Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Sunday 31 October 2010

Keluarga Minta Keadilan..

Romo Arnold : Saya hanya bisa menangis
Sampai dengan hari ini, upaya pencarian 9 korban tenggelamanya KM Tersanjung belum menemukan hasil maksimal. Upaya pencarian terus dilakukan meski telah memasuki hari ke-9. Dilain pihak, musibah ini sesungguhnya menjadi catatan penting bagi dunia transportasi laut, yakni kelayakan operasional kapal dan kewajiban kapal memenuhi standart angkutan. Sedangkan cerita tentang tenggelamnya KM Tersanjung, masih menjadi topik utama dengan bumbu penyedap lainnya seperti, nahkoda tembak dalam kapal tersebut. Diantara cerita-cerita tersebut, satu musibah lain juga terjadi di Pantai Mapitara, Kabupaten Sikka. Yakni tenggelamnya sebuah kapal bermuatan kayu bernama KM Taueri Gading. Kapal yang sedang melintas dari Pulau Buton menuju Pulau Sabu, NTT tiba-tiba dihantam gelombang. Ke-7 penumpang terlempar, 4 selamat dan 3 hilang hingga kini. Kini ke-4 korban selamat masih berada di Maumere. Ketika bertemu di Posko Bencana KM Tersanjung di Badan Penanggulangan Bencana, ke-4 nya terlihat lusuh. Mereka tak mau pulang sebelum kabar pencarian dihentikan. Untuk sementara mereka ditampung di Gedung Transito.

Kejadian itu terjadi dua hari sebelum musibah KM Tersanjung, yakni hari Rabu (20/10/2010). Ke-4 awak yang selamat tersebut terapung-apung dari Rabu hingga mencapai daratan, Sabtu (23/10/2010) saat semua kosentrasi sedang tertuju pada persitiwa KM Tersanjung.

Sedangkan dari Polres Sikka diberitakan utusan keluarga korban tenggelamnya KM Tersanjung mendatangi Polres Sikka. Kedatangan utusan keluarga korban ini masih terkait dengan musibah tersebut. Keluarga korban ingin mengetahui proses hukum terhadap FC, seorang anggota DPRD Sikka yang menahkodai KM Tersanjung. Mereka mendesak Polres Sikka menangkap dan menahan FC secepatnya. Kapolres Sikka, Drs. Ghiri Prawijaya mengatakan bahwa proses kearah itu sedang dilalkukan dan oknum yang membawa kapal berinisial FC akan dirpsoses. Polres Sikka juga sudah mengirim surat ijin pemeriksaan kepada Gbubernur NTT agar ada ijin pemeriksaan segera diterbitkan.

Romo Arnold Ladjar, Pastor Paroki Kolangrotat dalam perjalanan kami ke Pantai Ndondo menceritakan keperihanhatinya atas peristiwa na’as tersebut.
“Mengapa saya tak bisa menolong mereka yang tenggelam? Mengapa saya membiarkan didepan mata, saya menyaksikan mereka hilang tertelan ombak,” ujarnya perih. Romo Arnold saat ini lebih banyak diam. Dia bersama Romo Sil Ola, selamat dari peristiwa tersebut.

Romo Arnold menceritakan, usai jenazah diterima semua anggota keluarganya, ia mendatangi dan melayat ke Desa Pogon, Kloangrotat dan Desa Aibura. Di dua desa bertetangga ini ia dari satu rumah duka ke rumah duka lainnya duduk berdoa di makam mereka masing-masing. “Saya tak bisa menahan tangis ini, sungguh tak bisa,” katanya.

***
Harian Flores Star memberitakan, Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) mendesak Kapolres Sikka segera menempuh upaya paksa menangkap dan menahan Frans Cinde. Upaya paksa ini harus ditempuh karena dikhawatirkan Frans Cinde akan melarikan diri dari tanggungjawab pidana maupun perdata terhadap keluarga korban. Penahan Cinde juga menghindari amukan dari keluarga korban terhadap pelaku. Desakan itu disampaikan Koordinator TPDI Jakarta Petrus Selestinus, SH. Petrus mengakui menerima telepon dari keluarga korban di Kloangrotat dan Aibura yang berharap proses hukum segera dilakukan. Pengacara senior itu menilai Polres Sikka kurang profesional dalam penanganan hukum dan kurang memahami dampak psikologis keluarga korban.

Romo Arnold dengan KM Tersanjung di Pantai Ndondowww.inimaumere.com

Selengkapnya...

Thursday 28 October 2010

Pencarian Tak Membuahkan Hasil

Foto KM Tersanjung

Pencarian 8 korban tenggelamnya KM Tersanjung hari ini, Rabu (27/10/2010) tak membuahkan hasil. Tim SAR dan nelayan Palue yang melakukan upaya penyisiran yang dimulai dari pagi hingga malam lagi-lagi pulang dengan tangan hampa. Di Pantai Ndondo, keluarga korban dan sejumlah masyarakat setempat, Sekda Kabupaten Ende Yoseph Ansar Rera, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Sikka Hery Siku, Kepala Dinas Sosial Sikka Gregorius Rehi, Camat Waigete, Camat Palue, Camat Alok Timur dan sejumlah unsur masyrakat lain menanti dengan sabar. Sebelum melakuakan pencarian, keluarga korban, khususnya dari Aibura melakukan ritual adat ditepi pantai dan melaksanakan penaburan bunga. Romo Yan, sebelumnya memimpin upacara ekaristi sebelum melakukan pencarian.

Namun hingga Tim SAR kembali, tak ada korban yang ditemukan. Keluarga pasrah. Tapi pencarian akan dilakukan lagi hari kamis besok.

Ditepi Pantai Ndondo yang indah, terlihat sebuah kapal yang kemudian diketahui bernama KM Tersanjung. Kapal inilah yang membawa penumpang berjumlah 66 orang, hingga akhirnya tenggelam dalam perjalanan dari Palu’e ke Maumere.

KM Tersanjung bobotnya 3 GT, daya angkutan 24 orang,demikian keterangan dari Moses Muhu, Kepala Adpel Lorens Say Maumere seperti dikutip koran Pos Kupang.

Ketika pertama kali melihat bangkai kapal tersebut, yang ada dalam pikiran adalah membayangkan penumpang berdesak-desakan dikapal kecil tersebut. Tak masuk akal jika KM Tersanjung erbadan kecil ini bisa mengangkut 66 orang. Membayangkan demikian hati kita hanya bisa trenyuh dan menerima kejadian ini sebagai takdir dari Sang Kuasa. Tentu saja selanjutnya kita berharap, pemerintah lebih memperhatian kelayakan kapal angkutan dan memperketat ijin operasinya.

Kapal Motor Tersanjung di Pantai Ndondo Ende


Tenda Posko & Pantai Ndondo, Ende


www.inimaumere.com

Selengkapnya...

"Sopir Tembak" di KM Tersanjung

Ribut-ribut di masyarakat soal siapa yang mengemudi KM Tersanjung ternyata bukan isapan jempol. "Waktu saya naik ke kapal, Pak Frans Cinde sudah duduk di kursi kemudi. Saya tidak bisa buat apa-apa, karena dia sudah duduk di situ. Saya perasaan minta dia pindah dari kursi nakhoda, dia pejabat. Orang terhormat, anggota DPRD Sikka, dia yang bawa kapal," kata Adeodatus Rangga (25). Adeodatus, yang disapa Ora, menuturkan, sejak Senin malam (25/10/2010), dia menginap di tahanan Polres Sikka untuk mengamankan diri setelah tiba dari Pulau Palue. Da memilih tidur di ruang tahanan daripada berada di luar bisa menjadi sasaran kemarahan keluarga korban.Kalau di darat kita mengenal istilah sopir tembak (bukan sopir permanen pada mobil itu), maka di laut juga dikenal nakhoda "tembak". Nakhoda tembak inilah yang diperkirakan sebagai penyebab tenggelamnya Kapal Motor (KM) Karya Pinang, Jumat siang (22/10/2010) pukul 13.00 Wita.

Kapal itu berangkat dari Palue menuju Pelabuhan Lorens Say Maumere. Kapal itu tidak dikemudikan oleh nakhodanya sendiri, Adeodatus Rangga alias Ora, melainkan oleh Frans Cinde, anggota DPRD Sikka, yang sebenarnya termasuk salah satu dari 66 penumpang kapal itu.


Adeodatus, yang disapa Ora, menuturkan, sejak Senin malam (25/10/2010), dia menginap di tahanan Polres Sikka untuk mengamankan diri setelah tiba dari Pulau Palue. Da memilih tidur di ruang tahanan daripada berada di luar bisa menjadi sasaran kemarahan keluarga korban.

Ora yang sudah dua tahun menakhodai kapal milik ayahnya Petrus Pio menuturkan semua kejadian mulai dari kapal lepas jangkar di Pelabuhan Palue sampai mengalami musibah. Ketika dia naik ke kapal itu, Frans Cinde yang dikenalnya sebagai anggota DPRD Sikka asal Palue sudah duduk di kursi kemudi yang semestinya ditempatinya.

Dia mengaku sangat beban bila menyuruh Frans pindah dari kursi kemudi itu. Mesinis Vinsensius Dhoka menghidupkan mesin kapal dan kemudian dikendalikan oleh Frans. Ora tetap berada di ruang kemudi mendampingi Frans mengikuti pelayaran ini.

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya untukmemberi saran kepada Frans kalau kapal agak oleng diterpa gelombang atau kurang nyaman dalam pelayaran itu. Dia mengaku sangat segan bicara kepada Frans, yang dikenalnya telah menjadi pejabat di Maumere.

"Saya tidak minta (ambil alih kemudi), saya perasaan sekali dengan dia. Dia pejabat anggota DPRD Sikka. Saya pernah dengar, dulu dia pernah bawa kapal cari ikan. Dalam hati saya pikir dia pasti mengerti membawa kapal," tutur Ora.

Keluar dari Pelabuhan Palue, tutur Ora, cuaca cerah. Kapal yang dibeli ayahnya dari warga Nangahale, Kecamatan Talibura tahun 2003, itu melaju membelah ombak menuju pelabuhan Lorens Say di Kota Maumere. Para penumpang menikmati pelayaran.

Setibanya di depan perairan Ndondo, beberapa mil dari Tanjung Sada Watu Manuk, mendadak cuaca berubah dan gelombang tinggi. Dalam benak Ora, gelombang dan cuaca yang mendadak buruk itu sudah biasa. Pengalaman pada September lalu mengantar alat-alat kesehatan di Pulau Sukun, kapal diterpa gelombang besar dan angin, namun dia bisa mengendalikan kapal dan tiba dengan selamat di Pulau Sukun.

Semestinya Frans Cinde menyerahkan kemudi kapal kepadanya. Namun, Frans bergeming. Terpaan gelombang semakin keras menimpa kapal sehingga kapal oleng ke kanan dan langsung tenggelam bersama 66 penumpang. Semua penumpang tecebur ke laut yang sedang diamuk gelombang saat itu.

"Dia tidak mau serahkan kemudi supaya saya bawa kapal. Saya juga perasaan minta dia, takut dia tersinggung. Sampai kapal itu tenggelam, Frans Cinde tetap di kemudi. Saya sama sekali tidak dikasih bawa kapal ini," tuturnya. Tak terpikirkan dalam benaknya memaksanya mengambil alih kemudi kapal itu.

Kejadiannya dilukiskan menegangkan. Dia dan para penumpang terlempar keluar dari kapal dan tercebur ke laut. Mereka panik dan berjuang menyelamatkan diri masing-masing. Gelombang sangat keras di lokasi kejadian dan penumpang mulai tepencar satu sama lain.

Ora berjuang menyelamatkan seorang penumpang yang dikenalinya bernama In, sedangkan Vinsensius menolong Yanto, penumpang asal Bajawa. Dia berenang hampir empat jam menuju pantai. Ketika sebuah kapal ikan melintas dan menemukan dirinya dan penumpang lain menaikkan ke kapal. Mereka melanjutkan pencarian penumpang lain, sedangkan Ora dan penumpang lain diitipkan diangkut kembali ke Palue.

Setibanya di Palue, Ora memberitahukan musibah yang menimpa kapal dan penumpang kepada orangtua dan keluarga lainnya. Hanya beberapa waktu ada di rumahnya, Ora menuju ke Pospol Palue untuk berlindung di sana.

"Saya takut keluarga penumpang yang dari Palue marah dan menyerang saya. Saya pilih pergi ke kantor polisi saja," kata Ora.
Ora mengaku bertanggung jawab atas musibah itu. Apakah dia juga minta Frans Cinde ikut memikul beban hukum yang akan ditimpakan kepadanya, Ora menyerahkan sepenuhnya kepada proses hukum di Polres Sikka. (ius/ris/poskupang).

foto: KM Tersanjung/inimaumere.com

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Wednesday 27 October 2010

Juma: Mereka Kedinginan dan Ketakutan...

Delapan Korban Masih Belum Ditemukan

Tenggelamnya KM Tersanjung menyisahkan banyak cerita. Dari tenggelamnya kapal tersebut, pencarian, evakuasi, indentifikasi dan pengembalian jenazah. Beberapa keluarga korban berteriak histeris didepan kamar jenazah setelah tahu dan yakin bahwa salah satu korban tersebut adalah keluarga mereka. Dihalaman, perempuan-perempuan menangis menyayat hati. Sampai dengan pukul 20.00 malam ini,Selasa (26/10/2010) pencarian 8 korban tenggelamnya KM Tersanjung tidak menemukan hasil. Dari 22 korban yang hilng 14 korban tak bernyawa telah ditemukan dan telah dibawah oleh anggota keluarganya masing-masing. Tim gabungan pemerintah dan nelayan terus melanjutkan pencarian korban rabu besok.

Sedangkan malam ini di Posko Bencana KM Tersanjung, beberapa petugas posko terlihat sedang duduk-duduk santai tapi selalu dalam keadaan waspada. “ Sampai sekarang belum ada laporan penemuan 8 korban tersebut,” ujar salah satu petugas. Beberapa sopir ambulans juga terlihat santai. Ada yang duduk bercerita ada pula yang yang sibuk dengan HP-nya masing-masing. Ditangan para sopir ini, evakuasi dari Pantai Ndondo berlangsung cepat. “Kami sudah biasa dalam bekerja mengangkut jenazah tapi baru kali, mengangkut jenazah yang sudah tak utuh lagi dan mulai membusuk,” ujar salah satu sopir.

Kapal Motor Tersanjung berangkat dari Palu’e sekitar pukul 11 pagi, 22 oktober 2010. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 13.05 mendung pekat tiba-tiba menaungi mereka. Hujan sebesar biji jagung yang terasa sakit menyentuh kulit, turun membasahi laut. Ombak sangat besar dan tak beraturan. Kapal tiba-tiba terguncang dan kemudian tenggelam. Semua korban berteriak histeris. Dan berusaha mencari cara untuk bertahan hidup.

Beberapa informasi dilapangan yang coba dikkumpulkan oleh inimaumere.com memberitakan bahwa ada empat dugaan yang membuat KM Tersanjung tenggelam. Pertama, ada dugaan bahwa yang membawa kapal tersebut adalah bukan sang juru mudi, kedua muatan kapal memenuhi kapasitas, ketiga KM Tersanjung diduga sudah tak layak untuk beroperasi, keempat KM Tersanjung melewati jalur tak biasa.

Kini sang nahkoda telah diperiksa secara intensif oleh Polres Sikka.

Ada banyak cerita saat para korban bertarung mempertahankan hidup mereka. Alfon Langga, seorang Polisi asal Palu’e berhasil selamat dengan anak bayinya (1 tahun) dan istrinya. Istrinya dengan ketat memeluknya dan anak bayinya di pegang dengan satu tangannya. “Jika ombak datang, saya akan menaikan tangan saya setinggi mungkin untuk menghindar dari ombak, jika ombak turun, saya kembalikan ke pelukan saya,” cerita Alfons.

Alfons juga melihat dengan mata kepala sendiri saat, Om Linus Senda berpisah dari anaknya Marlin. Om Linus yang bekerja di Bandara Frans Seda belum ditemukan hingg saat ini bersama 8 korban lainnya. “Om Linus mencium anaknya Marlin kemudian tenggelam, Marlin berteriak histeris dan saya bertteriak menenangkan Marlin,” cerita Alfons.

Menurut kesaksian Alfons, Om Linus banyak membantu para penumpang lainnya untuk diselamatkan. “Mungkin setelah menolong kesana kemari, Om Linus lemas dan kecapekan. Makanya dia mendekati Marlin dan memberi ciuman perpisahan,” lanjut Alfons.

Juma, salah satu nelayan Wuruing yang pertama kali menyelamatkan korban bercerita. Ia merasa sangat terkejut ketika melihat lambaian pakaian. Perahu dibalik arahnya kembali dan mendekati korban yang ternyata adalah anggota DPRD Sikka Frans Sinde dan salah satu ABK kapal. “Dari mereka barulah penyelamatan saya lakukan bersama ponakan saya Kurniawan dan saudara saya Aco,” ujar Juma.

“Satu persatu korban kami angkat ke kapal. Bahkan ada yang sudah tak berpakaian lagi, ada yang hanya pakaian alas dan bra. Kasihan sekali, akhirnya saya membuka pakaian saya yg lain dan memberikan pada mereka. Saudara saya juga melakukan demikian. Mereka kedinginan dan sangat ketakutan,” kata Juma.

Semua korban didaratkan di Pantai Ndondo. Dari situlah penyelamatan dan pencarian dilakukan. Bupati Ende tiba di Pantai Ndondo dan segera memberikan pertolongan bersama warga Ndondo. Hingga saat ini 14 jenazah telah dibawah pulang keluarga masing-masing.

Saat pemulangan jenazah dari kamar mayat, Wakil Bupati Wera Damianus mendapat sindiran dan cibiran. Sindiran ini dilakukan karena keluarga merasa kecewa dan kesal dengan tak adanya dukungan serta perhatian bagi keluarga korban saat kejadian na’as tersebut.

“Bupati Ende saja berada didekat kami, memeluk kami dan menguatkan kami, tapi dukungan seperti itu tak ada dari pejabat kita, mereka muncul saat jenazah korban mulai ditemukan, mereka seperti pahlawan kesiangan” ungkap salah satu keluarga korban.

Dua jenazah terakir yang ditemukan sekitar pukul 11.00 Wita, di dua lokasi berbeda di antara perairan Langawaju dan Mausambi. Setelah diidentifikasi tim dokter di kamar jenazah RSUD TC Hillers Maumere, keduanya dikenali bernama Selestina Selfina dan Hendrika Heret dan telah dimakamkan oleh keluarganya masing-masing.l

Kedua korban ditemukan dalam posisi terapung di tengah laut. Seorang korban ditemukan kapal Koremap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sikka dan seorang lagi ditemukan oleh kapal nelayan warga Palue yang ikut dalam pencarian itu. Pencarian 8 korban tersisa akan terus dilanjutkan...

14 Korban yang Teridentifikasi:

1.Agustina Wio
2.Angelina Angela
3.Rudolfus Cory, S.H
4.Theresia Nerti
5.Maria Piada
6.Maria Novianti
7.Paulina Pisen
8.Philipus Api
9.Tekla Bolor
10.Yohanes Bulianto
11.Kristina Surijila
12.Maria Ermalinda
13. Selestina Selfina
14. Hendrika Heret

Sumber: RSUD TC Hillers Maumere

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 26 October 2010

Dua Korban Ditemukan Lagi

Tinggal 8 Korban Lain Belum Ditemukan
Dua jenazah kembali ditemukan oleh Tim SAR Senin, 25/10/2010. Kedua jenazah tersebut terindentifikasi bernama Heret dan Seles asal Aibura dan Pogon, demikian dikatakan salah satu keluarga korban yang ditemui di RS. Hillers Maumere. Dengan demikian telah ada 14 korban yang ditemukan dalam kondisi tak bernyawa dari 22 penumpang yang hilang. Dari ke-14 korban tersebut 12 korban telah dibawa pulang keluarga termasuk Yohanis Bulianto, yang sebelumnya masih berada di kamar jenazah. Masih ada 8 korban yang belum diketahui nasibnya hingga kini. Sampai dengan sekarang, beberapa keluarga korban masih berada di RS. Hillers Maumere. Tim SAR terus melakukan pencarian bersama tim dari TNI-AL dan juga nelayan setempat. Kondisi jenazah kini semakin tak berbentuk saat ditemukan. Keluarga memastikan jenazah dari pakaian korban meskipun tidak utuh lagi.

Seperti diberitakan, KM Tersanjung tenggelam dalam perjalanan Palue ke Maumere 22 Oktober 2010. Sampai dengan kini 44 selamat dan 22 hilang. Empat belas korban telah ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

Koran Timor Express memberitakan KM. Tersanjung yang berdaya 7 GT itu mengangkut penumpang melebihi kapasitas. Seperti dijelaskan Thomas, salah satu penumpang yang selamat. Thomas juga mengatakan, yang mengemudikan kapal tersebut bukan nakoda melainkan anggota DPRD Sikka Frans Ropi Cinde. Saat dikemudikan anggota Dewan asal Palue itu, lanjut Thomas, tiba-tiba angin kencang dan gelombang besar datang dan menyebabkan kapal tenggelam.

"Saat itu situasinya sangat mencekam karena angin kencang dan gelombang tinggi sementara penumpang yang terlempar di laut berusaha menyelamatkan diri," katanya.
Ia sendiri mengaku selamat setelah mendapat sebatang papan yang digunakannya untuk mengapungkan diri dan berenang hingga ke tepi.

Juma, salah seorang nelayan asal Wuring yang pertama kali menemukan para korban mengatakan, ia pertama kali menyelamatkan anggota DPRD Sikka Frans Sinde dan seorang ABK kapal. “Keduanya berpegangan dalam satu papan, kondisinya mengenaskan, bajunya dililit pada papan untuk menyanggah tangan mereka, “ cerita Juma.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Monday 25 October 2010

Dua Belas Jenazah Telah Diketahui Indentitasnya, Sebelas Dibawa pulang

Duka Cita Eka, Putri Tunggal di Tinggal Ayah dan Ibunya..

Tak ada yang bisa membendung jika sang empunya hidup telah menginginkannya. Itu pula yang terjadi dengan ke-12 jenazah. Kematian tragis telah memisahkan mereka dengan saudara-saudari terkasih. Air mata rela, air mata tak rela menyatu dalam waktu yang mengalir. Ada satu keinginan agar jenazah secepatnya disemayamkan, karena proses indentifikasi korban telah usai. Tapi tidak untuk pagi ini. Keluarga korban tetap meminta karena jenazah belum diijinkan untuk dibawah pulang. Di depan ratusan pasang mata yang melihat, keluarga dari Pogon dan Aibura bahkan mengancam akan mengambil paksa jenasah jika tak ada kepastian waktu. Waktu makin mengalir, keluarga korban tetap menuntut. Tapi tak berbuntut hal-hal negatif. Semua marah dalam kesabaran. Polisi dan tentara, berjaga-jaga di sekitar kamar jenazah.

Protes dari keluarga korban juga terkait kebijakan Pemkab Sikka yang menurut mereka bergerak lamban dan terkesan tak peduli. Romo Yan, asal Talibura, anak dari Matias Mitan yang belum ditemukan, berbicara meminta saudara-saudaranya tak terprovokasi dan tenang menghadapi situasi. Jenasah akan segera dibawah pulang keluarga.

Dua belas jenazah yang berada dikamar mayat RS. TC Hillers Maumere akhirnya bisa diindentifikasi namanya. Usai indentifikasi nama, jenazah-jenazah tersebut dipersilakan untuk bawah pulang oleh keluarga. Wakil Bupati Wera Damianus, Romo Sil, dr. Asep Purnama mendampingi prosesi tersebut hingga usai. Polisi yang diperbantukan bersama para perawat dari RS. Hillers siaga bekerja keras sepanjang waktu.

Proses pelepasan jenazah ini berlangsung dari sekitar pukul 9.30 hingga pukul 13.00. Kamar jenazah sampai mengeluarkan bau yang menyengat. Keadaan jenazah didalam sungguh mengenaskan. Wajah asli sudah tak terlihat lagi, daging terlepas dari tulang. Bahkan ada isi perut yang keluar. Mata yang tak biasa akan tak bisa menerima. Mayat-mayat tersebut bahkan ada yang membengkak hingga menjadi besar. Karena sudah membesar, tempat peti pun dibuat menjadi sangat besar dan lebar. Tidak seperti peti jenazah lainnya. Bahkan saking besarnya, hingga tak bisa dimuat di ambulans, karena itu diganti dengan menggunakan truk.


Ke-12 jenazah tersebut adalah :
1. Anjelina Anggelas

2. Yohanis Bulianto

3. Agustina Wio

4. Rudolfus Kori, SH

5. Theresia Neti

6. Maria Novianti

7. Paulina Pisen

8. Maria Piada

9. Maria Ermlinda

10. Tekla Bolor

11. Kristina Sunjila

12. Philipus Api

Ke-12 jenazah tersebut sebagian besar berasal dari Desa Pogon, Kloangrotat dan Aibura. Dari daftar 12 nama tersebut, hanya Yohanis Bulianto yang masih berada dikamar jenazah sampai berita ini dinaikan. Hal ini dilakukan karena keluarganya meminta evakuasi ke kampung halaman Aibura hingga ditemukan ayahnya Matias Mitan. Matias Mitan adalah ayah dari Romo Yan, seorang imam asal Biket, Aibura yang mengabdi di Palu’e dan kakak dari Yohanis Bulianto. Saat kecelakaan Romo tak ikut serta, Sam adiknya yang lain, selamat dari peristiwa tersebut.

Sampai dengan saat ini, pencarian oleh Tim SAR, POL AIR, nelayan setempat, dan tim penolong lainnya terus berlangsung, masih ada 10 korban yang hilang. Dari Posko bencana kemarin dilaporkan 17 korban ditemukan. Namun mayat yang dibawah berjumlah 12 orang. Informasi lain menyebutkan 5 korban lain masih tertahan di Palu’e. Sampai dengan pukul 14.00 belum ada kabar terkait korban baru ditemukan.

Papa, Mama..Eka Pingin Jadi Dokter...
Jenazah Rudolfus Kori dan istrinya Theresia Neti dikuburkan dalam satu liang. Kedua peti tersebut ditempatkan sedemikian rupa dengan posisi menempel, seperti ingin mengatakan “kami bersama hingga akhir hayat”. Upacara penguburan berlangsung di tempat Pemakaman Iligetang, Maumere. Sejumlah keluarga dan handai taulan turut mengantar kepergian kedua pasangan suami istri asal Beru berdarah Koting, Kabupaten Sikka ini dengan kesedihan yang luar biasa. Mereka tak pernah menyangka, pasangan yang dikenal cukup ramah ini harus pergi secara tragis. Almahrum Rudolfus Kori dan istrinya meninggalkan satu orang putri bernama Eka, siswa kelas IIIa SMPK Virgo Videlis Maumere.

Eka yang mengenakan pakaian dan kerudung hitam, menangis histeris sepanjang upacara pemakaman. Dalam pelukan tante dan saudari-saudarinya ia terus berteriak dalam isakan.
“Bapa dan mama suruh saya belajar rajin agar jadi dokter, saya sudah belajar rajin tapi kenapa bapa dan mama harus pergi meninggalkan saya?” isak Eka. “Bapa... mama....siapa yang biaya Eka sekolah lagi..? Bapa Eka takut sendiri..mamaaaa....” Eka terus menangis, Eka terus meratapi nasibnya.

Diantara pelayat yang hadir, ada teman-teman sekolah Eka dari SMPK Virgo Videlis bersama gurunya. Satu siswa mengatakan, mereka adalah teman sekelas Eka. Ia juga mengatakan SMPK Vivi turut berbela sungkawa atas kematian kedua orang tua Eka.

Rudolfus Kori dan istrinya Theresia Neti adalah Om dan Tanta dari Thomas Aquino alias Tommy. Ketiganya bersama-sama menuju Palu’e untuk tabisan Imam. Hingga saat ini ponakan mereka Tomy belum diketahui nasibnya bersama 9 korban lainnya.


Selamat Jalan dalam Damai dan Kasih...GBU
WWW.INIMAUMERE.COM
Selengkapnya...

Dua Belas Jenazah Telah di Evakuasi

10 Korban Lainnya Hari Ini


Dua belas (12) Jenazah sampai dengan saat ini Senin (25/10/2010) pukul 02.00 dinihari telah berada di kamar mayat RS. TC Hillers Maumere. Kedua belas jenazah tersebut telah diindentifikasi oleh tim dokter dari Polda NTT dan Polres Sikka. Ke-12 jenazah tersebut dibawah dari Pantai Ndondo Kabupaten Ende dan tiba sekitar pukul 21.00, Minggu (24/10/2010). Kedatangan jenazah tersebut langsung dikerubuti oleh keluarga korban. Sebelum melakukan indentifikasi, keluarga korban dipersilakan untuk melihat dan mengenali jenazah. Namun, ada beberapa yang tak bisa lagi mengenali jenazah. Kedaan jenazah tak mudah untuk segera diketahui. "Saya punya keluarga ada 7 orang dan saya tak bisa mengenali mereka...,” teriak Susanty histeris. Ia menangis tersedu-sedu. Bukan hanya Susanti, beberapa keluarga korban lainnya juga demikian. Langkah selanjutnya tim dokter meminta keluarga korban agar mengenali ciri-ciri fisik khusus yang terdapat pada korban.

Untuk mempermudah, keluarga korban dipersilakan memberikan data-data khusus dan lainnya pada posko yang telah disiapkan. Wakil Bupati Wera Damianus terlihat berada di kamar jenazah dan berkoordinasi dengan beberapa dokter. Didalam ruangan tersebut terbujur 12 jenazah yang terbungkus dalam kantung jenazah.

Sampai dengan dini hari ini memang baru 12 jenazah yang telah di evakuasi. 10 jenasah lainnya masih dalam proses pencarian di lokasi yang telah diketahui. Dikabarkan pagi ini ke 10 jenazah tersebut siap di evakuasi ke Maumere.

***
Keluarga korban khususnya yang berasal dari Desa Pogon dan Aibura merasa kecewa dengan perhatian Pemkab Sikka yang menurut mereka kurang peduli dengan bencana ini. Petrus Pare, salah seorang keluarga korban secara terang-terangan menyatakan kekecewaan tersebut. Dari Pogon dan Aibura, ada 15 korban hilang.

“Dimanakah pejabat kita? Kenapa disaat evakuasi baru muncul didepan kami?” ujar Petrus. “Kami warga Pogon dan Aibura mengucapkan banyak terima kasih kepada Pemkab Ende terutama Bupati dan warganya. Saya melihat sendiri dan merasakan perhatian tulus mereka kepada kami selama peristiwa ini” ujarnya.

Selama peristiwa ini keluarga korban yang berasal dari desa-desa nun jauh di luar Kota Maumere terpaksa berada dihalaman rumah sakit sepanjang hari, jika malam mereka tidur seadanya. Bantuan makan dan minum hanya didapatkan dari kepedulian Suster-suster Sang Timur, yang berada didepan rumah sakit.

Dari desa Pogon dan Aibura telah terindentifikasi 8 dari 15 warga mereka yang hilang, yakni Tekla, Marlin, Agus, Angge dari Desa Pogon, Kloang Rotat dan dari Desa Aibura masing -masing bernama Nori, Lipus Sapi, Buli dan Paulina Pishen.
Sedangkan jenazah lain diluar Desa Pogon dan Aibura masih dalam proses indentifikasi.

Dikabarkan hari ini, Senin (25/10/2010) Gubernur Frans Lebu Raya dan Kapolda NTT akan ke Maumere.

Sebelumnya inimaumere.com menulis salah satu jenazah dari dua jenazah pertama yang dibawah ke RS.Hillres Maumere bernama Mathias Mitan (70), informasi ini didapat dari kamar jenazah. Namun saat keluarga yakni Romo Yan (anak dari Matias Mitan) melakukan pengecekan ternyata korban bukanlah ayahnya. Artinya, ayah dari Romo Yan sampai dengan saat ini masih dalam pencarian.

foto-foto...

Lensa Kamera inimaumere.com di kamar jenazah RS. Hillers





halaman UGD jadi ruang tidur (01.00 wita)..
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Sunday 24 October 2010

Jenazah Mulai di Evakuasi ke RS. Hillers Maumere


17 Korban Ditemukan


Tujuh belas (17) korban dari 22 korban tenggelamnya KM Tersanjung telah ditemukan. Dari 17 korban tersebut dua jenazah telah di evakuasi ke RS. TC Hillers Maumere Minggu (24/10/2010), sekitar pukul 17.30 Wita . Kedua jenazah yang diindentifikasi bernama Mathias Mitan (70) dan Buli (32) adalah Ayah dan anak, warga Biket, Aibura, Kecamatan Waigete Maumere. Kedua jenazah ini dieavkuasi dengan menggunakan mobil TAGANA dari Dinas Sosial Kabupaten Sikka. Tim SAR dan nelayan setempat sampai dengan saat ini masih mencari 5 korban lainnya yang hilang.17 korban ini ditemukan TIM SAR dan nelayan setempat yang selama 3 hari ini rutin menyisir pantai dan perairaan hilangnya ke-22 korban tersebut.

Kedatangan kedua jenazah ini benar-benar disambut keluarga korban dengan tanda tanya. Pasalnya semua tak tahu dengan jelas siapa korban yang dibawah tersebut. Dengan cepat kedua jenazah dibawah menuju kamar mayat. Evakuasi dari mobil menuju ruangan kamar memakan waktu beberapa menit. Bau jenazah menyebar. Pemindahan ini ditonton puluhan masyarakat. Sampai dengan berita ini dinaikan, evakuasi 17 korban masih berlangsung dari Pantai Ndondo Ende menuju RS. Hillers Maumere.

Posko Musibah KM Tersanjung yang dibuka dan berada didepan SMUN 1 Maumere mulai pukul 1 siang mendapatkan laporan dari lapangan yang mengabarkan ditemukannya sesosok mayat. Laporan ini berasal dari nelayan bernama Untung asal Palue yang bersama nelayan lain melakukan pencarian dengan menggunakan KM Elang Laut. Beberapa menit kemudian Untung mengabarkan menemukan lagi 3 sosok mayat. Penemuan ini terjadi di perairan Woja, Palue. Penemuan ini terus berlanjut dari jam ke jam. Selain Untung, nelayan Yance dan Manto Sadipun anggota Polisi menemukan lagi beberapa sosok mayat. Total hingga sore, telah ditemukan 17 mayat dan semuanya berada di Palue.

Di pantai Ndondo Kabupaten Ende, selama terjadinya musibah telah dilakukan ritual adat Flores. Tak ketinggalan Bupati Ende Don Bosco Wangge dilaporkan selama dua hari ini selalu berada di Pantai Ndondo untuk memantau dan memberi dukungan bagi TIM SAR di lapangan.

Dari 22 korban yang hilang, 15 diantaranya berasal dari Kloangrotat dan Aibura. Mathias Mitan dan Buli adalah bapak anak yang berasal dari Aibura. Keduanya adalah ayah dan adik dari Romo Yan. Salah satu adik Romo Yan bernama Sam, selamat dari peristiwa tersebut.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Saturday 23 October 2010

22 Korban Belum Ditemukan

Kisah Pilu Usai Tabisan Imam..
Keluarga korban tenggelamnya Kapal Motor Tersanjung tak bisa menyembunyikan perasaan mereka. Setiap kali ada mobil yang masuk dan berhenti didepan UGD dalam sekejap dikerubungi. Bukan hanya ingin melihat siapa yang dibawa tapi juga ingin sekali mendengar berita terakir tentang penyelamatan. Meski sia-sia tapi hal itu terus dilakukan.
Di Beru, dirumah salah seorang korban tenggelamnya KM Tersanjung bernama Thomas Aquino keluarga berkumpul dan melakukan doa bersama untuk memohon keselamatan korban. Thomas Aquino yang biasa disapa Tommy adalah seorang yang ikut menjadi korban. Tommy ikut serta ke Palue dalam kapastasnya sebagai pemain keyboard dalam perayaan Tabisan Imam Katolik. Selain Tommy, Om (dede) kandungnya bernama Dolfus dan istrinya Erni ikut serta menjadi korban yang belum ditemukan hingga kini.


Banyak cerita mengenai peristiwa tragis tersebut. Banyak yang bilang bahwa peristiwa tersebut terjadi pukul 13.15 wita (22/10.2010). Dan sekitar pukul 16.00 baru berita naas tersebut menyebar luas. Romo Yan, asal Aibura merupakan salah satu keluarga korban yang masih menunggu berita terakhir tentang pencarian korban. Adiknya bernama Sam selamat tapi ayahnya dan adiknya Budi hilang dan belum ditemukan hingga kini. Sam kini dalam perawatan intenssif di RS. TC.Hillers.

Ada lagi seorang anggota polisi yang berhasil menyelamatkan istri, anak bayinya (berumur 1 tahun) dan seorang wanita dengan menggunakan sebatang kayu.

Kisah tenggelamnya KM Tersanjung yang berangkat dari Palu’e menuju Maumere kini menjadi pusat perhatian masyarakat Kabupaten Sikka. Cerita tentang tenggelamnya kapal yang membawa 66 penumpang ini dibicarakan dimana-mana.

Sampai dengan berita ini ditulis, pencarian terhadap 22 korban tenggelamnya KM Tersanjung belum menemukan hasil. Tim SAR dan sejumlah tim pencarian korban masih terus melakukan sisiran di perairan Ndondo, Laut Flores, Kabupaten Ende.

Informasi menyebutkan, untuk membantu pencarian korban warga setempat melakukan ritual adat. Ritual adat dalam suku Flores sering dilakukan untuk meminta dukungan dari para leluhur, demikian dikatakan Wento yang sebelumnya berada di Pantai Ndondo. Sedangkan di Unit Gawat Darurat RS. TC Hillers, puluhan keluarga dari korban hilang masih menyemuti halaman UGD.

Daftar nama-nama korban yang dirawat di UGD RS. TC Hillers bisa dilihat disini.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tersanjung di Hantam Gelombang, Maumere Berduka

Daftar korban dari Unit Gawat Darurat RS. Hillers
Maumere berduka. Flores berduka. Kapal Motor TERSANJUNG berbadan kayu bermuatan 66 penumpang tenggelam dalam perjalanan dari Pulau Palu’E menuju Maumere, ibukota Kabupaten Sikka Flores. Kapal tersebut tenggelam di sekitar Tanjung Watumanuk perairan Ndondo Kabupaten Ende kira-kira pukul 16.00 Wita, 22 Oktober 2010. Hingga sampai dengan saat ini, Unit Gawat Darurat Rumah Sakit TC. Hillers terus didatangi keluarga korban yang ingin mengetahui kondisi dan keadaan terakhir. Raut wajah mereka terlihat sedih dan mengharukan. Ada pula yang menangis. Tak ayal, cerita dan kabar tentang korban yang selamat menjadi sesuatu yang sangat diharapkan.
UGD RS. TC. Hillers Maumere sampai dengan siang ini mengeluarkan daftar nama-nama korban tenggelamnya kapal tersebut yang sempat dirawat. Dari daftar tersebut sampai dengan berita ini dinaikan ada 32 korban dengan 8 korban rawat inap dan 24 korban yang diperbolehkan pulang. Dua orang biarawan Romo Arnold Ladjar dari Kloang Rotat dan Romo Soivester Ola dari Paroki Bola termasuk korban yang dirawat.

Pasangan suami istri bersama bayi mereka berumur 1 tahun juga berhasil diselamatkan dan kini masih dirawat di RS, TC Hilers.

Berikut daftar nama-nama korban yang sempat dirawat di UGD RS. TC Hillers :

1.Sisilia Luju 50 Tahun Tempat Tinggal (TT) Nangahure, Rawat Jalan

2.M. Goreti Noe, 35, Palu3 Desa-Raga Koe, MRS Ruang Flamboyan

3. Emilianus Samson 30 tahun, Aibura, MRS Ruang Flamboyan

4. Maria Sabu, 64 Kampung Nara-Palue, Rawat Jalan

5. Marni, 15, Pensip, RMS Mawar

6. Fatima, 32, Madawat/PU, MRS Mawar

7. Avita Bura, 19, Kubit/ Aibura, MRS Flamboyan

8. Mathilde Nara Ita, 27, Wairkoja, Aibura, MRS Flamboyan

9. Afridus Nero, 32, Palue, Rawat Jalan

10. Agustinus Ferdinandus, 33 tahun, Madawat/depan Kantor Agama, Rawat Jalan

11.Romo Arnold Ladjar, 47 tahun, Kloanrotat, Rawat Jalan

12. Marianto Tongge, 20 tahun, Nitung/Palu’E, Rawat Jalan

13. Romo Solvester Ola, 42 Tahun, Paroki Bola, Rawat Jalan

14. Edita,28 tahun, Larantuka (polisi), MRS Flamboyan

15. Marserano, 1 tahun, Larantuka, MRS Flamboyan

16. Alfons Langga, 26 tahun, Larantuka, Rawat Jalan

17. Alexander Gapun, 43 tahun, Aibura, Rawat Jalan

18. Arnoldus Adi Sucipto, 25 tahun Wolokoli, Rawat Jalan

19. Bartolomesu Endi, 31 tahun, Biket, Rawat Jalan

20. Paskalis Sisvester, Mudung/Aibura, Rawat Jalan

21. Theresia Tia, 37 tahun, Desa Rokirole,Rawat Jalan

22. Maria Kristina, 19 tahun, Kebon, Rawat Jalan

23. Maria Imakulata, 19 Tahun Kebon, Rawat Jalan

24. Kristoforus Wangga, 19 tahun, Palu’e, Rawat Jalan

25. Ricky Ricardus Toka, 26 tahun, Palue, Rawat jalan

26. Maria Fianjuken, 14 tahun,Kpa, Rawat Jalan

27. Marta Meti, 31 tahun, Koa, Rawat Jalan

28. Maria Lano, 28 tahun, Koa, Rawat Jalan

29. Firdaus Rewak Buran, 32 tahun, Centrum, Rawat Jalan

30. Elfaristo Esilli, 18 tahun, Kabor, Rawat Jalan

31.Sandi Gapun, 43 tahun, ......... Rawat Jalan

32. Albert Mie, 23 tahun, Palue, Rawat Jalan


Hingga Sabtu pagi, tim SAR dari Lantamal Maumere dan Polisi Air Maumere TAGANA dan DKP dibantu kapal-kapal nelayan setempat terus melakukan pencarian.

Radio Rogate Fm melaporkan, jumlah korban yang dievakuasi sampai dengan malam tadi pukul 24.00 wita berjumlah 44 orang (termasuk 2 rohaniawan, Romo Sil & Romo Arnold) dan seorang bayi berumur 1 tahun 4 bulan, sedangkan 8 orang lainnya dievakuasi ke Palue, semuanya dalam keadaan selamat. 22 orang dinyatakan masih hilang. Jumlah penumpang secara keseluruhan sebanyak 66 orang. Hingga saat ini, 36 korban selamat sudah dibawa ke RSU dr. TC. Hillers – Maumere.

Pulau Palue letaknya sekitar 45 mil dari Maumere, dan masuk dalam wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Sikka, meski letaknya lebih dekat dengan wilayah pemerintahan Kabupaten Ende.

Menurut informasi, KM Tersanjung dihantam gelombang besar di sekitar Tanjung Watumanuk sehingga membuat kapal oleng yang akhirnya tenggelam.

Baca juga 22 Korban Belum Ditemukan

Selengkapnya...

Monday 18 October 2010

Entete Voice, Suara merdu Orang NTT..

Konser Solidaritas bagi HUT RS. Lela

Puluhan pasang mata tak berkedip. Tepuk tangan dan sorak riuh disetiap lagu membahana di Aula Hotel Silvia, Kamis (14/10/2010). Mendung pekat dan hawa dingin terusir perlahan. Suasana bertambah hangat ketika grup band akustik Entete Voice memperdengarkan beberapa lagu bergaya oldies, samba, rock & roll, acapela maupun country. Kehangatan kian menjadi-jadi. Entete Voice yang hadir tanpa gitaris Andry Bait melakukan kolabosari bersama penyanyi yang pernah menguasai panggung festival di Jawa Timur, Kons Lamak. Lagu When I need You menjadi kian sempurna dan lengkap menghibur undangan dan pecintanya. Tampil dengan suara khas, Entete Voice mampu membuat penonton terkesima. Seolah-olah terhinoptis. Kualitas musik dan suara mereka memang sudah pantas untuk ke jenjang internasional. Selain memukau mereka pun tampil profesional.

Kehadiran kelompok musik akustik asal Kota Malang ini rupanya mampu menghapus dahaga para penikmat musik di Kota Maumere. Apalagi anak-anak Entete ini benar-benar tampil all out. Meski undangan yang datang tak begitu banyak, tak menyurutkan semangat para musisi yang berasal dari berbagai daerah di NTT ini untuk menyajikan musik berkualitas lewat aksi dan suara merdu mereka.

Selain menyambangi daerah kelahiran, kedatangan Entete Voice juga dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun Rumah Sakit Lela ke-80, sebuah rumah sakit yang berada di Kabupten Sikka, Flores. Penampilan mereka juga sebagai wujud nyata dan aksi solidaritas bagi sesama. Dalam konser bertajuk 'Dalam Semangat Solidaritas bersama Entete Voice dan R.S.Elisabeth Lela Kita Melayani dengan Cinta untuk Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Sikka yang Sehat dan Sejahtera" Entete Voice mengadakan penggalangan dana dalam Sesion Lelang Lagu.

Hadir dalam acara itu, Sekda Kabupaten Sikka Sipri da Costa, sejumlah tokoh masyarakat, para pastor dan pendeta, Direktur RS Lela dan lain-lain. Hadir pula para undangan dan pecinta Entete Voice Kota Maumere.

Dua lagu rohani diawal konser menjadi hadiah manis bagi penonton. Begitu pula dibeberapa nomor lainnya seperti Ofalangga (daerah Rote), Mana Lolobanda, Hard To Say I’m Sorry, dan beberapa nomor cantik lainnya.

Selain berduet bersama Kons Lamak, Entete Voice berkolaborasi pula dengan penyanyi top asal Maumere Yeni Kabupung. Dalam lagu Long Train Run penampilan mereka dihadiahi tepuk tangan meriah.

*************************************************************************************
Rumah Sakit Lela Maumere sekarang ini memilki 100 tempat tidur dan berdiri diatas lahan seluas 39,293 m persegi, kini genap berusia 80 Tahun. Rumah Sakit swasta berkualitas didaratan Flores saat kelahiran pertamanya menjadi satu-satunya penolong bagi semua penderita dan pasien. Rumah Sakit Lela beralamat di Desa Lela, kecamatan Lela, Kabupaten Sikka. Kini bernaung dibawah Yayasan St Lukas Keuskupan Maumere. Dan dr. J. Aliandu, SpB menjadi Direktur Rs. Lela saat ini.
*************************************************************************************

Kehadiran Entete Voice di Maumere adalah yang ketiga kalinya. Meski Andry, gitaris kelahiran Maumere hengkang tapi peforma Entete Voice tetap luarbiasa dan kompak. Ketika Andry memilih out, Entete Voice langsung menarik Yohan Wongkar, gitaris berdarah Manado beristrikan gadis asal Sabu, NTT.

“Tapi Yohan tak bisa berlama-lama karena ada satu dan lain hal, jadi kami harus menemukan satu gitaris lagi untuk menggantikan Yohan,” ujar Darwin, vokalis Entete Voice.

Entete Voice akhirnya menemukan bakat dan talenta dalam diri Ramlan. Lelaki asal Manggarai, Flores ini ditemukan saat Entete Voice melakukan konser di Kota Bajawa, Flores. Tak menunggu lama, Ramlan akhirnya ditarik dan menjadi anggota tetap. Saat tour de Flores, terlihat Yohan dan Ramlan bergantian memanasi panggung pertunjukkan.

“Tak usah diragukan, keduanya pantas untuk bermain bagi Entete Voice,” ujar Hendra da Gomez, penggemar berat Entete Voice Malang.

Saat ini Entete Voice, kelompok musik anak-anak NTT yang terbentuk di Kota Malang bermain di hotel berbintang 5 Sheraton Hotel Surabaya. Grup musik yang lahir dari ngamen lesehan di Kota Malang ini pun dipercaya untuk penggarapan dan arensemen lagu-lagu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden RI. Menurut rencana, album tersebut akan diedarkan pada tahun 2011.

Dengan hengkangnya Andry, Entete Voice kini tampil dengan satu wajah baru yakni Ramlan. Sedang formasi lainnya tetap sama. Pada vocal sekaligus percusion diisi DARWIN MUSKANAN dan WELLY SAMMY, ARDI Vocal / Bass Guitar, YANNY NDURU Vocal / Rhytm Guitar, YUDI HERLAMBANG Drums / Percusion, dan RAMLAN Vocal / Lead Guitar.
Rencanya pada Maret 2011 Entete Voice akan tampil di Indonesian Food Festival yang diadakan di Kota Melbourne, Australia.

Konser Solidaritas untuk RS. Lela sebenarnya berlangsung dua hari. Sayang akibat kurang profesionalnya kerja teknisi sound di lapangan, akhirnya konser di Gelora Samador terpaksa dibatalkan.

"Benar-benar mengecewakan. Satu hal buruk, bahwa Maumere selalu saja tertinggal dan masih kolot dalam menggelar sebuah event musik," ujar salah satu pengunjung yang kecewa.

Tapi sekali musisi tetap musisi. Meski batal di Samador, Entete Voice tetap menggelar penampilan kecil-kecilan bagi beberapa pecintanya di Hotel Silvia Maumere. Selain Entete Voice, group vokal asal Kota Larantuka, Romeo dan penyanyi setempat Onya turut serta memeriahkan malam terakhir Entete Voice di Maumere.

Dalam kariernya, Entete Voice telah menyinggahi banyak tempat dan malang melintang disejumlah hotel berbintang di Jawa dan Bali. Mereka pernah pula bermain disejumlah negara seperti Singapura, Malaysia, China, Belanda dan Australia. Presiden SBY pernah terpesona ketika Entete Voice tampil dihadapan para petinggi negara. Lagu Bolelebo adalah permintaan SBY untuk dinyayikan Entete Voice. Tak ketinggalan SBY ikut serta bernyanyi dalam iringan Entete Voice.

Entete Voice feat Kons Lamak & Yeni Kabupung


Ketika tampil bersama juara Australia Idol di Darwin Festival, Australia

entete voice, formasi awal '92 (ki-ka:Robby,Andrie,Darwin,Umbu


eNTeTe Voice - THERE GOES MY EVERYTHING (Malang TV 2004)


Bergabung di Facebook Entete Voice

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Dua TKI NTT Bebas Dari Hukuman Mati

Dua TKI asal NTT termasuk dari sembilan TKI yang berhasil dibebaskan dari hukuman gantung mati oleh Pengadilan Tinggi Malaysia.
Sembilan WNI yang bebas dari ancaman hukuman gantung sampai mati adalah Ongkun Majin dan Jepri bin Anggut asal Kalimantan Barat; Maxy Tefa dan Martin Muslim asal Nusa Tenggara Timur (NTT); Joko Subarjo dan Suseno Misri asal Jawa Timur; Mugi Widodo asal Jawa Tengah; serta Kamaruddin Khadapi dan Elis binti Halif asal Sulawesi Selatan.

Sebelumnya, Pemerintah Malaysia akhirnya mengampuni Elis binti Halif, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Banteang, Sulawesi Selatan (Sulsel). Elis dibebaskan dari hukuman mati oleh Pengadilan Tinggi Wilayah Limbang, Serawak, Malaysia, setelah didakwa dalam kasus pembunuhan atas suaminya, Asman Rada, di rumahnya pada 20 Mei 2009.

"Pengadilan telah menjatuhkan putusan bebas murni terhadap ibu 4 anak ini dari ancaman hukuman gantung sampai mati," kata Konsul Jenderal RI di Kuching, Sarawak, Rafail Walangitan dalam surat keterangan resmi, Sabtu (16/10).

Dalam suratnya Nomor BB 341/Kuching/X/2010 tanggal 4 Oktober 2010, KJRI Kuching menyebut bahwa Elis didakwa atas tuduhan pembunuhan dan ditahan sejak 3 Juni 2009. Tiga di antara empat anak Elis telah dipulangkan ke kampung halamannya oleh KJRI Kuching" atas fasilitas Kemenlu, Kemensos, dan Pemkab Bantaeng. "Seorang anaknya" bernama Muhammad Nurisman lahir di penjara pada Januari 2010 ketika Elis Binti Halif masih dalam proses peradilan," tutur Rafail Dengan bebasnya Elis, KJRI Kuching berhasil membebaskan sembilan WNI yang diadili di dana dari ancaman hukuman gantung.

Kini KJRI Kuching tengah berupaya membebaskan dua WNI di Sarawak yang masih terancam hukuman mati. Yakni, Edi Saputra karena kasus pembunuhan, serta Darsono karena kasus kepemilikan dan pengedaran narkotika serta obat-obat terlarang.

Pembebasan Elis binti Halif ini, menurut KJRI Kuching, bisa terjadi karena sejak pertama dipelajari kasusnya sangat lemah. Setelah diputus bebas, kini Elis dan putranya berada di penampungan KJRI Kuching untuk menunggu proses pemulangan ke kampung halamannya. (zul/dwi/jpnn)
Selengkapnya...

Wednesday 13 October 2010

Demi Gereja St. Thomas Morus, Delon Akan Tampil di Maumere

Konser untuk Pembangunan Gereja Paroki St. Thomas Morus
Untuk kali ketiga, penyanyi berwajah tampan finalis Indonesia Idol, Delon Idol, akan kembali hadir di Kota Maumere. Kedatangan Delon kali ini berkaitan dengan konser amal pengumpulan dana untuk pembangunan Gereja Paroki St. Thomas Morus Maumere. Konser tersebut akan diadakan tanggal 25-26 Oktober 2010. Romo Kobus, Pastor Paroki Gereja St. Thomas Morus menyebutkan tanggal 25 Oktober 2010 Delon akan tampil di Aula Hotel Benggoan 3 dan keesokan harinya Selasa 26 Oktober Delon akan tampil menghibur penggemarnya di Stadion Samador da Cunha Maumere. Delon yang telah mengeluarkan beberapa album lagu kembali ke Maumere atas undangan panitia pembangunan Gereja St. Thomas Morus Maumere. Sampai dengan saat ini, kata Romo Kobus panitia sudah mempersiapkan segala macam hal berkaitan dengan kedatangan Deloan. Tiket pun telah disebarkan. Persiapan teknis lainnya sedang dikerjakan.

Seperti diketahui, Gereja Paroki St. Thomas Morus Maumere rusak parah saat gempa tsunami menghajar Flores tahun 1992. Gereja dengan bangunan lama tersebut akhirnya perlahan-lahan mulai kembali dibangun diatas bekas reruntuhannya. Dengan tabah umat Paroki St. Thomas Morus bersembayang dibangunan gereja yang berdiri sangat sederhana. Tahun 2008 penyanyi jebolan Mamamia Show, Margareth Siagian diundang untuk penggalangan dana dalam konser amal pembangunan Gereja St. Thomas Morus. Konser tersebut menarik ribuan penonton.

Saat ini Gereja St. Thomas Morus masih terus dikerjakan. Bangunan gereja ini cukup luas dan bergaya moderen. Dengan kedatangan Delon, sangat diharapkan dapat mengumpulkan lagi banyak dana guna penyelesaian proses pembangunan gereja.

“Semoga kedatangan Delon kali ini bisa menghibur masyarakat Sikka khususnya warga Maumere dan pecinta Delon dan juga dengan konser tersebut bisa mendapatkan banyak dana untuk pembangunan gereja,” ujar Romo Kobus.

Menurut rencana Delon akan diarak keliling kota melewati jalan protokol setibanya di Maumere, sebelum menggelar konser hari pertama di Aula Hotel Benggoan 3. Konser di aula tersebut akan dipadukan dengan acara berbagi kasih bersama Delon. Tiket untuk konser pertama seharga Rp.250.000, berlaku untuk dua orang dan sudah termasuk makan malam bersama Delon seusai konser.

Sedangkan dimalam kedua, digelar konser di Gelora Samador da Cunha. Panitia memasang harga tiket masuk bervariasi mulai dari Rp. 10.000 hingga Rp.25.000.

Maumere memang sangat berkesan bagi Delon. Banyak cerita yang mungkin pernah singgah di hatinya. Ini untuk kali ketiga penganut khatolik taat ini menggelar konser amal di Kota Maumere.
Sebelumnya Delon pernah hadir dalam gelaran Konser Amal Untuk Penyandang Cacat yang diadakan di Gelora Samador tahun 2008 dan Konser untuk Peringatan HUT STFK Ledalero Maumere 2009.

Gereja Paroki St. Thomas Morus (foto 13 Oktober 2010)


www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Monday 11 October 2010

Penghijauan: Ini Perkara Cara Hidup!

Oleh: Eman J. Embu
Anda pernah pergi ke Pomat? Kalau pada hari-hari ini Anda kesana, jalan menuju kampung itu hamparan gersang, ilalang dipinggir jalan merana, tak ada hutan. Cuaca panas. Pohon-pohon yang biasa bertahan tumbuh dipadang seperti kesambi dan reo, banyak yang sudah ditebang. Komunitas Pomat terletak dipesisir utara Pulau Flores, sekitar 6 Km dari pusat Kota Maumere ke arah barat. Ia adalah bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Alok Barat. Pemukiman dengan 33 rumah dan kawasan kebun di daerah perbukitan ini adalah penyanggah daerah pantai yang padat penduduk. Tak adanya hutan, terabaikannya konservasi menciptakan erosi dan banjir yang mengancam anggota komunitas itu sendiri dan juga pemukiman padat di dataran rendah.

Bertani tebas bakar masih terus dilanjutkan warga hingga hari ini. Dilahan-lahan kering, petani menanam tanaman pangan seperti jagung, kacang-kacangan dan padi. Dalam 10 tahun terakhir ini masyarakat mulai menanam tanaman komoditas. “Tanam padi punya ongkos besar, rugi,” demikian Fransiskus Minggus (49), seorang tetua di sana.

Selain itu warga butuh kayu api, tak satupun keluarga yang menggunakan kompor minyak. Jangan tanya tentang kompor gas. Itu barang asing. Walaupun di Pomat hanya ada seorang warga yang membakar batu merah untuk dijual, tetapi di wilayah Kecamatan Alok Barat usaha ini jumlahnya puluhan. Ironisnya, usaha ini memerlukan kayu api dalam jumlah yang sangat banyak. Artinya pepohonan akan ditebang, terus ditebang.

Kisah Pomat adalah juga kisah tentang banyak kampung dipesisir utara Sikka. Masalahnya serius. Didaerah yang kering, pohon-pohon perlu waktu lebih lama untuk tumbuh. Ketika lahan baru dibakar, api sering merambat direrumputan kering. Tak terkendali.

“Hutan harus dilindungi, lingkungan alam harus dikonservasi.” Ini suara yang berseru-seru dipadang gurun. Tapi ada sahutan yang sama kerasnya.
“Bukankah ditanah kering dan dipadang tandus itu ada banyak warga yang perlu makan?”

Mana yang harus didahulukan, menyelamatkan lingkungan atau memenuhi kebutuhan dasar warga hari ini? Orang biasa menyebut hari ini sebagai perdebatan ekologi versus ekonomi. Apapun perdebatannya, lingkungan harus dikonservasi, kebutuhan warga harus dipenuhi. Kompromi kreatif diantara keduanya adalah keharusan.

Nyatanya, penghijauan dan konservasi tanah sudah lama dijalankan. Biaya yang dikeluarkan juga tak sedikit. Apakah ada hasil? “Coba periksa di Kantor Dinas Kehutanan, jangan-jangan akumulasi luas wilayah proyek penghijauan sudah lebih luas dari wilayah kabupaten ini,” kata seorang PPL yang sudah 29 tahun bekerja di Kabupaten Sikka. Ini adalah kata kegaulan dari orang dalam pemerintahan, bukan orang luar.

Tentu omong kosong kalau bilang hasilnya seratus persen nihil. Tetapi yang jelas wiayah Sikka makin tandus. Menagapa? Namanya saja proyek, yang penting dijalankan. Berhasil atau tidak adalah soal nanti. Rakyat dipaksa berpartisipasi pada proyek yang didropkan dari atas. Mereka dianggap sebagai petani-petani bodoh, karenanya orang luar didatangkan sebagai guru. Ini adalah penjungkirbalikan pada prinsip community development (pengembangan masyarakat) bahwa pemerintah atau NGO yang harus berpartisipasi pada proyeknya rakyat, bukan sebaliknya.

Bibit pohon didistribusi. Sampai atau tidak ke petani tidak penting. Yang penting sudah dibagikan. Tak usah ditanya macam-macam entahkah ditanam atau tidak. Kalau ditanam jangan ditanya tentang perawatan pada tahun-tahun berikutnya; yang penting ramai-ramai menanam. Tak mengherankan kalau kita tak penah tahu, misalnya sesudah 5 tahun, berapa dari 1000 anakan pohon yang ditanam itu tumbuh dan berkembang baik. Makin keren kalau proyek tadi diberitakan di koran, plus foto-foto, apalagi dihalaman pertama. Mungkin judul genitnya kira-kira begini, “Yuk, penghijauan!”

Penghijauan dan tanam menanam seumumnya adalah soal cara hidup (way of life). Ini kata Robert A. De J. Hart dalam Forest Gardening, 1991. Ia bukan sekedar urusan proyek-proyek. Karena itu ia tak bisa dijalankan secara asal-asalan. Mengapa tak dicoba ciptakan hutan pekarangan dan hutan desa sebagai bagian dari suatu cara hidup – bukan proyek – yang diilhami oleh rasa hormat dan syukur atas kebaikan alam?(Kabar Charitas)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 10.10 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---