Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Thursday 13 December 2012

20 TAHUN BERLALU

12-12-1992 =>12-12-2012
Kampung Wuring/google
Dua puluh tahun berlalu. Kisah tragis merobek ingatan kita. Dua puluh tahun lampau itu, kita pernah mengalami kisah perih ketika sanak saudara, sobat dan orang-orang yang kita cintai direnggut dari sisi kita. Tanah yang kita diami berlinang duka. Lebih dari 2000 nyawa melayang. Ribuan bangunan rubuh. Ribuan manusia lainnya luka-luka, kehilangan tempat tinggal dan meratapi harapan yang sirna. Flores dilanda malapetaka. Bumi Indonesia terhenyak dan berduka. Jutaan anak bangsa mengulurkan bantuan dan masyarakat dunia memberikan perhatian yang luar biasa. Maumere, kota mungil ditepi laut utara porak poranda. Dia tidak sendirian. Kabipaten Flores Timur, Ende dan Ngada juga mengalami hal serupa.

Dua puluh tahun lalu pesisir pantai meratapi dahsyatnya alam yang menghantam dan merenggut nyawa manusia. Kisah pedih 20 tahun yang lampau tak mungkin hilang dari ingatan.
Gempa tsunami yang demikian parah, merusak sebagian besar infrastruktur yang telah dibangun dengan susah payah. Goyangan gempa memutuskan jalur jalan trans Flores. Longsor dimana-mana. Dan semua bergandengan tangan, saling memanjatkan doa meski dengan cara berbeda.

Di pengungsian seadanya, dibawah kemah yang berdiri dihujani rintik gerimis usai gempa, pengungsi berdesakan sambil memanjatkan doa dalam kegelapan. Listrik mati ditengah hujan dan angin. Dijalanan sepi. Semua waspada sambil memeluk keluarga rapat-rapat.

Presiden Soeharto kala itu bersama Nyonya Tien serta rombongan Jakarta terbang ke Maumere, meluangkan waktu memberi perhatian bagi para korban tsunami.

Kini sekelumit kenangan itu masih ada. Meski sudah 20 tahun berlalu. Terpatnya tanggal 12 bulan 12 tahun 2012, mendekati pukul 2 siang.

Saat ini, Rabu 12 Desemeber 2012, mendekati pukul 14.00 wita hujan lebat jatuh pun di bumi Maumere setelah berbulan-bulan kota ini disiram terik. Seakan-akan langit ikut berduka mengenang 20 tahun yang lampau.

Tak ada peristiwa mencolok dari bumi Maumere memperingati 20 tahun gempa Flores. Hanya beberapa komunitas yang ikut memberikan doa dan tabur bunga.


Misalnya para Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkup Setda Sikka menggelar misa dan renungan untuk korban dan gempa tsunami 1992. Penaburan bunga di pesisir pantai utara oleh sejumlah komunitas dan gelar Seminar Gempa Tsunami Flores oleh para pakar di Universitas Nusa Nipa dan pegelaran pameran foto-foto gempa tsunami Flores 1992.


***

Gempa dashyat Flores telah berusia 20 tahun. Waktu terasa begitu cepat bergulir. Para ahli meramal bahwa gempa dashyat akan terulang dalam kurun waktu 25-30 tahun, maka kita tinggal menghitung hari.
Sejak tahun 1608 hingga 2008, ada 217 tsunami yang menghantam bumi Indonesia.
Selama 20 tahun pastilah telah terjadi banyak perubahan di perut bumi Flores serta pulau-pulau sekitarnya seperti Adonara, Solor, Lembata, Alor dan Pantar yang masuk dalam kawasan Cincin Api Nusantara.
Lempengan kulit bumi yang patah berderai pada 12 Desember 1992 mungkin telah membentuk calon lokasi patahan baru yang jauh lebih dasyhat.
Kita hidup di tengah Cincin Api, kawasan yang dikelilingi gunung berapi dan lempeng tektonik aktif. Kita seakan diintip teror yang terus mengintai. Semoga bumi Flores dan NTT dilindungi Sang Kuasa, dan tak ada lagi peristiwa serupa yang maha dahsyat mendatangi bumi kita. GBU Flores!

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Unipa Kembangkan Mahaler

Fakultas Teknik Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere kini mengembangkan rumah halar plester (mahaler) setelah belajar dari pengalaman gempa tahun 1992 yang memporak-porandakan Flores dan pengalaman dari gempa-gempa yang pernah terjadi di daerah lain. Demikian disampaikan Siprianus W Goetha, ST, MT, dari Fakultas Teknik Unipa Maumere dalam seminar, "Refleksi 20 Tahun Gempa Flores dan Antisipasinya," di Hotel Sylvia Maumere, Rabu (12/12/2012). Seminar ini digelar Unipa Mamumere. Seminar dihadiri 225 orang dari berbagai elemen masyarakat di Kabupaten Sikka dan daerah lainnya di Flores dan Lembata.
Seminar dibuka Rektor Unipa Maumere, Amandus Embo. Goetha yang mengupas materi bertajuk, "Membangun Masyarakat Sadar Gempa, Suatu Upaya Meminimalisir Risiko Bencana Gempa Bumi di Wilayah Propinsi NTT," mengatakan, "Kita jangan berusaha untuk merombak seluruhnya atau memulai sesuatu yang seluruhnya baru."
Ia menjelaskan, mahaler merupakan aplikasi regionalisme rumah berdinding halar yang diplester dan mampu bertahan terhadap gempa dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan kekinian.

Dikatakannya, pendekatan yang digunakan untuk membangun rumah dengan memanfaatkan kearifan lokal seperti mahaler, yakni menggali dan mengkaji proses perencanaan dalam sistem budaya bermukim masyarakat setempat.

Selain itu, menyatukan elemen bangunan rumah yang paling banyak diaplikasikan dalam rumah tinggal bermaterial lokal menjadi rumah berdinding tembok dengan komposisi yang kompak.

Pemateri lainnya, Prof. Dr. Benjamin Lumantarna, M.Eng, Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Kristen Petra Surabaya, Jawa Timur, mengatakan, banyak bangunan di daerah yang tidak sesuai perencanaan, bahkan tanpa perencanaan sama sekali.

Inilah yang menyebabkan bahaya jika terjadi bencana atau gempa. Untuk meminimalisir bahaya gempa, kuncinya terletak pada perencanaan.

Lumantarna mempertanyakan, "Apakah bangunan kita sekarang tahan gempa?" Ia juga menyinggung pergantian regulasi tentang peraturan gempa. Hal ini yang menyebabkan sulitnya menentukan kepastian suatu daerah yang merupakan daerah jalur gempa atau tidak.

"Indonesia sudah beberapa kali mengalami pergantian peraturan gempa, dimulai dari PMI 1970, NI-18 yang sebelumnya dipelopori oleh Teddy Boen dan Wiratman Wangsadinata. Ada juga peraturan PPTGIUG 1983, dan SNI 03-1726-2002. Banyaknya aturan inilah yang menyebabkan sulit dipastikannya suatu daerah yang merupakan jalur gempa atau tidak," tandas Lumantarna.

Pemateri Ir. Djwantoro Hardjito, M. Eng, Ph.D, Dipl, GCTT, Kepala Pusat Penelitian dan Dosen Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya, yang membedah materi, "Membangun Rumah Tembok di Daerah Gempa," menjelaskan, kebanyakan rumah yang rusak akibat gempa berupa atap bergeser dari elemen pendukung, dinding rubuh, kegagalan di sudut-sudut bukaan, kegagalan di sudut-sudut dinding, serta beberapa tipikal kerusakan lainnya.

Djawantoro menyebut tips dasar untuk membangun rumah di daerah gempa berupa mutu bahan bangunana harus baik, mutu pengerjaan harus baik dan semua komponen bangunan dimulai dari pondasi, kolom, balok, dinding, rangka atap dan atap harus bersambung satu dengan yang lainnya.

Dengan demikian, ketika digoncang gempa, bangunan bergetar sebagai satu kesatuan.

Seperti disaksikan Pos-Kupang.Com, seminar ini diisi dengan pemutaran film dokmenter tentang gempa Flores tahun 1992 dan pameran foto pasca gempa Flores.(pos kupang)
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Thursday, December 13 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---