Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Tuesday 30 November 2010

Mengenal Kain Patola

Di Tana Ai, Sikka, digunakan dalam Upacara Ritual
Kain Patola adalah jenis tenunan ikat ganda terbaik dari Gujarat di India Utara. Kain Patola adalah tenunan ikat terbaik lungsin dan pakan ( lodon dan geran) sudah diikat /dobel ikat.
Kain Patola adalah kain kebesaran, kain upacara, kain pentas tari adat (tarian mohon hujan di Tanah Ai (sebuah desa di wilayah Kabupaten Sikka, Pulau Flores, NTT) = neni uran dara na’a tibang tana wulan tion liwan belan,tena nuruk guru : tanam padi nang roja panen padi).
Di Maluku kain Patola dipakai dalam upacara sebelum berperang, karena diyakini kain tersebut memiliki kekuatan sakti yang dapat memberikan kemenangan dalam peperangan. Menurut sejarah, tenunan ikat Patola dimulai tahun 700 M. Berita mengenai Patola diketahui sejak 1200 M tetapi belum jelas kain Patola itu jenis tenunan sutra/non sutra.

Suatu berita tahun 1500 M oleh Duarte Barbarosa menjelaskan bahwa kain Patola yang dijual di Asia Tenggara dan di Indonesia dinilai tinggi oleh orang Indonesia.

Ada berita lain,kain Patola adalah salah satu bahan ekspor dan dagang utama di Asia tenggara abad 16 dan 17.
Diberitakan pula bahwa paderi-paderi Portugis menyebarkan kain Patola di kepulauan Solor (Flores Timur), Banda, Kepulauan Maluku, dan Makasar mendahului pedagang Belanda.

Karena nilai spiritual yang suci itu maka kain Patola dijadikan pakaian kaum Brahmana dan Jaina,byaituh kaum paderi yang meimpin upacara ritual. Nilai spiritual tersimpul juga dari penenun juga yang berasal dari kasta Hindu.

Patola juga dianggap mengandung pertanda. Karena motip-motip yang tertenun dalam kain Patola dianggap membawa kebahagiaan/keberuntungan dan dapat mencegah malapetaka.

Kain Patola disimpan sebagai pusaka yang sakti/keramat,dipakai dalam upacara ritual pernikahan atau upacara kematian sebagai pembungkus jenasah.

Di India Patola dipakai wanita hamil 7 bulan dalam suatu upacara ritual,dengan maksud bayi yang dikandung kelak mendapatkan kebahagiaan waktu dilahirkan ibunya.

Kaum ningrat mengenakan Patola sebagai pakain bukan karena nilai real melainkan karena nilai spiritual yakni nilai(religius-magic) yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan.

Nilai spiritual kain Patola tersimpul dari upacara adat di Bali dengan pengaruh agama Hindu dimana berpadu unsur adat dan budaya.

Carikan dan benang kain Patola juga dianggap angker sehingga dibakar menjadi abu dan dicampur dalam obat-obatn karena dianggap menginduksi kekuatan sakti yang menyembuhkan penyakit gila atau lumpuh.

Orang NTT(Nusa Tenggara Timur) yang mendiami pulau Alor, Adonara, Solor, Lembata, Flores Timur dan Tana Ai menggunakan kain Patola sebagai imbalan mas kain dan penutup jenazah.

Kain Patola di Tana Ai, Kabupaten Sikka disebut juga Kotipa, Tipa, Tola, Tipa Tola.

Hingga sat ini kain Patola masih dipakai di Tana Ai dalam upacara ritual semisal Gareng Lameng (inisiasi), Goen Mahe; upacara ritual memohoni kehadiran Tuhan dan leluhur di tugu leluhur atau mahe, Goen Lema yakni upacara syukuran panen diladang dan nona wini, Nean upacara menanamkan padi diladang.

Lengkap tentang Tenun Ikta Sikka dan Flores bisa baca di www.alfonsadeflores.com atau Klik disini

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Thursday 25 November 2010

Pelamar CPNSD Terus Padati BKD Sikka

Belasan pohon jati nan rimbun di sisi sebelah kanan kantor Bupati Sikka menjadi pelepas lelah dan penat para pendaftar CPNSD (Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah) untuk Pelamar Umum Tahun Anggaran 2010. Matahari siang itu memang panas. Terik menyentuh kulit. Beberapa petugas dari Pol PP Sikka nampak sibuk mengatur lalulintas kendaraan dalam lingkup Kantor Bupati Sikka tersebut. Papan pengumuman pendaftaran CPNSD dijubeli pelamar. Didepan loket Tenaga Kesehatan, Guru dan Teknis yang telah dibagi menjadi tiga bagian dipenuhi calon pendaftar. Para petugas dari BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Sikka tak kalah sibuk melayani para pelamar. Hal ini telah menjadi pemandangan biasa sejak dibukanya pendaftaran CPNSD Selasa, 23 November 2010 lalu.

Keringat dan terik matahari di Jalan Eltari 2 Maumere serasa gosong membakar kulit tapi nampaknya bukanlah aral rintangan berarti.

Itu pula yang dirasakan Lely dan Natalia, dua sahabat karib yang datang dari luar Kota Maumere. Untuk Lely ini adalah kali kedua mengikuti tes CPNSD. Sedangkan sahabatnya Natalia baru pertama kali mendaftar. Sejuknya angin yang berhembus dari dedaunan jati mengajak keduanya sejenak berisitirahat setelah capek kesana kemari mengurus ini dan itu berkaitan dengan lamaran mereka. Lely mengambil lamaran pada jabatan Penata Laporan Keuangan untuk Kualifikasi Pendidikan S.1 Akuntansi dan Natalia melamar pada jabatan pada Pranata Humas pada kualifikasi pendidikan S.1 Ilmu Komunikasi. Ketika ditemui di halaman kantor BKD keduanya mengaku sangat berharap untuk lulus, meski diakui para pelamar yang ikut serta begitu banyak.

23 hingga 29 November 2010 menjadi penentu para palamar CPNSD. Selain di Kabupaten Sikka, kabupaten tetangga lainnya seperti Nagakeo, Lembata, Kupang, Ende juga membuka lamaran untuk calon pengadi masyarakat ini.

Khusus untuk Kabupaten Sikka, Pemerintah Kabupaten Sikka mengalokasikan formasi sebanyak 220 orang yang terdiri dari Tenaga Guru sebanyak 99 orang, Tenaga Kesehatan sebanyak 66 orang dan Tenaga Teknis sebanyak 55 orang. Seperti tahun kemarin, tenaga kesehatan dan guru masih menjadi prioritas pemerintah kabupaten. Untuk tahun 2010 ini, pelaksanaan ujian CPNSD akan dilaksanakan tanggal 13 Desember 2010 dan kelulusan peserta akan diumumkan tanggal 23 Desember 2010.

Hingga saat ini, menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih menjadi tumpuan utama sebagian orang di Indonesia. Bahkan untuk menjadi PNS semua cara dilakukan, dari sogok menyogok hingga suap menyuap. Tak ayal korban penipuan akibat perbuatan para oknum “mak comblang” PNS selalu menjadi penghias berita disetiap ajang CPNSD.

Hingga kini dan sampai kapanpun PNS masih menjadi incaran. Ini bukan berita.

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Busana Tradisional Sikka

Oleh : Biranul Anas
Masyarakat Sikka atau suku Sikka, mendiami daerah kabupaten Sikka di Pulau Flores dengan kota terbesar sekaligus ibukota yaitu Maumere. Seperti halnya dengan daerah-daerah lain di wilayah Nusa Tenggara Timur, bahkan di, Indonesia, kebudayaan masyarakat Sikka mencerminkan adanya pengaruh-pengaruh asing seperti Bugis, Cina, Portugis, Belanda, Arab dan India. Dibidang agama tampak benar pengaruh Portugis dan Belanda yang membawa agama Katolik dan Protestan serta tatabusana barat yang dewasa ini sudah menjadi pakaian sehari-hari masyarakat. Sedangkan pengaruh India amat nyata pula hasil tenunan, yakni pada pembagian bidang-bidang dan corak yang diilhami oleh kain patola. Walaupun demikian masyarakat Sikka tetap mampu mempertahankan ungkapan budaya tradisionalnya lewat busana serta tatariasnya.

Dimasa lalu orang Sikka mengenal tingkatan sosial yakni bangsawan dan masyarakat umum. Namun dewasa ini hal tersebut sudah ditinggalkan. Pada tatacara berbusana tampak jelas bahwa tidak ada perbedaan yang mencolok antara keturunan ningrat dan rakyat, kecuali mungkin pada halus tidaknya tenunan, jahitan dan ukiranukiran perangkat perhiasannya.

Busana Adat Pria

Perangkat busana adat pria secara umum terdiri atas kain penutup badan dan penutup kepala. Kain atau baju penutup badan terdiri atas labu bertangan panjang, biasanya berwarna putih mirip kemeja gaya barat. Selembar lensu sembar diselendangkan pada dada, bercorak flora atau fauna dalam teknik ikat lungsi. Pada bagian pinggang dikenakan utan atau utan werung yaitu sejenis sarung berwarna gelap, bergaris biru melintang. Tatawarna kain Sikka umumnya tampil dalam nada-nada gelap seperti hitam atau biru tua dengan ragi yang lebih cerah berwarna putih, kuning atau merah. Istilah untuk sarung selain utan adalah lipa. Dimasa lalu bangsawan memakai lipa dengan ragi yang masih baru, ragi werung.

Destar, tutup kepala pria terbuat dari kain batik soga dan dikenakan dengan pola ikatan tertentu sehingga ujungujungnya turun menempel pada kedua sisi wajah dekat telinga.

Perhiasan yang penting tetapi jarang dikenakan adalah keris yang disisipkan pada pinggang sebagai pertanda keperkasaan dan kesaktian.

Busana Adat Wanita

Seperti halnya pada kaum pria, busana adat wanita Sikka tidak (lagi) mengenal perbedaan strata sosial yang mencolok. Bagian-bagian busana wanita Sikka terdiri atas penutup badan berupa labu liman berun, berbentuk mirip kemeja berlengan panjang terbuat dari sutera atau kain yang bagus mutunya. Labu (baju) wanita ini terbuka sedikit pada pangkal leher guna memudahkan pemakaian sebab polanya tidak menyerupai kemeja atau blus yang lazim berkancing pada bagian depannya. Diatas labu dikenakan dong, sejenis selendang yang diselempangkan melintang dada.

Kain sarung wanita, utan lewak, dihiasi dengan ragam-ragam flora, fauna dalam lajur-lajur bergaris. Utan lewak, arti harfiahnya adalah kain tiga lembar, berwarna dasar gelap dengan paduan-paduan antara warna-warna merah, coklat, putih, biru dan kuning secara melintang. Warna-warna kain wanita melambangkan berbagai suasana hati atau kekuatan-kekuatan magis.

Hitam misalnya biasanya dipakai untuk melayat orang meninggal. Merah dan coklat melambangkan keagungan dan status sosial yang tinggi. Paduan warna juga menunjuk pada usia. Warna-warna yang gelap biasanya dipakai oleh orang tua, sedangkan warna-warna cerah digemari oleh kaum muda. Demikian pula hal dengan warna dong, apabila gelap mencerminkan duka, sebaliknya warna-warna muda adalah untuk suasana suka ria, pesta dan sebagainya.

Cara mengenakan utan selain sebagaimana tersebut di atas juga dengan menyampirkan sebagian pinggir kain di atas bahu dengan melintangkan tangan kanan (atau kiri sesuai pembawaan masing-masing) di bawah dada seperti hendak menjepit kain. Perlambang warna dan cara-cara menyandang utan berlaku pula pada kaum pria Sikka.

Hiasan kepala tersemat pada sanggul atau konde dalam bentuk tusuk konde biasanya terbuat dari ukiran keemasan. Perhiasan pada rambut dewasa ini sudah amat bervariasi karena pengaruh-pengaruh dari suku-suku lainnya di Nusa Tenggara Timur.

Pada pergelangan tangan dipakai kalar yang terbuat dari gading dan perak. Penggunaanya disesuaikan dengan suasana peristiwa seperti upacara-upacara atau pesta-pesta adat. Jumlah kalar gading dan perak (atau emas) biasanya genap. Yakni dua atau empat gading dengan dua perak pada setiap tangan. Kaum berada atau ningrat biasanya mengenakan lebih banyak namun tetap dalam bilangan genap seperti enam, delapan dan seterusnya. Perhiasan lainnya adalah kilo yang tergantung pada telinga.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 23 November 2010

Contoh Lamaran untuk Peserta Formasi Tenaga Teknis

Menanggapi permintaan teman-teman yang sangat membutuhkan informasi tentang Contoh Lamaran untuk Peserta Formasi Tenaga Teknis, maka kami tergerak untuk membantu kebutuhan teman-teman yang ingin mendaftar Tes Calon Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Sikka Tahun Anggaran 2010. Silahkan klik disini. Semoga bermanfaat dan sukses buat teman-teman semua.
Selengkapnya...

Wednesday 17 November 2010

Drama Tersanjung Masih Mengalir

Drama tenggelamnya KM Tersanjung masih bergulir. Sampai dengan saat ini, kasus tersebut telah menyeret Adeodatus Ora, nakhoda dan Frans Cinde anggota DPRD Sikka yang membawa kapal tersebut ke dalam tahanan. Status keduanya kini telah menjadi tersangka. Sedangkan 9 korban hilang sampai dengan saat ini belum ditemukan. Keluarga lain menggangap Tuhan telah memanggil mereka. Seperti yang terjadi di Aibura. Salah satu keluarga yang anggota keluarganya hilang telah menerima kepergian tersebut sebagai sebuah kematian. Keluarga korban telah melakukan penguburan jenazah layaknya orang yang meninggal wajar. Seperti yang kami lihat, tangisan keluarga mewarnai penguburan tersbeut, meski peti didalam peti jenazah tersebut yang dikubur adalah barang-barang peninggalan korban. Sedangkan di Kota Maumere cerita ini terus bergulir layaknya drama seri telenovela.

Drama terus mengalir. Dikutip dari koran Flores Star, harapan ahli waris keluarga korban untuk mendapatkan santunan asuransi kecelakaan Rp.25 juta/orang dari PT Jasa Raharja pun pupus. Hal ini dikarenakan kapal KM Tersanjung tersebut bukanlah kapal angkutan penumpang melainkan kapal niaga.Mengakibatkan Manajemen PT Asuransi Jasa Raharja Maumere tidak bisa memberikan klaim aruransi karena tidak menarik iuran wajib kapal laut dan pemilik kapal tersebut.

Koordinator Tim Pembela Demokrasi (TPDI) Pusat, Petrus Selestinus , S.H dan Koordiantor TPDI NTT Meridian Dewanta Dado mengatakan bahwa 23 keluarga korban bisa menggugat Pemkab Sikka, nahkoda tembak Frans Cinde, nahkoda Adeodatus Rangga alias Ora dan otoritas pelabuhan.

Petrus Selestinus juga berharap, agar Pemkab Sikka dan Ora segera membayar ganti rugi keluarga korban setelah gagalnya pembayaran klaim dari PT Jasa Raharja. Pemkab Sikka, menurut Petrus seperti diberitakan Flores Star pantas dituntut karena lalai mengawasi keselamatan pelayaran sehingga terjadi kecelakaan. Kapal yang tidak laik laut dibiarkan beroperasi tanpa upaya menghentikannya.

Sedangkan Merdian Dado mengatakan Pemkab Sikka dan otoritas pelabuhan harus dikejar pertanggungjawaban hukumnya. Tindakan ini penting demi memberikan pendidikan hukum yang mencerahkan masyarakat atau setidaknya memulihkan perasaan duka keluarga korban yang kehilangan anggota keluarganya.

TPDI, kata Meridian akan mendukung keluarga korban menggugat pemerintah, otoritas pelabuhan, Frans Cinde dan Ora ke pengadilan, apabila pihak-pihak tersebut tidak punya itikad baik, spontan dan sukarela memberikan santunan kepada keluarga korban yang tewas.

Foto: keluarga korban menanti pencarian di pinggir Pantai Ndondo

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 16 November 2010

Toja Bobu, A Lost Souvenir?

Alur Cerita Sandiwara Toja Bobu
Toja Bobu. Adalah sebuah pementasan sandiwara berusia tua peninggalan Portugis. Tarian ini bisa kita saksikan di Kampung Sikka, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Flores. Dahulunya, tarian ini dipentaskan setiap tanggal 26 dan 27 Desember setelah misa. Entalah kini. Menurut Elvis Baba Putra alias Valentino, dia pernah menyaksikan tarian ini dalam perayaan 100 tahun Gereja St. Ignatius Loyola akhir tahun 1990-an. Mungkin itulah pementasan terakhir yang pernah ada. Tapi harapan agar tradisi tarian ini tak lenyap dari tanah Sikka masih ada. Setidaknya, dengan menampilkan lagi cerita Toja Bobu. Mudah-mudahan tulisan dibawah ini membangkitkan minat demi lestarinya kekayaan budaya Sikka. Sehingga Toja Bobu menjadi sebuah cenderamata Portugis yang tidak lenyap, A Lost Souvenir.
Yuuukk..

Sejarahnya, Toja Bobu adalah drama Natal dan dipentaskan di pekarangan Rumah Raja pada tanggal 26 atau 27 Desember setelah misa. Berasal dari kata Toja yang berarti Tari dan Bobu yang berarti Badut. Jadi, Toja Bobu berarti Tari Badut. Untuk pementasannya, dibutuhkan 13 pelakon.

Inti ceritanya yakni kisah Prinseja (putri)yang dipaksa orang tuanya untuk memilih seorang mempelai laki-laki. Dalam proses pemilihan mempelai, orang tua dari sang putri turut hadir, duduk di depan para prajurit dan turut menyanyikan refreinnya. Sang putri menyatakan keinginannya, lantas satu persatu calon menyampaikan persembahannya dan memuji kehebatan masing-masing.

--------------------------------------------------------------------------------------------------- Cerita sandiwara ini berada dalam buku karya Antonio da Franca berjudul Pengaruh Portugis di Indonesia. Teks ini menurut Antonio diberikan kepadanya di Maumere tahun 1969.
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Akhir kisah, sang putri memilih Maschador (Saudagar) karena orang ini menjanjikan Renggala (masa hidup yang lebih baik). Upacara perkawinan dilangsungkan dengan arak-arakan serta tarian. Para peserta sandiwara meninggalkan pekarangan didahului oleh Bobu (Badut). Kerapkali permainan diselingi oleh nyanyian dan tarian seirama hempasan kaki dan gerakan tangan.

Penduduk Sikka mengetahui alur cerita sandiwara namun tidak dapat memahami arti dari setiap kata. Demikian pun orang Portugis jaman kini, ini karena kata-kata dalam sandiwara diucapkan dalam bahasa Portugis yang rancau atau tidak beraturan. Ditambah lagi usia bahasa yang sudah tua dan beberapa kata Melayu ikut tercampur di dalamnya.

Berikut adalah teksnya:

Serdadu : (Refrein): Orang dije eh meubel, minya wida, minya wida, pedinya mukinya pedade sewa Poske kero inggasata tirana senggesta estiwa eh, para meu martha, para meu martha.
Pem. Prins : O Krianda, o Serta Jamantiko munto dinyeru parwo renggala, parwo renggala. Poske eu marendo komunto dinyeru, parwo renggala. O Serta, Boneta. Permoja mei pai minya mai, meu kere pala, poske eu jakinya marendo, komunto dinyeru parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrein) Orang dije……

I. Pintor : Eu sinyo o raison, Pintor, ken mayor naung pod ea sa. (bis). Siku
migur kije eh karya, a boas wintura eh, nau nande parta, nau nande parta…

Pem. Prins : Boi sinyora sensou, Pintor, muskanyo tradama ken posta renggala. Poske eu sokero morendo, komunto dinyeru, parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrein) Orang dije……

II. Pidagu : Eu sinyo o raison, Pidagu, ed sangge mulinolbe, etitula. (bis).
Jangkor minya he sangge no beja dpamunto. Siku migur eh kije kasya, kije kasya.

Pem. Prins : Boi sinyora sensou, Pidagu, muskanyo tradaman ken postu renggala. Poske eu sokerno morendo, komundo dinyeru, panio renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrein) Orang dije……

III. Doktor : Eu sinyo o raison, Doktor; oh musiente, eh musing-gula. (bis).
Siku migur kije eh kasya, demanda, transpansa nau mande parta, nau mande parta.

Pem. Prins : Boi sinyora sensou, Doktor, muskanyo trananung enterna. Borga, Poske eu sokero morendo, komunto dinyeru, parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrein) Orang dije……

IV. Pilotu : Eu sinyo o raison, Pilotu, eh musiente no ate dama. (bis).
Agranda wela eh nowenta nowosto postuu liweja kora, liweja kora.

Pem. Prins : Boi sinyora sensou, Pilotu, muskanyo trakanyo eternal Bega. Poske eu sokero marendo komundo dinyeru, parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrein) Orang dije……

V. Serdadu : Eu sinyo raison, Serdadu, tena gera, tenyo meu luga (bis). Siku
migur kije eh kasya, ala de peja, nau nande parta, nau nande parta.

Pem. Prins : Boi sinyora sensou, Serdadu, muskanyo tradama ken posta (bis) renggala Poske eu sokero marendo komunto dinyeru, parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrein) Orang dije……

VI. Grandi Brebu : Eu sinyo o raison, Grandi Brebu, teng ta brebu tenyo meu luga.
(bis). Siku migur kije ekh kasya, akolpu de winyu nau nande parta, nau nande parta.

Pem. Prins : Aburanso sensou. Grandi Brebu, seya astiwidu kung migu pala, poske eu sokero marendo komunto dibyeru, parwo renggala, parwo dispansa.

Serdadu : (Refrein) Orang dije…

VII. Oriwis : Eu sinyo o raison, ken mayor naung do dea sa (bis). Siku migur
kije eh kasya, atolda buang jolba, nau nande parta, nau nande parta.

Pem. Prins : Boi senyora sensou, Oriwis, muskanyo tradama, ken posta renggala, Poske eu marendo, komunto dinyeru, parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (refrain) Orang dije……

VIII. Peskador : Eu sinyo o raison. Peskador, ken ortu naung po deo sa (bis). Siku
migur kije eh kasya, atodo bong besi nau nande parta, nau nande parta.

Pem. Prins : Boi sinyora sensou Peskador, muskanyo tradama ken posta
renggala. Poske eu sokero marendo, komunto dinyeru parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrein) Orang dije……

IX. Jugador : Eu sinyo oraison, Jugador, tena jolbu tenyo meu luga (bis). Siku
migur kije kasya, atodo bongganyu nau nande parta, nau nande parta.

Pem. Prins : Boi senyora sensou, Jugador, muskanyo tradama. Ken posta
Renggala. Poske eu sokero marendo komunto dinyeru, parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrein) Orang dije……

X. Grandi Kondi : Eu sinyo o raison, Grandi Kondi, tena es Kondi tenyo meu luga.
(bis). Siku migur kije kasya, a Kondi, Kondeja, eh nau nande parta, nau nande parta.

Pem. Prins : Boi sinyora sensou, Grandi Kondimsu nong kere wose Grandi
Kondi Poske eu naung kere marendo komunto dinyeru parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrein) Orang dije……

XI. Kondi Duking : Eu sinyora o raison, Kondi Duking, tena estadu tenyo meu uga.
(bis). Siku migur kije eh kasya a Duking Dukeja, nau nande parta, nau nande parta.

Pem. Prins : Boi sinyora sensou Kondi Duking, eu naung kere wose Kondi
Duking, Poske eu naung kere marendo komunto dinyeru, parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrein) Orang dije……

XII. Grandi Prispin : Eu sinyo o raison, Grandi Prispin, tena guwinyu tenyo meu luga.
(bis). Siku migur kije eh kasya, a boas ela teja eh nau nande parta, nau nande parta.

Pem. Prins : Boi senyora sensou, Grandi Prispin, poske eu naung kere
marendo komunto dinyeru, parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrein) Orang dije……

XIII. Maschador
(Mercador) : Eu sinyo o raison, Maschador, de tago mulijoja, parw jaja. (bis).
Siku migur kije kasya, dinyeru parjenda, naung nande parta, naung nande parta.

Pem. Prins : Sosku wosku meubel minya wida, sosku wosku me ke kasya Poske eu jakinya marendo, ko munto dinyeru parwo renggala, parwo renggala.

Serdadu : (Refrain) Orang dije……

Kemudian Maschador (saudagar) melempar sapu tangannya ke arah Prinseja dan para badut mengelilingi mereka. Menyusul upacara pernikahan dengan tarian dan nyanyian.

1. Bong Seya Tende Marendo, ko munto dinyeru parwo renggala, parwo renggala.
2. Contentain koawosa postuna poske eu mundu wosko o deada.
3. Permido, Permoja, a Grando a Toda a Todo Bograndi Primo.
4. Au ma dansa, dansa flora, Flore dansa de perasa.
5. Orang Kabe o Bale kai tundo kong moreparje eh eamo. Rebong seya virigem Maria, Maria sinyora eh ea mo.

Semua peserta meninggalkan tempat dan menuju ke pekarangan Rumah Raja sambil menyanyi lagu-lagu baru.

Refrein : Domiro winya wida roke lawe wenggo go, roke lawe Wenggo go.

Solo: 1. Basta jan meu belo, in basti, basta, basta naung sorai meu jejo, basta basta
naung sorai meu jojo.

Refrein : Domiro winya……

Solo: 2. Discansar meu korasang keu, keu tempu wira la de so, keu tempu wira la deso.

Refrein : Domiro winya……

Solo: 3 Naung-naung speli kasang, ake de, a kede ospulo, ake aked ak ospulo.
Refrein : Domiro winya……

Solo: 4 Tomai-tomai umbrang kinyo lolo meu ro, meu re, re meu amor lolo, meu re, meu re meu amor.

Refrein : Domiro winya……

Solo: 5 Agorai meu komo solo ale, alegrai, eu mundo todo, ale, alegrai eu mundo todo.

Refrein ……

Solo: 6 Quando komo sode winyo, ambe westa eh seu anogo, ambe ambe westa eh seu anogo.

Refrein ……

Solo: 7 Rekili naung, naung petu eh lok, lolo meu re, meu re ku sinyor lolo, meu re kusinyor.

Refrein ……

Solo: 8 Wiwa-wiwa meu sinya wida soli, soli sela eu non te dia, soli, soli eu non te dia.

Refrein ……
-------------------------------------------------------------------------------------------------


thanks to "Elvis Baba Putra"


Mari jaga dan lestarikan tradisi ini agar tak hilang dari generasi kita dan generasi mendatang
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Saturday 13 November 2010

Bunga-Bunga Mimpi Warga Aibura

Kadang untuk mendapatkan hak sebagai warga negara yang menikmati pembangunan terasa susah. Seperti masyarakat di Desa Aibura, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka yang bertahun-tahun hidup ditengah kondisi ruas jalan yang rusak parah. Ruas badan jalan disini secara keseluruhan seperti yang kami lihat memang tak layak untuk dilintasi. Lubang jalan dan batu-batu berserakan menghiasi badan jalan. Kondisi ini makin parah saat musim hujan. Tak ada usaha untuk perbaikan jalan dari pemerintah. Karena itu masyarakat Aibura hanya bisa pasrah. Menurut mereka jalan mulus hanyalah mimpi penduduk Aibura. Aneh memang. Pemerataan pembangunan jalan sama sekali tak menyentuh desa penghasil komoditi perkebunan ini. “Sudah berkali-kali kami meminta lewat dewan yang setiap tahun berkunjung kesini, tapi tak ada realisisasinya hingga sekarang untuk perbaikan,” ujar Hendrikus, warga Biket, Aibura.

Seingat Hendrikus, pembangunan jalan aspal di Desa Aibura ini dimulai sejak tahun 1999. Namun setelah itu tak ada peningkatan seperti perbaikan badan jalan yang mulai rusak. Dari tahun ke tahun kondisi semakin buruk. Dan akhirnya rusak parah seperti terlihat sekarang.

Kondisi topografi Desa Aibura seperti pula desa tetangganya Kloangrotat berbukit dengan pemandangan indah ke laut lepas. Kedua daerah berhawa dingin ini terkenal sebagai daerah penghasil komoditi terdepan perkebunan seperti cengkeh, kemiri, cokelat, vanilli, kelapa, dan lain-lain. Tapi masyarakat Kloangrotat lebih beruntung karena akses menuju ketempatnya lebih baik. Aspal jalan di lintasannya mulus. Sedang warga Aibura tak menikmati itu. Jalan yang rusak dan tak layak dilintasi sejauh kira-kira 7 Km dari pertigaan Lakakokat menuju Kubit, Mudung hingga Pouhura, dibiarkan begitu saja.

“Setiap ada pembanguan jalan, daerah Pogon, Kloangrotat saja yang kebagian kuenya dan kami hanya jadi penonton,” ujra Hendrik.

Masyarakat Aibura, jelas Hendrik, sangat berharap, bahwa Pemda Sikka juga memperhatikan daerah mereka. “Tak banyak, kami hanya meminta agar ruas jalan ini segera diperbaiki, dipermulus. Transportasi disini adalah jantung bagi kami. Daerah disini penghasil komoditi perkebunan jadi aneh kalau jantung transportasi seperti jalan sama sekali tak diperhatikan oleh pemerintah,”

Desa Aibura terletak dalam wilayah kecamatan Waigete. Lebih dari 2000 penduduk mendiami desa ini. Desa Aibura bertetangga dengan Kloangrotat dimana 15 warga kedua desa ini menjadi korban dalam petaka tenggelamnya KM Tersanjung sebulan lalu.

Masyarakat Kloangrotat dan Pogon jelas lebih beruntung. Warga di desa ini sudah menikmati jalan mulus. Listrik pun sudah menjamah kehidupan mereka, berbeda dengan Aibura yang masih gelap gulita tanpa listrik.

Jalan mulus menuju Kloangrotat akan melintasi rumah keluarga Bupati Sikka Sosimus Mitan yang berada di Desa Kebot. Jalan mulus menuju Kloangrotat akan berakhir di Pouhura. Setelah itu memasuki wilayah Desa Aibura dengan kondisi jalan yang tak layak untuk dilintasi.

Tentu saja harapan warga Aibura untuk mendapat dan menikmati pembangunan khususnya hak untuk menikmati enaknya berkendaraan diatas badan jalan nan mulus bisa terlaksana. Sehingga bukan lagi sekedar bunga-bunga mimpi penghias tidur semata. Rakyat di Aibura sama seperti warga Indonesia lainnya berhak untuk diperhatikan oleh pemerintah daerahnya. Bukankah desa ini adalah daerah penghasil komoditi perkebunan? Lagian slogan “Membangun Mulai Dari Desa” masih terngiang-ngiang di telinga warga Aibura. (Oss)

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Orang Flores Bernyanyi Tanpa Berharap Pamrih dan Pujian

Bakat Musik dalam Jiwa Orang Flores
Orang Flores umumnya mewarisi bakat musik yang sangat kental. Dimana-mana orang menyanyi, menari dan bergembira. Dalam keadaan sulitpun mereka tetap bersenandung. Meski masyarakat diwilayah ini akrab dengan kekurangan pangan, kelaparan (melarat), memang ada benarnya. Tapi jika Anda datang ke Flores Anda akan dengan mudah menemukan suasana yang segar. Nyanyian orang-orang Flores sudah indentik dengan keseharian warga setempat.
Bukankah Flores itu pulau miskin? Tempatnya orang susah? Mungkin ini benar adanya. Tapi sejak dulu warga setempat tidak merasa miskin. Meski kemisikinan itu meliliti hidup warga sehari-hari, tapi warga tidak merasa miskin. Malah dalam kondisi demikian, mereka juga tetap bersenandung merdu.

Musik, menyanyi dan menari bersama selalu seiring sejalan. Tiga aspek itu seolah membebaskan rakyat dari belenggu tekanan hidup nan berat. Nyanyian itu ibarat pelipur lara.

Yang menyanyi tak hanya anak-anak atau remaja dan anak-anak sekolah. Kakek-kakek 60-an tahun yang duduk ditangkai pohon lontar untuk mengambil nira (dijadikan tuak) juga selalu bersenandung, menyanyi dengan mudah.

Para nelayan menyanyi. Anak-anak menyanyi, ibu-ibu bersenandung sambil memutar alat pembuat benang atau menggarap tenun ikat. Itu semau dilakukan secara alamiah, spontan, tak mengharap pamrih atau pujian dari siapapun.

Karena itu tak salah kalau sejumlah penulis bahkan peneliti menuliskan kesan-kesannya bahwa Pulau Flores dari ujung barat hingga ujung timur, tak hanya pulau bunga tapi juga ‘pulau musik’.
Musikalitas orang Flores itu terasa sekali di Gereja Katolik di seluruh Flores bahkan Indonesia. Begitu banyak lagu-lagu liturgi inkulturasi dibawakan umat Katolik Indonesia adalah buah dari musik Flores.

Pelatih-pelatih koor, solis, penggubah lagu-lagu gereja sebagian besar berasal dari Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan Pusat Musik Liturgi (PML) Jogja pun paling banyak menggelar lokakarya komposisi musik liturgi di Flores.

Adak Jap Kunst (1942), peneliti musik yang paling banyak melakukan riset tentang musik di Indonesia sebelum kemerdekaan.
Dia menulis:

“Sebenarnya menurut saya penduduk Flores lebih berbakat musik daripada suku-suku di Indonesia terkenal lainnya seperti Sumatera, Jawa dan Celebes. Saya pernah mendengar suara-suara yang cukup bagus menyanyikan nyanyian yang pas. Itu berbeda dengan yang ada di Flores. Banyak laki-laki bersuara sangat merdu, sambil menyanyikan lagu-lagu sederhana di tepi sungai, masih terngiang ditelinga saya, melodi yang juga sangat menyenangkan orang Eropa.”

“........ dan dimana orang Flores yang mendayung dengan tanpa menyanyikan pantunnya, lengkap dengan solis dan bagian pengulangan yang dinyanyikan dalam paduan suara? Diantara para solis tedapat suara-suara yang dengan latihan yang lebih baik dapat menjadi suara tenor, sopran dan bass yang baik.” (kunst, 1942, hlm 11). (*/kro/dari berbagai sumber/ Flores Star)

Selengkapnya...

Friday 5 November 2010

Gunung Egon Alami 125 Kali Gempa

Situasi Aman Hingga Saat ini
Semakin banyak saja, gunung api yang aktif. Di perbatasan Kecamatan Mapitara dan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) Gunung Api Egon, meningkat sejak dua hari terakhir.
Dikemukakan petugas pemantau Gunung Egon Hendra S Supratman, pada Jumat (05/11) gunung tersebut mengalami 125 kali gempa, tiga kali di antaranya gempa tektonik jauh dan 122 kali gempa hembusan.
Selain itu terjadi pula delapan kali gempa swarm dan satu kali getaran banjir. "Aktivitas Egon memang meningkat tetapi belum ada sinar api," kata dia.
Dari pemantauan visual, Hendra mengatakan Gunung Egon juga mengeluarkan asap putih tipis berjarak 10 hingga 25 meter dari bibir kawah. "Itu asap solfatara yang biasa keluar dari gunung api dan tidak berbahaya," tambahnya.

Peningkatan aktivitas itu membuat tiga petugas di Pos Pengamatan Gunung Egon di Kecamatan Waigete terus memantau aktivitas gunung selama 24 jam.

Hendra menegaskan peningkatkan aktivitas gempa permukaan dan asap tipis tersebut bukan menandakan aktivitas gunung Egon mulai meningkat dan berbahaya. Saat ini, status Egon yang meletus terakhir pada 2008 itu masih waspada. "Belum ada peningkatan status," jelasnya.

Meski gempa 125 kali, di Maumere tak ada kepanikan karena memang getarannya sangat kecil yang sama sekali tak terasa.(zel/yk)

Baca juga : Status Waspada Untuk Gunung Egon

Gunung Egon tertutup awan, terlihat dari Pelabuhan L.Say di Maumere.
foto by Sandra da Silva, Jum'ad 05/11/2010 jam 17.00 wita

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Status Waspada untuk Gunung Egon

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Nusa Tenggara Timur Bria Yohanes mengatakan ancaman bahaya dari gunung berapi di wilayah ini sebaiknya jangan diremehkan atau disepelekan meski aktivitas erupsi sudah menurun atau dalam status waspada (level II).
"Apapun aktivitas dan status dari gunung berapi seperti Egon di Maumere, Lewotobi di Flores Timur dan Rokatenda di Palue Kabupaten Sikka tidak boleh disepelekan oleh masyarakat, karena sangat berbahaya bagi nyawa dan lingkungan sekitar," katanya di Kupang, Jumat (5/10).
Kadistamben Bria menyatakan hal ini menanggapi aktivitas kegempaan tiga dari 17 gunung merapi di Nusa Tenggara Timur, terutama gunung berapi Egon yang hingga saat ini dalam status waspada setelah pada April 2010.

Laporan rutin bulanan dari pihak pos pengamatan gunung api Egon, Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyebutkan secara visual angin bertiup dari arah barat laut/tenggara kecepatan melemah hingga sedang dan terjadi hujan disekitar, serta hembusan asap kawah putih dengan ketinggian berkisar antara 10-25 meter dari puncak.

Sementara secara seismik, katanya, vulkanik A berdasarkan hasil pengamatan, vulkanis B 16 kejadian, hembusan lahar atau lainnya sebanyak 300 kejadian, tektonik lokal tiga kejadian, tektonik jauh 77 kejadian, swarm 719 kejadian dan Amaks Tremor antara 05-S.

"Gempa-gempa lainnya mengalami peningkatan/penurunan yang begitu signifikan. Dan dengan kondisi aktivitas seperti itu, maka status kegiatan gunung egon masih tetap "waspada".

Gunung Egon di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur terus mengepulkan asap dan memancarkan sinar api dari kawahnya sebagai tanda bahwa aktivitas gunung merapi itu terus meningkat dengan intensitas kegempaan tinggi.

Pada Rabu (3/11), katanya, kawah gunung Egon tertutup kabut sehingga cukup mengkhawatirkan penduduk sekitar.

"Mereka yang bermukim di lereng gunung api aktif itu diminta untuk tidak mendekati kawah," tambahnya.

Ia mengatakan dalam sehari intensitas kegempaan Gunung Egon meningkat antara 5-10 kali dalam sehari.

"Dalam kondisi aktif normal intensitas gempa di gunung dengan tinggi sekitar 1.703 di atas permukaan laut itu hanya berkisar antara 1-4 kali, tetapi sekarang intensitas kegempaannya terus meningkat, sehingga harus diwaspadai," katanya.(ant/yan)

Baca juga : Gunung Egon Alami 125 Kali Gempa

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 11.10 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---