Duka Cita Eka, Putri Tunggal di Tinggal Ayah dan Ibunya..
Tak ada yang bisa membendung jika sang empunya hidup telah menginginkannya. Itu pula yang terjadi dengan ke-12 jenazah. Kematian tragis telah memisahkan mereka dengan saudara-saudari terkasih. Air mata rela, air mata tak rela menyatu dalam waktu yang mengalir. Ada satu keinginan agar jenazah secepatnya disemayamkan, karena proses indentifikasi korban telah usai. Tapi tidak untuk pagi ini. Keluarga korban tetap meminta karena jenazah belum diijinkan untuk dibawah pulang. Di depan ratusan pasang mata yang melihat, keluarga dari Pogon dan Aibura bahkan mengancam akan mengambil paksa jenasah jika tak ada kepastian waktu. Waktu makin mengalir, keluarga korban tetap menuntut. Tapi tak berbuntut hal-hal negatif. Semua marah dalam kesabaran. Polisi dan tentara, berjaga-jaga di sekitar kamar jenazah.
Protes dari keluarga korban juga terkait kebijakan Pemkab Sikka yang menurut mereka bergerak lamban dan terkesan tak peduli. Romo Yan, asal Talibura, anak dari Matias Mitan yang belum ditemukan, berbicara meminta saudara-saudaranya tak terprovokasi dan tenang menghadapi situasi. Jenasah akan segera dibawah pulang keluarga.
Dua belas jenazah yang berada dikamar mayat RS. TC Hillers Maumere akhirnya bisa diindentifikasi namanya. Usai indentifikasi nama, jenazah-jenazah tersebut dipersilakan untuk bawah pulang oleh keluarga. Wakil Bupati Wera Damianus, Romo Sil, dr. Asep Purnama mendampingi prosesi tersebut hingga usai. Polisi yang diperbantukan bersama para perawat dari RS. Hillers siaga bekerja keras sepanjang waktu.
Proses pelepasan jenazah ini berlangsung dari sekitar pukul 9.30 hingga pukul 13.00. Kamar jenazah sampai mengeluarkan bau yang menyengat. Keadaan jenazah didalam sungguh mengenaskan. Wajah asli sudah tak terlihat lagi, daging terlepas dari tulang. Bahkan ada isi perut yang keluar. Mata yang tak biasa akan tak bisa menerima. Mayat-mayat tersebut bahkan ada yang membengkak hingga menjadi besar. Karena sudah membesar, tempat peti pun dibuat menjadi sangat besar dan lebar. Tidak seperti peti jenazah lainnya. Bahkan saking besarnya, hingga tak bisa dimuat di ambulans, karena itu diganti dengan menggunakan truk.
Ke-12 jenazah tersebut adalah :
1. Anjelina Anggelas
2. Yohanis Bulianto
3. Agustina Wio
4. Rudolfus Kori, SH
5. Theresia Neti
6. Maria Novianti
7. Paulina Pisen
8. Maria Piada
9. Maria Ermlinda
10. Tekla Bolor
11. Kristina Sunjila
12. Philipus Api
Ke-12 jenazah tersebut sebagian besar berasal dari Desa Pogon, Kloangrotat dan Aibura. Dari daftar 12 nama tersebut, hanya Yohanis Bulianto yang masih berada dikamar jenazah sampai berita ini dinaikan. Hal ini dilakukan karena keluarganya meminta evakuasi ke kampung halaman Aibura hingga ditemukan ayahnya Matias Mitan. Matias Mitan adalah ayah dari Romo Yan, seorang imam asal Biket, Aibura yang mengabdi di Palu’e dan kakak dari Yohanis Bulianto. Saat kecelakaan Romo tak ikut serta, Sam adiknya yang lain, selamat dari peristiwa tersebut.
Sampai dengan saat ini, pencarian oleh Tim SAR, POL AIR, nelayan setempat, dan tim penolong lainnya terus berlangsung, masih ada 10 korban yang hilang. Dari Posko bencana kemarin dilaporkan 17 korban ditemukan. Namun mayat yang dibawah berjumlah 12 orang. Informasi lain menyebutkan 5 korban lain masih tertahan di Palu’e. Sampai dengan pukul 14.00 belum ada kabar terkait korban baru ditemukan.
Papa, Mama..Eka Pingin Jadi Dokter...
Jenazah Rudolfus Kori dan istrinya Theresia Neti dikuburkan dalam satu liang. Kedua peti tersebut ditempatkan sedemikian rupa dengan posisi menempel, seperti ingin mengatakan “kami bersama hingga akhir hayat”. Upacara penguburan berlangsung di tempat Pemakaman Iligetang, Maumere. Sejumlah keluarga dan handai taulan turut mengantar kepergian kedua pasangan suami istri asal Beru berdarah Koting, Kabupaten Sikka ini dengan kesedihan yang luar biasa. Mereka tak pernah menyangka, pasangan yang dikenal cukup ramah ini harus pergi secara tragis. Almahrum Rudolfus Kori dan istrinya meninggalkan satu orang putri bernama Eka, siswa kelas IIIa SMPK Virgo Videlis Maumere.
Eka yang mengenakan pakaian dan kerudung hitam, menangis histeris sepanjang upacara pemakaman. Dalam pelukan tante dan saudari-saudarinya ia terus berteriak dalam isakan.
“Bapa dan mama suruh saya belajar rajin agar jadi dokter, saya sudah belajar rajin tapi kenapa bapa dan mama harus pergi meninggalkan saya?” isak Eka. “Bapa... mama....siapa yang biaya Eka sekolah lagi..? Bapa Eka takut sendiri..mamaaaa....” Eka terus menangis, Eka terus meratapi nasibnya.
Diantara pelayat yang hadir, ada teman-teman sekolah Eka dari SMPK Virgo Videlis bersama gurunya. Satu siswa mengatakan, mereka adalah teman sekelas Eka. Ia juga mengatakan SMPK Vivi turut berbela sungkawa atas kematian kedua orang tua Eka.
Rudolfus Kori dan istrinya Theresia Neti adalah Om dan Tanta dari Thomas Aquino alias Tommy. Ketiganya bersama-sama menuju Palu’e untuk tabisan Imam. Hingga saat ini ponakan mereka Tomy belum diketahui nasibnya bersama 9 korban lainnya.
Selamat Jalan dalam Damai dan Kasih...GBU
WWW.INIMAUMERE.COM