jawa Timur, M. Sukron, Erick Beda Sabon dan Leonard Bulin, mereka kemudian mendirikan Asosiasi Sekolah Sepakbola (ASSB) Kabupaten Sikka. Tepatnya 1 Desember 2014, ASSB Sikka resmi terbentuk. Hingga saat ini, sudah ada lima SSB yang tergabung dalam ASSB Kabupaten Sikka.

Lima SSB di Kabupaten Sikka itu, yakni SSB Maumere Muda (Kota Maumere), SSB Bintang Timur (Kecamatan Talibura), SSB Egon (Kecamatan Waigete), SSB Kewapante (Kecamatan Kewapante), SSB Alba Junior (Kecamatan Alok Barat, Nangahure) dan SSB Winola (Kota Maumere).

"Saya yakin, lima tahun lagi PSSI Sikka akan kesulitan untuk seleksi pemain. Potensi pemain muda di Sikka ternyata sangat banyak. Saya punya mimpi, suatu saat Sikka harus jadi gudang pemain," kata Sukron di Kupang, Minggu (21/2/2016).

Baru berusia dua tahun, Sukron maupun Ketua ASSB Sikka, Erick Beda Sabon belum mau sesumbar. Namun keduanya sangat yakin bahwa impian itu bakal tercapai, meski lewat proses yang panjang dan melelahkan.

"Tidak gampang untuk menghasilkan pemain. Tapi keyakinan kami ada karena dukungan masyarakat Sikka sangat luar biasa," kata Sukron. Erick mengatakan, pihaknya akan terus menambah jam terbang para pemainnya dengan mengikuti berbagai turnamen lokal hingga nasional. Pengalaman turnamen yang sudah diikuti, yakni Bali Island Cup di Jimbaran Bali, Desember 2015, kualifikasi Danone Nation Cup di Kupang 2016 dan berbagai turnamen lokal di Kabupaten Sikka. (eko)

Pengurus ASSB Sikka
Ketua: Erick Beda Sabon
Wakil Ketua : Kons Saru
Sekretaris : Florianus Ntanguk
Bendahara : Yenci Buko

Bidang Pertandingan : Hermanus Woghe Gelo, Yanto, Alan, Floren
Bidang Kepelatihan : Orlando Lekekasa, Leonard Bulin, Eka Caesar, Jimmy Carvallo
Bidang Humas dan Dana: Edy Sasongko, Yustianus, Vinsensius Manu
Bidang Sarana & Prasarana : Arkadius Tara
Bidang Perwasitan: Fabianus Jeffry Dey

(sumber berita: Pos Kupang)

Foto-foto Erick Beda Sabon"



Selengkapnya...

SERUPA Gelar Pameran Seni

Pelukis Franks Paulo dilatari karya seni lukis sket
Lebih dari sepekan pameran foto dan lukisan karya anak-anak muda di Maumere di pamerkan. Karya-karya tersebut berasal dari hasil pemotretan fotografi dan coretan kanvas. Semuanya bercerita tentang Maumere. Tentang bagaimana memahami Nian Tana dari sisi seni. Para seniman dan fotografer berasal dari komunitas SERUPA (Seni Ruang Tanpa Batas). Hasil karya mereka dipamerkan di sebuah tempat pameran di Jalan Anggrek, Perumnas.

Selain memamerkan karya seni dan fotografi, belasan musisi akustik ikut andil mmenyegarkan ruang pameran. Kehadiran para seniman tersebut tak ayal turut memeriahkan pegelaran yang dibuka oleh Bupati Sikka, Drs. Yos Ansar Rera.

Saban hari ruang pameran terus didatangi para penikmat seni dan fotografi. Selain melihat karya yang dipamerkan, di tempat tersebut juga pengunjung bisa menyaksikan langsung para seniman yang sedang melukis.

Kegiatan ini dimulai sejak tanggal 20 Februari dan ditutup 29 February 2016 oleeh Sekda Sikka Frans Sili Tupen.
Selengkapnya...

Keindahan Alam Maumere Jadi Lokasi Filem

Salah satu pengambilan adegan di Kampung Sikka
Keindahan alam Kabupaten Sikka, NTT yang belum diketahui banyak orang memantik sutradara Nia Dinata memilih cerita filem "Tiga Dara" di tempat ini. Sejak tangga pertengahan February 2016 sutradara yang pernah mebesut "Berbagi Suami" dan "Arisan" bersama kru dan para pemeran menjejakkan kaki di Maumere. Syuting dimulai di Pasar Waerkoja, Capa Hotel, Koka Beach, Kampung Sikka, Pangabatang Island serta lainnya.

“Gue emang pingin eksplore daerah di Indonesia yang indah dan masih jarang dikenal oleh wisatawan, seperti Maumere ini.” kata Nia Dinata saat ditanya mengapa memilih Maumere sebagai setting film terbarunya. Maumere dirasa daerah yang ideal untuk memenuhi niatannya tersebut, dari mulai pesona alamnya yang menawan hingga kultur penduduk setempat yang masih kental membuat Nia Dinata makin jatuh hati.

“Saya akan mengeksplor kebudayaan, alam dan musik-musiknya (Maumere) juga karena ternyata alat musik mereka menarik banget. Jadi ada unsur-unsur musiknya yang bisa dipake,” tambah sutradara Arisan! dan Berbagi Suami ini. Pemilihan Maumere juga disesuaikan dengan tema cerita yang diangkat Nia dalam film terbarunya ini. Selain itu, Nia juga memang mencari pantai yang belum banyak dieskplor di media sosial.

Film terbaru Nia akan mengangkat persoalan tiga perempuan kakak-beradik yang merasa Jakarta adalah tempat kelahiran yang sangat sesak. Karena mencintai laut, kakak beradik ini pun kemudian memilih pekerjaan yang sesuai dengan passion mereka di Maumere.

“Kita nyari laut yang memang nggak mainstream dan nyari tempat yang nggak basi di Indonesia yang orang-orang belum banyak taruh di Instagram atau socmed,” ucapnya.

Kehebohan syuting Tiga Dara di Maumere kian menjadi dengan pemilihan para pemeran figuran yang diambil dari kalangan warga lokal, Tak ayal moment tersebut menjadi bagian cerita hangat warga Maumere.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 03.16 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---