Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Monday 8 April 2013

Air Terjun Murusobe, Treking Menantang!!

Bolehlah Murusobe di Kecamatan Tanawawo Kabupaten Sikka, NTT menjadi pilihan. Para pecandu perjalanan dengan tantangan lumayan mungkin bisa mencoba kawasan ini. Masih perawan dan pantas berada dalam kelender perjalanan. Tempat ini belumlah dikelolah dalam kalender pariwisata Kabupaten Sikka. Letaknya dipegunungan mempengaruhi akses menuju kesana. Sekitar 3-5 Km jalan rusak. Anda perlu mempersiapkan diri dengan prima. Ketika ke lokasi ini kami menggunakan tiga perpindahan estafet. Menggunakan oto (mobil), ojek dan jalan kaki. Perjalanan ini masih lebih baik dari pelancong lain yang berjalan kaki dengan waktu tempuh 7 Jam!.Bayangkan! Padahal, hutan Murusobe menyimpan keelokan alam, budaya dan peninggalan masa lampau. Berkat bagi Tanawao dan Kabupaten Sikka seandainya kesunyian air terjun ini mendapat lirikan pengelolah wisata. Dan bagi kalian yang belum sempat melancong ke Murusobe, mariiiii....


Oto Taft Kebo yang telah diubah menjadi Kijang Pajero menembus jalan raya Trans Maumere-Ende. Dibelakang setir, siempunya oto ini Koko Ferly menaikan tensi. Oto melaju kencang menembus kelokan selatan kabupaten Sikka.

Untuk mencapai sikembar Murusobe yang berdiam di tengah hutan sunyi, kita arahkan rute menuju Kecamatan Tanawawo. Dimanakah akses jalan tersebut? Taft Kebo tanpa basa basi membelok kearah kanan, tepatnya setelah Jembatan Kaliwajo. Disinilah titik utama menuju Kecamatan Tanawawo.

Kami terus menikmati keindahan alam nan hijau ketika si Kebo melaju dibawah kaki Tanawawo, Diatas, pegunungan hijau menatap ramah. Sebentar lagi kami akan  menikmati geloranya yang tak pernah habis.

Perjalanan seru dan mengasikan ini, akan berujung di titik kedua yakni Pasar Renggaresi. Inilah akses menuju Poma dimana air terjun Murusobe berada.

Pasar sepi. Beberapa anak muda pengojek memberi senyum. Kami bertanya untuk memastikan akses sekaligus menyapa mereka. Setelah dipastikan. kami mengambil belokan ke kanan (akses lurus menuju Kantor Kecamatan).

Beberapa saat kemudian nampak plang tembok. Jelas informasi tertulis bahwa kami memasuki Desa Loke. Di desa inilah awal menuju ke pegunungan Poma. Saat itu, dingin merayap menyapa kulit.

Asiknya dari Kaliwajo hingga Renggaresi dan Loke, kondisi jalan baik. Meski berstruktur rabat namun kondisi ini mampu menghemat waktu, mempercepat perjalanan.

Pemandangan alam yang indah membuat mata teduh. Musik dari berbagai genre menghibur perjalanan sebelum hadangan pertama menyapa.

Sebuah batu besar menutup sebagian jalan. Ferly yang berpengelaman mampu melewati dengan mudah. Peerjalanan diteruskan. Desa Loke dan isinya menyapa kami. Disela-sela derunya oto, kami berteriak arah tujuan. Warga dipinggiran jalan dengan senyum paling ramah melecut keberingasan Kijang Pajero. Seru!

Hingga akhirnya batas rabat mengisyaratkan perjalanan tak akan mudah dilewati. Apa pasalnya?

Lihat, lobang menganga ditengah badan jalan yang sempit. Driver Ferly yang hoby alam ekstrim memeriksa 50 meter kedepan. Ada batu besar lagi-lagi menghadang. Lobang ditengah jalan menganga. Batas jalan memperlihat jurang tajam disisinya.

Beberapa anak muda Loke mendekati kami! "Susah Ka'e, mesti jalan kaki!" teriak mereka. (Ka'e = kakak dlm bahasa Lio)

Kami turun. Memeriksa kondisi struktur tanah. Ferly berteriak, "kita coba!"

Namun baru beranjak, oto sudah kecebur dalam lobang, Ferly berusaha sekuat tenaga, Kemampuan dan nalurinya diuji. Dan hasilnya, mobil mampu bergerak. Namun Asap itam yang keluar dari badan oto merusak udara segar yang sedang kami hirup hehe..

Hadangan kedua, yakni sebuah batu besar, Oto tak mampu melewati, jika dipaksa kekanan berakibat terjungkir kejurang. Sebab kondisi tanah dari Liat cukup lembek. Berbahaya. Akhirnya, Batu besar yang menghadang kami tidurkan dengan sekuat tenaga. Butuh hampir sejam untuk membujuk sang batu..

Mobil perlahan bergerak, terus bergerak, menanjak tajam dengan suara raung gemetar.

Anak-anak dusun berlarian mengejar oto. Sebelum akhirnya kami memasuki sebuah dusun kecil. Kepala Dusunnya bernama Petrus. Dia anak muda yang antusias yang menyambut kami ramah bahkan mengantar kami hingga titik terakhir.

Perjalanan kami lanjutkan, dua tukang ojek kami ajak bergabung. Dengan motor bebek, saya dan Ferly diantar perlahan. Jalan yang parah. Terdiri dari tanah merah. Namun pemandangan yang disuguhkan sungguh indah, hutan pegunungan yang cantik meneduhkan pandangan. Keringat boleh bercucuran tapi hati tak mampu menipu akan indahnya alam Tanawawo.

Ah,cerita kami masih lebih baik daripada para pelancong lain yang bercerita bahwa mereka menembus Murusobe dengan berjalan kaki dari batas rabat (pertama kalinya oto terhadang). Mereka butuh waktu sekitar 7 jam! Alamak! Tolong kasihanilah pelancong Murusobe dan penduduk desa, bagunlah akses jalan yang nyaman ya, plissssssssss..

Hanya setengah perjalanan, akhirnya kami berjalan kaki ketika ojek merana tak mampu membawa kami melewati jalan berliku dan bombastis.Sedangkan dibelakang, warga dusun bersama Om Miko mengandalkan dua kaki menembus Poma. Alangkah kejamnya dunia ini hehehee..

Jalan kaki yang cukup lama sebab ojek tak mampu menembus bersama kami, akhirnya dengan kepenatan luar biasa kami mencapai Desa Poma. Dikelilingi hutan perkebunan dan kicauan burung, Desa Poma menyambut kami untuk yang pertama kali. Kami datang, SALAM!

Disitu telah berkumpul anak-anak, remaja dan bapak-bapak. Sedangkan mama-mama dan para gadis menatap dengan senyum ramah dari kejauhan, dari rumah mereka. Kami membalas. Ramah, kepolosan ditengah kampung, jauh dari segala prasangka!!

Didepan, ada sebuah sekolah. Nampak Jelas. Oya guys, ini dia titik terakhir menuju Murusobe. Tandai SD Inpres Detunaka ini, sebab inilah pintu utama ke air terjun! Okey??

Dua tukang ojek yang kami kenal bernama Onyal dan Efrem telah berada disitu pula. Motornya telah diparkir manis. Sialan! Saya dan Ferly su napas satu dua eh si ojek malah duduk manis tanpa rasa salah hiks hikss hikss..maunya tidur dijalan rabat, melepaskan penat barang sejam, ditengah udara yang bersih, tapi....

"Ayo, siap-siap berangkat, sedikit lagi liat air terjun!" teriak Kepala Dusun Petrus. Huuuuuu siapa yang angkat dia sebagai kepala tim ekspidisi?hehehee..

Jalan lagi! Dan kami bergerak, tapi sebelumnya pisang setandan telah kami renggut dari orang dusun. Tidak lupa ikan kering beberapa potong. Kami bayar kok, tenang poi :)

Lantas, dimana pintu masuknya? Oya ada disebelah sekolah. Ada jalan setapak, Bergerak!

Tubuh-tubuh tak mau lelah, janji! Ya sebelum air terjun itu kami lihat! Tapi tetap saja lelah, tanjakan yang lumayan, membuat kaki semakin berat namun tubuh tak mau menyerah, sory ya !

Dari pendakian, kini mulai terjal menurun. Anak sungai didepan dengan batu-batu besar lumayan menyegarkan kaki kami. Bergerak lagi. Dibelakang gerombolan anak-anak desa membuntuti kami. Si bocah kecil, bergantian dengan rekannya memikul pisang, maaf ya dik!

Sebenarnya kami ingin memakai kuda. Ada yang disewakan oleh anak-anak kampung. Namun karna ingin merasakan pendakian yang sebenarnya, kami menolak berkuda. Ya sudah, Kami beranjak dengan sisa-sia tenaga ditubuh penat. Tapi Ferly? Wuih bersama Om Miko, telah melesat kedepan, buset! hehe

Akhirnya setelah berjam-jam, ketabahan kami berbuah nikmat. Kami tiba di Murusobe! Hatiku gembira riang tak terkira, begitulah mirip syair lagu dangdut jadul..

Air terjun itu membuat kami terpaku. Seumur-umur di Flores baru kali pertama melihat keindahan air terjun setinggi kira-kira 100 meter. Ada dua, cuman air terjun yang berposisi disebelah kiri dari kami debit airnya yang tercurah sedikit berkurang. Sedangkan disebelahnya lumayan deras. Diantara kami dan air terjun nampak kolam. Buih seperti gerimis menampar kulit kami. Dingin.

Tak ada basa basi. Lima menit terpaku selanjutnya tubuh kami menyatu erat bersama air yang menyembur keluar. Nikmat!

Setelah agak lama bermain-main, kami mengisi perut dengan nasi bungkus yang sempat kami bawa. Pernah merasakan sensasi makan nasi bungkus dibawah air terjun yang masih murni?nah kami beruntung. Lantas Seteguk moke sebagai penghangat badan kami reguk ditengah gemuruhnya Murusobe ..

Bekas kertas pembungkus dan gelas mineral kami kemas, dan masukan dalam kresek. Tak boleh ada satupun sisa sampah dari kami yang mengotori alam ini. Dia cantik dan tak pantas kami nodai! Mari mencintai alam. anda suka? Ya, Jangan nodai alam!

Sedangkan orang-orang kampung bergegas membakar pisang dan ikan kering. Tentu saja jauh dari air terjun. Mereka paham arti dari menjaga dan mencintai alam. Mereka membakar datas batu pipih. Setelah itu, kami menikmati pisang bakar dan setetes moke. Air terjun tak nampak kami lihat. Cuman deruhnya saja terdengar. Indah! Bagai musik Kitaro menyenangi hati Anda!

Kami berpamit pada Murusobe ketika waktu menunjuk pukul lima sore. lewat jalan ulang tadi kami merangkak pelan-pelan. Tubuh masih segar sebab baru disiram segarnya air pegunungan.

Desa Poma dan warganya melambaikan tangan. Sekelompok anak-anak dusun mengantar kami dalam perjalanan pulang hingga Desa Loke dimana si Kijang Pajero diparkir.

Perjalanan berakhir. Kami melepas penat direrumputan. Orang-orang kampung menonton. Air minneral habis dibabat. Selanjutnya musik kampung distel kencang-kencang. Mungkin baru pertama kali musik pung pang didusun ini. Selesai sudah treking paling menantang dan kali ini Murusobe memberi cerita! Bergembiralah alam Tanawawo, kami senang bisa berada dalam pelukan alam kalian..

Lantas kami bergegas. Pulang saat mentari berpamit pada senja. Namun, Onyal, situkang ojek mengajak kami ngopi didusunya Tubumuri. Pelan-pelan kami turun. Lambaian warga dusun sepanjang perjalanan mengisyaratkan ketulusan dan niat baik yang keluar dari hati nan murni. Kami bahagia karena mereka memberi salam dari hati yang paling tulus. Mantap! (Ossrebong)
-------------------------------------------------------------------------
Harapan yang terlintas:

  • -Akses jalan Desa Loka ke Poma, agar bisa diperbaiki seperti pula harapan warga setempat. Selain karena pegunungan Tanawawo penghasil perkebunan, juga untuk akses jalan penduduk setempat dan para pelancong. Jika saja akses jalan diperbaiki maka, 7 jam waktu yang dibutuhkan pelancong untuk mencapai air terjun tersebut bisa dipangkas hingga satu jam! 
  • -Banyak keuntungan yang diperoleh, seandainya pemerintah memperhatikan Murusobe dan akses jalan 
  • -Promosikan wisata ini, banyak yang bisa dihasilkan. Penduduk setempat mulai terbiasa dengan kehadiran pelancong di desa mereka yang mengunjungi Murusobe. Mreka ramah dan bersahabat. SDM ditingkatkan, penanganan Murusobe bisa menghasilkan keuntungan baik bagi penduduk setempat dan kas daerah, secara ekonomi sangat positip. Semoga!


Foto:

Selengkapnya...

KERAJAAN KANGAE JATUH KE TANGAN BELANDA

Kangae adalah sebuah kerajaan tradisional, yang didirikan oleh Moa Bemu Aja, seorang keturunan RaE Raja asal dari Banggala-Siam Umalaju (Bangladesh) seputar tahun 900, wilayahnya mencakup wilayah Hook Hewer Kringa, Werang, Doreng, Waigete, Wolokoli, Hewokloang, Ili, Wetakara, Nele, Koting dan Nita, atau disebut Nulan Ular Tana Loran. Kerajaan KangaE mencatat 38 Raja Adat dan seorang Raja Koloni Belanda yakni Ratu Nai Juje (1902-1925). Pada tahun 1600-an Portugis mendirikan kerajaan Sikka diNatar Sikka dan kerajaan Nita di wilayah Hoak Hewe Nita. Dengan demikian sejak tahun 1600-an Nuhan Ular Tana Loran telah terbagi atas 3 wilayah kerajaan yakni kerajaan tradisional KangaE Aradae, dan 2 kerajaan koloni Portugis yakni kerajaan Sikka dan kerajaan Nita.

Pada tahun 1859 Portugis dan Belanda mengakhiri persengketaan mereka atas tanah jajahan di wilayah Hindia Timur, melalui kesepakatan Lisabon. Portugis menyerahkan Hindia Timur kepada Belanda kecuali Tomor-Timur. Dengan itu Belanda mulai berusaha masuk ke Hindia Timur termasuk Sunda Kecil ( Nusa Tenggara). 

Namun Belanda masih menghadapi perlawanan dari raja-raja setempat. Kerajaan Sikka dan Nita sebagai koloni Portugis, baru secara resmi diserahkan kepada Belanda pada 11 September 1885. 

Raja Andreas Jati da Silva dilantik menjadi Raja Sikka. Dan raja Juang Ngaris da Silva dilantik menjadi Raja Nita. Wilayah Kerajaan Sikka yang meliputi Natar Sikka kini bertambah luas dengan masuknya Hoak Hewer Kotin dan Nele ke Kerajaan Sikka. 

Dengan ini ibu kota kerajaan Sikka dipindahkan dari Natar Sikka ke Nuba Nanga Alok Wolokoli, yang kemudian menjadi Kota Maumere. Kerajaan KangaE dengan 8 wilayah Hoak Hewernya menolak kedatangan penjajah Belanda ke Nuhan Ular Tana Loran. 

Karena itu dengan bantuan Raja Andreas Jati da Silva, Belanda mengerahkan pasukan MARSESE-nya untuk menyerang kerajaan KangaE dan daerah takluknya yaitu Kringa, Werang, Waigete, Doreng, Wolokoli, Hewokkloang, Ili, dan Wetakara.

Kisah penyerangan terhadap Kerajaan KangaE itu dapat dipaparkan sebagai berikut:

  • 1. Penyerangan ke Kringa 
  • 2. Penyerangan ke Hewokloang 
  • 3. Penyerangan ke Waigete 
  • 4. Penyerangan ke Natar KangaE 
  • 5. Penyerangan ke Werang 
  • 6. Tiga Kerajaan dilebur jadi Satu 



1. PENYERANGAN KE KRINGA.

Seputar tahun 1893 Pemerintah Koloni Belanda memerintahkan Raja Andreas Jati da Silva untuk menyerang wilayah Hoak Hewer Kringa. Mula-mula diutus 2 orang mata-mata bernama Ramu dan Leba untuk mengintai keadaan dan kekuatan orang Kringa. Tana Puan Gete Kringa bernama Moan Beto mencium bau adanya mata-mata itu maka adiknya Moan Blero diperintahkan untuk membunuh Moan Ramu dan Moan Leba. Tempat kejadian pembunuhan itu sekarang dikenal dengan nama Natar Leba.

Karena itu dikirimlah pasukan MARSESE di bawah komando Raja Andreas Jati da Silva, menyerang Kringa. Pertempuran sengit terjadi di dataran Nebe, namun kemudian Moan Beto dan Blero berhasil ditangkap masukan Marsese. Beto dan Blero menyatakan takhluk kepada Belanda dengan membayar rampasan perang berupa batang gading dan gong, serta tanah dataran Nebe. Perlawanan itu dikenang sebagai Sejarah Perlawanan Beto Blero di Kringa. Mereka telah tiada, namun mereka adalah pejuang lokal yang menolak penjajahan di atas dunia. Mereka mewariskan nilai-nilai kepahlawanan cinta tanah air dan kerelaan berkorban untuk membela nusa dan bangsa. Masyarakat Kringa patut berbangga memiliki pahlawan kemerdekaan tanpa tanda jasa dan lencana perjuangan.

 2. PENYERANGAN KE WAIGETE

Pada tahun 1898 Raja Andreas Jati da Silva wafat, maka penyerangan terhadap kerajaan KangaE dialihkan ke tangan penggantinya Raja Yoseph Mbako II da Silva. Seputar tahun 1900 datanglah laskar MARSESE di bawah komando Raja Yoseph Mbako II da Silva ke Waigete. Raja memanggil Tana Puan Gete di Hoak Hewer Waigete bernama Moan Jawa Baoleng. Tana Puan Jawa Baoleng menolak undangan Raja. Maka secara paksa laskar Marsese menjarah 5 batang gading dari rumah Tana Puan Baoleng. Pertempuranpun tak terelakkan, dan pasukan Waigete di bawah komando Moang Baoleng, mengejar pasukan Marsese sampai masuk kota Maumere.

 Akhirnya Post Houder dapat melunakan hati Moan Baoleng, sehingga beliau menyatakan takhluk. Perlawanan Tana Puan Gete Moan Jawa Baoleng disebut juga Perlawanan Jawa Umok yang artinya perlawanan Moan Jawa dari Puncak Gunung Api ( Gunung Egon ). Jawa Baoleng seorang pejuang dan pemberani. Beliau punya semangat juang cinta tanah air, memiliki kerelaan berkorban demi nusa dan bangsa. Jawa Baoleng patut dikenang sebagai pahlawan daerah tanpa tanda jasa dan tanpa menyandang lencana kehormatan.

 3. PENYERANGAN KE HEWOKLOANG

Seputar Oktober 1902 Belanda minta bantuan laskar dari kerajaan Larantuka. Raja Larantuka mengirim laskar dari Solor, dan menancapkan bendera Belanda di dataran Namang Kewa. Masyarakat Hoak Hewer Hewokloang di bawah komando Moan Raja Juje melakukan perlawanan dan mencabut bendera Belanda. Terjadilah pertempuran sengit di dataran Namang Kewa. Namun akhirnya pasukan Hewokloang terpukul mundur. Sekitar akhir Oktober 1902 pasukan Solor sudah menembus masuk kampunh Heo, Kewa, dan Hewokloang. Rumah-rumah penduduk dibumihanguskan dan pasukan Hewokloang yang ditemukan dibantai oleh laskar Solor.

Tinggal kenangan di benak masyarakat Hewokloang ialah Perlawanan Namang Jawa yang artinya Perang melawan orang Jawa da dataran Namangkewa. (Orang Jawa Larantuka) Darah para pahlawan leleuhur Hewokloang membasahi bumi Hoak Hewer Hewokloang demi cinta Tanah Air dan kerelaan berkorban demi Nusa dan Bangsa. Mereka menjadi bunga-bunga bangsa tanpa tanda jasa dan lencana kehormatan. Semangat dan nilai kebangsaan yang mereka wariskan patut diteladani.

 4. PENYERANGAN TERHADAP NATAR KANGAE.

Natar KangaE adalah ibukota Kerejaan KangaE yang pada saat itu diperintah oleh Ratu Keu Nago, Raja Adat ke-38 atau terakhir ( +1876-1902). Setelah menakhlukan Kringa, Waigete, dan Hewokloang, penyerangan mulai diarahkan ke pusat kerajaan di Natar KangaE Hoak Hewer Ili. Menurut tuturan lisan kakek Mitan Nago dan dilanjutkan Om P.Y Bapa, Yosep Jeng, dan Gervasisus Gaing, bahwa penyerangan itu terjadi 2 hari sebelum wafatnya Raja Yoseph Mbako II da Silva.

Karena itulah diduga penyerangan terhadap KangaE terjadi pada 26 Nopember 1902. Kisah penyerangan itu masih diwariskan dalam bentuk Duan Moan Latung Lawang sebagai berikut:

  •  Ama Moan Keu Nago – Ayahanda Keu Nago
  • Ratu reta deri lepo – Ratu pewaris takhta
  • Raja reta gera woga – Raja penerus suku
  • Jong Lolong Bako Bait – Kapal armada Bako Bait
  • Lolong Bait Bako Sikka – Armada pahit Bako Sikka
  • Ratu Reta Lepo Brinet – Keratuan Sunyi Senyap
  • Raja reta Woga nelar - Kerajaan kosong melompong



  •  Jong Lolon Bako Bait – Kapal armada Bako yang kejam
  • Ratu nian dadi nurak – Keratuan porak-poranda
  • Raja Tana dadi lalang – Kerajaan hancur berantakan
  • Bewu Kewut Lait Labang – Penuh debu dan sarang laba-laba
  • Tawa tana pleho waen - Anak tana berkhianat
  • Rebang bura reba ra – Anjing putih datang menindas
  • Raja mitan klako kepor – Anjing hitam ketakutan
  • Gala mitan goen gaet – Tinta hitam tergoreskan
  • Ia gu demen – Lalu terjadilah
  • Tawa Tana Nurak Lalang- Bumi asli berantakan
  •  Ratu gala mitan – Keratuan berdasarkan tulisan
  • Raja mitan leda bura- Kerajaan hitam di atas putih
  • Ratu Nai gapu api – Raja Nai memanggul senjata
  • Lau Tuan Kloangpedat – Di hutan Kloangpedat
  • Waipare Watumilok – Waipare Watumilok
  • Ratu Nai Juje – Ratu Nai Juje
  • Ratu lau hera watan- Ratu di pesisir pantai
  • Raja lau bura Jong- Raja di Kapal orang Putih


 Kisah tradisi lisan ini dilengkapi dengan tuturan lisan kakek Mitan Nago sebagai saksi sejarah maka penyerangan terhadap kangaE ini dapat diperjelas sebagai berikut:

 1. Pada masa itu Kerajaan KangaE diperintah oleh Ratu Keu Nago Raja KangaE ke-38 (_+1876-1902 ) dan adalah raja adat KangaE terakhir. Seputar 26 Nopember 1902 datanglah ”Jong Lolong Bako Bait”( kapal armada yang dipimpin Bako Bait ) Kapal armada Bako Bait itu memuat laskar MARSESE di bawah komando Raja Yoseph Mbako II da Silva, bertolak dari Maumere menuju Waipare. 

Dari Waipare Ratu Bako Sikka bersama Moang Nai Juje (saudara sepupu Ratu Keu Nago) dikawal pasukan berkuda menuju markas penyerangan di kampung Bei. Sedangkan serdadu Marsese mulai melakukan penyisiran dua arah yaitu pertama Waipare-Kahat Ili-Detun-KangaE dan ke dua arah Waipare- Natar Werut (Orin Mude), Lihantahon-Paurau-Nitun-KangaE. Bedil berbunyi serempetan, rakyat tunggang langgang berlarian menyembunyikan diri. 

Di Natar KangaE tinggal Ratu Keu Nago dan beberapa pengawalnya yang setia. Sama sekali tidaka ada perlawanan dari Ratu Keu Nago agar tidak terjatuh banyak korban. Ratu Keu Nago menyarahkan diri dan menyerahkan tongkat kerajaan , mahkota lado balik, dan medali Wuli Jedo kepada Saudara sepupunya Moan Nai Juje. Ratu Keu Nago dituntut membayar rampasan perang berupa gading dan emas. Konon diserahahkan 30 bala repan (gading sedepa ) dan emas 30 sodu (tas dari anyaman daun lontar ). 

Tidak terhitung gading kecil dan emas dari rumah-rumah penduduk dijarah oleh laskar Marsese. Semua MAHE (batu memgalit) wisung diporak-poarandakan. Hanya tersisa ialah sebuah batu sesajen dari geraham Gajah (WATU MAHANG GAHAK AHANG), sebuah arca Budha (WATU DEOT) dan benang tenunan (GORE KAPA BEKOR). Dan harta yang paling indag yang tak dapat diporak-porandakan ialah NARUK DUAN MOAN LATUNG LAWANG sebagai warisan turun termurun. Ratu Keu Nago dilucuti bahkan diperlakukan secara kasar/ditempeleng oleh Ratu Bako. 

Ratu Bako Raja yang pahit (kejam). Ratu Keo Nago hanya menatap wajah Ratu Bako dengan tenang dan senyum, sambil bibirnya kimat-kamit. Tidak diketahui apa yang dikatakannya. Pada 27 Nopember 1902 Ratu Bako menuju Leku. Malamnya beliau terserang sakit perut. Besoknya 28 Nopember 1902 dalam perjalanan menuju Bola Raja Don Yosephus Mbako II da Silva menghembuskan nafasnya yang terakhir.

 2. Kapal armada Bako Bait telah membuat Kerajaan KangaE hancur berantakan melalui sebuah politik adu domba antara Ratu Keu Nago dengan sepupunya Moan Nai Juje sehingga Belanda dapat menguasai dan menjajah Kerajaan KangaE melalui kontrak Korte Verklaring yang ditandatangani pada 8 Desember 1902. 

3. Raja Nai Juje menjadi Raja Koloni Belanda berdasarkan sebuah Kontrak Korte Verklaring(= Sebuah kontrak perjanjian pendek yaitu memberi monopoli dagang bagi Belanda) dan mengakui kedaulatan Belanda atas Kerajaan KangaE Raja Nai Juje menjadi Raja KangaE ke-39 dan satu-satunya Raja Koloni Belanda di Kerajaan KangaE. Beliau memerintah Kerajaan KangaE dari 8 Desember 1902 sampai dengan 14 Nopember 1925. Kerajaan KangaE menamatkan riwayatnya karena 3 kerajaan di wilayah Onderafdeling Maumere (Sikka, Nita, dan KangaE) dilebur menjadi satu dengan nama Kerajaan Sikka dengan Rajanya Don Yosephus Thomas Ximenes da Silva. Kerajaan KangaE adalah sebuah Kerajaan tradisional yang berkiprah di Nuhan Ular Tana Loran selama kurang lebih 1025 tahun (900-1925) dengan memiliki 39 Raja yang masih dapat dituturkan secara utuh dan kronologis.

 4. PENYERANGAN TERHADAP WERANG

Sejak 8 Desember 1902 kerajaan KangaE secara resmi takhluk kepada penjajah Belanda dengan ditandatangani kontrak Korte Verklaring oleh Ratu Nai Juje. Rupanya penandatanganan kontrak Korte Verklaring itu berkaitan dengan kesepakatan perbatasan wilayah Onderafdeling, yang berdampak terhadap batas-batas wilayah kerajaan.

 5.1 Perbatasan Onderafdeling Maumere dan Flores Timur a. Wilalyah Muhan dari Kerajaan Larantuka Onderafdeling Flores Timur ditarik masuk distrik Kringa/Kerajaan kangaE/Onderafdeling Maumere. b. Wilayah Hewa dari distrik Werang Kerjaan KangaE/Onderafdeling Maumere ditarik masuk ke Kerajaan Larantuka/Onderafdeling Flores Timur.

 5.2 Distrik Doreng dan Wolokoli masuk Kerajaan Sikka wilayah Hoak Hewer Doreng dan Wolokoli ditarik dari kerajaan KangaE dan dimasukkan ke Kerajaan Sikka, dengan nama Wilayah distrik Doreng dan Wolokoli.

 5.3 Perbatasan Onderafdeling perbatasan Maumere dan Ende a. Pulau PaluE, wilayah Bu-Mbengu, dan Mego Wena ditarik dari kerajaan Lio Lise dan dimasukkan ke Kerajaan Sikka.

 b. Wilayah Mego Wawo (Magepanda) ditarik dari kerajaan Lio Lise/Onderafdeling Ende dan dimasukkan ke kerajaan Sikka/Onderafdeling Maumere. Meskipun demikian seorang perempuan dari wilayah Krowin (Kringa Werang) bernama Dua Toru yang adalah Tana Puan Gete di Hoak Hewer Werang, masih terus menolak kedatangan penjajah Belanda. Raja Nai Juje diperintahkan Belanda untuk menyerang parlawanan Werang dibawah komado Dua Toru pejuang dari Werang itu. Tentara Warsese mulai menyisir rumah penduduk mulai dari Nangahale, Tuabaao, dan Natamage. Rakyat berlarian, rumah penduduk dibumihanguskan.

Di Tuabao terjadi pertempuran sengit antara pasukan Marsese dengan Pasukan Dua Toru. Seputar bulan Agustus 1912 Dua Toru tertembak peluru yang menembusi dadanya.

Pasukkan Werang lari berhamburan menyembunyikan diri. Sebagai rampasan perang dataran Nangahale diserahkan menjadi milik Belanda.

Dua Toru seorang perempuan Krowin (Tana Ai) telah menunjukan kesetaraan gender, menjadi pejuang dan pemberani yang sungguh mencintai Tanah Air dan rela berkorban demi nusa dan bangsanya di Werang.

Dengan demikian sejak tahun 1912 Belanda telah secara penuh menguasai Wilayah Nuhan Ular Tana Loran dan ditambah PaluE, Lio, dan Muhan.

 6. Tiga Kerajaan Dilebur Jadi Satu Kerajaan. Seputar tahun 1925 Raja Nai Juje dari kerajaan KangaE dan Raja Don Yuan da Silva dari Kerajaan Nita, sudah memasuki usia yang lanjut. Belanda ingin melakukan penghematan biaya, maka diambillah langkah kebijakkan, untuk melebur 3 kerajaan Sikka, Nita, dan KangaE menjadi satu Kerajaan saja.

Ratu Nai Juje dipensiunkan setelah memerintah Kerajaan KangaE selama 23 tahun (1902-1925). Raja Don Yuan da Silva dipensiunkan setelah memerintah Kerajaan Nita selama 16 tahun (1909-1925).

Kini hanya ada satu kerajaan di wilayah Onderafdeling Maumere, dengan Rajanya Don Yosephus Thomas Ximenes da Silva, yang dilantik pada 14 Nopember 1925. Dan sejak itu tamatlah riwayat kerajaan kerajaan KangaE dan Nita. Kewapante,

LONGGINUS DIOGO
Selengkapnya...

Dana Putaran Kedua Pilkada Sikka Rp 5 M

"Kami masih ke Jakarta dan akan ke MK. Kami ke MK guna siapa yang mengajukan keberatan dengan menggugat hasil perolehan suara Pilkada Sikka. Jika ada yang keberatan pasti kami akan menunggu karena pasti ada gugatan di MK yang harus kami hadapi. Namun kalau tidak maka kami akan menemui MK dan membawa surat yang menjelaskan kalau rekapitulasi Pilkada Sikka tidak ada keberatan dan gugatan di MK. Kami masih tunggu surat MK itu," Demikian penegasan Ketua KPUD Sikka, Albertus Ben Bao, S.Sos, yang dihubungi Pos Kupang, per-telepon, Selasa (2/4/2013) pagi dari Kota Maumere.
Ben Bao yang dihubungi sedang berada di Kupang dan akan ke Jakarta,Selasa (2/4/2013) siang guna ke Kantor MK di Jakarta.
"Kami akan ke Jakarta guna meminta rekomendasi dari MK tentang tidak ada pihak yang keberatan tentang rekapitulasi perhitungan suara di Pilkada Sikka," kata Ben Bao.
Ia menegaskan, hingga kini pihaknya belum tahu apakah ada yang mengajukan gugatan hukum ke MK ata tidak. "Kami belum tahu apakah ada yang gugat di MK atau tidak maka itu kami ke Jakarta," papar Ben Bao.
Kalau tidak ada yang menggugat ?, Ben Bao mengatakan, pihaknya akan membawa rekomendasi MK dan melakukan pleno untuk putaran kedua.
Bagaimana pelaksanaan putaran kedua, Ben Bao mengatakan, untuk putaran dua dana yang dibutuhkan sebesar Rp 5 M dan sudah diajukan kepada pemerintah. Yang mana dana itu akan dipakai untuk pengadaan logistik dan keperluan Pilkada Sikka.
"Untuk logistik tinggal di cetak dan nomor urut yang dicetak akan tetap. Jadi nomor urut tidak akan diganti tetap memakai nomor urut yang ditarik saat penarikan nomor urut di KPUD Sikka. Jadi Paket Alex-Idong tetap nomor empat dan An-Sar nomor 9. Semua akan disiapkan dan akan dicetak," kata Ben Bao.*(pos-kupang.com)
Selengkapnya...

Mutasi Kapolda DIY & Pangdam IV Diponegoro Dinilai Risiko Karier

Mutasi terhadap Pangdam IV Diponegoro Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso dan Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Brigjen Pol Sabar Rahardjo merupakan risiko jabatan militer. Meski, pengamat militer LIPI, Ikrar Nusa Bakti mengakui pemindahan kedua pimpinan itu tidak bisa dilepaskan dari insiden Lapas Cebongan, Sleman. "Mutasi wajar, yang jelas itu adalah risiko dari sebuah karier seorang anggota TNI atau Polri," kata Ikrar, di Warung Daun Cikini, Sabtu (6/4). Ikrar tidak melihat keputusan mutasi itu sebagai tindakan yang reaktif. Karena dalam menjalankan tugas militer, baik Pangdam maupun Kapolda memiliki kewajiban dalam memberikan rasa aman kepada masyarakat. 

Sebagai pimpinan, mereka memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan memastikan pasukan masing-masing tidak melakukan upaya pelanggaran hukum dan senantiasa menjaga keamanan di wilayah satuan kerja masing-masing. Jika fungsi pengawasan berjalan, lanjut Ikrar, insiden yang terjadi di lapas maupun di Hugo's cafe tidak akan terjadi.

"Tidak reaktif. Bila perlu begitu kejadian langsung dipecat, tidak perlu menunggu pemberitaan menjadi lebih masif lagi," ujarnya.

Kapolda DIY Brigjen Pol Sabar Rahardjo dimutasi dari jabatannya, pada 5 April, kemarin. Posisi Kapolda DIY kini diisi Kepala Biro Kajian dan Strategi SSDM Mabes Polri, Brigadir Jenderal (Pol) Haka Astana.
Sedangkan, hari ini Pangdam Diponegoro IV Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso juga dimutasi. Dia dipindahkan menjadi staf KSAD di Mabes AD.(republika.co.id)
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Monday, April 08 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---