Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Saturday 4 April 2015

Logu Senhor, Suara Iman dari Bumi Sikka

Gereja Ignatius Loyola nampak anggun sore itu. Ratusan umat yang tidak mendapat tempat mengikuti ibadat dari luar gereja. Di pintu masuk pelataran, beberapa petugas kepolisian terlihat berjaga. Untuk kesekian kali saya mendatangi kampung mungil ini. Kisah sejarah mamatri, sejak 5 abad yang lalu ditempat ini penyebaran katolik di Sikka bermula. Berawal dari kepergian Mo'ang Alesu ke Malaka untuk mencari "Hidup yang Kekal".

Saya tiba di Kampung Sikka sekitar pukul 16.00 Wita ketika ibadat telah dimulai. Sebagian besar umat mengenakan pakaian hitam. Pada Juamt Agung mengenakan pakaian hitam merupakan tanda berkabung mendalam mengenang penyaliban Kristus. 

Sejak beratus tahun yang lampau di tempat ini telah menorehkan sebuah tradisi religi yang berkaitan erat dengan kekatolikan portugis. Mengenang kisah sengsara dan kematian Jesus, umat di Kampung Sikka selama seminggu berdiam diri dalam keheningan menyambut tadisi klasik bernama Logu Senhor. Nama perpaduan Sikka-Portugis yang menjadi simbol tradisi setempat memiliki arti mendalam.
Logu Senhor artinya Menunduk di bawah Salib. Logu berasal dari bahasa Sikka yang berarti Menunduk sedang Senhor berarti SALIB merupakan nama portugis.

Siapapun boleh mengikuti prosesi ini. Syarat utama adalah dia mesti katolik Tapi sebelumnya diharuskan mendaftar pada panitia. Setiap yang mengikuti Logu Senhor biasanya telah memiliki ujud atau permohonan tertentu. 

Prosesi diawali misa pada pukul 15.00 wita. Kemudian mengitari kampung mungil. tersebut disertai drama tablo dan nyanyain ratapan (ovos). Ovos dinyanyikan disetiap irmida yang menjadi tempat penyiksaam dan adegan lainnya. Prosesi akan berakhir mendekati tengah malam. Beberapa kesaksian mujizat menjadi bagian yg tak terpisahkan dari prosesi logu.

Memang sangat sakral. Kampung itu senyap seketika. Tidak ada aktivitas warga selain pusat perhatian ditujukan pada prosesi. 

Di sepanjang jalan dinyalakan lilin-lilin yang dipajang diatas bambu. Pada semua rumah, khususnya diteras diletakan gambar-gambar kudus dan lilin.

Prosesi diawali dari dalam gereja kemudian menuju Irmida Pertama atau Perhentian Pertama hingga menuju irmida terakhir dan berakhir kembali di gereja.

Salib Senhor yang dusung merupakan bukti sejarah kekatolikan Sikka ketika dibawa pertama kali oleh sang Raja Don Alesu Ximenes da Silva, lima abad lampau. Beliau juga membawa Meninho dan jenazah Jesus. Patung jenazah tersebut dikeluarkan saat awal prosesi. 

Disetiap Irimida peserta logu menyalakan lilin. Sejumlah Orang Muda Katolik (OMK) St. Ignatius Loyola Sikka kembali menjadi pusat perhatian. Selama prosesi kehadiran drama penyiksaan Jesus dibawakan mereka dengan cemerlang mengaduk-ngaduk perasaan. Begitu pula nyanyian ratapan (ovos) yang menyayat hati, dimana ovos dinyanyikan dengan diterangi obor yang dipegang perempuan berpakaian adat sikka.

Ditengah ratusan umat saya merasakan begitu dalamnya sentuhan prosesi ini. Hingga tengah malam, sekitar pukul 00.30, Sabtu, prosesi yang menyita perhatian berakhir. 

 Tradisi budaya religi ini perlu dileastarikan. Meski beberapa kali pernah vakum, namun prosesi yang tidak bisa dilepaskan dari budaya lokal setempat berjalan kembali dan semakin luas dikenal orang.

Sikka dalam sejarah merupakan sebuah desa kecil, pusat pemerintahan Kerajaan Sikka. Saat itu warga Sikka belum mengenal ajaran Jesus. Ketika bertubi-tubi diserang penyakit hingga banyak yang mati, Raja Moang Alesu berpikir menyelamatkan warganya agar bisa hidup lama alias kekal. Berangkatlah beliau ke Maumere, sebuah wilayah di pesisir utara, jauh dari Kampung Sikka.

Di Maumere bertemulah dia dengan seorang pemuda asal Portugis. Oleh pemuda tersebut dikenalkanlah ajaran Katolik yang mewartakan hidup yang kekal. Beliau tertarik hingga berangkatkatlah Moang Alesu ke Malaka dimana wilayah pusat kerajaan Portugis di Asia berada. Usai mendalami ajaran katolik dan kemudian dibaptis, Alesu berganti nama menjadi Don Alesu Ximenes da Silva. 

Bersama pasukan pengawal dan beberapa tokoh agama, mereka kembali ke Kampung Sikka. Dari Malaka, beliau dihadiahi pakaian kebesaran Raja, pun patung kanak-kanak Jesus (meninho), Salib Senhor dan patung jenazah Jesus. Ketiganya dikeluarkan saat prosesi Logu Senhor berlangsung.(ossrebong)


www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Saturday, April 04 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---