Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Tuesday 9 March 2010

Gong Waning Sikka, Sejarah, Ritual, Pertunjukan dan Dampak Musikalnya

Perubahan Fungsi Musik Gong Waning Terhadap Aspek Musikalnya
oleh : Yohanes Carlos

Sebagian besar seni musik yang hidup dan berkembang di Indonesia merupakan seni tradisi rakyat, dimana penggunaannya selalu berhubungan dengan penyelenggaraan upacara adat atau ritual. Musik Gong Waning misalnya, seni musik ini merupakan seni musik rakyat yang berasal dari Kabupaten Sikka, Flores, dimana penggunaannya selalu berhubungan dengan upacara adat atau ritual.


Instrument ini terdiri dari; 2 buah waning ( semacam kendang Jawa namun, hanya memiliki satu membran ), 5 buah gong (semacam kempul Jawa ) dan satu buah saur ( sepotong bambu yang berukuran ± 1 meter ). Awalnya instrument ini hanya digunakan oleh masyarakat setempat dalam pelaksanaan upacara adat atau ritual seperti, upacara pernikahan, upacara berkebun, dan pembangunan rumah namun, dalam perkembangannya fungsi atau peran musik Gong Waning pun mulai bergeser. Penggunaannya tidak lagi untuk upacara adat semata tapi, sudah mulai memasuki dunia seni pertujukan yang sifatnya untuk hiburan. Dengan adanya perubahan atau pergeseran fungsi musik Gong Waning ini maka, terjadi juga perubahan dalam sisi musikalnya..

Sejarah Gong Waning

Donlod MP3,salah satu ragam GONG WANING.mp3

Musik Gong Waning boleh dikatakan relatif baru untuk ukuran sebuah musik tradisi. Kehadirannya di tengah masyarakat Sikka baru sekitar tahun 1920-an, kemunculannya ini merupakan dampak dari masuknya para pedagang dari Cina, Jawa, dan Bugis, yang pada saat itu membawa alat musik Gong untuk dibarter dengan barang-barang kerajinan dan hasil bumi masyarakat setempat.

Sebelum masuknya instrument Gong ke wilayah Sikka, masyarakat setempat sudah mengenal terlebih dahulu alat musik Lettor. Alat musik ini terbuat dari kayu, yang berbentuk bilahan-bilahan yang disusun yang disusun berjejer (seperti gambang Jawa, namun hanya berjumlah 7 bilah kayu).
Selanjutnya, pada saat instrument Gong masuk ke wilayah Sikka maka, oleh masyarakat setempat instrument Lettor diganti dengan instrument Gong. Alasannya karena, suara yang dihasilkan dari instrument Gong mirip dengan suara yang dihasilkan oleh instrument Lettor, dan instrument Gong dianggap lebih tahan lama atau lebih awet dibanding instrument Lettor. Sejak saat itu, peran instrument Lettor pun mulai diambil alih atau diganti dengan instrument Gong hingga saat ini.

“Gong Waning” untuk Ritual

Dalam budaya masyarakat Sikka, setiap upacara adat yang mereka lakukan merupakan sebuah bentuk doa, harapan, maupun ucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas segala yang mereka terima. Oleh karena itu, upacara yang mereka lakukan selalu dilengkapi dengan musik dan tari-tarian, yang merupakan simbol atau wujud ungkapan syukur kepada Tuhan.

Dalam pelaksanaan upacara adat, kehadiran atau peran musik Gong Waning yaitu sebagai pengiring tarian karena, di wilayah Sikka musik Gong Waning tidak pernah berdiri sendiri atau disajikan sendiri tanpa unsur tari-tarian. Ini jelas berbeda dengan musik Gamelan Jawa atau Gamelan Bali yang mampu atau bisa disajikan sendiri tanpa harus mengiringi sebuah tarian. Dengan latar belakang budaya seperti ini, maka penyajian musik Gong Waning dan tari-tarian merupakan suatu kemasan yang tidak dapat dipisahkan.

Sebagai musik pengiring tarian, para pemusik bebas menentukan jenis irama yang akan mereka mainkan, kapan akan berganti irama, tanpa harus mengikuti atau memperhatikan para penari. Hal ini disebabkan karena, sajian musik Gong Waning dan tari-tarian tersebut merupakan seni rakyat, dimana tidak ada batasan-batasan atau aturan-aturan yang sifatnya mengikat untuk menentukan pilihan irama yang akan dimainkan maupun kapan saat pergantian iramanya. Dengan demikian, meskipun musik Gong Waning berperan sebagai pengiring tarian namun, para penari yang cendrung mengikuti alunan musiknya bukan sebaliknya.

“Gong Waning” untuk Pertunjukan

Sama halnya dengan perannya dalam upacara adat atau ritual, dalam seni pertunjukan Gong Waning pun berfungsi sebagai pengiring tarian. Namun, untuk seni pertunjukan tidak ada kebebasan lagi bagi para pemusik untuk memainkan Gong Waning. Disini, para pemusik lebih diarahkan atau diatur untuk mengikuti setiap gerakan yang dilakukan oleh para penari. Para penabuh dituntut bisa mengikuti gerakan para penari, kapan harus berganti irama, kapan harus menabuh dengan suara lirih atau keras, semuanya harus mengikuti gerakan yang sudah digarap oleh koreografernya.

Adanya pengaturan pola gerakan dengan pola tabuhan karena, kemasan ini tujuannya bukan untuk ritual tetapi, untuk seni pertunjukan yang sifatnya untuk hiburan. Artinya, yang dinilai adalah aspek keindahan nya, dimana adanya keserasian musik dan gerakan, cara para pemusik maupun penari dalam berkespresi, serta dari sisi kostumnya.

Dampak Musikalnya

Salah-satu aspek yang terkena dampak dari pergeseran fungsi atau peran Gong Waning adalah aspek musikalnya. Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa untuk upacara ritual para penabuh bebas untuk menentukan jenis irama yang mereka inginkan, namun untuk pertunjukan semuanya mengikuti pola gerakan para penari. Adanya perubahan musikal dalam musik Gong Waning sesungguhnya hanya salah-satu instrument yang berperan penting yaitu ; Waning Inang. Instrument ini lah yang berfungsi untuk memberikan kode peralihan, melakukan penambahan pola-pola tertentu sehingga sesuai dengan gerak tari. Khusus untuk instrument gong, teknik tabuhannya tetap sama atau tetap pada aturan yang sudah ada. Jika ada instrument lain yang ikut membuat pola-pola baru agar sesuai dengan gerak tari, itu adalah instrument Saur.

Perubahan atau perkembangan musikalitasnya, sejauh ini penulis baru dapat mengindentifikasi menjadi tiga bagian yaitu ;

* Pertama, jika dalam seni ritual perubahan dari satu irama ke irama yang lain tanpa mengunakan kode peralihan maka, dalam pertunjukan digunakan kode peralihan. Ini dilakukan agar para penari tidak melakukan kesalahan saat menari.

* Kedua, untuk menyesuaikan pola gerakan-gerakan dalam tarian yang sudah digarap para pemusik biasanya keluar dari aturan atau pakem yang sudah ada, dan menambahkan pola tabuhan baru, sehingga sesuai dengan gerakan penari.

* Ketiga, para pemusik mulai memperhatikan keras-lirihnya tabuhan, sesuai dengan gerakan yang dilakukan para penari. Ini agak berbeda jika musik Gong Waning dalam upacara ritual, mereka tidak terlalu memperhatikan keras-lirihnya suara musik tersebut.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada dasarnya perubahan atau pergeseran fungsi Gong Waning disebabkan oleh terjadinya perubahan pola hidup masyarakat setempat. Jika dahulunya mereka sering melakukan upacara adat atau ritual maka dengan adanya perkembangan jaman, mereka mulai meninggalkan upacara – upacara adat yang sering mereka lakukan. Hal ini menyebabkan penggunaan instrument Gong Waning pun semakin menurun. Oleh sebab itu, untuk tetap menjaga keberadaan atau eksistensi musik Gong Waning maka, penggunaan instrument tersebut mulai dialihkan ke dunia seni pertunjukan.

Setelah terjadi pergeseran fungsi Gong Waning, musikalitasnya pun mulai mengalami perubahan atau perkembangan. Adanya perubahan atau perkembangan tersebut merupakan salah – satu dampak penyesuaian terhadap pola gerak tari yang telah digarap, dan tuntutan penikmat (yohanes carlos).

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Dulmatin, Jejak Peneror Yang Menakutkan...

Tersangka teroris Dul Matin tewas diterjang peluru pasukan Detasemen Khusus 88/Antiteror Mabes Polri dalam penggerebekan di rumah toko Multiplus Jalam Siliwangi, Pamulang, Tangerang Selatan, sekitar pukul 12.00 WIB (Selasa 09/03/2010. Namun banyak yang membantah kabar kematiannya. Untuk itu Polri sedang melakukan Proses identifikasi Tes DNA untuk membuktikan fakta tersebut.

Siapakah DULMATIN? dibawah ini adalah jejak sang teroris yang merupakan orang penting dalam jaringannya di Asia Tenggara.
Jejak Dulmatin alias Joko Pitono alias Joko Supriyanto sudah terendus sejak 6 Oktober 2002. Bersama Dr. Azahari dan Ali Imran dia datang ke Bali. Pada 12 Oktober 2002, dua bom dahsyat meledak di Paddy's Cafe dan Sari Club. Dalam Bom Bali I Dulmatin bertugas membantu merakit bom, memantau kondisi lapangan, menggambar denah lokasi, serta mencocokkan waktu dan tempat.

Lahir di Desa Petarukan, Pemalang Jawa Tengah, pada 1970, Dulmatin kemudian pergi ke Malaysia pada 1992. Dia kembali ke Pemalang pada 24 November 1995 untuk menikahi Istiadah. Saat itu Dulmatin menggunakan nama Ammar Usman.

Dulmatin sempat mengajar di pesantren Luqmanul Hakiem, Johor, Malaysia. Dulmatin memiliki keahlian merakit firing device, dan rangkaian elektroni yang memicu kerja detonator bom. Dia kemudian pindah ke Filipina dan tinggal bersama dengan Umar Patek di Pawas, di luar Cotabato tempat para anggota Darul Islam dilatih.

Saat bom meledak di Hotel JW Marriot 2003, polisi sempat menemukan jejak Dulmatin bersama Azahari dan Noordin M. Top di Bengkulu. Dia berganti nama menjadi Feri Kurnaiawan dan sering keluyuran di kios fotokopi sekitar Universitas Bengkulu. Pada Januari 2005, pesawat tempur dan helikopter militer Filipina menggempur kawasan Maguindanao, wilayah selatan yang disebut-sebut sebagai tempat persembunyian "teroris", Dulmatin diyakini tewas dalam serangan ini.

Namun pihak Filipina mengatakan Dulmatin dan Umar Patek tidak termasuk korban penyerangan militer Filipina terhadap kamp Abu Sayyaf di Butilan Marsh, Datu Piang, Provinsi Maguindanao, Filipina Selatan. Pada 31 Maret 2005 Dulmatin dikabarkan telah masuk Indonesia tepatnya di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat.

Nama Dulmatin kembali muncul 2005 saat Bom Bali II meletus. Pemerintah Amerika bahkan siap menebus informasi yang bisa menuntunnya mencokok Dulmatin dengan harga US$ 10 juta (sekitar Rp 100,5 miliar). "(Pemerintah) Amerika sangat ingin mengadili orang-orang ini atas kejahatan mereka," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Sean McCormick. Selain Dulmatin, Washington menghargai Umar Patek senilai US$ 1 juta. Keduanya termasuk dalam daftar tersangka bom Bali I, 12 Oktober 2002.

Keberadaan Dulmatin terus diburu. Pemerintah Filipina pada Juli 2005 mengumumkan telah menyerang persembunyian gerilyawan di sebuah desa yang ditengarai sebagai tempat persembunyian Dulmatin. Istri Dulmatin Istiadah ditangkap di Filipina karena masalah keimigrasian. Pada Januari 2007, Dulmatin dilaporkan terluka dalam baku tembak dengan militer Filipina di selatan Pulau Jolo.

Pejabat militer senior Filipina pada awal 2010 mengatakan Dulmatin ternyata selamat dari bentrokan di Filipina Selatan pada 2008.”Saya percaya informasi dari sumber-sumber bahwa Dulmatin masih di Sulu,” kata Komandan Marinir­
Filipina Mayor Jenderal Juancho Sabban kala itu. Sulu merupakan rangkaian dari pulau-pulau yang ada di Filipina Selatan, sarang kelompok militan Islam (tempointeraktif).
www.inimaumere.com

Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Tuesday, March 09 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---