Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Monday 14 May 2012

Kembali ke Pangabatang

Sepertinya tak habis-habis bikin kisah di Pangabatang. Pulau mungil yang tergeletak diantara beberapa pulau besar dalam gugus Teluk Maumere, Kabupaten Sikka. Kecil-kecil cabe rawit, pulau ini menawarkan sensasi  tak biasa, Tubuhnya berbalut pasir putih nan halus. Airnya bening dan banyak ikan. Pemandangan alam bawah lautnya spektakuler dan lain-lain. Pulau ini tak panjang, sekitar 800 meter dan lebar yang tak lebih dari 100 meter dengan permukaan yang datar. Berada disana bisa jadi pilihan yang tepat ditengah rutinitas. Untuk mencapai Pangabatang dimulai dengan keberangkatan dari Desa Nangahale Gete dipesisir Talibura. Dengan menumpang perahu motor berbadan kecil, juru mudinya setia mendampingi kita hingga usai.
Pangabatang Island saat ini terpencil dari berbagai informasi. Meski cantik, akibat kurangnya promosi pulau ini akhirnya terkukung dalam kesepian. Seperti biasa, Dinas Pariwisata daerah ini entah mengapa, tak merespon baik keindahan ciptaan Tuhan ini. Ataukah ada alasan lain? Disana tak akan ditemui siapapun kecuali penduduk Pangabatang yang mendiami ujung barat pulau itu. Mereka telah hidup di Pangabatang sejak dulu kala. Kini ada sekitar 80 jiwa yang berkehidupan disana sebagai nelayan. Tidak ada sekolah dan bangunan lain selain rumah warga, kesederhanaanya merupakan keunikan sendiri.

baca artikel lengkap: Sensasi di Pangabatang

  PANGABATANG ISLAND

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Ivan Nestorman dan Tri Utami Tabur Kegembiraan di Ritapiret

Ritapiret, Sabtu (5/5/2012) agak berbeda. Malam minggu itu, ditengah genitnya hawa dingin menusuk pori-pori kulit. Dan kegelisahaan bulan yang tersembunyi dibalik awan gelap, lantunan suara nan merdu terdengar menyeruak membongkar dinding sunyi. Kali ini ada yang berbeeda. Bukan nada-nada ciptaan Mozart atau Engelberth yang biasa terlantun dari mulut para calon pastor. Tidak. Kali ini Sang Maestro jazz etnik Ivan Nestorman bersama penyanyi jazz kawakan Tri Utami yang hadir. Dalam kemesraan nada-nada indah ditengah ratusan pasang mata mahasiswa, para imam, dan biarawan/wati serta sejumlah umat lainnya, Aula Ritapiret jadi saksi sejarah bagi semua yang hadir. Kedua artis jazz tanpa sungkan berbaur dalam kemesraan ala Ritapiret. Mahasiwa dan biarawan yang biasa terkungkung dalam studi yang melelahkan menumpahkan semua kegembiraan. Mereka berpegang tangan menggerakan tubuh dalam satu irama tarian Flores saat Ivan menggedor kerinduan para mahasiswa akan kampung halamn mereka.

Tri yang biasa disapa Mbak I'ik nampak seperti wanita Sikka umumnya. Mengenakan sarung Sikka berbalut kaos hitam ditubuh mungilnya ia terlihat anggun. Sedikit berbeda dengan Ivan yang memadukan kaos hitam dan kain lipa berwarna putih.

Diatas panggung sederhana, tanpa lighting dan tetek bengek lainnya ,keduanya bergantian mengolah vokal. Ivan Nestorman musisi dan penyanti beraliran jazz etnik asal Ruteng, Manggarai menyentil telinga saat membawkan berbagai tembang etnik Flores yang diambil dari beberapa albumnya yang telah diaransemen ulang. Aplaus disetiap lagu jangan ditanya lagi. Semua mata terpaku tajam kedepan. Sosok lelaki diatas panggung dengan gitar akustiknya terus bernyanyi dan menebarkan senyum.

 Lamalera Band featuring Tri Utami, tertulis jelas dikain berwarna biru langit yang menjadi latar panggung. Rombongan ini sebelumnya mematri kehadiran di Lamalera, Lembata. Sebuah pulau diujung timur Flores yang berdiri menjadi Kabupaten Lembata setelah berpisah dari saudara tuanya Kabupaten Flores Timur.

Di Lamalera, seperti diberitakan berbagai media, Ivan Nestorman dan Tri Utami serta rombongan dari Jakarta mengikuti misa Lifa yakni misa pembukaan perburuan ikan paus secara tradisional tanggal 1 Mei lalu sekaligus menghibur warga setempat. Keduanya dalam misi mengkampanyekan penangkapan paus secara tradisional agar tak punah. Ivan dan Tri bukan hanya sekedar bernyanyi. Mereka juga tanpa basa basi bertegur sapa dengan penonton yang rata-rata adalah para penghuni Seminari Ritapiret.

Hingga akhir acara, Ivan terus memberi kegembiraan dengan sejumlah tembang daerah, mengiringi kegembiraan pecinta mereka yang melantai dalam irama ja'i, dolo-dolo ataupun gawi. Begitu pula Tri Utami yang jelas sekali nampak ceria dan mampu menggojlok salah satu mahasiswa seminari diatas panggung. Saat membawakan Ave Maria, Tri mengeluarkan kemampuan olah vokalnya yang luar biasa. Aplaus panjang malam itu pantas buat penyanyi senior ini.

Lamalera Band sebagai band pengiring terdiri dari sejumlah musisi Flores yang telah lama malang melintang dijagat musik ibukota. Pada posisi perkusi diisi Andre de Rromma,drumer Matahari Reggae Band asal Jakarta. Andre adalah putra Kampung Kabor, Maumere. Posisi keyboard diisi Yansen yang berdarah asli Maulo'o, Paga. Baru pertama kali ini, musisi berambut brekeleyang sering tampil bareng band reggae Steven Jam, Ras Muhamad dan lainnya menginjakan kaki di tanah kedua orangtunya. Vincent, putra berdarah Bola, Sikka yang bermain pada instrumen musik Saxopone sama seperti Yansen, menjadi musisi pada band-band reggae terkenal ibukota, bahkan keduanya bersama Andre sering tampil di Radioshow Tv One. Geshi Radja, putra Ende yang berdomisili di Surabaya dipercaya pada posisi guitar.

Malam yang menghibur tersebut berjalan hampir dua jam. Nampak jelas terbersit kepuasan dari wajah penonton ketika musik berakhir. Diganti nyanyian cemara yang diterpa angin, Ritapiret kembali sunyi senyap berganti rutinitas biasa, belajar dan melayani umat.

Semoga saja misi mulia dari rombongan ini, menjadi pegangan bersama bagisemua insan yang masih peduli akan kearifan lokal warga setempat terkhusus daerah perburuan paus yang melegenda, Lamlera.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Senang di Daerah Terpencil

Ketika pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemkes RI) tahun 2011 lalu membuka peluang kerja bagi tamatan fakultas kedokteran untuk mengabdi di sejumlah daerah di Indonesia dengan status pegawai tidak tetap (PTT), Dokter Nita Anindita sudah melirik dua daerah di kawasan timur Indonesia menjadi tempat pengabdiannya, yaitu Propinsi Gorontalo di Sulawesi dan Kabupaten Sikka di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)). Setelah dipikir-pikir, Nita, begitu ia akrab disapa, menjatuhkan pilihan pengabdiannya di Kabupaten Sikka. Maka sejak Oktober 2011 lalu, dr. Nita ditempatkan Kemkes RI di Puskesmas Teluk Maumere, Desa Gunung Sari, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka. 

Ditemui Pos Kupang di Desa Parumaan, Kecamatan Alok Timur, ketika hadir saat kunjungan kerja Bupati Sikka di Pulau Terluar Sikka, Selasa (8/5/2012), Nita menuturkan, begitu mendapat tugas sebagai dokter PTT di Sikka, ia merasa senang. Nita mengaku senang karena saat temannya yang terdahulu bernama dr. Retno bertugas di Puskesmas Teluk Maumere, Desa Gunung Sari, Kecamatan Alok, ia sudah dikirimi informasi mengenai suasana di daerah terpencil. Nita mengatakan, ia senang bertugas di Puskesmas Teluk Maumere karena penduduknya ramah.

"Sejak bertugas di Puskesmas Teluk Maumere, walau jauh dari kota, saya merasa senang. Ikan mudah didapat, segar saat dimasak dan enak ketika dimakan. Pantai di Kabupaten Sikka indah," tutur lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta tahun 2009 ini.

Saat tamat di Universitas Trisakti Jakarta, wanita kelahiran Jakarta, 19 November 1984 ini, sempat bertugas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Tangerang, Propinsi Banten, selama setahun.

"Sudah tujuh bulan sejak Oktober 2011 saya dan dokter Retno, teman saya, bertugas di Puskesmas Teluk Maumere. Tempat tugas saya sudah saya lihat melalui foto yang dikirim teman saya dr. Retno," tutur wanita periang dan pernah tinggal di Ambon, Maluku bersama orangtuanya.

 Anak dari Yuwono dan Wijayanti yang tinggal di Jakarta Barat ini mengatakan, ingin melanjutkan studinya. Nita pun berharap ke depan Puskesmas Teluk Maumere jadi puskesmas rujukan di Pulau Terluar di Sikka. Wanita yang menamatkan pendidikan SD, SMP dan SMA di Jakarta mengatakan, pada musim angin dan gelombang banyak pasien tidak bisa dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) TC Hillers Maumere.

"Kalau tidak sempat lanjut studi, saya mau setahun atau tiga tahun tugas di Sikka. Saya senang tugas di Sikka. Apalagi mantan Menkes RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih (almarhumah) pernah bertugas di Sikka. Saya ingin sebelum selesai di Puskesmas Teluk Maumere, ada dokter gigi, rumah medis dan peralatan medis ditambah sehingga puskesmas itu bisa diandalkan bagi masyarakat di Pulau Terluar di Sikka," kata Nita.

Nita mengaku, meski baru tujuh bulan lebih bertugas di Sikka, cukup banyak tantangan dan hambatan yang dia alami dalam pelayanan kesehatan di pulau terluar. Dia tidak mengutuk pengalaman-pengalaman itu, tetapi menikmati dan menjalaninya dengan senang hati.

 "Tugas di Pulau Terluar di Sikka memang menyenangkan, tapi kalau mau makan buah harus tunggu musimnya. Di Jakarta mau makan buah pasti ada. Kalau di sini, mau makan buah harus sabar sampai ada musimnya. Listrik juga di pulau nyalanya hanya 12 jam saja, belum 24 jam. Kalau makan sih enak karena ada ikan segar dan sayur segala," kata anak pertama dari tiga bersaudara yang ayahnya bekerja di bank swasta di Jakarta.

Bertugas di daerah terpencil tidak mengendurkan pengabdian Nita memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di pulau terluar di Kabupaten Sikka. Alasannya, menjadi dokter sudah menjadi cita-cita Nita sejak kecil. Dan, setelah tamat Nita pun memilih daerah terpencil sebagai tempat pengabdiannya.

 "Saya dulu bercita-cita jadi dokter. Cita-cita itu sudah terwujud, dan sekarang saya enjoy menjalani tugas walau di daerah terpencil," kata Nita. (/Pos-kupang.com/ris)
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Monday, May 14 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---