Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Wednesday 23 July 2008

Budaya dan Ragam Tradisi di Kabupaten Sikka

Kabupaten Sikka menyimpan begitu banyak ragam budaya,tradisi,bahasa dan peninggalan-peninggalan masa lampau yang mempunyai nilai peradaban yang tak ternilai.Memang banyak masyarakat dinegara kita yang belum mengetahui karena memang informasi seperti ini bisa dibilang jarang ditemui.
Sedikit informasi tentang keragaman budaya,bahasa yang khas dan unik dari kabupaten Sikka bisa dibaca disini...

- Kepercayaan purba --.> Tuhan, Dewa Matahari-Bulan
- Mo’ang Allessu
* Don Alessu Ximenes da Silva, peletak Agama Katolik di Kerajaan Sikka-Krowe


Bahasa dan Etnik

* Sikka Krowe – Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Sikka, Kelompok etnis yang
mendiami sebagian besar wilayah Kabupaten Sikka yang terdiri dari sub etnis Sikka Lela,Nita Koting, Nelle-Baluele, Habi-lli-Wetakara, Bola-Wolunwalu,Dorang-Halehebing.

* Sikka Muhan – Bahasa digunakan adalah Bahasa Muhan, Kelompok etnis Tana Ai yang
mendiami wilayah sekitar Kringa dan Werang. Penganut sistem kekerabatan matrilinear.
* Muhan mendiami bagian timur Kabupaten Sikka, sekitar perbatasan dengan Kab. Flores
Timur atau sering disebut Muhang Jawa.* Lio – Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Lio, Mayarakat etnis Lio mendiami bagaian
barat Kab. Sikka dan terdiri dari beberapa sub etnis seperti Mblengu, Mego, Nualolo, dan Bu.
* Palue – Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Palue,Kelompok etnis yang mendiami pulau Palue antara lain sub-etnis Nge: Lajangawawi, Lajakarapau, Suria, Kimalaja, Cinde, Pima dan Uwi Muri.
* Tidung – Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Bajo, Kelompok etnis Kidong Bajo berasal dari Sulawesi selatan yang mendiami pulau-pulau sekitar Teluk Maumere dan sepanjang Pantai Utara (Magepanda, Alok, Kewapante, Waigete, Talibura)

Adat upacara

• 2 ritual siklus tahunan, yakni:
- Musim tanam (Wulang Leleng) dan
- Musim panen (Wulang Dereng)

• 3 siklus daur hidup (Hu’erHoreng Ata Bi’ang), yakni:
- Kelahiran (Wua DetAE Doda), terdiri dari 8 ritual, mulai dari pemberian nama hingga
penyunatan

- Pernikahan (Lema Lepo ‘Rawit Woga), termasuk ritual yang paling rumit terdiri dari 11 ritual, mulai dari ritual meminang hingga ritual mengantar istri ke pihak keluarga
suami. Adat mas kawin (belis) menurut para ahli dan sejarahwan berasal dari perintah
Ratu Dona Inez dan Ratu Dona Maria Du’a Lise Ximenes da Silva pada awal abad ke 17, guna mengangkat harkat kaum wanita di Kerajaan Sikka.

- Kematian (Huer Hereng Ata Mateng Potat), terdiri dari 7 ritual, mulai dari ritual
pembawaan kain, lilin hingga ritual minggu pertama dan ketujuh.

Seni tradisi:

• Seni tari terdiri dari:
- Tari Upacara Ritual, berkaitan dengan kelahiran, tanam padi, hingga giring perahu.
- Tari Perang, berkaitan dengan ritual sebelum perang hingga tari kemenangan perang.
- Tari Pergaulan, seperti pesta panen, perkawinan hingga tarian yang diwarisi dari
kebudayaan Portugis seperti Tari Bobu yang merupakan drama tari kehidupan Yesus.

• Musik tradisional di Sikka sangat diwarnai oleh musik perkusi pukul yang disebut gong waning, namun alat musik lainnya juga cukup komplit, mulai dari alat perkusi pukul dari metal dan bambu, perkusi kulit (gendang), musik tiup, alat musik petik hingga gesek.

• Tradisi Tenun ikat, dimana tenun ikat tidak hanya menghasilkan tekstil semata, namun setiap motif tenun ikat selalu punya makna simbolis, bahkan pada jaman kerajaan juga menjadi penanda status adat dan sosial.

Benda Pusaka Budaya

Budaya Sikka sangat kaya dengan barang-barang pusaka budaya, baik yang asli dari
kerajaan Sikka sebelum Portugis datang maupun sesudah Portugis datang. Benda pusaka
budaya antara lain: benda peninggalan pra-sejarah (tempayan dongson, replika perahu perak Dobo), benda-benda peninggalan kebesaran kerajaan disebut Regalia, patung keagamaan(patung Bayi Yesus, Watu Cruz)

www.inimaumere.blogspot.com
Selengkapnya...

Sunday 20 July 2008

Dialog Kosmologis Melindungi Hutan: Pada Letusan Gunung Egon..(2)

Sambungan dari bagian pertama..
Ditulis Oleh : Alexander Yopi Sutanto,Tinggal di Jakarta Selatan..

Perempuan Egon: ibu-ibu bumi

Dua Kesik melanjutkan tenunannya. Sementara Nong Frans bergegas hendak ke pasar.
“Moret lalang masa tei poin susar megu meruk”. (Jalan hidup di masa sekarang hanyalah susah sedih meremuk). Kata Dua Kesik.

“Ama Pu loar nain ita, ganu me heak belung loar”. (Sepertinya Tuhan meninggalkan kita, seperti anak yang ditinggalkan setelah dilahirkan) Lanjutnya pula.

“Au gata Kitab Suci rakang. Te tutur hoor aun ganu lau tahi witi wuak” (Kau terlalu baca Kitab Suci. Kata-katamu itu bombastis. Lepas ditelan laut) Nong Frans membalas.

“Au ele persaya ko? Uma woer itan benu bait. Loning poi niang tawa tana itan peho matan potat rumu ramang.” (Kenapa kau tidak percaya? Yang tumbuh di kebun kita hanya kepahitan. Karena si empunya tanah membalikkan muka dan menghilang di tengah kegelapan) Lanjut Dua Kesik.


“Tutur dor aun ganu ata plender. Gata kela poin di ele newan. Ma perang beli me aun. Au pano lalan epan. Ge tena naruk dadi mior melur” (Kata-katamu seperti orang pintar saja. Padahal baca tulis saja kau tidak bisa. Sana, masak buat anakmu. Saya jalan dulu. Semoga Sukses. Sehingga kesulitan kita dapat diatasi) Sahut Nong Frans.
***
Kehidupan kaum perempuan di Waigete, di bawah kaki gunung Egon, 23 kilometer dari Kota Maumere, tidak jauh dari alam. Dari sawah dan kebun mereka. Sudah ada pembagian yang jelas antara suami dan isteri. Selain rumah, di seputar dapur dan anak, isteri dan anak perempuan ikut membantu di kebun atau sawah. Mulai dari mempersiapkan lahan, menanam, menyirami, memupuki, sampai memetik hasil. Bahkan pada saat-saat tertentu, perempuan menjadi lebih intens dan dekat dengan alam, tanah, dan tumbuh-tumbuhannya. Ketika pria-pria mereka memindahkan hewan ternak mereka, seperti sapi, kambing, kerbau, mencari tempat makan di padang berikut, mereka ditemukan tiarap dengan tanah. Pada saat pria-pria mereka itu melaut, mereka pulalah yang menggantikan peran menjadi petani, dengan sejumlah beban di rumahnya. Untuk asap dapur pun, perempuan-perempuanlah yang mencari kayu bakar di hutan, mengambil air di sumur-sumur dan pipa-pipa umum, menjinjing bakul ayaman berisi umbi-umbian, sayuran, buah-buahan untuk dimakan. Mereka pulalah yang menumbuk padi, mewarisi sejumlah potensi pangan lokal. Perempuanlah para petani itu!

Pada satu waktu di awal musim hujan, sekelompok perempuan termasuk di antara Dua Kesik akan memikul cangkul ke ladang. Mereka disebut group “Sako Seng”. Seperti arisan bergilir untuk mencangkul kebun. Kalau hari ini giliran Dua Kesik, solidaritas “Sako Seng” itu beramai-ramai selama tiga sampai lima jam mencangkul petak tanah dan membuat bedeng pada kebun Dua Kesik. Begitu pun sebaliknya, tiba giliran teman lain, Dua Kesik pun harus rela membiarkan waktu dan cangkulnya berada di atas ladang milik teman kelompoknya. Termasuk dalam hal panen, mereka memberlakukan gotong royong unik ini.

Jelang masa panen, ketika bulir-bulir padi mulai menguning, perempuan-perempuan itu pula yang menarik boneka (orang-orangan) untuk mengusir burung-burung Tuhan. Sementara laki-laki mereka mencari nafkah lain, untuk mencukupi kebutuhan harian. Sambil menunggu, menarik tali-tali pada boneka-boneka itu, mereka menyulam, mengayam. Mereka bernyanyi. Mengajarkan kebijaksanaan perempuan pada anak-anak perempuan mereka.

Kalau tidak bersekolah, satu-satunya sumber dari kecerdasan yang mereka miliki adalah belajar dari alam. Dari ruang hidup. Dan kebijaksanaan mereka selalu seperti padi. Lebih berisi lebih meruduk. Mereka juga mengajarkan cinta, mewariskan cinta melalui dialog dengan alam.

Apa yang salah dari Egon?

“Raik Egon raning rang, ita gai plari epae?” (Kalau gunung Egon meletus, kita mau lari ke mana) Tanya Dua Kesik.

“Hai ata beta ganu tia? Lopa blau, noran Moan Egon. Siru wisu nimun newan tena Egon bile blatan” (Siapa bilang begitu. Jangan takut, ada penjaga gunung. Dia tahu betul apa yang harus dilakukan supaya Gunung Egon tetap diam) Kata Nong Frans.

“Gita sai Egon reta ia. Rusa tama natar. Ular-ular bekor nain. Wero-wero plari sawe. Raik tia, masa nimun gai raning rang” (Coba perhatikan, rusa masuk kampung, ular-ular pada bermunculan, kera-kera lari meninggalkan habitatnya. Itu pertanda, Egon akan mengamuk) Jelas Dua Kesik.

“Egon gahu gahar, tahi marak matar, hala apa walong ita ei? (Gunung Egon lagi memanas, laut seperti ikut bergolak, salah apa kita? Seolah-olah retoris, Nong Frans berkata.
***

Konon, Gunung Egon itu ada penunggunya. Juru kuncinya. Ia dilukiskan sebagai orang tua yang berambut dan berjenggot panjang. Kalau berjalan, kakinya tidak menyentuh tanah. Alias melayang di udara. Itu menandakan “ilmu” pertapaannya sangat tinggi. Setiap hari, hidupnya hanya diabdikan untuk Egon. Berada tidak jauh-jauh dari Egon.

Kalau ia keluar dari pertapaannya, itu berarti ada sesuatu yang penting, sangat penting dan mendesak, berkaitan dengan siklus musiman Egon. Dipercaya, pada masa tertentu, sosok penunggu gunung itu harus memberikan sesajian dan tumbal untuk menjinakkan murka Egon. Keluarnya sang pertapa penunggu gunung itu berkaitan erat dengan tumbal. Saat itu, keadaan kampung akan menjadi lebih hening. Anak-anak tidak boleh keliaran sembarangan. Apalagi anak perempuan yang masih perawan.

Pengetahuan kuno masyarakat mengajarkan bahwa, ketika binatang-binatang hutan pada berkeluaran secara serempak, seperti rusa masuk kampung, kera-kera bermigrasi, dan ular-ular bermunculan dari sarang sembunyiannya, saat itu bumi lagi bergolak. Panas. Membuat tidak betah binatang-binatang itu. Saat itu pula, sinyal meletusnya gunung Egon dibaca dan diterima oleh penduduk setempat. Rata-rata mereka sudah tahu sebelum sinyal kerak bumi itu diterima mesin seismograf.

Peringatan dini itu akan berjalan, jika dan hanya jika, keseimbangan alam itu terjaga dengan baik. Artinya, indera penciuman manusia sangat bergantung pada insting di dunia binatang. Pada hewan-hewan di hutan. Mengandaikan hutan masih merupakan tempat huni yang nyaman buat hewan-hewan bebas itu. Mengandaikan hutan dibiarkan pada bentuk aslinya, tidak terlalu banyak campur tangan manusia, rekayasa ekosistem dan hutan, eksploitasi dan pengerukkan massal.

Dengan dibiarkan seperti itu, bingkai cerita kuno pada sebentuk tokoh tua si penunggu gunung punya kebenarannya sendiri. Mendedikasikan hidup seluruhnya pada gunung, ia menjadi orang yang paling cerdas, dengan pengetahuan jelimek tentang keadaan gunung. Denyut gunung dan alam sekitar adalah denyut jantungnya pula. Ketidakseimbangan pada ekosistem dan disharmonisasi hutan adalah gangguan pada kesehatannya pula. Dengan begitu ia pun tahu cara untuk menyembuhkannya. Karena, ketika keadaan kritis itu terjadi, ia mampu berdialog dengan hutan, gunung, dan alam tentang hal yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana harus mengatasinya.

Seorang Dua Kesik, perempuan di kaki gunung Egon itu pun merasakan hal sama. Ia memiliki kecerdasan alam. Karena senantiasa dekat dengan bumi. Bersentuhan mesrah dengan bumi. Ia mampu merasakan derita alam, tumbuhan, buah-buahan, dan tanam-tanaman. Ketika kebun ladang mereka hanya menyisakan hasil yang kerdil. Ia pun mulai menjadi resah, merasa bumi mulai menolak keberadaan umat manusia. Kepekaannya melebihi kecerdasan kaum cerdik pandai. Melebihi bilangan patriarkat yang menjadi dominan untuk kelas intelektual masyarakat kampung.

Tetapi pertanyaan Nong Frans menjadi penting. Pada sesuatu yang sebenarnya tidak mau diungkapkan secara terang oleh Dua Kesik. Ia tahu diri. Kultur tidak pernah memberi tempat yang luas untuk refleksi seorang perempuan. Karena itu, Dua Kesik sepertinya sedang menggiring Nong Frans untuk mengungkapkan inti dari permenungan kosmologisnya. Yaitu: apa yang salah dari alam dan diri kita?........................bersambung

-----------------------------------------------------------------------------------------------
alexanderyopisusanto
Dilahirkan di Flores, 23 Oktober 1981. Pendidikan dasar diselesaikan di SDK 051 Waigete. Pendidikan menengah pertama dan atas dihabiskan di Seminari Sint. John. Berkhmans Todabelu Mataloko, Ngada, Flores. Bidang spesialisasi: TI, Writing n Publishing, Advokasi Tanah, Advokasi dan Pemantau Hak Anak. Sekarang tinggal di Jakarta Selatan.
Selengkapnya...

Sekilas Latar Belakang Sejarah Kabupaten Sikka

Asal Usul Orang Sikka

*Para antropolog dan arkeolog mengatakan orang Sikka penghuni negeri Lorang Flores berasal dari Lembah Dong Son di Hulu Sungai Mekong dan Hoang Ho, China.

*Para penulis sejarah lokal seperti Oscar Mandalangi Parera,DD Kondi dan A Boer berpendapat bahwa orang Sikka berasal dari penghuni asli dan pendatang dari seberang lautan. Para penghuni asli ini disebut Ata Teri Nian E’ra Natar atau Ata TawaTana atau Bapak Pengasal. Menurut Pater Sareng Bao, SVD, manusia menghuni bumi Sikkasejak bumi diciptakan.


* Menurut penduduk asli dan pendatang dari Benggala (kini Bangladesh), yakni Mo’ang Ra’e Raja dengan istrinya Du’a Guru Merang yang melahirkan Raja – raja Kangae. Nama Kabupaten Sikka agaknya berasal dari nama Ibu pelahir para pahlawan negeri ini. Nama ini pun menunjuk pada Dewi Sikh, nama seorang Dewi Padi Ilalang dari ndia.

*Selain Bangladesh, lelulur orang Sikka-pun diyakini berasal dari Malaka, kini Semenanjung Malaysia. Kata hikayat, leluhur itu seorang pelaut, lantaran kapalnya rusak dan terdampar di Paga Mbengu, lalu mengawini perempuan setempat. Leluhur itu disapa Laka dari kata Malaka dan keturunannya kini tinggal di wilayah bagian barat Kabupaten Sikka, yakni Paga, Mauloo, Wolowiro di Kecamatan Paga.

Kepurbaan Manusia Sikka
*Prasejarah menunjukkan kawasan Sikka telah ada sejak jaman batu–megalithikum, dimana banyak artefak arkeologis menunjukkan jejak-jejak prasejarah tersebut.

*Zaman pra-sejarah dan roh kepurbakalaan Sikka bisa ditelusuri dalam sastra lisan, dalam mitos dan legenda, sekaligus dapat diraba melalui artefak dan fosil-fosil peninggalan zaman purbakala.Misalnya batu dengan tapak tangan manusia raksasa di Ewa. Kecamatan Waigete, juga ada tapak kaki kiri manusia raksasa yang panjang,tapak kakinya lebih tinggi dari ukuran tinggi manusia normal, dengan lebar tapak kaki bisa mencapai tiga orang manusia berbadan gemuk.

*Fosil-fosil ini ditemukan disebuah batu cadas yang keras. Masyarakat menyebutnya dengan La’e Ripu terdapat di Rejo, Desa Wolorego, Kecamatan Paga. Ada juga sejumlah gua yang diyakini dahulunya ditempati manusiamanusia purba asli Sikka. Seperti Gua Pati Ahu di Talibura, Liang (gua) Keytimu, Kubur batu Buabari di Paga.


*Artefak emas berbentuk kampak atau Bahartaka dan ukiran Tuhan Berwajah Tiga, Bahar Ama Pu Waen Telu di Desa Hale, Kecamatan Bola.

*Artefak perunggu berbentuk perahu Jong Dobo, ditemukan di Kecamatan Kewapante.

*Masih banyak peninggalan lain yang saat ini masih tersimpan di Museum Bikon Blewut, STF Ledalero.


Sejarah Pemerintah Sikka

* Sikka tumbuh kembang dalam 4 era, yakni pra-kolonial, era kolonial Portugis, Hindia-Belanda
dan era paska kemerdekaan. Sejarah menunjukkan kronik Sikka dalam silang budaya yang
sangat kental. Mulai dari silang budaya dengan India, Portugis hingga budaya modern saat ini.

* Tonggak sejarah Sikka dilakukan oleh Raja Don Alexius Alessu Ximenes da Silva pada awaltahun 1600 an sebagai peletak Agama Katholik di Sikka, Ratu Dona Agnesia dan Ratu Dona Maria (1613-1620) sebagai peletak emansipasi wanita, dan Raja Don Thomas Ximenes da Silva sebagai peletak Sikka Modern.

* Adat-istiadat dalam bidang pemerintahan telah lebur dalam tata cara pemerintahan republik pada pertengahan tahun 1950’an dengan dihilangkannya jabatan Raja Sikka setelah Raja Sikka Don Thomas Ximenes da Silva XIII adalah raja terakhir yang secara adat maupun administratif diakui.

* Tahun 1958 terbit ketetapan pemerintah Republik Indonesia mengenai (swapraja) Kabupaten
Sikka.

* Tahun 2002 Kabupaten Sikka sesuai UU no 24/99 dan 34/2003 otomatis sebagai daerah
otonom.

Anda juga bisa membaca sejarah kabupatern Sikka di Kategori Sejarah di Blog ini..

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Friday 18 July 2008

Menikmati Pesta Pernikahan Ala Orang Maumere..

Brakkk..tiga undangan menghadiri pesta pernikahan sahabat-sahabat kami mampir di meja redaksi..Ceeiiileee meja redaksi hehehe..Ya ampun dalam satu minggu dalam selang waktu satu hari kami harus menghadiri pesta pernikahan ala orang Maumere. Ya, kami pasti datanglah, sudah diundang kok tidak datang, tidak hormatlah sama yang punya hajatan. Apalagi yang punya hajatan ini sahabat-sahabat terbaik kami, juga sudah diwanti-wanti sama yang berbahagia agar kami harus datang. Ya sudah, kami bertiga pun mulai bersiap diri untuk sebuah pesta pernikahan ala orang kota Maumere tercinta. Ini untuk yang pertama kali kami bertiga berangkat bersama-sama (pulang sendiri-sendiri) dan untuk yang pertama kali kami menghadiri pesta-pesta seperti ini (tidak percaya? sudah tooo hehehe). Satu pesta diadakan di Alan Hall (gedung Alan), Waidoko (wilayah kecamatan Alok Barat) sedang satunya pesta pernikahannya diadakan dirumah saja.


Malam mulai merambat naik. Bersama tiga sepeda motor yang selalu setia menemani hari-hari, berangkatlah kami bertiga menuju Gedung Alan (biasanya orang-orang menyebutnya demikian). Letak gedung tersebut berada di pinggir jalan dengan halaman yang begitu luas dan ditumbuhi bunga-bunga beraneka warna, sangat asri. Gedung ini juga mempunyai ruangan yang cukup luas dan sengaja disewakan bagi masyarakat untuk melangsungkan berbagai kegiatan. Halaman parkir bagi yang membawa kendaraan juga disediakan dengan area yang cukup untuk menampung semua kendaraan undangan.

Wah, pestanya orang Maumere bisa dibilang tergolong mewah untuk ukuran orang NTT. Undangan yang datang juga tak mau kalah dengan sang empunya hajatan dengan penampilan pakaian pesta yang sedang trend saat ini. Kami bertiga? Heheheh, penampilannya jauh dari kemilau pakaian undangan yang lain. Datang pun telat saat para undangan lagi bersalaman dengan pengantin yang sedang berbahagia. Karena terlambat tentu saja kami tidak mendapatkan tempat. Tempat duduk para undangan tidak seperti pesta-pesta jaman dulu yang kursinya disusun menghadap kedepan. Tapi di Gedung Alan para undangan disediakan meja bundar dengan kursi yang disusun sedemikian rupa mengelilingi meja dan bisa menampung beberapa undangan permeja. Biasanya setelah para undangan telah hadir acara selanjutnya adalah salaman dengan kedua mempelai. Selesai bersalaman undangan diarahkan langsung menuju meja perjamuan untuk bersantap bersama diiringi lagu-lagu romantis yang dibawakan secara live. Selain itu juga tentu ada sepata dua kata dari keluarga mempelai.

Menikmati pesta di NTT khususnya di Kabupaten Sikka ini pasti tidak lepas dari namanya acara bebas yakni acara bergembira bersama mempelai.
Tarian-tarian lokal seperti Polines, Rokatenda, Gawi, Ja'i, Poco-poco serta tarian moderen dansa-dansi merupakan acara yang ditunggu-tunggu para undangan (memang begitu sudah jalan ceritanya hehehehe). Namun kadang pesta-pesta yang dilangsungkan di gedung seperti ini tidak sebegitu meriah (untuk acara bebasnya).
Kenapa? Menurut beberapa undangan yang biasa mengikuti acara bebas yang dilangsungkan di menghadiri pesta yang diselenggarakan di gedung, biasanya saat cara bebas baru dimulai setengahnya eh para undangan lain sudah mulai pamitan pulang.

Benar saja, seperti yang kami saksikan undangan lain mulai bergegas pulang saat dansa-dansi baru setengah jalan apalagi satu pesta nikah lagi yang dilangsungkan di rumah mempelai sudah masuk dalam daftar para undangan. Jadi setelah pesta di gedung ini undangan lain langsung cabut menuju pesta berikutnya (ini maumere!!!).
Ya, betul saja mendekati jam 11 malam gedung Alan mulai di tinggali para undangan. Namun biasanya pesta dilanjutkan lagi lebih meriah di rumah mempelai perempuan, menunggu acara selanjutnya yang dalam adat pernikahan di Kabupaten Sikka disebut tama ola uneng (pengantin masuk kamar). Setelah pamitan dengan yang berbahagia kami pun angkat kaki. Kemana? Tentu saja ke pesta berikutnya..hehehehe..mau ikutan? Ayo.....

Bersama sahabat-sahabat kami Bastian Mandalangi, Roy Manches, Oriie, Tommy dan seorang nona(Oa) dari Kota Larantuka yang khusus hadir untuk sahabatnya yang berbahagia kami berangkat menuju pesta selanjutnya yang berada di kawasan Centrum, Kota Maumere. Nah, ini dia baru namanya pesta yang Maumere banget. Dengan kajang (tenda) yang cukup luas mengangkangi jalan raya dentuman irama musik lagu-lagu daerah seperti Bake Sai atau Mae Wado menyambut kedatangan kami. Didalam tenda malah lebih seru lagi. Semua orang bergembira. Semua menikmati pesta tersebut. Semua menari-nari tiada bosan, baik tua, muda, laki atau perempuan semuanya bergembira. Pengantin perempuan yang sedang berada ditengah lantai dansa langsung menyambut kami dengan ramah sambil mempersilakan kami mengambil tempat duduk. Bang Vicky Dori yang juga kakak dari mempelai perempuan terlihat begitu gembira. Ya, dipesta seperti ini semua orang harus bergembira, tidak boleh tidak (hussss jangan maksa ko hehehe). Terlihat juga Abang Kons Lamak, Kang Ded, Junedy Juje, Hendra da Gomez beserta istri Onya Labina, Harly Pega, Abang Maxi da Lopez, Abang Bob Miger, Abang Ponco Dori yang lagi asik berkulababong dan lain-lain. Ya, kalau di Maumere pesta seperti ini pasti meriah.

Pesta malam itu juga diisi dengan penampilan Abang Kons yang melatunkan lagu-lagu cha-cha diirngi permaian keyboard dari Orrie. Semua bercha-cha. Kami juga menikmati pesta ini. Ada pula suguhan moke (minuman tradisional berakohol) dari tuan rumah untuk menghangatkan badan dari udara yang terasa dingin hehehe..memang kalau di Kabupaten Sikka namanya moke tidak lepas dari adat atau budaya.

Mendekati pukul 12 malam pengantin laki-laki yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba di rumah mempelai perempuan yang kami hadiri. Keluarga besar dari mempelai laki-laki turut menghantar. Suara musik gong waning (musik tradisional Kabupaten Sikka) yang ditabuh terdengar meriah menyambut mempelai laki-laki. Semua benar-benar bergembira menyambut sang mempelai. Terlihat pula mempelai perempuan yang tidak dapat meyembunyikan rasa bahagianya yang tersirat dari raut mukanya. Setelah melewati sedikit acara adat kedua mempelai meninggalkan kami yang terus saja berpesta. Acara ini dalam adat perkawinan di Kabupaten Sikka dinamakan tama ola uneng (pengantin masuk kamar).

Setelah itu acara diteruskan sampai menjelang pagi. Semua terus bergembira. Dan kami benar-benar menikmati pesta pernikahan ini. Ya, akhirnya kami pun meninggalkan pesta tersebut.

Meskipun dari sudut pandang para ekonom, bahwa adanya pesta-pesta itu (juga melalui proses adat setempat untuk menjadi pasangan sah) dianggap sebagai pemborosan dana, waktu dan tenaga, karena biayanya sangat besar dan makan waktu berhari-hari, namun dalam kebiasaan yang tak pernah menjemukan inilah, ditemukan nilai-nilai kegotong-royongan, musyawarah dan kekeluargaan yang akrab, yang tak dapat dibeli dengan uang, sekaligus mengungkapkan karakteristik budaya masyarakat setempat.

Ba'u sai...epang gawan....



Ada beberapa tahap dari acara perkawinan secara adat Sikka/Krowe:

(1)Kela narang, pendaftaran nama calon pengantin di kantor Paroki yang dihantar oleh orang tua masing-masing bersama dengan keluarga

(2)A Wija/A Pleba, keluarga ata lai(keluarga mempelai laki-laki) melakukan kegiatan mengumpulkan mas kawin secara bersama-sama dengan keluarga

(3) Dipihak ata du'a (mempelai perempuan) terjadi pengumpulan bahan-bahan pesta untuk membuat sejenis kue tradisional yaitu bolo pagar dan mendirikan tenda pesta.

(4) Sebelum ke gereja keluarga berkumpul di rumah mempelai wanita. Keluarga penerima wanita atau ata lai bertugas menjaga kamar pengatin.

(5)Tung /tama ola uneng, acara masuk kamar pengantin jam 21.00-22.00 malam diiringi kedua ipar masing-masing. Pengantin pria/wanita di hantar ke kamar oleh A'a gete dengan nasehat kalau sudah ada di kamar bicara perlahan-lahan

(6)Weha bunga sekitar jam 05.00 pagi para pengawal kamar pengantin, a'a gete dari Keluarga ata la'i menaburkan bunga pada kamar pengantin sebagai lambang harum semerbak bagi kedua pengantin.



Yang tersisa dari pesta pernikahan itu..












www.inimaumere.com/oss,boim,dpar
Selengkapnya...

Tuesday 15 July 2008

Tarian Dalam Adat Upacara di Kabupaten Sikka..

Kelahiran, perkawinan dan kematian, adalah tiga peristiwa penting dalam hidup manusia. Para leluhur telah menandai lintasan hidup yang patut dikenang itu dalam berbagai bentuk seremoni atau upacara adat yang menggugah. Upacara-upacara itu telah merupakan satu rangkaian dan untaian tradisi yang membudaya dan melekat turun temurun dalam kebiasaan hidup masyarakat Sikka. Demikian pula berbagai upacara adat yang bersifat musiman, berhubung dengan alam dan pertanian, seperti membuka kebun, memohon hujan, menanam, memetik hasil, syukuran atas panen, menolak bala, dan lain-lain, juga merupakan bagian yang sudah tak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat setempat.

Seluruh rangkaian upacara adat tersebut, didukung dengan penyelenggaraan pesta yang dimeriahkan dengan penampilan seni tari, seni musik, seni suara dan seni sastra, juga merupakan pola upacara dan keramaian yang sudah mencapai bentuknya yang baku.
Meskipun dari sudut pandang para ekonom, bahwa adanya upacara dan pesta adat itu dianggap sebagai pemborosan dana, waktu dan tenaga, karena biayanya sangat besar dan makan waktu berhari-hari, namun dalam kebiasaan yang tak pernah menjemukan inilah, ditemukan nilai-nilai kegotong-royongan, musyawarah dan kekeluargaan yang akrab, yang tak dapat dibeli dengan uang, sekaligus mengungkapkan karakteristik budaya masyarakat setempat.
Makanya, bukan saja satu karunia bakat dan ketangkasan, tapi lebih merupakan satu kekayaan seni budaya yang mengundang perhatian, karena dampaknya sangat besar bagi dunia wisata. Kabupaten Sikka mencatat 28 jenis tari tradisional, terdiri dari tarian perang/kepahlawanan, tarian pesta/pergaulan, tarian yang berhubungan dengan alam dan karya tani, dan jenis tarian ketika mendirikan rumah,membuat perahu, menyembelih hewan kurban, dan lain sebagainya.

Tari klasik seni drama "Soka Bobu", adalah tarian ceritera perkawinan ala Portugis yang dibanggakan di kampung Sikka. Diiringi nyanyian koor dalam bahasa Portugis, dengan tambur, suling dan giring giring, sendratari itu telah banyak menarik perhatian wisatawan.
Sementara itu "Toja Bobu" di kampung Paga yang dikenal sebagai "BoboUta", juga tarian kepahlawanan peninggalan Portugis yang perlu dibenah dan dipentaskan lagi dalam hubungannya dengan melesatnya arus wisatawan sekarang ini.

Oleh kemajuan perkembangan zaman, kini muncul tarian kontemporer, sepertigali-gali, rokatenda, joget, tari sirili pinang, tari nyiur, dan lain-lain. ROKATENDA, tarian pergaulan muda mudi yang diangkat dari gaya tari "togo"( tandak) PaluE, pulau gunung api Rokatenda itu, diiringi musik klasik, suling atau gong gendang, kini selalu menjadi acara tetap mengisi kemeriahan pesta-pesta dan acara-acara dalam resepsi resmi. Malah seorang Dubes Denmark untuk Indonesia bersama istrinya begitu tertarik dengan gerak gaya dan suasana yang tumbuh dari situasi tari ini, sampai sendiri berhura-hura menari dan menyanyi berjam-jam, sambil meneguk tuak Wairbleler.

Tari kreasi baru dalam bentuk sendra tari yang dipetik dari ceritera rakyat setempat, seperti tari "Du'a Nalu Pare" (dramatari mitologi), tari "Kapalelu" (dramatari dongeng) dan tari "Gareng Lameng", sempat mencengangkan turis bule dan domestik. Ketiga tarian "moderen" ini adalah gubahan yang kreatif dari HERMAN YOSEF, seorang seniman tamatan ASRI Yogyakarta.

"GARENG LAMENG", jenis tari yang pernah dipentaskan ke Kupang dan ibukota Jakarta itu adalah gubahan yang kreatif dari kemampuan prima seniman HERMAN YOSEF setelah memperoleh inspirasi dari upacara adat penyunatan anak di kawasan budaya Tana Ai, Kecamatan Talibura.


'Menantang Badai di Bumi Tsunami'-Bapak EP da Gomez
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Monday 14 July 2008

Sikka United Gemilang,Pssi Sikka Siap Hadapi Piala Eltari..

Sikka United FC secara gemilang menjuarai Turnamen Sepakbola Antar Klub PSSI Sikka 2008 setelah menaklukan Persewa Waioti FC 5:4 lewat adu tendangan pinalti setelah bermain imbang 1:1 di waktu normal dan perpanjangan waktu yang berlangsung di Gelora Samador hari minggu sore 13 juli 2008.Disaksikan oleh 3000-an pasang mata pada babak pertama lewat Elchon,Sikka United yang sebagian besar diisi oleh pemain muda dari SMPK dan SMUK Frater berhasil mencetak gol terlebih dahulu.Kedua tim menyuguhkan permainan cantik,menawan dan saling menyerang.


Namun diakhir babak kedua Sikka United yang dilatih oleh Freny Mari ditekan habis oleh Persewa yang akhirnya membuahkan hasil dengan gol yang dicetak oleh Deny.Pada babak perpanjangan waktu,Persewa yang dilatih oleh Anis Wangge tetap menyerang dan mengurung pertahanan Sikka United namun penyelsaian akhir yang buruk membuat serangan gencar yang dilakukan Persewa tidak membuahkan gol.

Hasil seri tersebut membuat kedua tim harus menyelesaikan pertandingan untuk menentukan sang juara lewat adu tendangan pinalti.
Dalam adu tendangan pinalti tersebut akhirnya Sikka United berhasil menang sekaligus menjuarai turnamen ini dengan menggondol uang pembinaan sebesar Rp 5juta plus satu piala tetap dan satu piala bergilir PSSI Sikka.Sedangkan Persewa Waioti sebagai juara kedua membawa pulang satu piala tetap dan uang pembinaan sebesar Rp 3juta.Kejuaraan ini di sponsori oleh Pemda Sikka dan didukung oleh BRI,Gudang Garam,Toko Go,Toko Mustika.

Kejuaraan Antar Klub PSSI Sikka telah berlangsung dari tanggal 7 juni sampai 13 juli dan diikuti oleh 27 klub sekabupaten Sikka dengan melangsungkan 41 pertandingan.Kejuaraan ini menurut Bpk Idris Boli selaku sekretaris Pssi Sikka dimaksud sebagai ajang pembinaan bagi klub dan sebagai wadah seleksi untuk persiapan tim Persami menuju Piala Eltari yang akan dimainkan di Bajawa,Ngada.Seleksi bagi para pemain yang dipanggil akan dimulai tanggal 15 juli 2008.
Dalam kejuaraan antar klub Pssi Sikka tahun ini digunakan pula sistim pembatasan umur untuk para pemain yang diturunkan.Batas umur 19(1988) dibolehkan turun bermain 6 orang sedangkan kelahiran 1985,1986,1987 diturunkan 3 pemain dan senior tanpa batas umur 2 pemain.

Pssi Sikka juga akan merubah sistim turnamen seperti ini dan menggantinya dengan sistim Divisi.Untuk sementara menggunakan divisi 1 dan divisi 2.Klub-klub yang akan ikut dalam divisi satu adalah 8 tim yang lolos perempat final dalam turnamen Pssi Sikka ini serta runner-up dari masing-masing grup.Sedangkan yang bermain didivisi dua adalah tim-tim yang tidak lolos(urutan 3 masing-masing grup) ditambah klub-klub baru yang mendaftar.

Wakil Bupati Kabupaten Sikka Bpk. Wera Damianus yang hadir dan menyaksikan partai final ini bersama ketua Pssi Sikka Bpk.Pedro Rodriquez menutup secara resmi kejuaraan antar klub Pssi Sikka.Dalam sambutannya antara lain wakbup mengharapkan agar kedepannya banyak lagi pihak-pihak pendukung(sponsor)untuk terlibat dalam turnamen-turnamen sepakbola di tanah Sikka sehingga sepak bola di kabupaten ini tetap bergairah dan bisa menelorkan prestasi membanggakan.


Data dan Fakta:
  • Top Score :Hendrik Diaz (PSN Nangahure,9 gol)
  • Pemain Terbaik : Elson Rojan (Sikka United)
  • Juara 4 : Putra Samudra (Beru)
  • Juara 3 : PSN Nangahure
  • Pelatih Persami : Eddy MBW
  • Wasit partai final : Linus Mitan (Wasit nasional)
  • Asisten wasit I : Thomas Aquino
  • Asisten wasit II : Fransisco Jari
  • Pengawas Pertandingan : Yance Padeng
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Saturday 12 July 2008

Menyaksikan Keelokan Senja Nusa Flores dari Atas Kapal..

Tiupan angin kencang dan hawa dingin yang menyapa disertai deburan ombak pantai dengan suara riuhnya selaksa nyanyian seorang perindu mengiringi lepasnya tambatan KM Awu dari pelabuhan Sadang Bui menuju samudera luas.Bagaikan titik kecil yang tak bearti apa-apa ditengah kebesaran alam,KM Awu melaju membelah pantai utara Maumere yang elok disertai ikan-ikan kecil yang mengiringi sang saujana disisi-sisinya.Matahari yang indah dengan kilau sinarnya yang mulai meredup menambah keindahan pemandangan yang terlukis bagai bola api yang menaungi jagat samudera Nuhan Flores.



Pukul 4 lewat 30 menit sore hari,sang kapal mulai mendekati pijar mentari yang mulai turun bagai bola api raksasa yang seakan ingin membakar pulau kecil Pemana.Lensa kamera bersiap-siap dan jepret..jepret..satu dua foto di ambil.Senja yang indah,senja yang begitu indah akhirnya terekam juga.

Kapal melaju terus membelah samudera luas sampai akhirnya memasuki wilayah Flores bagian timur dan lukisan alam hasil karya sang pencipta seakan selalu ingin dinikmati dan tidak ingin terlewatkan.Sekali lagi lukisan indah itu diabadikan lewat foto-foto dibawah ini.Maumere menuju Flores bagian timur dengan alam yang begitu indah seakan tak ingin hilang dari ingatan seakan tak ingin hilang dari bayangan.Tanah Flores bagaikan bidadari cantik yang belum terjamah,bagaikan sang dara yang lagi berkembang,masih perawan.
Jika anda menuju Flores jangan kaget melihat pesona alam yang luar biasa,bagaikan Pulau Bali yang masih tertidur.....

Foto-Foto yang sempat di ambil Mo'at Boim saat berangkat ke Kupang..

Di jepret dari Sadang Bui

Seakan membakar pulau Pemana..

Pulau kecil Koka,dihuni burung-burung laut









Menakjubkan..





Nian Tana..




Memasuki Wilayah Flores Timur.....

Senja bersama Gunung Ile ape,Lewoleba..














Posting :Oss --- Foto-Foto : Boim
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Desa Sikka Dapat Bantuan Dari Portugal..

Pemerintah Portugal melalui Instituto Portugues de Apoio ao Desenvolvimento(IPAD) membantu pembangunan tambatan perahu sebasar Rp.299 juta didesa Sikka,kecamatan Lela.Pembangunan telah selesai dan siap dimanfaatkan para nelayan diwilayah itu untuk peningkatan usaha mereka.


Bangunan tambatan perahu terletak dibagian timur dusun Sikka seluas 2500 meter persegi dengan panjang bagian depan 25 meter dan bagian samping belakang 50 meter.Bangunan yang dibuat sangat kokoh dan disesuaikan dengan kondisi gelombang ganas.Sarana tambatan perahu ini juga telah dilengkapi dengan fasilitas penerangan seperti 2 tiang listrik dan enam tiitk lampu berkekuatan 6.000 watt.

Bangunan tersebut sebagai salah satu wujud kerja sama antara pemerintah Portugal dan pemerintah Kabupaten Sika yang dirintis pemerintah sebelumnya.Bangunan tambatan perahu itu mulai dibangun 18 April 2008.Secara teknis,kontruksi bangunan bagian depan dibuat dari beton bertulang dan beton rabat k125 dengan ketinggian 4 meter dan menggunakan batu kali.

Tujuan dari pembangunan ini adalah untuk memudahkan para nelayan menambah perahu dan sarana yang ada dapat memberikan perlindungan pantai diwilayah itu dari hantaman gelombang dan abrasi.
Menurut Kepala Desa Sikka Hipolitus Agustalis dan ketua BPD Sikka Agustinus Nong keberadaan sarana tambatan perahu itu sangat bermanfaat untuk peningkatan kesejahteraan para nelayan setempat.Dari 355 KK di wilayah tersebut sebanyak 67 KK diantaranya berprofresi sebagai nelayan.Merka memiliki 29 unit perahu deng rincian perahu berbobot 1-2 ton sebanyak 3 unit dan 500-800kg 1 unit dan perahu berbobot 100-200 kg sebanyak 25 unit.
Ketua BPD Agustinus Nong dan para nelayan serta kepala dusun setempat menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Portugal melalui IPAD yang peduli terhadap nelayan di Sikka.


www.inimaumere.blogspot.com

Selengkapnya...

Thursday 3 July 2008

Agatha Trisnawati, Membela Tim PON NTT Lewat Pencak Silat

Malam itu kami mengunjungi tempat pemusatan latihan Perguruan Silat Perisai Diri yang berlokasi di belakang Gereja Misir, Maumere. Tempat latihan dengan ruangan yang cukup luas itu ternyata telah melahirkan beberapa juara nasional maupun daerah lewat cabang pencak silat.
Perguruan Silat Perisai diri juga mewakilkan salah satu anak didik terbaiknya untuk membela tim PON NTT.
Ketika memasuki ruangan latihan dan mengambil tempat duduk dibelakang, dara manis kelahiran kewapante 21 mei 1989 yang bernama lengkap Agatha Trisnawati sedang melakukan gerakan-gerakan beladiri lewat nomor seni tunggal dengan diawasi sang pelatih yang juga kelahiran Maumere, Yoseph Otu.

Ya,Agatha Trisnawati merupakan satu-satunya atlet asal tanah Sikka yang ikut serta dalam rombongan tim PON NTT ke Kalimantan.

“Tiga menit “teriak sang pelatih. Waktu tersebut telah menunjukan waktu yang tepat bagi Agatha yang menyelesaikan latihan nomor seni tunggalnya. Agatha pun beristirahat dan digantikan oleh pesilat yang lain.

Agatha yang biasa dipanggil Meme oleh rekan-rekannya bersedia memberikan waktunya sebentar untuk kami kula babong (berbincang) dengan kami.

Dalam rangka persiapan Tim PON NTT ini Agatha dilatih oleh para pelatih dari Perguruan Silat Perisai Diri Cabang Sikka yakni Yoseph Otu, Gideon dan Nelson Leki. Juga terlihat Ni Putu Yuliarsi yang juga merupakan mantan juara dunia dari Bali yang memberikan waktunya untuk memoles Meme.

Sebelumnya, sebulan lalu Agtaha dalam seminggu dikunjungi dan dilatih oleh Pelatih Nasional dari Jakarta Fahmi Fadli yang memang diperbantukan untuk memoles Agatha.

Menurut Pelatih Yoseph Otu Agatha secara teknis telah siap untuk bertarung di Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XVII dengan target medali emas untuk tim PON NTT. Cuma kendala mental yang masih terus di poles dan tingkatkan menjelang keberangkatannya.

Agatha masuk perguruan silat Perisai Diri tahun 2002 saat masih duduk dibangku kelas dua SLTP. Bulan Oktober tahun 2003 Agatha mengikuti Kejuaraan Silat versi Perisai Diri dan menyabet Juara I.

Tahun yang sama Agatha menuju Bali untuk mengikuti Kejuraan Silat nasional namun gagal . Menurutnya kegagalan tersebut merupakan pengelaman berharga untuk terus mengasah kemampuannya.
Tahun 2004 mengikuti kejuaran international untuk Kategori Serang Hindar.
Tahun 2005 Agatha menyabet Juara I versi Serang Hindar di Kejuaraan Perisai Diri yang diikuti pesilat-pesilat dari kawasan Flores, Lembata, Rote Ndao,

Tahun 2006 Juara 1 versi Serang Hindar di Kejuaraan Perisai diri se NTT. Kemudian mengikuti POPDA(Pekan Olah raga Pelajar Daerah) di Kupang dan menyabet juara 1 untuk versi seni tunggal.

Setelah itu megikuti Popda, Agatha kemudian mengikuti POPWIL (Pekan Olahraga Pelajar Wilayah) 3 yang diikuti pesilat-pesilat dari daerah Jawa Timur, NTB, NTT, SULSEL, SULTENG juga merebut juara 1.Selanjutnya mengikuti PraPon wilayah IV dan menyabet juara 2 .

Agatha juga mengikuti POPNAS (Pekan Olahraga Pelajar Nasional) mewakili NTT. Dikejuaraan tersebut Agatha mendapati lawan-lawan tangguh seperti dari DKI, Kaltim, Jatim namun Agatha berhasil menyabet juara IV.

Agatha yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Yoseph Tarsisius asal Lio Ende dan mama Pricilla Celly asal Bola, Maumere bertekad mengalahkan lawan-lawannya. Tak ada rasa takut meski lawan yang dihadapi merupakan para juara dunia dari daerah-daerah tangguh seperti DKI, Bali, Sumatera Selatan, Jawa Timur dan Kaltim.
Namun dengan persiapan matang dan polesan para pelatih nasional dan daerah Agatha siap untuk bertarung di Kaltim.

Agatha yang berdomisili di kawasan Perumnas kota Maumere meminta dukungan doa dari seluruh masyarakat NTT dimana saja berada agar bisa memenuhi target yang dibebankan kepadanya.

Wajar bila target emas dibebankan kepadanya lewat cabang silat sebab selama ini hasil terbaik cabang silat adalah perak.
Seperti dituturkan oleh pelatih Yoseph Otu,Pelatih Silat Nasional Fahmi Fadli ketika menangani Agatha melihat bahwa anak ini mempunyai bakat yang luar biasa dan yakin kalau Agatha akan bisa bersaing di PON mendatang.
Fahmi Fadli jugalah pelatih yang telah melahirkan banyak juara dunia yang beberapa nantinya akan menjadi lawan Agatha di PON mendatang.

Ya, lewat nomor Seni Tunggal cabang silat, Agatha siap membela NTT dan siap bertarung di Kaltim. Kita nantikan saja kiprahnya.

Lewat perguruan silat Perisai Diri cabang kabupaten Sikka juga telah melahirkan pesilat pesilat masa depan NTT seperti Oktovianus Mauritius sikecil berusia sekolah dasar yang merupakan juara 1 Nasional usia dini 2006 di Jakarta dan Bonafasius Yan Nurak juara 3 Nasional usia dini.

Ada pula Ibnu ,9 tahun,anak dari pemilik warung Bangkalan di kota Maumere yang akan bertarung di kejuaraan Nasional mendatang lewat nomor serang hindar.
Ya,mereka semua merupakan aset kabupaten,propinsi dan nasional yang harus terus di kembangkan dan di beri perhatian untuk membawa nama harum daerah dan bangsa kita.


www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Wednesday 2 July 2008

SANTO THOMAS MORUS Martir Teladan Bagi Para Politisi

Baru saja Margareth datang ke Maumere untuk sesuatu yang mulia,konser amal bagi pembangunan gereja St.Thomas Morus.Namun siapakah Santo Thomas Morus?Ini sebuah riwayat singkat sang martir yang rela mati demi suatu kebenaran.

Bukan suatu kebetulan kalau Umat Katolik di Kelurahan Beru, Kota Maumere, pada tanggal 14 Pebruari 1971 telah membangun sebuah Paroki di jantung ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Sikka dengan memilih nama pelindungnya SANTO THOMAS MORUS, saksi kebenaran dan kebebasan hati nurani manusia. Tahun ini, paroki yang dihuni oleh para pemimpin teras Kabupaten Tahun Maria ini, genap berusia 37 tahun. Maka tulisan ini diangkat untuk mengkaji dan mempertanyakan kembali: Mengapa dan untuk apa Paroki ini dibaptis dengan nama THOMAS MORUS ??.


Pada tahun 1935 Sri Paus Pius XI menobatkan THOMAS MORUS menjadi kudus, santo dan diperingati setiap tanggal 22 Juni. Pemuka-pemuka umat memilih THOMAS MORUS, seorang kudus yang pernah hidup sebagai umat biasa, punya istri anak. Seorang kudus dari kalangan kaum awam, yang teladan hidupnya diharapkan dapat menjadi contoh bagi umat yang berdiam di ibukota Kabupaten Sikka ini. Seorang tokoh begawan dan negarawan yang dapat memberi teladan dan memahami cara hidup pegawai, pejabat pemerintah dan kaum politisi. Seorang tokoh yang hidupnya penuh dengan kesibukan urusan duniawi, namun tetap mempertahankan kesucian dan kemurniannya. Hidup penuh integritas.

THOMAS MORUS lahir tahun 1477 di London, ibukota negara Inggris Raya. Dibesarkan dalam rumah yang megah dan kuat dari kalangan kaum menengah. Ia bukan bangsawan, tapi putra seorang advokat yang berpengaruh. Sejak kecil THOMAS MORUS bergaul dengan masyarakat golongan saudagar dan profesi lain yang paling banyak meraih keuntungan dari situasi ekonomi jaman itu. Dalam studinya ia berhasil tampil sebagai seorang ahli hukum dan politikus yang terkenal. Dalam berdebat ia tak pernah kenal menyerah. Ia luwes dalam bergaul, senang melucu dan bersenda gurau. Ia menjalin hubungan dengan kaum intelek di benua Eropa. Ia menjadi seorang kawan yang akrab dari Raja HENRY VIII, dan karena itu ia diterima dalam pergaulan "jet set" di kalangan istana. THOMAS MORUS yang kaya, pintar, selalu berhasil, muncul dan berdiri dengan kokohnya diatas piramida suatu masyarakat Inggris yang feodal, situasi gereja yang korup, dan kekuasaan totaliter Raja Inggris. Dari ketenarannya, kecerdasan dan profesinya itu, ia termasuk orang yang senantiasa diberkahi oleh "Dewi Fortuna".

THOMAS MORUS mengawali karyanya sebagai seorang ahli hukum dan pembela perkara, sambil menjadi penceramah terpuji tenting hukum dan teologi, dalam usia yang sangal muda, 22 tahun. Ketika mencapai usia 33 tahun, ia menjadi hakim pembantu di kota London, lalu diangkat menjadi Menteri Muda Keuangan pada usia 44 tahun. Sebagai Ketua DPR Pusat, tahun 1523, ia memperjuangkan hak para anggota dewan legislatif itu "untuk bebas berbicarn dalam sidang lembagn perwakilan rakyat".

Pada tahun 1529 beliau diangkat menjadi Perdana Menteri Inggris. Untuk pertama kalinya sejak berdirinya "demokrasi monarkis", seorang awam bukan Uskup diangkat dalam posisi jabatan tertinggi sesudah Raja. Akan tetapi THOMAS MORUS minta berhenti dari jabatan terhormat itu pada tahun 1532 dengan alasan kesehatan. Tapi sebenarnya, karena ia tidak setuju dengan undang-undang yang mewajibkan orang bersumpah kepada Raja Henry VIII untuk mengakuinya sebagai pemimpin tunggal dalam negara, termasuk mengakuinya sebagai pemimpin gereja di Inggris, lepas dari kekuasaan universal Sri Paus sebagai Pemimpin Gereja Katolik Sejagad Raya. Disitulah pangkal "kcjatuhan"dan awal dari proses pengadilan yang menghantarkan orang yang punya kepribadian ini naik ke tiang gantungan. Sejak tahun 1533 ia tinggal menyendiri bersama keluarganya. Hidup sederhana dengan banyak menulis, dan tidak pernah lagi mengangkat suara melawan Raja Henry VIII yang bertindak semakin brutal dan otoriter. Oleh pemutarbalikan fakta, dengan suapan uang dan saksi palsu yang diatur oleh kaki tangan Raja, THOMAS MORUS dipenggal kepalanya di muka umum pada tanggal 6 Juni 1535.
Apa pasal hukuman yang kejam itu ?? Bermula dari masalah di sekitar perkawinan Raja Henry VIII dengan putri Khaterine, janda kakak kandungnya, dan kemudian kencan gelap sang Raja dengan Anna Boleyn, gadis istana berusia 19 tahun. Rentetan dari kasus perkawinan ini, kekuasaan Sri Paus di Roma tidak diakui. Diproklamirkan kekuasaan mutlak sang Raja sebagai pemimpin politik dan pemimpin Gereja Inggris.

Dengan penuh ketakutan, para uskup pun menyerah kepada Raja. Pada saat yang demikian, hanya seorang yang dapat melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan oleh Raja Henry VIII sebagai satu kesalahan besar, dan orang itu adalah THOMAS MORUS, Perdana Menteri Inggris. Dia berupaya untuk meluruskan jalan bengkok yang ditempuh Raja, namun ditolak oleh Raja dan para pengikutnya; bahkan para Uskup dan Imam mengkhianatinya. Latar belakang segala peristiwa inilah yang membuat THOMAS MORUS menjadi semakin teguh pendiriannya, lalu mengambil keputusan mundur dari jabatan Perdana Menteri. Suatu keputusan yang didorong oleh bisikan suara hati nuraninya yang ia pegang dengan segala kekuatan yang dimilikinya biarpun semua orang lain dengan takut dan terpaksa harus mengikuti arcs situasi dan kondisi zaman itu.

Disitulah tertanam rasa harga diri yang semakin kokoh kuat dalam kepribadian THOMAS MORUS. Ia tak pernah mau menjual dirinya secara murah hanya demi kedudukan dan uang. Ia mengetahui dengan hakul yakin, apa yang boleh diserahkan kepada orang lain, dan apa yang harus dipertahankannya. lapun sadar dan mengerti bahwa sampai berapa jauh ia boleh berkompromi. Dan ia telah berkompromi cukup jauh, namun akhirnya ia berhenti berkompromi, karena ia tahu dimana batas-batasnya. Berdiri tegak dengan pendiriannya yang tegar, ia akhimya mengundurkan diri dari segala kompromi, dan tinggal kesendirian dengan sikap pribadinya yang mendalam, bagian yang tidak diserahkannya kepada siapapun.

THOMAS MORUS tidak mengejar mahkota seorang martir, tapi iapun tahu apa yang tidak boleh ia kompromikan. Ia cerdas dalam berpolitik, bersilat lidah dan beradu argumen agar tidak terkena amarah sang Raja Diraja atau hukuman undang-undang, tapi sekali lagi ia tahu batas komprominya itu. Jiwanya dinilai amat mahal untuk dapat dipermain gilakan orang lain. Ia yakin bahwa seluruh perjalanan sejarah Gereja membenarkan sikapnya. Namun, ia mati seorang diri, bahkan ditinggalkan oleh istrinya yang tercinta dengan umpatan yang tajam dan kejam: "Suami macam apa engkau ini ?! Apakah hati nuranimu dapat membenarkan engkau membiarkan istrimu dan anak-anakmu terlantar tanpa perlindungan seorang ayah ?". Dan kata-kata pahit itu tetap bergema ditelinganya sampai di tiang gantungan. Ia meninggal tanpa dukungan dan dampingan seorang Uskup atau Imam, karena semuanya telah menyerah kepada paduka Raja. THOMAS MORUS menaruh nyawanya di atas panggung kematian sebagai suatu jaminan tentang KEBENARAN dan KEADILAN. Ia tahu akan batas-batas kompromi.

Apa sebabnya tokoh THOMAS MORUS ini masih berpengaruh hingga sekarang, dan bahkan Parlemen Inggris telah membangun baginya sebuah monumen ?? Tidak cukuplah halaman SUARA PAROKI ini membentangkan seorang THOMAS MORUS sampai menyeluruh dan menjelimet. Pelajaran dari apa yang ditangkap diatas adalah, bahwa kini, di abad komputer dan teknologi yang semakin canggih ini, umat kita sangat membutuhkan banyak THOMAS MORUS baru.


(Suara Paroki St. Th. Morus, Februari 1996)/Buku 'Menantang Badai di Bumi Tsunami'-Bapak EP da Gomez
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 1 July 2008

Konser Amal Margareth Meriah....

Margareth Siagian, peraih Juara II Mamamia Indosiar tahun 2007 mampu menghayutkan ribuan penonton yang datang di Gelora Samador untuk menyaksikan secara langsung konser amal sang dara cantik pujaan para ibu dan ABG ini.
Konser Amal yang mengambil tema Solidaritas Bagi Sesama Untuk Penggalangan Dana Bagi Pembangunan Gereja Paroki St Thomas Morus Maumere berlangsung sangat meriah. Tiket yang dijual dengan harga Rp 5.000 untuk umum dan Rp 100.000 untuk undangan habis terjual. Setiap sudut stadion hampir terisi penuh oleh ribuan penonton yang didominasi oleh ABG dan para ibu. Sejauh mata memandang yang terlihat cuma kepala para penonton. Sangat luar biasa.




Menjelang malam masyarakat telah mendatangi kawasan stadion. Antrian para penonton yang membludak terlihat di setiap loket penjualan karcis dan semua pintu masuk stadion. Sebelumnya, sore hari Margareth diarak keliling kota dengan mobil bak terbuka melintasi jalan-jalan utama di kota Maumere.Margareth juga melakukan sesi tanya jawab dan jumpa fans lewat siaran yang dipancarkan secara langsung oleh radio Sonia FM dan dipandu oleh Lucky Rener.

Konser amal Margareth ‘Mamamia’ ini disponsori oleh PCP (Prima Citra Permai) yang bergerak di bidang usaha furniture dan elektronik dan didukung oleh FIF, Suara Nipa FM dll. Melihat kondisi gereja St Thomas Morus yang masih belum selesai-selesai juga pembangunnya sejak gempa meluluhlantakan Pulau Flores desember 1992, maka patutlah kita berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah sengaja mendatangkan sang bintang untuk mengumpulkan sumbangan dana bagi pembangunan gereja lewat konser amal ini.

Setelah tampilnya para artis lokal lewat Sparky, Reband dan Pelangi serta artis lokal lainnya seperti Yenny Kabupung bersama Game’s Pro, menjelang pukul sembilan lewat, Margareth yang tampil cantik dengan kostum panggung menawan berwarna merah naik keatas panggung dan disambut tepuk tangan membahana serta teriakan histeris para penonton. Dengan MC kawakan Lucky Rener yang mengiringi sang bintang mamamia ini maka kehadiran Margareth di panggung mampu dihidupkan meski suasana malam hari terasa diselimuti hawa dingin.

Tanpa basa-basi Margareth langsung melantunkan lagu pembuka yang diambil dari albumnya sendiri.Lagu yang berjudul ‘Tak Tahan Sepi’ mampu membuat penonton terkesima. Lagu berirama mellow tersebut dibawakan dengan kualitas vocal yang sempurna dan dinyanyikan dengan penuh perasaan.
Ketika Margareth mencoba maju kebibir panggung tak pelak lagi para penonton abg langsung maju menyambut Margareth dengan histeris.Tentu saja security dari pihak panitia langsung maju menutup gerak para penonton muda ini yang mencoba menyalami sang pujaan. Kilatan lampu kamera dari para penoton pun tak ketinggalan menyambut bintang kesayanganya yang selama ini hanya mereka saksikan lewat layar kaca.

Setelah lagu ini dibawakan, Mama Saida yang juga merupakan pujaan para penonton tampil ke panggung. Lucky Rener yang sudah malang melintang sebagai pembawa acara dipentas-pentas lokal langsung menyambut Mama Saida dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat ibu kandung dari Margareth ini harus tersipu-sipu malu.

“Saya grogi berada diatas panggung ini”kata mama Saida terbata-bata.

Mama Saida juga berterima kasih kepada seluruh masyarakat Maumere yang telah hadir menyaksikan konser amal ini. Mama Saida tidak menyangka begitu besar minat masyarakat Maumere untuk datang menyaksikan konser amal dari sang buah hatinya dan ini membuatnya terharu.

Kemudian bersama ibunya, Margareth kembali membuat penonton terkesima degan lagu berikutnya. Lagu yang diambil dari milik penyanyi papan atas Agnes Monica mengalir membahana memenuhi setiap rongga stadion gelora samador. Lagu berjudul ‘matahariku’yang menutut kualitas vocal yang teruji mampu dibawakan oleh Margareth dengan mulus. Berikutnya diteruskan dengan lagu berirama agak sedikit ngerock milik band terkenal Radja. Lagu berjudul ‘Patah Hati’ini langsung memanaskan suasana. Margareth mencoba untuk mendekati penonton yang berada dibawah panggung. Penonton yang memang sudah menunggu kesempatan ini langsung mendekati sang bintang dengan antusias. Namun pihak keamanan panggung langsung pele(menghadang) mereka semua. Meski ada sedikit kekecewaan dari penonton namun semuanya terbayar lunas dengan keramahan Margaret, kemanjaan Margareth yang khas abg serta kecentilannya dia diatas panggung yang membuat suasana terasa lain. Margareth mampu menghanyutkan para penonton.

Setelah lagu ketiga dibawakan, Virgine Dancer tampil diatas panggung menggantikan sementara Margareth yang beristirahat sebentar di ruang tertutup dibelakang panggung.

Kembali Margareth tampil setelah Virgine dancer yang menari-nari sexy. Kali ini tubuh cantik Margaerth berganti kostum. Dengan kostum yang lebih sexy, Margareh bersama Lucky Rener dan Edmond membuka sesi sumbangan spontan bagi pembangun gereja.S umbangan spontan dibuka dengan sumbangan dari Suster Lucia sebesar Rp 5 juta dan dikuti para penyumbang spontan lainnya.

Ada pula sumbangan uang dari anak-anak balita yang yang besarnya rata-rata Rp.50 ribu. Mereka maju keatas panggung dengan lugu sambil membawa uang ditangan mereka dan menyerahkan langsung pada nona Margareth. Margareth pun dengan gaya khas abg-nya langsung menggoda anak-anak kecil. Pokoknya pas sesi sumbangan dengan anak-anak balita lah yang paling seru hehehe

Ada pula anak balita yang menyumbangkan Rosario buat Margareth dan disambut dengan antusias oleh du’a Margareth sambil mencium sang balita tersebut.

Setelah menarik sumbangan,kembali du’a Margareth tampil masih tetap dengan gaya dan suara khasnya. Tercatat ada 6 lagu dibawakan oleh Margaret malam itu. Margareth juga tampil bareng dengan artis lokal seperti pada lagu ‘Ketahuan’punya Matta band bersama Thomas dan Marisa serta pada lagunya Naif ‘Akhirnya Kumenemukanmu’ duet bersama Vincen dari FIF.

Sebelum mengakhiri konsernya Margareth mengajak penonton untuk hari minggu besoknya (29 juni pagi) bersama-sama Margareth misa kedua di Gereja St Thomas Morus.

Sambil berterima kasih buat orang Maumere, Margareth mengakhiri konser amalnya. Epang gawan du’a Margareth yang sudah jauh-jauh datang ke Maumere untuk sesuatu yang mulia,Tuhan memberkatimu nona cantik….

Kapan-kapan datang lagi ya, GBU……

Foto-Foto yang sempat kami ambil..

Antrian depan pintu masuk utama




Tampil cantik diawal lagu..




Mama Saida,Margareth dan Lucky Rener





Virgine Dancer beraksi..



Mencari dana lewat sumbangan spontanitas

.....

mmhhhhh..

Balita ketik he'i tida mau kalah...ikut sumbang..

Si kecil ini kasih kado Rosario buat kaka Margareth..

Duet bersama Vincen dari FIF

Bersama Thomas dan Marisa,luar biasa kompakya..



Keamanan sibuk halau penonton..


'ONE FEEL' Band MOF pengiring MargAreth ..

Masyarakat Padati Samador..



Bos PCP

Antusias..

Antusias..






Posting; oSS ---- fOTO: bOiM
www.inimaumere.com

Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 07.08 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---