Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Monday 29 December 2014

Natal Ditengah Dentuman

Kota Sepi Saat Natal
Misa Malam Natal yang berlangsung di Kota Maumere sedikit terganggu. Hal ini disebabkan maraknya permainan petasan, kembang api plus meriam bambu. Di hampir semua sudut kota para bocah bermain seperti tak lelah. Langit yang begitu cerah sejak magrib terus dihiasi berbagai kembang api. Di lain sudut tembakan meriam bambu beradu dengan letupan petasan. Sangat ramai sehingga mengganggu konsentrasi peribadatan di sejumlah gereja. Namun umat tetap khusyuk dan terus mengikuti perayaan malam Natal hingga usai.

Di Gereja Katedral St. Yosep Keuskupan Maumere, beberapa umat nampak menggerutu ketika tembakan kembang api yang begitu besar meledak tak jauh dari atap gereja. Begitu pula tembakan meriam bambu yang lancar tak berhenti. Untunnya umat di gereja tua ini tetap tegar dan melanjutkan misa hingga usai.

Uskup Mgr. Kherubim Pareira, SVD yang memimpin misa malam Natal terlihat tetap santai seolah tak terganggu. Dalam kotbahnya, beliau berpesan agar lingkungan keluarga dapat menjadi pusat pendidikan paling terdepan dalam membentuk karakter anak. Ia berharap agar senantiasa dalam kehidupan bermsyarakat umat tetap menjaga nilai-nilai kasih yang telah dibawa dan diwartakan Jesus kepada dunia.

Misal malam Natal di Katedral berlangsung dua kali yakni pukul 17.00 wita dan 20.00 wita. Di depan gereja dibangun dua buah tenda kecil. Dalam perayaan Natal, umat terlihat membludak dan memenuhi halaman luar gereja.

Permainan petasan, meriam bambu dan kembang api bukannya berhenti, malah terus berlangsung hingga tengah malam. Terkesan kota ini mirip kota dalam situasi perang. Dimana-mana letusan terdengar.

Sedangkan saat hari Natal, 25 desember 2014, Kota Maumere tampak sepi. Jalan protokol sepi. Pusat perbelanjaan tutup. Warung-warung makan tutup. Hal ini kontras ketika melihat suasana menjelang Natal. Pusat perbelanjaan dan jalan nampak macet.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

KM. Lambelu Buka Rute Maumere


Siang tadi, Senin (29/12/2014), KM. Lambelu untuk pertama kali berlabuh di Pelabuhan L. Say Maumere. Kapal milik Pelni tersebut membawa ratusan penumpang tujuan Maumere. Lambelu berangkat dari Makasar 28 desember dan selanjutnya akan berlayar ke Lewoleba dan Kupang. Pelayaran perdana KM Lambelu menuju Maumere disambut keluarga penumpang yang telah menunggu semenjak pagi. Sedangkan saat berlabuh, puluhan bocah pelabuhan menyambut dengan atraksi menarik melakukan salto kedalam air dan bergelantungan pada tali kapal. 

 
Hadirnya KM. Lambelu disambut erat ratusan warga Maumere yang berkomentar lewat akun FB Grup www.inimaumere.com. Semua menyambut gembira dan memberi masukan lain agar rute Bali, Papua juga dibuka. Menurut mereka selama ini hanya rute sulawesi dan Kalimantan yang dibuka sedangkan rute Lombok, Bali dan lainnya masih dibiarkan kosong. Padahal banyak penumpang dan warga NTT yang membutuhkan layanan. 

Pelayaran perdana KM Lambelu tersebut bertujuan meningkatkan pelayanan pengguna jasa angkutan laut di wilayah NTT. Selain Lambelu, dua kapal milik Pelni yang telah beroperasi di Pelabuhan L. Say adalah KM. Umsini yang membuka rute ke Sumatera dan KM. Bukit Siguntang yang memiliki rute sama dengan Lambelu. 

RUTE KM LAMBELU:
Maumere-Lewoleba-Kupang-Lewoleba-Maumere-Makasar-Pare-pare-Balikpapan-Pentoloan-Tarakan-Nunukan PP.

 
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Wednesday 17 December 2014

Grasstrack Kali Mati 2014 Dipadati Ribuan Penonton

Luar biasa. Kali Mati hari yang membelah Kelurahan Kabor dan Kelurahan Kota Baru di Kota Maumere sore tadi dipenuhi ribuan manusia. Pasalnya Grasstrack yang di selenggarakan Karang Taruna Kabor sudah ditunggu para pecinta balap di Maumere. Bagai magnet ditengah hausnya hiburan, arena adu balap sekejap dipadati ribuan penonton. Panitia nampak kewalahan menghimbau penonton yang merengsek ke bibir pembatas. Ribuan lainnya memagari arena bagai tembok pembatas. Yang tak kebagian memanjat atap-atap rumah, tandon air bahkan papan reklame. Panitia dan pihak kemananan benar-benar bekerja keras. Hingga usai pertandingan adu balap berlangsung aman.

Penyelenggaraan Grass Track Kali Mati 2014 dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Sikka Drs. Paolus Nong Susar, Rabu (17/12/2014) jelang sore. Panitia yang diisi pemuda Kabor menarik karcis masuk Rp 5 Ribu. Parkiran motor dan mobil memadati pelataran parkir pertokoan khususnya Toko Mustika, Agung Motor dan lainnya. Alur lalulintas melewati jembatan Bogor ditutup sementara.

Menurut salah satu anggota Karang Taruna Kabor, penyelenggaraan adu balap ini dimulai 17 desember hingga 22 desember 2014. Selain para pembalap yang berasal dari beberapa klub balap di Maumere, panitia juga mengundang beberapa klub balap dari kota-kota lainnya di Flores. Tujuannya agar ada persaingan dalam berbagai kelas sehingga dapat meotivasi para pembalap lainnya dalam lomba adu cepat ini.

Ada enam kelas yang dipertandingkan di hari pembuka, Rabu (12/12/2014). Keenam kelas tersebut yakni Kelas Pemula, Bebek campuran, sport Trail, FFA, Bebek 2 Tak open, Bebek Empat Tak Open.

Arena sirkuit menggunakan badan Kali Mati yang telah kering. Garis start dimulai dari bawah jembatan Bogor. Para pembalap kemudian mengadu kecepatan melewati trek sirkuit. Area sirkuit ditandai dengan ban oto (mobil) dibeberapa tikungan ytk memudahkan para pembalap.

Penyelenggaraan di hari pertama tergolong sukses. Namun panitia mesti beerja keras dalam menghimbau penonton yang tak mudah diatur.



www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 16 December 2014

Air Terjun Wair Horet, Pesona Wair Terang

Di Tengah Hutan Asri dan Tentram
Destinas berikutnya yang menggoda hasrat adalah menikmati air terjun. Saya beruntung, setelah air terjun Murusobe, Watu Wa, Lewak, saya diijinkan bertemu tumpahan air dari tebing batu di dalam hutan Wair Terang. Yap air terjun berikutnya adalah Wair Horet. Konon, Wair Horet adalah tempat pemandian Du'a Toru. Dalam kisah penjajahan beliau adaah pemimpin pasukan rakyat yang gagah berani melawan Belanda. Menjejaki perjalanan beliau di belantara hutan yang menjanjikan potensi wisata ini adalah sesuatu yang menantang. Tempat yang nyaman dan bikin betah. So, saya pantas berbangga.

Minggu 14 Desember 2014, saya dan Fritez Baim, seorang fotografer memasuki Dusun Wodong sekitar pukul 15.00 Wita. Kami disambut suasana dusun yang sejuk. Sejumlah orang-orang dusun bertegur dengan tanda tanya.

Om Tarsi yang telah menanti kedatangan kami memberi sapaan akrab. Di bawah pepohonan rindang kami disuguhi kopi hangat dan kue. Ada juga Mo'at Karolinus. Mereka berua adalah sahabat yang ingin mengantar kami bertemu air terjun. Sebagai penduduk dusun, keduanya memberikan beberapa masukan sebelum treking.

Dusun Wodong berada dalam wilayah administrasi Desa Wair Terang dalam pemerintahan Kecamatan Waigete. Dusun ini berada tak jauh dari pantai. Di pesisir Wair Terang ada sejumah cottage yang disewakan. Maklum saja, wilayah Wair Terang sejak dahulu dikenal sebagai destinas yang menawarkan panorama wisata bahari dan suguhan sunset nan indah.

Jarak dari Kota Maumere sekitar 35 Km. Sebelum mencapai wilayah ini sejumlah panorama lepas pantai bisa dinikmati. Kita akan melewati Waipare di Kecamatan Kangae, Geliting dan Krokowolon di Kecamatan Kewapante dan Waerbeler, Wairita di Kecamatan Waigete. Waigete adalah ibukota Kecamatan Waigete. Di Kecamatan Waigete ada sejumah potesi wisaya yang belum digarap. Misalnya wisata pertanian, wisata Air Panas di Dusun Blidit, Wisata Gunung Egon, dan sejumlah potensi budaya, religi dan lainnya.

Kira-kira 30 menit perjalanan yang dibutuhkan untuk mencapai Wair Terang. Pantai Wair Terang dahulunya merupakan tempat wisata warga Kota Maumere. Saya jadi ingat, ketika kecil kami leluasa bertemu banyak monyet yang berseliweran di jalan-jalan dan di sekitar pantai Wair Terang, Di tempat wisata Wair Terang saat itu ada air pancuran yang deras mengalir. Kami para bocah bersama wisatawan domestik lainnya selalu menyempatkan diri mandi-mandi usai berendam di laut. Ditonton sejumlah monyet, Wair Terang kala itu sangat asri. Hutan, pantai, sunset, air pancuran dan monyet-monyet menjadi primadona. Sayang atraksi para monyet tak lagi bisa dijumpai. Air pancuran telah lenyap, pantai wair Terang penuh sampah plastik. Tinggalah sunset yang setia bagai kekasih.

Setelah beristirahat sekitar setengah jam, akhirnya kami mulai bergerak. Hasrat mencapai air terjun sudah diubun-ubun. Yuk, berangkat.

Menurut Om Tarsi jarak ke air terjun dari dusun sekitar 1 Km. Lumayan. Olah raga gratis di tengah alam bebas.

Setelah menelusuri rabat dusun, akhirnya jalan setapak dari tanah kami jejaki. Pemandangan mata langsung disuguhi alam indah, Persawahan, aliran air, perbukitan dan hutan perkebunan. Sejuk. Kami juga melewati beberapa rumah penduduk. Dua bocah yang sedang bermain di halaman langsung bergabung bersama kami. Mereka sendiri yang menawarkan diri. Seperti air panas Blidit, bocah-bocah di sini juga antusias. Mereka adalah guide cilik yang tulus menerima kehadiran wisatawan mengunjungi obyek wisatanya.

Kami cukup beruntung karena Topografi jalur yang kami lewati tidaklah terjal. Landai. Jadi tenaga kami tidak disedot seketika.

Setelah perkebunan warga, trek berikutnya memasuki hutan Wair Horet. Banyak pohon-pohon besar dan tua yang berdiri kokoh. Kami juga melewati tiga aliran sungai. Sungai-sungai ini masih menampakan airnya yang mengalir deras. Dipadu desiran angin, pepohonan dan hewan, suasana sungguh tentram. Jika waktu lebih banyak sebenarnya bisa berisitiraat sejenak. Menikmati alam sejuk yang bikin hati teduh.

Ada pula jalan setapak yang mengarah ke dusun sebelah. Dusun tersebut berada di atas bukit. Untuk mencapainya butuh tenaga lumayan. Namun dari dusun ini disajikan pemandangan indah ke lepas pantai. Sunset bisa dinikmati sepuasnya. Demikian penuturan Om Karol. Namun tujuan kami tidak searah jadi kami pending dulu trek ke bukit.

Nah, setelah keringat besar kecil membasahi tubuh ini. akhirnya air terjun tersebut perlihatkan keanggunannya. Suaranya terdengar khas menandakan tumpahan air yang cukup deras. Indah. Sejuk dan tentram.

bocah dusun dan air terjun miliknya :D
Jarak 20 meter sebelum air terjun, ada sebuah pohon raksasa dengan akar-akar yang kokoh mencengkram batu sebesar rumah. Tinggi sekali. Saya mesti mendongakan kepala untuk memastikan berapa tingginya. Sangat keren dan asri sekali hutan ini.

Air Terjun Wir Horet ini jatuh dari atas tebing. Tingginya sekitar 15 meter. Di dasar kolamnya banyak bebatuan. Di sebelah kiri dari air terjun berdiri sebuah batu yang digunakan pengunjung untuk mendekati tumpahannya tanpa basah. Sedang di sisi kanan nampak tebing batu yang cukup tinggi dan lebar.

Anda juga bisa menceburkan diri ke dalam kolamnya. Namun mesti hati-hati. Sebab di dasarnya banyak batu yang tidak rapi tersusun.

Sekeliling tempat ini bikin betah. Pantas saja kalau seorang pahlawan Du'a Toru berbetah diri di tempat ini. Ingatan saya kembali ke jaman penjajah dulu. Tempat ini pasti lebih indah dengan debit air yang lebih besar dan tentu linkungannya yang sejuk. Saya bisa bayangkan betapa keasriannya saat itu.

Di sebelah kanan dari air terjun dengan tebing yang cukup tinggi dan lebar. Diatas tebing tersebut Du'a Toru senantiasa mendiamkan diri. Perempuan yang gagah berani itu selalu menyinggahi tempat ini.

Akibat sejuknya situasi tempat ini, tak sadar saya pun ketiduran di atas batu sebelum dua bocah mengagetkan saya dengan atraksi-atraksi kecil . Baim bahkan mengajari bocah Wair Horet menggunakan kamera DSRL. Tempat yang indah ini pantas menjadi destinasi Kabupaten Sikka.

Kata Om Tarsi, biasanya monyet-monyet akan berseliweran di area ini. Namun entah kenapa sore ini kami tidak menjumpai mereka. Ya mungkin saja lain kali kami beruntung.

Air terjun ini juga sering didatangi para turis mancanegara. Meski jumlahnya satu-dua setiap bulan namun bagi anak-anak adalah rejeki. Biasanya para bule ini memberikan uang keringat usai mengantar. Anak-anak ini tidak pernah meminta ongkos hantar atau pasang tarif. Para bule ini sudah cukup senang dengan alam nan asri dan ketulusan warga dusun. Demikian Om Tarsi.

Usai menikmati pesonanya, sekitar pukul 17.30 Wita kami memutuskan pulang. Melewati jalan pulang tadi semua kembali tersaji. Kedaan alam yang bikin hati sejuk.

Om Tarsi dan keluarganya meminta kami tak langsung pulang ke Maumere. Ada suguhan makan malam khas dusun. Aromanya bikin perut teriak. Nikmati sekali. Terima kasih Om Tarsi dan Keluarga, Om Karolinus dan alam asri Waer Horet. Sekali lagi kami berterima kasih pada kalian. Sungguh!




Selengkapnya...

Tuesday 9 December 2014

Jelang 22 Tahun Tsunami, Gempa Goyang Maumere

Jelang Peringatan Gempa Tsunami Flores yang jatuh tanggal 12 Desember 2014, Maumere dikejutkan dengan guncangan gempa. Gempa tersebut bergetar empat hari menjelang tanggal memilukan 12 desember. Yup, Senin (8/12/14) getaran gempa dengan kekuatan 4.0 Skala Rither melanda. Seperti dikutip dari Pos Kupang, Gempa ini terekam terjadi pada kedalaman 133 kilometer (km). Informasi terjadinya gempa bumi di Maumere ini diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Kupang, Senin (8/12/2014).

Lokasi gempa berada pada 09.11 Lintang Selatan (LS) hingga 122.56 Bujur Timur (BT).
Gempa yang terjadi sekitar pukul 11:10 wita ini berada di laut dengan kedalaman sekitar 66 km tenggara Maumere, Sikka. Gempa ini pun tidak dapat menimbulkan tsunami.*
Selengkapnya...

Monday 1 December 2014

Wolon Korat, Jejak Nipon di Nitakloang

saat keluar dari pintu gua bagian belakang
Di tengah perkebunan sejuk Bapak Alo Todang bercerita penuh semangat. Ketika jaman pendudukan Jepang di Indonesia, kampungnya tak luput dari kehadiran tentara Jepang. Pasukan Jepang yang berjumlah ratusan orang bukan saja menggali gua-gua persembunyian. Dai Nipon juga melatih warga cara menyelamatkan diri ketika diserang bom. Nipon juga mengajarkan warga membangun bungker-bungker persembunyian.

Kami memasuki Dusun Nitakloang ketika jarum jam menunjuk pukul 14.00 Wita, Minggu (30/11/2014). Rombongan kami berjumlah empat orang. Bersama saya, Pak Chris Ladapase. Beliau  salah satu orang yang sangat mencintai petualangan alam. Interes dengan jiwa anak muda. Kemudian Jhon Oriwis, redaktur satusikka.blogspot.com serta Marthen Rudy, fotografer. Laju mobil yang ditumpang mereka dan motor bebek yang saya kendarai berlomba menembus Nita.Tempat inilah tersimpan bukti sejarah Dai Nipon.

Sebenarnya penggalian gua Jepang di Wolon Korat, Dusun Nitakloang, Desa Nitakloang, Kecamatan Nita tersebut sudah kami dengar empat hari sebelumnya. Penggalian gua-gua inilah memicu keinginan besar untuk segera melihatnya. Maka berangkalah kami saat mendung tebal menutup wajah matahari.

Untuk menuju lokasi tersebut, arah perjalanan kita dari Kota Maumere adalah menuju arah selatan. Arah ini searah ketika kita hendak menuju ke wilayah Kabupaten Ende, menuju Kelimutu, menuju Pantai Koka, menuju Kampung Sikka atau menuju Kampung Key. Persis, tujuan kita menuju wilayah selatan Kabupaten Sikka.

Jarak perjalanan dari Kota Maumere hingga pertigaan Nitakloang kira- kira 8 Km. Cukup dekat. Nah, dari pertigaan yang terletak di tengah Nita, kota kecamatan Nita, kita ambil arah belokan ke kanan. Asumsi saya adalah kita berangkat dari Maumere. Nah dari pertigaan ini jarak menuju lokasi jejak Jepang sekitar 2 Km. Aspal mulus. Suasana alam sejuk.

Setelah 2 Km, kita ambil belokan kekanan. Jalan yang terbuat dari rabat akan membawa kita hingga persimpangan. Kita belok ke kiri. Jalan tanah sepanjang 200 meter segera menyambut kita. Yoi, kita telah berada di lokasi. Nah bagi yang kesulitan mengehtahui pertigaan rabat tadi silakan bertanya pada warga setempat atau langsung ke kantor desa. Memang belum ada plang informasi. Lokasi ini baru seminggu dibersihkan.

Letak gua-gua peninggalan Jepang berada di sekitar bukit Korat. Rimbunan hutan perkebunan macam kelapa, kemiri, kakao dan lainnya menambah sejuk kawasan ini.

Kami disambut Bapak Alo Todang yang saat itu sedang beristirahat. Ia turun dari rumah kayunya yang sederhana. Ia menyambut kami dengan bahasa Sikka. Senyum tuanya begitu ramah. Ikut bersama kami saat itu, Bapak Kepala Desa Nitakloang Ronny Nessi dan sejumlah warga desa Nitakloang yang ikut dalam penggalian gua. Jumlah kami sekitar 20 orang.

Menurut Kades, dari jumlah 6 gua yang ada di lokasi ini, baru satu gua yang berhasil di gali meski belum maksimal. Gua tersebut berada tak jauh dari jalan tanah yang kami lewati tadi. Ia berada dalam perkebunan dan memiliki pintu masuk yang lebar.

Tinggi gua cukup untuk orang dewasa. Alhasil ketika berdiri kepala kita tak tersentuh dinding atas gua yang keseluruhan adalah tanah. Maka rombongan kami dipimpin oleh Kades Nitakloang maju terus menapak kedalam. Didalam gua tersebut ada sudut mirip kamar. Dari kamar tersebut ada simpangan menuju ke belakang gua. Nah disini kita mesti berhati-hati. Kenapa? Karena atap gua makin rendah. Alhasil, kita mesti merangkak untuk sampai keuar gua.

Satu hal lagi, di daam gua yang cukup gelap tersebut, kita akan bertemu banyak kelelawar. Rupanya gua ni menjadi habitat mereka. Ketika mengehatui kehadiran kami, sejumlah kelelawar panik dan berterbangan. Beberapa mengenai tubuh kami.

Setelah dari gua tersebut, rombongan kami melanjutkan perjalananan ke gua lainnya. Berbeda dengan gua yang baru kami tapaki, lima gua ini belum tersentuh penggalian. Kelimanya tertutup tanah. Namun keberadaan gua tersebut bisa ditelusuri dari jejak disekitarnya. Keberadaan gua- gua Jepang di lokasi ini kata pak Kades, telah dketaui sejak lama. Bukti sejarah lainnya yang masih ada adalah lewat Bapak Alo Todang yang mengetahui benar keberadaan Nipon masa itu di kebun leluhurnya. Ia masih kecil saat puluhan tentara Jepang masuk ke wilayah desanya.

Saat di kebunnya ia bertutur menggunakan bahasa Jepang. Ia hanya ingin menunjukan kepada kami bahwa Jepang memang dulu pernah ada di desanya. Ketika Jepang masuk Bapa Todang berumur 8 tahun. Dari tentara-tentara Nipon tersebut, dia mulai mengenal bahasa Jepang dan menghafalnya hingga sekarang.

Salah satu gua yang cukup panjang berjarak sekitar 200 meter. Gua ini menurut Moat Todang adalah gua terpanjang dari enam gua tersebut. Gua ini belum di gali sehingga kami tak bisa masuk. Kami hanya menelusuri dari atas dan berkahir dibelakang gua. Di situ terdapat juga bak air peninggalan Jepang.

Tiga gua lainnya letaknya agak berjauhan. Meski agak berjauhan, menurut saya, gua-gua Jepang ini di tata dengan ilmu perang yang artistik. Yoi, ke enam gua tersebut nampaknya mengelilingi Bukt Korat. Nah dari atas bukit tersebut, mata kita dengan lapang melihat Kota Maumere dengan leluasa. Maumere bisa dipantau dari laut hingga lapangan udara, dari pelabuhan hingga pulau-pulau didepannya. Sungguh siasat perang dan taktik persembunyuan yang licik.

Sang pemimpin pasukan Jepang memiliki tempat persembunyian berbeda. Tempat sang pemimpin berada di atas bukit dan bukan didalam gua. Ia mendirikan semacam rumah beratap seng. Diatasnya di tutupi dengan alang-alang guna menghindari pantauan dari udara.

Di beberapa gua, kata Bapa Todang, Jepang menggunakan taktik menyerang dari dalam tanah. Pesawat musuh yang mengintai dari udara diserang mealui celah-celah tanah yang diatasnya juga ditutupi dengan alang- alang.

Menurut Todang, enam gua tersebut dijadikan tempat persembunyian Jepang. Sedangkan markas mereka berada di sekitar dusun. Setiap hari kata Todang, tentara-tentara menggunakan samurai berlatih bela diri. Bahkan senam khas Jepang masih diingat Bapa Todang. Ketika itu, kata beliau, ia mengintip aktivitas Jepang dari atas pohon. Dari situ, lanjut Bapa Todang, ia mengetahui kegiatan pasukan Jepang yang kemdian pergi setelah Bom Atom meledak di negeri mereka.

Yang diingat beliau juga antara lain
Kades Nitakloang
Dai Nipon mengajarkan sejumlah masyarakat setempat bagaimana cara menghindar ketika terjadi peperangan.

Warga desa berkeinginan untuk menggali lagi lima gua lainnya. Namun mereka juga meminta perhatian pemerinah dalam kegiatan tersebut. Pasalnya keberadaan gua-gua ini bisa menjadi salah satu obyek wisata unggulan di desa nitakloang.

Sebelumnya, penggalian gua yang terjadi seminggu lalu merupakan buah kerja sama masyarakat desa dan TNI Koramil Kota Maumere. Kerja sama ini masih akan terus berlanjut pada lima gua lainnya.(ossrebong)

merayap keluar gua
Bak Air di belakang Gua

bersama warga dusun di belakang gua jepang


Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 12.14 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---