Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Sunday 15 August 2010

Plus Minus Aktivitas Pelabuhan Laut L.Say Maumere

Oleh: Stef Sumandi, S.Fil

Sebelum diresmikan dengan nama Pelabuhan L.Say, pelabuhan ini bernama Pelabuhan Laut Sadang Bui. Nama yang diberikan tersebut berasal dari Bahasa Sikka yang berarti sandar atau menunggu atau menanti. Nama ini bila ditilik dari maknanya sedikit mendekati ungkapan berikut, jong lau sadang bui nora tali, gera nawang nora tahi.
Bano naha tahi blino gawi naha lalang woer. Dari human social being, ungkapan ini menunjukkan kesetiaan pelayanan pengusaha pelayaran bagi masyarakat Kabupaten Sikka lewat kapal-kapal yang bersandar di Pelabuhan Sadang Bui Maumere.
Sekaligus pada saat yang sama tersirat makna ajakan untuk bepergian mencari hidup dengan aman dan damai. Sangatlah tidak mungkin bila sebuah kapal yang hendak berlabuh tanpa pelabuhan, juga tidak mungkin jika seseorang hendak bepergian melalui laut kalau tidak menggunakan kapal sebagai sarana penyeberangan. Kini Sadang Bui tinggalah sebuah nama kenangan.

Terkait Pelabuhan Laurent Say Maumere, perlu ada catatan yang mesti dibanggakan tetapi ada juga yang harus dibenahi. Dari keunggulan, Pelabuhan Laut Laurent Say Maumere, secara investigatif dapat ditarik kesan bahwa Pelabuhan Laurent Say Maumere tengah menjadi pelabuhan yang sangat ramai di daratan Flores dan Lembata. Keramaian ini dapat disaksikan pada saat kedatangan dan keberangkatan kapal dari dan ke Maumere.


Ada berbagai kapal penyeberangan dengan jenis dan tipe serta angkutan masing-masing, menyinggahi Pelabuhan Laurent Say Maumere dengan bangga. Pelabuhan L.Say juga kini tengah menjadi pelabuhan peti kemas yang kebanyakan didatangkan dari Pulau Jawa.

Ada berbagai etnis manusia yang datang dan pergi dari berbagai arah melalui pelabuhan laut Maumere. Ada para tamu domestik maupun mancanegara yang ingin menikmati keindahan wilayah yang pernah dijajah oleh Belanda dan Portugal ini melalui pintu L. Say Maumere.

Ada yang sekedar datang refresing, tetapi juga ada yang ingin melihat peluang investasi di Nian Tanah Sikka. Selain itu, dari Pelabuhan L. Say Maumere, para tamu dapat menikmati keindahan laut di pagi hari maupun sore hari.

Di depannya tertahta kedahsyatan yang tak ternilai lewat bentangan laut Teluk Maumere yang dipagari oleh berbagai pulau kecil milik wilayah Kabupaten Sikka.

Seirama keindahan permukaan laut teluk Maumere, di dalam rahimnya mengandung berbagai keindahan taman laut yang tak sebanding dengan perairan lain di wilayah indonesia. Karena ada berbagai biota laut yang tidak ditemukan di wilayah lain di Indoneseia.

Terpancang pula berbagai restoran yang sepanjang latar belakang areal Pelabuhan L.Say dengan sajian lezat masakan berselerah tinggi namun harganya mudah dijangkau. Sejenak mengarah ke luar dari Pelabuhan L.Say Maumere, Kabupaten Sikka menyajikan berbagai keunikan wisata antara lain pusat siara religi di Kampung Sikka, kampung Kerajaan Sikka dengan keunikan ritual religi warisan Portugis, Logu Senhor yang dilaksanakan setiap tahun pada Jumad Agung, juga wisata religi ke Bukit Nilo dimana terdapat Patung Bunda Maria setinggi 16 meter.

Mengarah keselatan disajiakan keindahan pantai memeluk Watu Cruz Bola peninggalan Misionaris Dominikan, kubur Batu Nua Ria, Paga Beach, Doreng Beach, Pantai Koka yang penuh keindahan namun tak perna diperhatikan penataannya.

Ritual Pire Tanah di wilayah Kecamatan Mapitara dan Tarian Bebing di Hokor. Ada pesta Gareng Lamen di wilayah Tana Ai, juga kesegaran Pantai Wair Terang di wilayah Tana Ai.
Ada Museum Blikon Blewut di Nita.
Seirama sapuan mata, disajikan potensi pendakian menujuh puncak Gunung Egon dengan sajian kesejukan hutan tropis di sekitarnya sambil menikmati sajian wisata air panas di lereng Gunung Egon yang siap memberi kehangatan bagi para pengunjung.

Jika ingin berhenti dan melepas dahaga sejenak, Maumere kini telah menyajikan berbagai hotel dan restoran yang siap memanjakan para pengunjung. Pelabuhan L.Say Maumere juga dikenal sebagai pelabuhan yang dijaga ketat oleh aparat keamanan sehingga menambah kenyamanan di Pelabuhan L.Say Maumere.

Seiring peluang keindahan dan keamanan yang kita miliki, tidak terpungkiri lagi berbagai kejadian luar biasa yang menjadi tantangan yang perlu kita benahi bersama.

Dari pintu masuk Pelabuhan L.Say Maumere terungkap berbagai pungutan yang dilakoni oleh beberapa orang yang berseragam lengkap. Tapi pemungutan uang tersebut tanpa memberikan karcis masuk kepada pengguna jasa pelabuhan.

Pertanyaannya, uang-uang itu dikemanakan? Apakah ini bukan bagian dari korupsi? Apakah ini cara kita melayani tamu?

Sesampai di dalam, pengawasan keamanan dijaga ketat oleh TNI dan POLRI. Namun sayangnya, para penegak hukum ini sering bertindak di luar jalur hukum.

Pernah terjadi seorang wartawan Televisi atas nama Roby Moy di cekik oleh pihak keamanan ketika hendak meliput berita TKI ilegal yang hendak diberangkatkan dari Maumere.

Hal senada juga terjadi pada beberapa waktu lalu, ketika beberapa warga dan penulis ingin menonton seorang anggota TNI yang sedang memeriksa seorang anak muda yang kedapatan membawa moke dari jarak dekat, oknum TNI itu lalu dengan sikap dan nada yang bringas mengusir para penonton, katanya, “Kamu buat apa di sini? Pergi dari sini! Jangan lihat!”.

Seketika itu juga para penonton mundur tanpa kata. Sesaat kemudian, ada seorang wartawan yang sedang berada di situ memperkenalkan diri sambil bertanya tentang kejadian tersebut, langsung membuat sang tentara itu kecut lalu membiarkan korban pergi setelah menyerahkan dua botol moke kepada seorang tentara lain.

Pertanyaannya, mengapa warga diusir ketika hendak menyaksikan pemeriksaan itu? Bukankah dengan menyaksikan hal tersebut, dapat membawa efek jerah kepada warga lain untuk tidak lagi membawa moke ketika memasuki Pelabuhan Laut L.Say Maumere? Lalu setelah di sita, moke itu nanti dikemanakan?

Pada sisi lain, pemeriksaan barang bawaan itu hanya dilakukan pada masyarakat kecil pejalan kaki yang hendak masuk ke dalam ruang tunggu pelabuhan Pelabuhan L.Say. Sedangkan para pemilik mobil dengan barang angkutan tidak diperiksa, malahan dibiarkan masuk begitu saja.
Pertanyaannya, apakah ada aturan yang memuat tentang pemeriksaan hanya dilakukan kepada masyarakat pejalan kaki? Dimanakah keadilan?

Bagaimana dengan nasib para porter pelabuhan yang mencari nafka dari mengangkat barang bawaan penumpang kalau mobil didijinkan masuk langsung ke dalam?

Kemudian pada kisah lain, selayaknya tamu pasti dijemput. Tetapi yang terjadi di Pelabuhan Laut L.Say Maumere adalah perebutan penumpang. Hal yang tidak ramah ini dilakukan oleh para penjasa angkutan dalam kota maupun luar kota.

Akibatnya, polisi harus ekstra keras mengamankan para tamu. Lebih sadis lagi, para tamu pengguna jasa transportasi darat diminta dengan harga yang sangat tinggi. Tarif angkutan dalam kota saja Rp 25.000/orang di luar barang bawaan. Hal ini perna dialami oleh penulis sendiri dari Pelabuhan Laut L.Say Maumere, menuju kompleks Lembaga Pemasyarakatan Maumer Pelabuhan Laut L.Say.

Selain itu, ada pula bebagai aktivitas tawar menawar harga angkutan di Pelabuhan Laut L.Say Maumere. Pertanyaanya, berapakah tarif yang sebenarnya dari pelabuhan laut Maumere?

Sekedar pinjam kata, tidak bermaksud menggurui, penulis menawarkan beberapa solusi, untuk tidak terjadi pungutan liar di depan pintu masuk pelabuhan sadang bui Maumere, diharapkan sebaiknya ditempatkan para petugas yang profesional dan tahu akan aturan dimaksud juga mesti diberikan gaji yang cukup.

Jangan sampai pungutan itu dilakukan karena SDM-nya kurang prof dan gaji yang dibayar tidak cukup. Selanjutnya di bagian dalam, para petugas keamanan sebelum diterjunkan ke pelabuhan harus dibekali pula penegetahuan tentang kemanusiaan yang adil dan beradab. Yah, paling kurang tahu sedikit tentang Hak Asasi Manusia (HAM).

Bisa juga orang bertindak demikian karena kurang paham soal HAM. Sedangkan bagi para penawar jasa angkutan, perlu dibekali dengan berbagai aturan tentang pelayanan di Pelabuhan Laut L.Say Maumere. Sosialisasi seperti ini harus dijalankan secara kontinyu agar bisa membawa kesadaran.

Sementara pada pintu keluar dan pintu masuk Pelabuhan Laut L.Say Maumere, diharapkan agar dipajang daftar tarif angkutan darat dari dan ke Pelabuhan Laut L.Say Maumere, agar para penumpang tidak tertipu.

Diduga kuat, kejadian pemberlakuan tarif liar tersebut karena tidak ada aturan yang pasti soal tarif atau kurang adanya pengawasan yang ketat dari pihak berwajib.

Kepada masyarakat yang mengalami korban kekerasan, pemungutan liar dan atau dikenakan tarif liar sebaiknya menghubungi pihak kepolisian supaya ditindak sesuai aturan hukum yang berlaku.

Di tengah geliat yang terjadi di Pelabuhan Laut L.Say, Pemda Kabupaten Sikka telah membaptis ulang nama Pelabuhan Sadang Bui Maumere menjadi Pelabuhan Laurensius Say mantan Bupati Sikka dua periode (1967-1977) pada tanggal 09-08-2010 lalu.

Terlepas dari pertimbangan apa soal pergantian nama tersebut. Hanya seberkas tanya tanpa suara, apakah kejadian luar biasa di atas menjadi persembahan istimewa bagi seorang Laurensius Say? Mari kita berdiskusi!

Penulis adalah aktivis pendidikan, peminat masalah sosial; tinggal dan bekerja di Maumere

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Sunday, August 15 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---