Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Friday 29 April 2011

Wogi Bikin Lidah Panas Tapi Nikmat

Sambal Khas dari Lio

“Sambal Wogi, coba saja,” bisik salah seorang Ata Laki persis ditelinga. Sedikit ragu, namun dalam hitungan detik, sambal tersebut sudah berpindah tempat kedalam perut bersama ubi rebus nan hangat. Rasa pedas dan asin. Namun inilah yang membuat makanan yang disentuhnya terasa nikmat. “ Hati-hati, jangan banyak-banyak nanti lidah pedis,” teriak Ata Laki Bino Seda, asli dari Lekeba’i. Rupanya dari tadi dia terus memperhatikan. Dan betul, gara-gara kelewatan akhirnya 'keringat besar kecil' menetes di pipi. Rasa pedas menyerang. Teh panas yang nongkrong dimeja langsung ludes. Bukan hanya satu tapi dua gelas. Semua yang hadir tertawa senang. Ah masa bodohlah. Mungkin saja wogi makan korban lagi hehehee... Tapi itulah enaknya wogi. Sambal yang hanya ada di daerah Lio pesisir selatan Kabupaten Sikka. Dari Lekeba’i hingga Paga. Kalau lagi musim, sebotol dijual Rp 5 ribu tapi jika langkah harganya bisa mencapai Rp 25 ribu per botol. Buat ole-ole dari Lio, Wogi salah satunya.
Omong-omong kenalan dulu ya dengan WOGI..
yuuukk.. :)

Wogi memiliki bahan dasar khas yang membuatnya terkenal dan unik yakni ikan-ikan kecil. Ikan-ikan tersebut ditangkap dari laut selatan di wilayah Desa Paga dan Wara.

Di dua daerah pantai ini setiap tahun masyarakat setempat turun berburu saat memasuki bulan oktober hingga desember. Karena di bulan-bulan itulah, ribuan ikan-ikan kecil ini membanjiri laut selatan khususnya di perairan dua desa tersebut. Kebiasaan mencari ikan-ikan kecil ini rupanya telah turun temurun sejak dulu kala.

MBARASE, demikian nama ikan-ikan kecil yang menjadi inti dari olahan sambal wogi orang Lio. Untuk menangkap ikan mbarase, penduduk setempat menggunakan SERE, yakni alat tangkap tradisional yang dibuat dari rotan atau bambu. Namun ada satu pantangan yang mesti dijaga, yakni wanita yang sedang hamil tidak diperkenankan hadir saat penduduk sedang menangkap. Ini berhubungan dengan kepercayaan adat setempat, agar Mbarase tidak pergi alias menghilang.

Mbarase yang ditangkap kemudian dibersihkan. Kemudian dilumuri alias dicampur dengan garam. Biasanya dengan campuran garam yang cukup tinggi, yang membuatnya terasa asin (mirip olahan sushi). Setelah dicampur dengan garam, Wogi bisa dikomsumsi se-jam kemudian namun disarankan hingga 2 sampai 3 hari baru diolah. Wogi yang dicampur garam, disimpan dalam botol.

Hasil dari Mbarase yang telah bercampur garam inilah yang dinamakan Wogi. Dengan berbagai gaya dan ragam wogi bisa diolah menjadi sambal yang nikmat. Misalnya wogi tadi dicampur lombok atau cabe dengan ukuran tertentu, kemangi, bawang, kecap dan bumbu-bumbu lainnya dengan tujuan untuk menjadikan cita rasa sambal wogi yang bervariasi. Terserah, sesuai selera sambal masing-masing. Namun inti dari sambal tersebut adalah ikan Mbarase yang khas . Yang katanya hanya terdapat di laut Paga dan Wara.

Wogi yang dijual, dimasukan dalam botol dan dipasarkan dengan harga Rp. 5 ribu hingga Rp. 25 ribu, tergantung musim. Pasar Lekeba’i dan pasar-pasar tradisional lainnya di daerah Lio Kabupaten Sikka, biasanya menyediakan wogi.

****

Ah wogi memang enak . Bersyukur bisa menikmatinya lagi. Apalagi pas siang itu juga disediakan ubi rebus dan lepah (makanan khas Maumere). Rasanya enak sekali.

Untungnya di Lekeba'i bisa berbincang banyak dengan Pak Bino Seda, adik dari Almarhum Bapa Frans Seda, tentang yang khas-khas dari orang Lio termasuk Wogi. Kami duduk bercengkerama menikmati manisnya kopi dan alam Mego yang sejuk menentramkan hati.

Mego adalah sebuah kecamatan yang penduduknya beretnis Lio, salah satu etnis besar di Kabupaten Sikka. Mego beribukota Lekeba’i. Dari arah Maumere sebelum memasuki Paga, dimana Pantai Koka terletak, kita akan melewati Mego.

Saat bercengkerama penuh keakraban, dari situlah wogi muncul menemani makanan khas setempat dan senyum ramah para penduduk. Suasana begitu akrab hingga tak sadar wogi ludes dari meja.
“Kalo makan dengan sambal Wogi, jangan dekat-dekat istri, nanti bahaya....hahahaha..” canda Pak Bino Seda sambil tertawa. Epen ka? Saya langsung membalasnya, tapi dalam hati saja hahahaha.....(Oss)



Menikmati makanan khas Mego dalam suasana yang akrab, wogi pun ludes


Foto Kiri: Tugu Mego yang berisi keterangan tentang pembagian struktrur pemerintahan adat dan wilayah dalam adat Lio Mego
Foto Kanan: Pulang dari Mego, jangan lupa belanja ikan bakar di Nangablo n buah2an di Desa Hepang, Nita hehee..


www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Blata Tatin Desa Listrik Prabayar

Jadi Desa Pertama di Indonesia
Kabar gembira bagi warga masyarakat di Desa Blata Tatin, Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka. Desa ini menjadi desa listrik prabayar pertama di Indonesia. Listrik prabayar pertama itu diresmikan Direktur Opreasional Indonesia Timur (OPIT) Perusahaan Listrik Negara (PLN) Pusat, Viktor Sinaga di Dusun Bei, Desa Blata Tatin, Selasa (26/4/2011). Peresmian ditandai penekanan tombol oleh Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang. Selain meresmikan listrik parabayar di Desa Blata Tatin, PLN juga meresmikan listrik super extra hemat energi (Sehen) di dua pulau di Sikka yakni Pulau Sukun dan Pulau Besar, serta listrik 24 jam di Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Ende.

Peresmian listrik prabayar dan sehen itu dihadiri Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang, Ketua Badan Anggaran RI, Melkias Markus Mekeng dan Direktur OPIT PLN Pusat, Viktor Sinaga, General Manager PLN Wilayah NTT, Santoso Janurwarsono dan Kepala Cabang PLN Maumere, Andik Novijanto, Sekretaris Kabupaten Sikka, Cypri da Costa dan beberapa pimpinan SKPD Kabupaten Sikka.

Acara dimulai dengan ibadat sabda dipimpin oleh Romo Martin G Kira, Pr. Dilanjutkan pemberkatan meteran listrik prabayar.

Sekitar Pukul 15.00 Wita, Bupati Sikka Sosimus Mitang menekan tombol menandai peresmian listrik prabayar pertama di Indonesia itu. Serentak semua lampu listrik yang menggunakan meteran prabayar menerangi seluruh tenda yang gelap oleh mendung saat itu. Semua undangan yang hadir menyambut dengan tepuk tangan meriah, meski sedang hujan.

Bupati Sosimus menyampaikan terima kasih kepada anggota DPR RI asal Sikka Melkias Markus Mekeng yang telah memperhatikan daerah asalnya. Sebab masuknya listrik ke desa-desa akan membantu kemajuan daerah Sikka ke depan, terutama mutu pendidikan.

"Listrik berdampak banyak bagi kemajuan, terutama pendidikan. Karena itu kita perlu jaga fasilitas ini dengan baik. Jika kalian tidak jaga fasilitas ini, lebih baik kita pindahkan saja ke desa lain," tegas Sosimus mengingatkan warga desa Blata Tatin.

Selain dari sisi pendidikan, jelas Sosimus, listrik prabayar ini juga relatif murah sehingga terjangkau oleh masyarakat.

Data dari PLN Cabang Maumere menyebutkan, desa-desa di Kabupaten Sikka yang mendapat pelayanan listrik PLN, yaituhDesa Blata Tatin sebanyak 155 kepala keluarga (KK), Desa Meken Detun 142 KK, Desa Kojadoi di Pulau Besar 100 KK, Desa Semparong di Pulau Sukun 100 KK dan Desa Tana Duen 92 KK. (kk/ris/Flores Star)


wwww.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Friday, April 29 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---