Di Kampung Sikka, Kabupaten Sikka, Flores, NTT, ada sebuah tradisi yang telah lama dijalani oleh masyarakat setempat yakni Ule Nale atau menangkap cacing laut. Tradisi ini begitu melekat erat dengan perayaan Paskah. Tradisi menangkap cacing laut ini begitu meriah karena melibatkan banyak orang. Baik dari Kampung Sikka maupun masyarakat yang datang dari kampung-kampung tetangga. Bahkan ada pula dari Maumere turut berpartisipasi
Ada pantangan yang mesti dijaga saat berda di lokasi. Jika pantangan tersebut dilanggar maka cacing-cacing unik ini tak akan keluar dari laut maupun pori-pori karang.
Yok menuju ke lokasi pencarian cacing,,.,..segera.............
Ada pantangan yang mesti dijaga saat berda di lokasi. Jika pantangan tersebut dilanggar maka cacing-cacing unik ini tak akan keluar dari laut maupun pori-pori karang.
Yok menuju ke lokasi pencarian cacing,,.,..segera.............
Ribuan orang tumplek ke tengah lokasi perburuan. Bahkan nyala obor yang terang akan menjadi pemandangan spektakuler dari kejauhan.
Jika kita menggunakan kamera yang bagus, ratusan nyala obor di pantai selatan tempat lokasi berburu akan menjadi bidikan yang mempesona.
Tradisi menangkap cacing laut di Kampung Sikka ini juga tak lepas dari tradisi masyarakat setempat seperti tradisi mencari jodoh dan lain-lain dan tak lepas dari pantangan... Mengapa yang membawa jeruk nipis, wanita hamil, datang bulan dilarang berada dipesisir pantai?
Menurut masyarakat setempat, si cacing laut tak akan muncul kalau salah satu dari ketiga larangan tersebut dilanggar. Jika cacing laut yang sedang melimpah ruah tersebut tiba-tiba menghilang maka patutlah dicurigai bahwa ada pelanggaran atas 3 larangan tersebut diatas, demikian cerita yang kami himpun.
Bagi masyarakat setempat, nale adalah sebuah tradisi peninggalan nenek moyang yang mesti diteruskan. Tradisi menangkap cacing laut ini cuma berlangsung sekali dalam setahun dimana berdekatan dengan perayaan pesta Paskah.
Kata salah satu warga Kampung Sikka, Ule Nale akan diadakan tepat menjelang Paskah, Katanya lagi, sang cacing laut akan muncul di minggu ke-3 menjelang hari raya Paskah. Tidak berubah dari jadwal tersebut. Entah hari raya Paskah jatuh tanggal berapa, bulan berapa nantinya tetap saja si cacing laut ini akan dengan segera muncul kepermukaan di minggu ke-3 menjelang Paskah. Tentu saja keunikan sang cacing tersebut telah berlangsung dari jaman tempo doeloe.
Dulu tradisi ini begitu mengental dengan tradisi sir-siran antar anak muda. Biasanya pada saat panen cacing laut berlangsung, anak-anak muda yang sedang kasmaran ikut-ikutan merayakan tradisi mereka sebagai ajang untuk mencari jodoh.
Sang lelaki akan memercikan air ke sang cewek yang ditaksirnya, begitu sang cewek membalas percikan dengan percikan lagi artinya bahwa sang cewek tersebut telah membalas cinta si pemuda. Ada lagi tradisi mennyiram air keseseorang, entah kecewek atau ke cowok. Seseorang yang boleh menyiram air haruslah terhitung ipar atau ada hubungan saudara lewat pernikahan. Sang cowok atau cewek yang tersiram tak boleh membalas saat itu tapi boleh membalasnya satu tahun kemudian dalam ‘acara’ yang sama (cape deh..hehehe).
Tradisi menyiram air entah ke cewek atau ke cowok tersebut bersamaan dengan tradisi nale tersebut, ya terjadi disaat sedang sibuk-sibuknya berburu cacing, tapi trardisi ini kini perlahan-lahan mulai ditinggalkan, entah kenapa.
Mencari cacing nale tidaklah mudah. Butuh ketelitian, kejelian, kesabaran dan pandai menangkap. Cacing unik ini akan terlihat muncul dari pori-pori atau lubang batu karang. Kadang terlihat ia terhanyut dibawah air.
Untuk menangkap cacing biar terlihat mudah misalnya kita membentuk satu kelompok yang didalamnya terdiri dari 3-4 orang dengan menyisir secara bersamaan. Cacing laut yang memiliki aneka warna ini akan muncul kepermukaan dengan diiringi beberapa tanda atau gejala.
“Bau amis yang tajam,sambaran petir atau kilat diudara adalah tanda-tanda kedatangan sang cacing,”ujar beberapa warga di lokasi.
Cacing laut yang diburu ini termasuk sangat unik. Tak seperti cacing lain yang memiliki body yang kenyal cacing laut yang diburu ini memiliki tubuh yang sangat rapuh. Kok bisa?Ya begitulah, tubuh sang cacing laut ini memang sangat rapuh?Jadi saat megangnya juga harus hati-hati agar sang cacing tersebut tak jadi cairan. Solusinya? Bagi yang tak berpengelaman silakan menggunakan sepotong lidi. Dengan menggunakan lidi tadi cukuplah untuk menolong kita-kita yang kurang pengelaman.
Lalu setelah ditangkap, apa selanjutnya yang dilakukan? Jangan takut, cacing ini bisa dimakan dan rasanya sangat gurih dan lezat. Kami telah mencicipinya dan merasakan kenikmatan sendiri. Sungguh...
Kampung Sikka terletak diwilayah selatan Kabupaten Sikka atau berjarak sekitar 24 KM dari Kota Maumere. Kampung ini sangat kental dengan jejak kedatangan Bangsa Portugis kewilayah Kabupaten Sikka dan Flores. Di Kampung Sikka juga berdiri sebuag Gereja kuno peninggalan Portugis dan sebuah Istana Raja Sikka masa lampau yang lebih dikenal sebagai Lepo Gete.
Di Lepo Gete yang kini tidak dirawat sebagai aset wisata, Raja Sikka memerintah Kerajaan Sikka secara turun temurun sebelum akhirnya berpindah ke Kota Maumere di pemerintahan Raja Thomas.
Di Kampung Sikka juga ada sebuah tradisi prosesi menjelang hari raya Paskah. Prosesi ini sungguh unik karena bersinggungan dengan tradisi katolik Portugis. Tradisi yang mirip PROSESI Paskah di Larantuka (Flores Timur) di sebuat Logu Senhor atau menunduk dibawah Salib Tuhan.
Lengkapnya tentang perburuan Cacing Laut tersebut bisa dibaca dengan mengklik disini...
Jika kita menggunakan kamera yang bagus, ratusan nyala obor di pantai selatan tempat lokasi berburu akan menjadi bidikan yang mempesona.
Tradisi menangkap cacing laut di Kampung Sikka ini juga tak lepas dari tradisi masyarakat setempat seperti tradisi mencari jodoh dan lain-lain dan tak lepas dari pantangan... Mengapa yang membawa jeruk nipis, wanita hamil, datang bulan dilarang berada dipesisir pantai?
Menurut masyarakat setempat, si cacing laut tak akan muncul kalau salah satu dari ketiga larangan tersebut dilanggar. Jika cacing laut yang sedang melimpah ruah tersebut tiba-tiba menghilang maka patutlah dicurigai bahwa ada pelanggaran atas 3 larangan tersebut diatas, demikian cerita yang kami himpun.
Bagi masyarakat setempat, nale adalah sebuah tradisi peninggalan nenek moyang yang mesti diteruskan. Tradisi menangkap cacing laut ini cuma berlangsung sekali dalam setahun dimana berdekatan dengan perayaan pesta Paskah.
Kata salah satu warga Kampung Sikka, Ule Nale akan diadakan tepat menjelang Paskah, Katanya lagi, sang cacing laut akan muncul di minggu ke-3 menjelang hari raya Paskah. Tidak berubah dari jadwal tersebut. Entah hari raya Paskah jatuh tanggal berapa, bulan berapa nantinya tetap saja si cacing laut ini akan dengan segera muncul kepermukaan di minggu ke-3 menjelang Paskah. Tentu saja keunikan sang cacing tersebut telah berlangsung dari jaman tempo doeloe.
Dulu tradisi ini begitu mengental dengan tradisi sir-siran antar anak muda. Biasanya pada saat panen cacing laut berlangsung, anak-anak muda yang sedang kasmaran ikut-ikutan merayakan tradisi mereka sebagai ajang untuk mencari jodoh.
Sang lelaki akan memercikan air ke sang cewek yang ditaksirnya, begitu sang cewek membalas percikan dengan percikan lagi artinya bahwa sang cewek tersebut telah membalas cinta si pemuda. Ada lagi tradisi mennyiram air keseseorang, entah kecewek atau ke cowok. Seseorang yang boleh menyiram air haruslah terhitung ipar atau ada hubungan saudara lewat pernikahan. Sang cowok atau cewek yang tersiram tak boleh membalas saat itu tapi boleh membalasnya satu tahun kemudian dalam ‘acara’ yang sama (cape deh..hehehe).
Tradisi menyiram air entah ke cewek atau ke cowok tersebut bersamaan dengan tradisi nale tersebut, ya terjadi disaat sedang sibuk-sibuknya berburu cacing, tapi trardisi ini kini perlahan-lahan mulai ditinggalkan, entah kenapa.
Mencari cacing nale tidaklah mudah. Butuh ketelitian, kejelian, kesabaran dan pandai menangkap. Cacing unik ini akan terlihat muncul dari pori-pori atau lubang batu karang. Kadang terlihat ia terhanyut dibawah air.
Untuk menangkap cacing biar terlihat mudah misalnya kita membentuk satu kelompok yang didalamnya terdiri dari 3-4 orang dengan menyisir secara bersamaan. Cacing laut yang memiliki aneka warna ini akan muncul kepermukaan dengan diiringi beberapa tanda atau gejala.
“Bau amis yang tajam,sambaran petir atau kilat diudara adalah tanda-tanda kedatangan sang cacing,”ujar beberapa warga di lokasi.
Cacing laut yang diburu ini termasuk sangat unik. Tak seperti cacing lain yang memiliki body yang kenyal cacing laut yang diburu ini memiliki tubuh yang sangat rapuh. Kok bisa?Ya begitulah, tubuh sang cacing laut ini memang sangat rapuh?Jadi saat megangnya juga harus hati-hati agar sang cacing tersebut tak jadi cairan. Solusinya? Bagi yang tak berpengelaman silakan menggunakan sepotong lidi. Dengan menggunakan lidi tadi cukuplah untuk menolong kita-kita yang kurang pengelaman.
Lalu setelah ditangkap, apa selanjutnya yang dilakukan? Jangan takut, cacing ini bisa dimakan dan rasanya sangat gurih dan lezat. Kami telah mencicipinya dan merasakan kenikmatan sendiri. Sungguh...
Kampung Sikka terletak diwilayah selatan Kabupaten Sikka atau berjarak sekitar 24 KM dari Kota Maumere. Kampung ini sangat kental dengan jejak kedatangan Bangsa Portugis kewilayah Kabupaten Sikka dan Flores. Di Kampung Sikka juga berdiri sebuag Gereja kuno peninggalan Portugis dan sebuah Istana Raja Sikka masa lampau yang lebih dikenal sebagai Lepo Gete.
Di Lepo Gete yang kini tidak dirawat sebagai aset wisata, Raja Sikka memerintah Kerajaan Sikka secara turun temurun sebelum akhirnya berpindah ke Kota Maumere di pemerintahan Raja Thomas.
Di Kampung Sikka juga ada sebuah tradisi prosesi menjelang hari raya Paskah. Prosesi ini sungguh unik karena bersinggungan dengan tradisi katolik Portugis. Tradisi yang mirip PROSESI Paskah di Larantuka (Flores Timur) di sebuat Logu Senhor atau menunduk dibawah Salib Tuhan.
Lengkapnya tentang perburuan Cacing Laut tersebut bisa dibaca dengan mengklik disini...
www.inimaumere.com