Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Thursday 30 June 2011

Dicanangkan, Jalan Trans Utara Flores

Ketua Badan Anggaran DPR RI Melkias Markus Mekeng melakukan pencanangan jalan trans utara Flores sepanjang 18 KM dengan alokasi dana senilai Rp 44 miliar. Sebelumnya, direncanakan pengerjaan ruas jalan pantai utara (pantura) itu sepanjang 36 KM, namun hal itu akan dilakukan secara bertahap dan akan dilaksanakan tahun anggaran 2012 mendatang.Demikian disampaikan Melkias saat pencanangan jalan trans utara Flores, Jumat (1/7) di Kecamatan Magepanda Kabupaten Sikka. Melkias menjelaskan, untuk tahun 2011 jalan trans utara Flores akan segera dikerjakan dengan jangkauan sepanjang 18 KM. Ruas jalan sepanjang itu dialokasi dana senilai Rp 44 miliar dari rencana semula sepanjang 36 KM.
Melkias mengaku, walau yang dikerjakan baru 18 KM yang akan dikerjakan tahun anggaran 2011, maka sisanya akan dilanjutkan tahun anggaran 2012 mendatang. Pembangunan ruas jalan trans utara Flores itu dimaksud agar mobilitas sepanjang pantura dapat berjalan lancar dan peningkatan ekonomi masyarakat. Selain itu, dengan adanya pembangunan ruas jalan tersebut juga dapat meningkatkan pengembangan pariwisata di Flores.

“Pembangunan ruas jalan trans utara Flores akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahun 2011 akan dikerjakan sepanjang 18 KM, sisanya akan dilanjutkan tahun 2012 mendatang, sehingga perencanaan ruas jalan sepanjang 36 KM dapat dikerjakan dengan baik dan masyarakat dapat meningkatkan mobilitasnya demi peningkatan ekonomi dan pariwisata di Flores,” jelasnya.

Ia menambahkan, trans lintas utara menjadi sangat strategis karena selain digunakan untuk transportasi juga masyarakat di sepanjang pantura dapat mengembangkan pariwisata dan peningkatan ekonomi. Semuanya atas perjuangannya untuk pembangunan di NTT sebagai putra daerah.

Dikatakan, pembangunan di NTT akan menjadi prioritas, sehingga mampu bersaing dengan daerah-daerah lain di luar NTT. Yang menjadi skala prioritasnya adalah jalan, listrik dan air
Menurutnya, pembangunan ruas jalan trans utara Flores dari Flores Timur hingga Labuan Bajo membutuhkan dana sekira Rp 300 miliar. Karena itu diharapkan selama masih menduduki jabatan sebagai ketua Badan Anggaran, dirinya akan terus berjuang untuk NTT.

Untuk ruas jalan bagian timur Maumere, Melkias mengaku akan dikerjakan sepanjang 20 KM yang dimulai dari Desa Waelamun hingga Loto perbatasan antara Kabupaten Sikka–Flores Timur.

“Pembangunan ruas jalan trans utara harus dilakukan secara bertahap. Kalau ke arah barat akan dikerjakan sepanjang 18 KM, maka untuk bagian timur Kabupaten Sikka akan dimulai dari Desa Wailamun hingga Loto sepanjang 20 KM. Diharapkan pembangunan ruas jalan ini dikejakan tepat waktu sesuai dengan rencana dan benar-benar berkualitas,” jelasnya.

Dikatakan, dalam pengerjaan ruas jalan itu pasti akan dilakukan pelebaran jalan. Karena itu pasti akan ada korban. Korbannya adalah pohon yang harus ditebang. Untuk itu, Melkias berharap agar masyarakat dengan suka rela memberikan pohon atau tanamannya untuk ditebang demi kelancaran pembangunan ruas jalan tersebut.

Pengembangan ruas jalan provinsi ini kata Melkias menggunakan dana APBN dan itu merupakan jalan nasional yang harus menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Hal itu kata Melkias, jika hanya berharap dana APBD, maka pembangunan ruas jalan pantura tidak akan berhasil dengan baik.

Hal itu karena dana APBD kurang lebih 90 persen digunakan untuk pembiayaan operasional pemerintahan. Sedangkan sisa 10 persen tidak mencukupi untuk kepentingan masyarakat umum. Baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan lainnya.

Menurutnya, komunikasi itu sangat penting, karena dengan adanya transportasi yang baik, maka masyarakat dari masing–masing kabupaten dapat menjual hasil komoditasnya ke kota. Karena itu, pembangunan ruas jalan trans utara Flores tidak harus tuntas tetapi harus selesai minimal masing-masing kabupaten transportasinya dapat berjalan dengan baik hal itu berati pengerjaan ruas jalan harus selesai.

Melkias tidak yakin kalau kabupaten dapat menyediakan dana senilai Rp 300 miliar untuk pembangunan ruas jalan pantura. Dengan demikian, pihaknya akan terus berjuang agar dana pembangunan infrastruktur tetap menjadi prioritas ke NTT.

“Pembangunan ruas jalan trans utara Flores ini pasti akan ada korban, sehingga masyarakat harus dengan rela memberikan pohon atau tanamannya untuk ditebang demi pelebaran jalan sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah VIII, Susalit Alius yang juga selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam pembangunan ruas jalan nasional mengatakan, pihaknya diberi tugas untuk menjalankan pengerjaan jalan nasional.

Tugas tersebut meliputi seluruh ruas jalan nasional di kabupaten. Jika dalam pelaksanaan pembangunan ruas jalan trans utara atau kegiatan pembangunan lainnya merasa terganggu, maka diharapkan masyarakat dapat menyampaikan langsung kepadanya selaku PPK.

“Kami diberi tugas untuk menyelesaikan ruas jalan nasional ditingkat kabupaten. Untuk itu, apabila dalam pembangunan ruas jalan tersebut merasa terganggu, maka masyarakat dapat menyampaikan langsung kepada kami,” tandas Susalit.

Menurutnya, jalan provinsi akan dibiayai oleh APBD provinsi, sedangkan jalan nasional dibiayai langsung oleh APBN. Karena itu kalau hanya berharap pada APBD, maka secara otomatis tidak dapat mencukupi untuk pembangunan ruas jalan. “Kalau kita berharap dari dana APBD pasti tidak akan mencukupi. Oleh karena itu harus dipisahkan jalan nasional dibiayai oleh APBN dan jalan provinsi dibiayai dengan menggunakan dana APBD provinsi,” jelasnya. (kr5/ays/timorexpress)

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Tuesday 28 June 2011

Gempa Guncang Flores

Gempa bumi berkekuatan 5,6 Skala Richter mengguncang wilayah Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin (27/6/2011) pukul 00.47 Wita. Berdasarkan situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta, gempa dengan kekuatan 5,6 SR pada Senin dinihari berpusat di 9.41 Lintang Selatan (LS) dan 122.51 BT2,25 Bujur Timur (BT).
Lokasi tersebut berada di 114 km Tenggara Ende, NTT, 145 km Barat Laut Kupang, NTT, 243 km Tenggara Ruteng, NTT dan 251 km Timur Laut Waingapu, NTT. Gempa bumi dengan kedalaman 140 kilometer itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Flores adalah wilayah di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang pernah dilanda gempa dan diikuti gelombang tsunami di tahun 1992. Saat itu lebih dari 2000 orang tewas dan ribuan menderita luka-luka, kehilangan tempat tinggal dan harta benda.


Saat gempa terjadi pukul 00.47 Wita, warga di Kota Maumere rata-rata dalam keadaan tidur pulas. Meski tertidur, yang tahu ada gempa bangun dan panik. Namun semua masih dalam keadaan normal. Tak ada kepanikan besar atau apapun. Semua berjalan normal sampai dengan berita ini dinaikan.

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah rawan gempa dan tsunami karena terletak pada pertemuan tiga lempeng besar. Dan ancaman tsunami menjadi salah satu yang paling ditakuti selain gempa.
Untuk mengantisipasi masalah tsunami, di Kota Maumere telah berdiri Menara Sistem Peringatan Dini Tsunami, untuk mengetahuinya bisa dibaca disini.

Bagaimanakah kisah gempa yang mengakibatkan tsunami yang menghantam wilayah Flores ditahun 1992??
Silakan lihat disini.
www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Monday 27 June 2011

Kampung Sikka Dalam Sepenggal Ceritera

Sarat Sejarah dan Budaya..

BERKUNJUNG ke Kampung Sikka rasanya kurang pas jika tak melihat anggunya Gereja Sikka. Gereja tua ini dirancang oleh desainer bangunan asal Belanda bernama Dijknams. Mr. Dijknams ini sungguh hebat. Dijaman 100 tahun lalu arsitek ini mau-maunya mencurahkan pemikirannya merancang bangunan gereja yang letaknya jauh dipedalaman terpencil. Yang 100 tahun lalu warga Kampung Sikka hendak ke Maumere pun masih berjalan kaki atau berkuda. Kampung Sikka, berjarak 24 Km dari Kota Maumere ibukota Kabupaten Sikka di Pulau Flores. Oleh sebab itu, kalau ke Maumere jangan lupa mampir di kampung ini. Tentu saja, karena di Kampung Sikka kaya akan budaya dan sarat dengan sejarah. Pula makanan lautnya, pemandangan pantai selatan serta tenun ikat hasil kreasi ibu-ibu setempat. Memang Sikka letaknya persis di selatan Flores dengan gulungan ombak besar Laut Sawu yang saban detik setia mampir ke pantai. Dalam catatan sejarah, Sikka menjadi katolik sejak sang raja Moang Alesu di abad 16 merantau ke Malaka. Beliau mencari kehidupan kekal setelah banyak rakyatnya yang mati akibat wabah penyakit.

Pulang dari Malaka, Alessu berganti nama menjadi Don Alexius Ximenes da Silva setelah dibaptis Katolik oleh misionaris asal Portugis. Begitu pula seisi kampung dibaptis katolik demi kehidupan kekal. Nama-nama penduduk pun tak lepas dari bau Portugis. Kisah penemuan menjadi katolik itu ada dalam catatan sejarah dan bisa dibaca disini.

Sikka juga kaya dengan sejarah pemerintahan. Yakni Kerajaan Sikka yang berdiri di Kampung Sikka. Salah satu peninggalannya yang masih utuh ada pada Lepo Gete atau Istana Raja dan Regalia Kerajaan. Lepo Gete menjadi sentra pusat pemerintahan Kerajaan Sikka. Letaknya tak jauh dari pantai dan berdekatan dengan Gereja Sikka. Dari Lepo Gete lahirlah para raja yang kemudian secara turun temurun memerintah Kerajaan Sikka hingga tahun 1958 saat terbentuknya pemerintahan Daerah Swatantra Tingkat II Sikka, cikal bakal Kabupaten Sikka. Kini istana peninggalan sejarah tersebut tak terawat dengan baik.

Lepo Gete dan Prosesi Logu Senhor

Di Kampung Sikka pula, setiap tahun dalam perayaan Paskah ada satu prosesi menarik warisan Portugis. Prosesi tersebut adalah Logu Senhor atau dalam bahasa Sikka artinya Menunduk Dibawah Salib Tuhan. Prosesi ini diadakan Setiap Hari Jumat Agung dan mengundang banyak umat. Prosesi yang mengitari Kampung Sikka melibatkan semua warga dan para muda Katolik Sikka menjadi aktor utama yang berperan dalam pementasan drama. Saat itu pula kampung itu sunyi senyap dan tenggelam dalam keheningan mendalam. Pusat utama dari prosesi yang dihadiri baik warga Sikka, Flores dan luar Flores ini ada pada Gereja Sikka yang bernama asli Gereja St Ignatius Loyola.

Gereja yang memiliki ornamen - ornamen pada dinding tembok bergambar motif - motif tenun ikat tradisional masyarakat setempat dikerjakan tahun 1887. Konstruksi kayu dengan pewarnaan warna coklat dan kuning terlihat mendominasi pilar dan plafonnya. Pembangunan Gereja St. Ignatius Loyola oleh Bruder Leuwenberg S.J misionaris dari tarekat Jesuit dan diresmikan penggunaannya tanggal 24 Desember 1899, tak lepas dari peran Raja Sikka Yoseph Mbako Ximenes da Silva juga umat Sikka yang turut membantu serta Pastor Paroki Y. Engbers.


Salah satu kekhasan dari bangunan gereja ini adalah bentuk dan corak yang tradisional dari abad XVIII-XIX. Dinding gereja ditata dengan lukisan motif tenun ikat Sikka, hal ini menunjukan bahwa sudah dari jaman portugis perempuan di Kampung Sikka memiliki ketrampilan dalam menenun dan menciptakan motif tenun ikat.

Ketrampilan itu masih turun-temurun hingga ke generasi dewasa ini. Terbukti, jika Anda berada di Kampung Sikka, para pedagang kain tenun dengan motif-motif cantik akan mendatangi Anda. Pandai-pandailah menawar dengan harga yang cocok, satu dua kain tenun Sikka bisa dibawa pulang.

Di Gereja Sikka terdapat prasasti yang bertulisan nama pastor Le Cocq D’Armandville S.J, sang misionaris perintis jaman Belanda di Sikka. Prasasti itu tertulis pula hari pentabisan gereja tua, 24 Desember 1899. Hampir seluruh bangunan Gereja St. Ignatius Loyola didominasi bahan dasar kayu. Saat ini Paroki St Ignatius Loyola Sikka memiliki lebih dari 2000 umat katolik. Sejak tahun 1617 telah bertugas 35 pastor paroki yang mengabdi bagi umat setempat.

Disamping bangunan gereja, terdapat pula sebuah kapela kecil. Kapel yang dibangun dari swadaya masyarakat Kampung Sikka dan para perantau asal Sikka ini didedikasikan untuk kegiatan adorasi abadi umat dan menjadi tempat pentakhtahan Salib Senhor. Salib Senhor akan dikeluarkan saat prosesi Logu Senhor.

Dalam sejarah, Raja Alessu alias Don Alexius Ximenes da Silva membawa 70 batang gading, tongkat kerajaan (gai bas tang), mahkota emas bertulisan 1607, kalung leher (tua wulir), rantai besar (rantai bahu),keris emas (pendo bahar), juga rantai leher yang disebut odang spiritu sanct saat pulang dari Malaka. Selain itu juga sebuah patung kanak-kanak Yesus yang disebut Menino (Me Jidzus). Don Alessu secara khusus dilengkapi pakaian kebesaran seorang pangeran. Regalia Kerajaan Sikka atau pakaian kebesaran sebagai raja masih tersimpan baik hingga kini. Regalia ini dibuat di Malaka pada tahun 1602.

Regalia Kerajaan dan Toja Bobu

Portugis memang sangat erat menancapkan pengaruhnya diwilayah ini. Bahkan berbagai peninggalan budayanya telah menjelma kedalam budaya lokal setempat. Seperti pementasan sendra tari Toja Bobu. Pementasan itu biasanya diadakan setiap tahun saat hari Natal. Namun tahun-tahun belakangan entah kenapa pementasan tersebut seolah lenyap dari Kampung Sikka.

TOJA BOBU adalah sebuah tetarian yang menyajikan drama KISAH CINTA ROMANTIS yang bercerita tentang perjuangan beberapa pemuda yang ingin menikahi seorang putri bernama PRINSEJA. Tetarian ini telah ada sejak abad 16 dan sangat menunjukkan pengaruh budaya Portugis yang kuat dan diterima dalam budaya lokal setempat.

***

Kampung Sikka secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka. Dari tempat ini banyak melahirkan para tokoh yang ikut membangun dan mengharumkan Maumere. Paulus Samador da Cunha adalah salah satu tokoh dari kampung ini. Beliau mencatatkan namanya sebagai Bupati Sikka pertama. Begitu pula Don Thomas yang pernah menjadi Kepala Daerah Flores pertama.

Menuju Kampung Sikka dari Kota Maumere bisa ditempuh menggunakan kendaraan baik pribadi maupun angkutan umum. Aspal jalan mulus hingga sampai ke kampung Sikka. Jangan lupa pula, setiap tiga minggu menjelang Paskah, masyarakat Kampung Sikka dan berbagai warga desa tetangga bahkan dari Kota Maumere akan memadati pantai Sikka. Sebuah pesta pencarian cacing laut atau dalam bahasa setempat di sebut Ule Nale biasa dilaksanakan. Ratusan bahkan ribuan obor menerangi pantai. Dari kejauhan nampak terlihat memukau. Sayang jika dilewatkan sebab pencarian cacing dengan ribuan obor tersebut bergabung dengan budaya setempat. Ada pantangan ada pula pemali. Lantas semua tersulam jadi kisah memukau dalam kazana budaya Nusantara. So?

Pantai Sikka dan Penduduk yang mencari Ule Nale

****
Berdiri didepan Gereja St, Ignatius Loyola serasa damai. Palagi malam menjelma dengan sinar bulan purnama yang curah menyingkir gelap. Hati seperti disiram perasaan betah lantas menciptkan goresan. Sesendok cerita tentu saja kurang. Pulang sudah, kata suara hati. Lantas sepeda motor membawa pergi sepotong tubuh lelah. Mata burung malam menatap cemas. Sebab hari telah diujung malam. Dua puluh empat kilometer lagi sampai di Maumere. Ingin segera tidur lelap dan memeluk dirimu, Nian Sikka.(oss)

link yang berkaitan dengan tulisan diatas:
- Don Alessu
- Toja Bobu
- Logu Senhor
- Ule Nale

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Polsek Kewapante Diduga Hilangkan BB Gading

Penyidik Polsek Kewapante diduga menghilangkan barang bukti (BB) berupa tiga batang gading milik suku Lewuk-Mudebali Pruda, Waiblama pada tahun 2007 lalu. Kasus dugaan penggelapan ini akan dilaporkan korban ke Propam Polda NTT dan Mabes Polri.
Kuasa hukum korban, Meridian Dewanta Dado, S.H, yang menghubungi Pos Kupang melalui telepon genggamnya dari Maumere ke Kupang, belum lama ini, mengatakan, pihak Polsek Kewapante yang saat itu dijabat oleh AKP Muhammad Sadikin dan jajarannya akan dilaporkan ke propam. Dia berharap laporan mereka bisa ditindaklanjuti.
Dijelaskannya, tahun 2006 lalu suku Pruda, menjadi korban tindak pidana pencurian terhadap barang-barang adat hak suku berupa sembilan batang gading utuh, dua lembar ketipa, satu buah gelang gading mone, satu buah guci, satu buah gong, dua buah samurai, dua buah pedang, satu buah wulilado, satu buah gigi tenggiling, tujuh buku gowa dan dua pasang giwang. Pencurian itu diduga dilakukan oleh Paskalis, Cs.

Akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008 aparat Polsek Kewapante menangkap Paskalis dan Serong, Cs. Barang bukti pencurian yang disita polisi dari tangan mereka antara lain ratusan sarung/lipa, belasan ternak sapi dan babi, beberapa karung beras, beberapa batang gading dan lainnya dan enam batang gading adat dan satu buah guci. Enam gading itu ternyata adalah milik Suku Lewuk Mudebali.


Awal Maret 2008, pimpinan Suku Lewuk, Petrus Badar Lewuk dan anggota suku, Wilhelmus Waru Lewuk, Lukas Lepe Lewuk serta Linus Liwuk meminta BB tersebut. Namun pihak polsek hanya mengembalikan guci dan tiga batang gading berukuran kecil. Sementara tiga batang gading lainnya berukuran besar (sepanjang 1 depa) tidak dikembalikan.


“Kami bersama tokoh adat Sikka, Marsel Jagong, telah mendapatkan data akurat tentang dugaan penghilangan atau penggelapan BB gading tersebut oleh instansi Polsek Kewapante,” kata Dado.
Menurut Dado, pihaknya akan bersurat ke Kapolres Sikka dan Kapolsek Kewapante untuk mempertanyakan keberadaan tiga batang gading adat yang belum dikembalikan itu.


“Jika tidak juga dikembalikan maka kami selaku kuasa hukum akan segera mengajukan pengaduan pidana melalui divisi Propam Polda NTT dan tim Propam Mabes Polri terkait dugaan penghilangan atau penggelapan BB dimaksud. Oknum yang kami laporkan adalah AKP Muh Arif Sadikin, Kapolsek Kewapante saat itu,” kata Dado.


Masalah ini juga akan dilaporkan kepada lembaga DPRD Sikka karena menyangkut nasib konstituen yang merupakan kumpulan salah satu suku adat yang masih ada dan berkembang di Kabupaten Sikka.(Pos Kupang)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Thursday 23 June 2011

DPRD Sikka 'Diduduki' Sementara

Bupati tak penuhi panggilan dewan

Menjelang rapat paripurna pansus bansos DPRD Sikka, Rabu (22/6/2011) Maumere kembali digoyang aksi demonstrasi. Suitbertus Amandus bersama massanya yang tergabung dalami Forum Solidaritas Keluarga Besar Surya Putra 2000 Rabu (22/6/2011) sekitar pukul 11.00 Wita menduduki halaman DPRD Sikka dan berorasi selama hampir 6 jam. Selain berorasi, Suitbertus Amandus, Direktur UD Surya Putra 2000 bersama perwakilan forumnya dalam pertemuan dengan anggota DPRD Sikka menyampaikan tuntutan kepada Pemda Sikka atas utang Rp 4,4 miliar yang belum dilunasi. Aksi di halaman DPRD Sikka juga diikuti massa dari elemen mahasiswa Sikka seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Partai Rakyat Demokratik (PRD), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi ( LMND) dan PMKRI yang datang kemudian. Para mahasiswa dan Forum SP2000 bergantian berorasi menuntut dibongkarnya penyewelengan dana bansos 2009 senilai Rp 10,7 miliar oleh KPK dan utang yang belum terlunasi

Dalam tuntutan yang dibacakan, elemen mahasiswa menyatakan sikap tegas antara lain mendesak DPRD Sikka untuk merekomendasikan hasil temuan Pansus Bansos Rp 10,7 miliar tahun 2009 ke KPK. Elemen mahasiswa pun mendesak DPRD Sikka agar dilakukan voting secara terbuka apabila DPRD Sikka menempuh jalur voting. Tujuannya agar masyarakat mengetahui dengan jelas wakil rakyat yang berpihak pada rakyat dan tidak. Mereka juga menyatakan mosi tidak percaya terhadap kinerja kerja Kejaksaan Negeri Maumere terkait kasus-kasus korupsi di Maumere.

Selain itu secara gamblang, mahasiswa yang tergabung dalam GMNI Sikka, PRD, LMND tersebut mengultimatum pihak Kejari Maumere untuk melimpahkan kasus bansos ke KPK. Mereka memberikan batas waktu hingga tanggal 30 Juni 2011. Jika tidak, GMNI Sikka bersama elemen masyarakat akan menyegel dan menduduki Kantor Kejari Maumere sampai kasus bansos dilimpahkan ke KPK.

Tuntutan tersebut dibacakan oleh salah satu oratornya dari atas pick up dengan semangat berapi-api yang disambut sorakan semua elemen. Aksi para mahasiswa tersebut dimulai sekitar pukul 10 Wita dari depan Hotel Permatasari di Wai Oti. Aksi dengan berjalan kaki menuju DPRD Sikka mendapat sambutan dari masyarakat. Terang saja, kasus bansos yang memakan duit sebesar Rp 10,7 miliar tersebut telah jadi bahan sindiran masyarakat.

Sedangkan Forum Solidaritas Keluarga Besar Surya Putra 2000 (SP 2000) langsung berorasi mendesak pelunasan utang oleh Pemkab Sikka setiba dihalaman tersebut. Dibawah penjagaan petugas dari Polres Sikka dan Sat Pol PP Sikka, orasi berjalan lancar hingga perwakilan mereka diterima di Ruang Kulababong. Massa menuntut agar Pemda Sikka segera melunasi utang Rp 4,4 miliar ke SP 2000.


Suasana panas terjadi saat kulababong tersebut. Hal ini karena pihak Forum SP2000 lewat Marianus Moa, Robby Keupung dan Heny Doing, serta anggota forum lainnya meminta agar Bupati Sikka Sosimus Mitang dihadirkan untuk mengklarifikasi utang Pemerintah Kabupaten Sikka sebesar Rp 4,4 miliar terhadap Amandus pemilik UD Surya Putra. Setelah melalui diskusi akhirnya DPRD Sikka secara resmi memanggil bupati. Namun saat itu bupati masih berisitirahat. Kejadian tersebut sekitar pukul 15.00.


Amandus dan pihaknya lantas meminta agar DPRD Sikka memanggil kembali bupati. Terjadi diskusi yang cukup menarik dan “panas” yang akhirnya membuahkan pemanggilan ulang. Dua pimpinan DPRD Sikka dan 6 pimpinan fraksi akhirnya nongol di rumah jabatan bupati. Namun sayang mereka harus pulang dengan tangan hampa. Sosimus menurut para pegawai yang bekerja di rumah jabatan sedang keluar.

Amandus kecewa karena DPRD Sikka tidak bisa menghadirkan Bupati Sosimus untuk dimintai keterangan tentang utang yang harus dibayar kepada SP 2000.

Beberapa anggota dewan memberi apresiasi positip terhadap keluarga besar SP 2000 tersebut. Anggota dewan, Siflan Angie, Darius Evensius, Ambros Dan dan Piet Jelalu menyatakan utang tersebut wajib dibayar Pemda.

Akhirnya setelah lewat rapat yang cukup alot, sekitar pukul 17.00 Wita Amandus dan seluruh anggota forum meninggalkan halaman DPRD Sikka diikuti rombongan elemen mahasiswa. Sempat terjadi “amukan” dari Amandus ketika hendak meninggalkan DPRD. Suasana yang panas akhirnya bisa diredam. DPRD Sikka lewat Wakil Ketuanya Alex Longginus akan menghadirkan Bupati Sikka, Kamis (23/6/2011).

Dalam tuntutannya, secara tegas Forum SP 2000 menuntut Pemerintah Kabupaten Sikka (Pemkab Sikka) untuk melunasi sisa pinjaman sebesar Rp 4.417.961.860. Sebelumnya Pemkab Sikka dalam kasus bansos 2009 melakukan peminjaman uang sebesar Rp 7,4 miliar. Pemkab Sikka telah melunasi uang sebesar Rp 3 miliar. Sisanya belum dilunasi. Bupati Sikka berkelit bahwa utang tersebut bukan tanggungjawab Pemda Sikka tapi staf Bagian Kesra Setda Sikka. Sisa inilah yang minta dikembalikan oleh Amandus. Pengembalian utang tersebut, oleh Forum SP 2000 diberi batas waktu hingga tanggal 6 Juli 2011. Jika sampai batas waktu utang belum dilunasi, Forum SP 2000 akan melakukan langkah selanjutnya.

Forum SP 2000 juga meminta agar Rapat Paripurna DPRD Sikka merekomendasikan kasus dana bansos 2009 untuk disidik oleh KPK. Tuntutan lain adalah jika terjadi voting, Forum SP 2000 meminta agar voting dilakukan secara terbuka untuk mengetahu siapa anggota DPRD Sikka yang tak pro rakyat.

Selain kedua aksi diatas, para mahasiswa dari Persatuan Mahasiswa Katolik Indonesia (PMKRI) Sikka melakukan aksi demontrasi dan teatrikal di di halaman DPRD Sikka. Aksi ini cukup menarik karena menyindir perilaku para pejabat yang suka korupsi. Mereka masih menuntut agar KPK mengambil alih kasus bansos 2009, agar terhindar dari tebang pilih. Aksi-aksi dari elemen mahasiswa dan Forum SP 2000 berlangsung tanpa henti disela-sela pertemuan Amandus dan anggota dewan. Aksi yang dilakukan berjalan aman dan kondusif.






www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Tuesday 21 June 2011

Perawan Murusobe di Tanah Lio

Air Terjun Tanawawo Janjikan Peluang Wisata

Perjalanan menuju lokasi air terjun kembar dengan tinggi hampir 100 meter sungguh menarik. Menyusuri sungai dan terkurung disebuah tebing bisa jadi pengelaman tak terlupakan. Jangan takut dengan gigitan lintah, apalagi takut basah. Akan tersulam jadi kisah menarik apalagi saat meloncati batu-batu hingga mencapai air terjun, seperti atlet senam hehehe.. Lantas membenamkan kaki ke beningnya aliran air sungai hingga kulit tersentuh dinginnya. Episode ini sayang bila dilewatkan. Bagi yang tidak suka ketinggian, terpaksa memberanikan diri menyeberangi batu besar, pun tebing menghadang. Tentu, jerih payah harus terbayar lunas. Sepuas-puasnya bersukaria membasahi tubuh dibawah pancurannya. Dengan debit air yang cukup besar di musim penghujan, tubuh terasa segar bahkan dinginnya seolah mencubit kulit.
Sahabat Dwi Setijo Widodo lantas bercerita. Foto-foto hasil jepretan air terjunnya diambil saat rombongannya membongkar perut Flores. Menjelajahi hutan Nusa Bunga dan melihat indahnya jagat Cabo da Flores dari dekat. Salah satu perawan yang disentuh yakni Air Terjun Kembar Murusobe di Tanawawo, Kabupaten Sikka. Mencapainya memerlukan tenaga ekstra, katanya. Tapi sayang keindahannya hanya dinikmati warga kampung.

“Ketika ke Poma saat musim hujan, jadi begitu susah untuk mencapai lokasi dengan kendaraan. Maklum jalan tanahnya berlumpur. Roda kendaraan terbenam dalam, bahkan “nagat” tak mau beranjak. Jadi jika ingin kesana diperlukan penentuan waktu yang pas. Bisa dengan rombongan agar saling menjaga. Karena untuk sampai ke air terjun tersebut, perjalanan membutuhkan waktu yang cukup lama karena kondisi jalur. Stamina juga diperlukan,” jelas Dwi yang telah lama menetap di Maumere.

Air terjun kembar Murusobe, penduduk Tanawawo menyebutnya demikian. Muru artinya air terjun dalam bahasa Lio, bahasa penduduk setempat. Karena ada dua curah air yang jatuh dan sama persis menjulang berdampingan. Tingginya kira-kira 100 meter. Bayangkan! Dengan debit air yang cukup besar, nilai eksotisnya bisa dijual. Sampai dengan saat ini, air terjun tersebut belum banyak diketahui bahkan oleh masyarakat Sikka sendiri.

Kondisi lokasi air terjun ini berada di daerah pegunungan sejuk. Di sebuah daerah beretnis Lio, salah satu dari enam etnis besar yang ada di Kabupaten Sikka.

Bagi yang suka alam, perjalanan ke air terjun itu dari Desa Loke merupakan perjalanan yang menyenangkan. Bagi yang belum tahu pohon kemiri, kopi, atau kehidupan alam pedesaan di Flores akan sangat memberi pengalaman yang banyak. Sepanjang perjalanan bola mata selalu dimanjakan dengan berbagai pemandangan hijau yang menyegarkan mata dan jiwa. Itulah salah satu keunggulan berkelana kepedalaman Flores.

Air terjun kembar terletak di pedalaman Desa Poma, Kecamatan Tanawawo Kabupaten Sikka. Untuk mencapainya bisa menggunakan kendaraan. Berangkat dari Kota Maumere menuju Kecamatan Tanawawo berjarak kurang lebih 35 Km. Perjalanan dari Maumere akan melewati desa-desa lainnya seperti Nita, Key, Hepang, Ribang, Nangablo dan beberapa perkampungan dengan kondisi aspal mulus. Jalur ini termasuk jalur ramai disiang hari. Maklum saja karena jalur ke Tanawawo merupakan lintasan menuju Kabupaten Ende dimana Danau Kelimutu berada. Berdekatan dengan dengan Tanawawo ada pula Paga Beach dan Pantai Koka. Keduanya memiliki pemandangan pantai selatan Flores yang indah dengan pasir putihnya

Nah, selepas jembatan panjang Kaliwajo, Dwi menyarankan agar kita mengambil arah belok kanan sebagai gerbang masuk ke Tanawawo. Setelah itu ambil jalur lurus terus ke arah Desa Wolofeo. Menurut pengelamannya, untuk menuju ke Loke desa yang berdekatan dengan lokasi air terjun, Anda disarankan ambil jalur sebelum Pasar Tanawawo. Sampai ke Loke kurang lebih 12 km.

Lagi-lagi, infrastruktur jalan masih menjadi kendala seperti desa-desa di Flores umumnya, begitu pula hendak mencapai Poma. Maka eksotiknya Flores dibiarkan saja begitu, mungkin ini yang menarik? Saya berguman.

“Terakhir kami ke sana, jalan masih tanah. Saat hujan, akses ini menjadi sulit dilewati. Hanya sepeda motor atau four wheel drive dan sejenisnya yang sanggup melintasi hingga desa terdekat, yaitu Poma. Kami pernah terjebak berjam-jam di jalan yang telah menjadi tanah liat dan perlu bantuan beberapa penduduk untuk mengeluarkan mobil Avanza kami dari lokasi ini,” kisah Dwi, pria asal Jawa yang bekerja di Swisscontact Wisata Flores Bagian Timur.

Lantas ia menambahkan, “Kalo dulu, beberapa kali ke situ naik mobil, cuma sampai di desa Loke kudu parkir di sana. Perjalanan dilanjut dengan jalan kaki sampai Desa Poma. Ya, kira-kira satu jam untuk yang kuat trekking. Dua jam kalo sambil leha-leha dulu, hehe...”

Ternyata bisa saja nilai ini yang ditawarkan. Sambil jalan-jalan cuci mata dengan pemandangan desa yang bagus, udara yang bersih, gerombolan warga kampung yang baik hati, mama-mama yang selalu memberi senyum tulus dan sekumpulan cerita mengasikan tentang kampung-kampung di Flores umumnya.

“Nah, dari Poma, lanjut jalan kaki melintas desa, kebun dan menyusuri sungai hingga ke air terjunnya. Kira-kira 45 menitan jalan kaki,” tutur Dwi membuyar lamunan. Bayangan tak henti ingin bermimpi pada Loke, "gadis' dusun yang memiliki eksotisme Flores alamiah. Ditempat itu, tergambar kecantikan perawan.

Karena perjalanan memerlukan waktu yang cukup lama, Dwi menyarankan agar menyiapkan bekal sebelum berkelana.
“Aku biasanya bawa nasi bungkus untuk makan siang di jalan. Juga aku biasanya bawa kopi, teh, dan rokok saat bertandang di Desa Poma. Karena biasanya penduduk ngajakin ngobrol dan mampir ke rumah mereka. Jadi, aku siap-siap ngasih mereka oleh-olehku itu supaya bisa dinikmati sama-sama. Menarik kan? “ Wah Dwi! Ini jadinya terbayang kan? Jadi ingin hinggap di sana. Jadi tergoda membungkus semua kesannya. Sesuatu yang ingin dicari dan dimiliki. Hmmm....

Dengan tinggi menjulang hampir 100 meter, Air Terjun Murusobe menjadi sekian dari obyek wisata Sikka yang patut dijelajahi. Meski belum memiliki sarana jalan yang mendukung, perjalanan panjang untuk mencapai obyek tersebut bisa saja menjadi tantangan para petualang backpacker. Bahkan kisah di pedalaman akan tersulap jadi pengelaman tak terlupakan.


Jalur dari Maumere hingga jembatan Kaliwajo jika berjalan terus kita akan sampai dibeberapa pedesaan lainnya. Di Lekeba’i dan Paga ada sambal khas setempat yang disebut Wogi, bisa dibawah pulang sebagai oleh-ole. Juga berdekatan dengannya, selain Pantai Koka dan Paga adapula ritual penguburan jenazah dalam batu di Desa Nuabari. Juga, kain tenun ikat tradisional desa setempat. Semuanya menjanjikan eksotisme pedesaan Flores yang kental dengan tradisi budaya lokal. Tantangan utama hanyalah medan dan infrastruktrur jalan yang kurang memadai. Lantas, obyek-obyek wisata pun belum di kelola secara baik.

Tapi satu yang menjanjikan adalah keasrian alamnya masih sangat alamiah. Dicampur kehidupan penduduk tradisional dengan sejumlah ritual budaya setempat. Jangan sungkan-sungkan bertegur sapa dengan siapapun disini. Jangan sungkan-sungkan untuk meminta bantuan. Sebab seperti pula pedesaan lain di Flores, masyarakat setempat masih menjunjung tinggi sesuatu yang bernama kemanusiaan. Itulah yang sering kami alami jika melintasi pedesaan. So, jangan ragu untuk ke Maumere, jangan ragu memilih liburan Ke Flores.

Dwi lantas bercerita banyak tentang pengelamannya menelusuri jejak wisata yang masih terbilang perawan. “Kami pernah mencoba mengunjungi Murusobe dengan akses dari Feyondari. Menarik dan memberi pemandangan yang berbeda. Hanya saja Feyondari aksesnya lebih sulit dan harus siap lebih lama berjalan kaki. Menyenangkan bila dilakukan bersama banyak teman,” katanya
Murusobe merupakan lokasi dimana air terjun kembar berada di Desa Poma.

Selain itu, Murusobe bisa juga dirangkaikan dengan trekking ke Tiwu Sora, Kecamatan Kota Baru, di Kabupaten Ende, berbatasan dengan Kabupaten Sikka. Setelah trekking dan bermalam di desa Deturia, Tiwu Sora, perjalanan dilanjutkan selama empat jam melintasi perbatasan Ende-Sikka dengan berbagai pemandangan menakjubkan di ketinggian bukit, kedalaman hutan, dan luasnya padang savana hingga sampai ke Desa Poma dimana Murusobe berada. Ingin mencoba juga? Siapkan dua hari untuk perjalanan ini, tantang Dwi.

Ya pasti, Murusobe bukan hanya eksotik namun menjanjikan pula perjalanan wisata yang seru dan menantang!

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ke Air Terjun Murusobe:
-Siapkan perlengkapan wisata terlebih dahulu
-Lebih asik bepergian dengan beberapa teman..
-Siapkan bekal perjalanan sebelum berangkat..
-Petakan lokasi dengan cermat..
-Jangan ragu bertanya di warga setempat jika ada kendala
-Disarankan pas jika waktu berangkat bukan musim hujan
-Periksa kendaraan agar siap dalam segala kondisi medan
-Bila diperlukan ajak salah satu warga sekitar jadi pemandau dadakan..
(Oss)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Kajari Maumere Siap Usut Dugaan Korupsi Bansos Sampai Tuntas

TPDI Desak Kejari Maumere
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) Sanadji, S.H menegaskan, pihak kejaksaan akan mengerahkan semua jaksa di Kejari Maumere guna mengusut kasus dugaan korupsi dana bansos tahun 2009 senilai Rp 10,7 M.
Jaksa tidak ada kepentingan dalam kasus dana bansos. Jaksa sebagai aparat penegak hukum entah ada dan tidak lapor wajib mengusut kasus korupsi di Sikka yang menjadi buah bibir masyarakat.
"Kami akan usut sampai tuntas kasus ini. Saya sudah kerahkan semua jaksa untuk kepung kasus dana bansos. Kami tidak ada kepentingan dan kami akan tegakkan aturan. Siapa yang terlibat jika ada indikasi kita akan proses," kata Sanadji, saat bertemu Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) yang dipimpin Petrus Selestinus, S.H di kantor Kajari Maumere, Senin (20/6/2011).


TPDI Desak Kejari Tuntaskan Dugaan Korupsi Bansos Sikka
Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) memberikan ultimatim kepada jaksa Kejari Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengungkap dan menangkap para pelaku dugaan korupsi dana bantuan sosial di Bagian Setda Sikka pada tahun 2009 senilai Rp 10,7 M.

Ultimatum tersebut diberikan karena kasus bansos telah menjadi buah bibir masyarakat Sikka agar para pelaku perlu diproses hukum sehingga tidak membuat polemik di masyarakat.

Selain kasus bansos, jaksa juga perlu mengusut kasus-kasus korupsi yang lama. Jika tidak maka kasus tersebut perlu dilimpahkan ke KPK untuk diusut.

"Momentum ini perlu dipakai Kejari Maumere guna memperbaikki citra dimasyarakat sehingga kami dari TPDI memberikan ultimatum kepada jaksa guna mengungkap dan menangkap pelaku kasus bansos. Jika tidak diungkap maka akan menambahkan buruk citra kejaksaan di mata masyarakat," kata Ketua TPDI, Petrus Selestinus, S.H di Kota Maumere dalam keterangan pers kepada wartawan, Minggu (19/6/2011) siang.(aris ninu/Pos Kupang)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Friday 17 June 2011

GMNI Sikka Galang Tanda Tangan Dukung KPK

Nyatakan Mosi Tidak Percaya bagi Kejari Maumere

Setelah menggelar mimbar bebas terkait dana bansos (bantuan sosial), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Cabang Sikka kembali kejalan. Aksi simpatik pengumpulan tanda tangan dari masyarakat Sikka di gelar. Aksi masih terkait dugaan penyelewengan dana bansos yang merugikan daerah senilai Rp 10,7 miliar sesuai temuan BPK Perwakilan NTT. Aksi GMNI berlangsung tiga hari berturut-turut. Dimulai dari Selasa (14-6/2011) hingga Kamis (16/6/2011). Pengumpulan tanda tangan dimaksud sebagai dukungan masyarakat Kabupaten Sikka terhadap Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) RI agar mengambil alih kasus bansos. Desakan KPK mengambil alih dugaan korupsi tersebut menurut GMNI Sikka terkait lambannya Kejari Maumere menangani perkara-perkara korupsi yang terjadi di Kabupaten Sikka. Dalam selebaran yang ditandatangani Ketua DPC GMNI Sikka, Benediktus Lukas Raja dan Sekretarisnya, Ignatius Candra Say, GMNI Sikka memaparkan beberapa kasus yang masih tersendat di ruang Kejari. Terkait masalah tersebut, GMNI Sikka menyatakan mosi tidak percaya kepada Kejari Maumere dan mendukung KPK untuk segera mengambil alih kasus bansos.

Terhadap Panitia Khusus (Pansus) Bansos yang dibentuk DPRD Sikka yang telah selesai melaksanakan pemeriksaan kepada pihak-pihak yang mengetahui aliran dana bansos, GMNI Sikka menyatakan mendukung Pansus Bansos dan semua anggota DPRD Sikka untuk merekomendasikan semua hasil penyelidikan kepada KPK RI.

Aksi selama tiga hari dilakukan diberbagai titik di Kota Maumere seperti di gerbang Kampus Universitas Nusa Nipa Maumere, Terminal penumpang Madawat dan Lokaria, pertokoan Mekarjaya, Taman Kota dan beberapa tempat lainnya.

Aksi kumpul tanda tangan diwarnai berbagai orasi dari sejumlah orator GMNI. Mereka tetap kencang menyatakan sikap tegas agar kasus bansos yang menodai perasaan rakyat Kabupaten Sikka dibongkar seluas-luasnya. Siapapun yang terlibat agar dihukum seberat-beratnya. Demi tegaknya supremasi hukum, GMNI Sikka mendesak KPK turun ke Sikka agar kasus bansos senilai Rp 10,7 miliar dapat dibongkar tanpa tebang pilih.

Di semua tempat, warga masyarakat sangat antusias memberikan dukungan dengan membubuhkan tanda tangan pada sehelai kain putih. Dicky sapaan akrab Ketua DPC GMNI Sikka, mengatakan kain yang telah dibubuhkan tanda tangan akan dibawa pada rapat paripurna pansus bansos DPRD Sikka. “Jelas, aspirasi akyat Sikka menghendaki kasus bansos ditangani KPK, harus menjadi rekomendasi DPRD Sikka dalam penyelesaian kasus bansos,” jelas Dicky.


Perkara Korupsi di Kejari Maumere (sumber GMNI Sikka); Kasus pengadaan Mobil Pemadam Kebakaran, kasus pembangunan gedung veem, kasus Alkes, kasus dugaan korupsi perjalanan fiktif bupati dan wakil bupati, kasus dugaan korupsi proyek Puskesmas Palu’e, kasus dugaan korupsi PD Mawarani, kasus dugaan korupsi perjalanan dinas ke Mahkama Agung RI, kasus dugaan korupsi dana bimtek, kasus dugaan korupsi Puskesmas Mapitara.


***

Selain GMNI Sikka, hari Jumat (17/6/2011), Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Sikka menggelar aksi damai di Kejaksaan RI Maumere. Aksi yang dilakukan PMKRI menuntut agar KPK mengambil alih kasus bansos Rp 10,7 miliar.

Foto: Vicky da Gomez
www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Tuesday 14 June 2011

Bis Kayu, Potret sebuah Pilihan

Potret Hari ini: Abaikan Keselamatan Diri

Potret umum di Flores
Mama tua tiga orang bersama dua balitanya seakan-akan sudah terbiasa naik bis kayu (sebutan truk yang dimodifikasi sebagai kendaraan penumpang). Begitu lincah untuk orang tua seumuran mereka. Nah, foto  hasil jepretan yang diambil ditengah Kota Maumere ini (Jalan Raja Centis) menceritakan suasana saat mama-mama memanjati bis kayu. Mereka tak peduli akan keselamatan diri. Bahkan dengan percaya diri mereka menyeberangi jalan disaat lalu lintas padat. Mereka lantas memanjat dan duduk manis beralaskan bangku yang terbuat dari bahan kayu. Saat memanjat bis kayu tersebut, mereka bahkan tidak takut bahaya mengancam. Kalau jatuh ataupun tersambar kendaraan. Keramaian pertokoan, lalu lintas dan dalam suasana  terburu-buru, sang sopir terus berteriak. Jadilah keselamatan mereka abaikan. Tak ada yang mengingatkan kejadian luar biasa ini. Sejujurnya mereka menaruh nyawa atas atas keputusan mereka. Tapi inilah potret wajah rakyat miskin di Kabupaten Sikka, Flores, NTT.


Kabupaten yang kini ramai diperbincangkan diberbagai media bahkan bisik-bisik tetangga, tentang dugaan korupsi dana bantuan sosial (Bansos) senilai Rp 10, 7 miliar sesuai temuan BPK Perwakilan NTT menyisakan kegetiran. Andaikata uang tersebut didedikasikan untuk perbaikan sarana angkutan darat ke berbagai pelosok terpencil di Kabupaten Sikka.

Bisa Kayu adalah salah satu sarana transportasi masyarakat desa di Sikka dan Flores umumnya. Dengan membayar sesuai harga, penumpang bisa menikmati pemandangan alam tanpa kaca mobil yang menghalangi dan dibelai angin sepoi-sepoi. Didalam bis kayu, penumpang akan duduk berdesakan dengan barang-barang belanjaan atau hasil bumi, juga hewan-hewan yang akan dijual di kota seperti babi, kambing, anjing, ayam dan lain lain. Rakyat kecil pasrah menerima..

Namun demikian sarana bisa kayu masih menjadi pilihan warga desa. Truk yang dimodifikasi ini bisa leluasa menembus medan pedesaaan. Dengan keadaan topoggrafi Flores yang berbukit-bukit serta kondisi jalan yang sebagian besar masih dibawah standar, menumpang truk kayu adalah pilihan yang tak mungkin di tolak. Inilah potret wajah di Flores..

Foto: Juni 2011

Mau tahu kisah Bis Kayu yang berkelana di sepanjang pedalaman Flores?
Silakan Klik disini.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Teluk Maumere, Ikon Pariwisata Flores

MATAHARI makin tinggi dan kemilau sinarnya kian menyengat. Namun, Flavianus Dominggo bersama istri dan anaknya tetap bergembira menikmati indahnya atmosfer laut di Teluk Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Flavianus, warga Desa Talibura, Kecamatan Talibura, Sikka, menunggui anaknya yang belum selesai menyantap nasi bungkus sambil bercengkerama dengan istrinya.
Sinar Matahari tak sampai menyiksa kulit ketiganya karena mereka duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati suara deburan ombak dan panorama pantai yang tenang memukau dilatarbelakangi pemandangan gugus pulau yang hijau menjulang.
”Tempat ini memang nyaman untuk rekreasi dan sejak tahun 1990-an, seiring dengan gencarnya promosi, masyarakat Maumere makin mengenal tempat ini sebagai tempat wisata,” kata Flavianus yang kemudian pamit melanjutkan perjalanan ke desanya, sekitar 15 kilometer (km) ke arah timur.

Tempat di mana Flavianus melepas penat memang menyimpan sejarah panjang, yakni Pantai Wairterang dengan pemanis hutan bakaunya di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete. Letaknya sekitar 31 km sebelah timur Kota Maumere.

Untuk mencapai lokasi itu tak terlalu sulit. Anda bisa menyewa mobil dari Maumere. Tarif sewa mobil (plus sopir) rata-rata Rp 50.000 per jam atau bisa juga dengan angkutan kota atau ojek.

Tak jauh dari Pantai Wairterang juga terdapat dua air terjun yang tak kalah unik, Wairhoret dan Tunaohok, serta mata air yang jernih. Itu sebabnya tak heran jika Pantai Wairterang menjadi salah satu obyek wisata bahari favorit di Sikka.

Akan tetapi, tempat wisata ini terkesan tiarap, redup kharismanya, terutama sekitar tahun 2003, setelah penghancuran Cottage Praja milik Pemerintah Kabupaten Sikka oleh warga. Di tempat itu dulu juga terdapat restoran.

Perkembangan pariwisata di Sikka khususnya Teluk Maumere, termasuk di dalamnya Pantai Wairterang, memang terkesan lambat meski promosi gencar telah dilakukan di era 1980-an oleh almarhum Frans Seda, tokoh tiga zaman, antara lain dengan membuka Hotel Sao Wisata dan biro perjalanan.

Cottage Praja, yang dibangun sekitar tahun 1995, kini tinggal puing-puing. Lokasi itu menjadi tak terawat, semak belukarnya makin tinggi.

”Masyarakat dulu mengamuk karena cottage itu terkesan menjadi semacam tempat mesum,” kata Kepala Dusun Wodong, Desa Wairterang, Makarius Rindu.

Warga umumnya menghendaki di Pantai Wairterang kembali difungsikan sebagai pasar tradisional atau pasar mingguan yang sejak dulu berlangsung setiap hari Kamis. Pasar itu muncul diperkirakan di masa kemerdekaan.

Masyarakat yang datang ke pasar tersebut untuk bertransaksi jual beli atau barter adalah para nelayan dari pulau-pulau sekitar yang menjual hasil laut serta warga dari daerah pegunungan, termasuk dari Kecamatan Talibura, desa-desa lain di Waigete, dan kawasan Geliting. Masyarakat dari gunung biasanya menjual hasil perkebunan, seperti kelapa, pisang, jagung, dan ubi kayu.
Pesanggrahan Belanda
Sejarah penting lainnya, menurut Yustina Karo (65), warga Dusun Wodong, di sekitar pasar Wairterang dulu berdiri pesanggrahan Belanda. Petugas pos masa itu yang hendak mengantar surat dari Maumere ke Larantuka biasa beristirahat di pesanggrahan tersebut.

Tak jauh dari bibir Pantai Wairterang, sekitar 31 meter, terdapat bangkai kapal Jepang, semacam kapal pengontrol dengan panjang 61 meter dan lebar 13 meter. Kapal itu tenggelam karena dibom dan diperkirakan terjadi di masa Perang Dunia II. Posisi badan kapal diperkirakan menghadap ke timur.

Kapal itu sampai saat ini menjadi rumah yang nyaman bagi ribuan jenis ikan sekaligus menjadi obyek wisata bawah laut yang sayang dilewatkan begitu saja oleh penyelam.

Dengan berbagai keunikan di Pantai Wairterang juga mengingat begitu besarnya potensi Teluk Maumere, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka telah memfokuskan, daerah perairan di kawasan timur Sikka itu sebagai obyek wisata unggulan kabupaten.

”Diharapkan Teluk Maumere menjadi ikon pariwisata Sikka, juga menjadi ikon lain untuk pariwisata di Flores yang sudah sangat dikenal selama ini, seperti Manggarai Barat dengan Taman Nasional Komodo, Ngada dengan Taman Laut 17 Pulau Riung, Danau Kelimutu di Ende, ziarah rohani Semana Santa di Larantuka, dan perburuan paus di Lamalera (Lembata),” kata Lukas Laga Lew,o Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka.

Teluk Maumere dipromosikan dengan nama Taman Laut Gugus Pulau Teluk Maumere mengingat di kawasan seluas lebih kurang 59.450 hektar, yang meliputi Kecamatan Waigete, Kewapante, dan Maumere, itu juga dikelilingi belasan pulau besar dan kecil.

Menurut Lukas, Pemkab Sikka rencananya akan membangun kembali kawasan Cottage Praja yang telah hancur, antara lain dengan tempat penginapan, restoran, pusat cendera mata, gudang penyimpanan peralatan selam wisatawan, menyiapkan kapal patroli, juga kapal bagi wisatawan untuk berkeliling (glass bottom boat) menikmati keindahan atmosfer dan taman laut teluk tersebut. Pantai Wairterang dipilih sebagai pintu utama Teluk Maumere.

”Proyeksinya, Teluk Maumere akan dikembangkan mirip dengan Taman Laut Nasional Bunaken di Sulewesi Utara. Tahun 2012 mulai beroperasi dengan alokasi anggaran dari APBD. Besar alokasi dana akan ditentukan saat pembahasan APBD 2012,” kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka Maria Vianey Daga.

Teluk Maumere tergolong taman laut yang memiliki keindahan luar biasa di Indonesia. Sedikitnya 1.200 spesies ikan hidup di perairan itu. Semoga pembangunan mendatang benar-benar mampu mengangkat daerah ini menjadi obyek wisata yang diincar wisatawan (Samuel Oktora/Kompas Travel)
www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Transmigran Sikka Terlantar

Dua puluh lima kepala keluarga (KK) atau sekitar ratusan jiwa warga Kabupaten Sikka dikirim Pemerintah Kabuaten (Pemkab) Sikka mengikut program transmigran. Selama enam bulan di sana, mereka hidup telantar di Kampung Baru, Desa Lengkong Nyadong, Kecamatan Ela Hilir, Kabupaten Malawi, Kalimantan Barat.
Pada Sabtu (11/6/2011) siang, sebanyak 15 KK atau 60 jiwa tiba kembali di Maumere, Sikka meninggal lokasi transmigrasi di Melawi.
Fasilitas pelayanan kesehatan, sekolah, kapela bahkan lebih fatal lahan pertanian seluas dua hektar yang dijanjikan pada saat sosialisasi tidak tersedia.
Penduduk asli Lengkong Nydong tak mau menyerahkan lahannya kepada transmigran, karena tidak ada pembicaraan sebelumnya pemerintah dengan pemilik lahan.

Para transmigran yang tak tentu nasibnya di sana, dipimpin kaum pria/ kepala keluarga bersama istri dan anak-anak nekat menggelar aksi damai tiga minggu dan bermalam di Kantor Bupati Malawi. Namun tuntutan lahan pertanian, fasilitas kesehatan dan sekolah tidak ada jawaban.

Mereka memutuskan kembali ke Sikka. Kedatangan 60 jiwa menumpang KM Dharma Kencana difasilitasi relawan Romo Gaby, dan Romo Agus serta staf Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Malawi. Kedua rohaniwan Katolik itu menemukan para transmigran ketika melakukan aksi damai di halaman Kantor Bupati Malawi.

Kepala Dinas Sosial dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Sikka, Gregorius Rehi kepada wartawan di Pelabuhan Lorens Say Maumere Sabtu (11/6/2011) siang menyatakan, kepulangan transmigran atas kemauan sendiri.

Dia mengatakan, pra transmigran menandatangani surat pernyataan kembali ke Maumere. Surat itu diterimanya dari Pemkab Malawi diberikan Departemen Transmigrasi RI.

“Mereka pulang atas kemauan sendiri. Fasilitas di lokasi semuanya tersedia,” kata Rehi. Namun, penjelasan Rehi dibantah para transmigran. “Kami sudah enam bulan menderita di sana. Bapak tidak pernah merasakan. Kami seperti dibuang saja,” tandas kaum ibu.

Geradus Badar, dan Robertus Lotu, mengatakan, 10 KK yang masih bertahan di lokasi transmigran nasibnya buruk. Mereka malu pulang kampung karena belum memiliki apa-apa yang bisa dibawa pulang, sedangkan harta benda yang semula dimilikinya telah dijual.

“Mereka kuli di kebun-kebun kepala sawit. Sehari dibayar Rp 42.000, makanan dibawah dari rumah. Kami mau kerja kebun, status lahan tidak jelas,” keluh Geradus dibenarkan Robertus.

Meski program transmigrasi tahun 2010 menuai soal, Disnakertrans Sikka telah mendaftar 166 KK dari jatah 86 KK yang akan dikirim pada tahun 2011 ini. Pengiriman transmigran asal Sikka dilakukan sejak 2001 sampai kini mencapai 4.525 KK atau 19.171 jiwa. Mereka menempati lokasi transmigran di Propinsi Kaimantan Barat, Kalimantan Timur, Maluku dan Sulawesi Barat (Harian Flores Star/ius/kk).

Foto: Flores Star
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Saturday 11 June 2011

Cinde Minta Bebas

Sidang Tenggelamnya Karya Pinang
Kontroversial terjadi dalam sidang pembelaan tenggelamnya Kapal Motor (KM) Karya Pinang di Pengadilan Negeri Maumere Kamis (9/6/2011). Ketika nahkoda tembak KM Karya Pinang , Frans Cinde minta majelis hakim memebebaskannya dari tuntutan 12 tahun penjara, puluhan anggota keluarga minta majelis hakim menghukum Frans Cinde seberat-beratnya. Keluarga korban datang ke Pengadilan Negeri Maumere di Jalan Jenderal Ahmad Yani menumpang satu truk dan dua angkutan kota ini khusus menyaksikan persidangan Cinde. Meski suasana tegang dengan keluarga yang berteriak dari luar ruangan, sidang berjalan tertib dikawal puluhan anggota Polres Sikka dan Brimobda Maumere. Menurut keluarga, ulah anggota DPRD Sikka, Cinde telah mengakibatkan mereka kehilangan sanak keluarga selama-lamanya. Mereka berteriak minta keadilan hukum ditegakkan dan jangan sekali-kali menjatuhkan hukuman ringan.
Bila hukuman ringan, keluarga mendesak majelis hakim melepas Cinde dan mereka memberi hukuman kepadanya.

Permintaan membebaskan Cinde dari hukuman dan dakwaan disampaikan kuasa hukumnya Viktor Nekur,S.H, menanggapi tuntutan 12 tahun penjara. Perbuatan Cinde menurut JPU melanggar pasal 338 dan pasal 351 ayat 1 KHUP.

Menurut Viktor, Cinde tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindakan pidana seperti tuntutan JPU, sehingga terdakwa harus dibebaskan dari tuntutan hukuman dan tahanan.

Dia berkeyakinan, setiap proses peradilan harus berdasarkan ketentuan hukum. Tenggelamnya KM Karya Pinang diluar batas kemampuan Cinde, sehingga tidak mampu menolong semua korban.
Dari fakta persidangan dan keterangan saksi yang telah diperiksa, kata Viktor, Cinde tidak terbukti melakukan perbuatan seperti didakwakan dan dituntut JPU.

Dia minta majelis hakim menjatuhkan putusan tidak terbukti melakukan tindak pidana, membebaskan terdakwa dari dakwaan dan melepaskannya dari tahanan. Mengembalikan harkat dan martabat Cinde dan membebankan biaya perkara kepada terdakwa.

Agenda tunggal sidang penyampaian nota pembelaan dipimpin Ketua Majles Hakim, Hiras Sitanggang, S.H, beranggotakan Murtada Mberu, S.H, dan Indra Dima, S.H. Tim JPU A.A. Raka, S.H dan Hersen, S.H, minta waktu seminggu menyampaikan jawaban atas pembelaan terdakwa. Majelis Hakim sepakat sidang dilanjutkan Kamis (16/6/2011), minggu depan. (Flores Star/ris/kk)

Selengkapnya...

Friday 10 June 2011

Tjark Corneile Hillers Tak Pernah Berharap

RSUD Hillers Dalam Sorotan
Sungguh sayang. Rumah Sakit Umum Daerah TC Hillers Maumere yang memiliki bangunan luas dengan sejumlah tenaga medis handalnya masih saja berkutat dibawah standar pelayanan. Padahal nama besar seorang Tjark Corneile Hillers disandangnya. Dokter Hillers, sapaan akrabnya, kesohor ditengah masyarakat kecil dan orang besar yang pernah mendapat perawatan medisnya. Almahrum dokter asal Belanda itu pun tak pernah meminta namanya diabadikan. Ia juga tak pernah berharap, kelak nama Rumah Sakit TC Hillers tercoreng dan menjadi buah bibir negatip di tengah masyarakat. Lalu kita boleh bertanya, pantaskah jika nama besar seorang dokter Hillers disandang Rumah Sakit ini? Dengan sejumlah pelayanannya yang masih jauh dari memuaskan, kita berhak bertanya.
Tentu saja. Jika kita tengok di berbagai halaman curhat surat kabar lokal seperti Pos Kupang dan Flores Star dan lain-lain. Setiap waktu ada saja keluhan dari pembacanya. Mereka mengklaim buruknya sistem pelayanan yang diterima dari RSUD TC Hillers.

Kejadian baru dan masih heboh ditengah pergunjingan warga Maumere adalah kematian seorang bayi dalam kandungan. Yang lebih tragis lagi, kematian tersebut gara-gara keegoan sang bidan RSUD TC Hillers. Jika saja kita menjadi bagian dari keluarga ibu yang melahirkan, apa yang bisa kita lakukan?

***
Ditengah semangat meningkatkan pelayayan terhadap para pasiennya, nama Rumah Sakit Umum Daerah T.C Hillers Maumere tercoreng oleh perbuatan salah seorang perawatnya. Adalah Siti Y Komaryah yang melantunkan kisah aib tersebut. Sang bidan melakukan kesalahan fatal hingga seorang bayi mati dalam kandungan ibunya. Sang calon bayi tidak mendapat pertolongan semestinya akibat ibunya yang dalam proses melahirkan dia kedunia di obok-obok oleh sang bidan.

Siti Komaryah, sang bidan tersebut, dengan tega menyumpal mulut Natalie Nonce (30) hingga dua kali dengan isolasi flakban hanya gara-gara sang ibu berteriak kesakitan dalm proses melahirkan. Sang bidan tak mengiginkan teriakan Ibu Natalia mengganggu kenyamanan pasien lain.

Kejadian hari Senin (30/5/2011) menjadi headline disejumlah media lokal surat kabar Flores dan NTT. Seperti diberitakan Flores Pos (Senin, 6/6/2011), akibat perbuatannya, Nyonya Natalia kesulitan bernapas saat berjuang melahirkan bayinya. Bayi itu akhirnya mati karena ibunya tidak bisa memberikan pertolongan maksimal.

Bidan Siti Y Komariah akhirnya dipindahkan dari ruang bersalin Anggrek ke ruang perawatan RSUD TC Hillers Maumere. Dia sendiri seperti diberitakan Harian Flores Star, Rabu (8/6/2011) telah meminta maaf kepada keluarga korban. “Dari hati yang dalam saya minta maaf.” Kalimat itu diulanginya hingga tiga kali ketika berhadapan dengan Ibu Natalia Nonce dalam pertemuan kekeluargaan yang difasilitasi relawan Suster Aloisia Dal Bo, di rumah Natalia di Dusun Wutik, Desa Koting D, Kecamatan Koting, Selasa (7/6/2011). “Saya bersalah, saya minta maaf,” pinta Siti berulang kali.

Sang bayi sudah dimakamkan dalam teras rumah keluarga. Kejadian memilukan tersebut, menjadi buah bibir warga Sikka. Apalagi media lokal gencar mewartakan berita tersebut.
Sedangkan Direktur Rumah Sakit Umum TC Hillers Maumere, Imaculata Veronika Djelulut mengungkapkan rasa sangat kecewa atas tindakan ceroboh yang dilakukan bidan Siti Komaryah. Pihaknya meminta maaf atas kelalaian bidan yang mengakibatkan adanya korban tersebut.

***

Sungguh pilu. Namun ada satu harapan dari lubuk hati kita terdalam, bahwa kita masih berharap pada rumah sakit ini untuk merubah dan meningkatkan kualitas pelayanan, dalam segala lini. Bukankah usia rumah sakit ini bukan usia bau kencur lagi? Segeralah lakukan pembenahan, itu saja permintaannya.

Ah melihat gedung putih megah berdiri, timbul lagi satu tanya, jika saja dokter Hillers masih hidup, bagaimanakah dia akan berkomentar dengan kekurangan ini?

Foto: facebook

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Monday 6 June 2011

Keindahan Tenun Ikat Nusa Bunga

Flores, sepotong pulau dalam gugusan pulau-pulau indah di Nusa Tenggara Timur, satu dari rangkaian nama Flobamora (Flores, Sumba, Timor, Alor, Rote, Lembata). Flores terdiri dari delapan kabupaten yang masing-masing memiliki kebudayaan yang khas dan berbeda. Flores berasal dari bahasa Portugis yang berarti 'bunga'.
Flores dihuni berbagai kelompok etnis dimana masing-masing menempati wilayah tertentu lengkap dengan aturan-aturan adat, kemasyarakatan dan budaya yang berbeda dan mengikat utuh masyarakatnya. Salah satu kelompok etnis yang mendiami Flores adalah Sikka.
Sikka di Flores selain sebagai nama etnis juga nama kabupaten dengan Maumere sebagai ibukota. Salah satu yang terkenal dari kekayaan budaya pembuatan tenun ikat yang dipakai dalam setiap upacara adat maupun kehidupan sehari-hari.


Salah satu komunitas yang aktif terus melestarikan dan mengembangkan tenun ikat sekaligus budaya dan kesenian adat Sikka adalah Sanggar Bliran Sina bertempat di desa Watublapi 20 kilometer dari Maumere.

Berdiri 1998 di oleh alm. Romanus Rewo, ayahnda dari Daniel David yang kini meneruskan perjuangan sang ayah. Komunitas ini terus menggali dan memberikan kesadaran melestarikan adapt dan budaya Sikka. Untuk pengembangan tenun ikat selalu konsisten dan terus menerus menggali penggunaan motif-motif tradisional, selain kreasi baru dan penggunaan bahan pewarna alami untuk seluruh proses pewarnaan. Untuk lebih memberdayakan anggotanya yang 56 orang itu, salah satu upaya komunitas ini adalah membentuk koperasi (2006) dan memperkenalkan ke berbagai forum nasional maupun internasional. Baik upaya mandiri maupun undangan dari berbagai pihak. Selain itu mereka mendapat bantuan manajemen dari Swisscontact Wisata.

Para perempuan penenun di Watublapi perlahan-lahan beralih dan memilih mengerjakan tenun ikat dengan warna organik yang bahan-bahannya berasal dari tumbuhan local sama seperti yang dilakukan oleh leluhur mereka.

Komitmen tersebut dijalankan bersama dimotivasi oleh beberapa hal, yakni pelestarian warisan budaya bangsa (tenun ikat tradisional dapat dijumpai dari Sabang sampai Merauke), berwawasan lingkungan (mengurangi limbah dari bahan pewarna kimia dan melakukan penanaman kembali tanaman pewarna organic), kesehatan ibu dan anak (pewarna organic aman untuk kesehatan), kesetaraan gender (membantu kaum ibu memiliki penghasilan sendiri) dan mengangkat ekonomi kerakyatan (menambah pendapatan perkapita keluarga).

"Mata pencaharian masyarakat setempat adalah bertani, selama pengamatan selama 3 tahun terjadi peningkatan income setelah mereka juga membuat tenun ikat dalam kelompok kami,"jelas Danial David.

Dalam pameran ini kali mengusung rombongan 18 anggota dari Sikka dan 300 lebar tenun ikat dan sekaligus perangkatnya, seperti alat pintal kapas menjadi benang dan alat tenun. (Amelia)

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Dana Bantuan Sosial

DARI namanya dana ini dipergunakan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Namun kenyataannya peruntukan dana ini lebih sering dibelokkan untuk kepentingan lain.
Konon, begitu kepala daerah (bupati/walikota/gubernur) berkunjung ke suatu wilayah, ada pejabat tertentu yang siap selalu dengan uang tunai sekian (ratus) juta. Begitu di lokasi kunjungan sang kepala daerah menyatakan membantu warga/badan dengan sejumlah uang, maka petugas yang memegang uang itu pun langsung menghitung dan memberikan uang kepada yang dibantu sesuai jumlah yang disebut kepala daerah.
Sumber dana yang dipakai? Kalau dana bansos masih mencukupi, diambillah dari dana itu. Jika tidak, uang diambil dari dana sisa tender proyek-proyek.
Seyogianya, dana bansos dialokasikan dalam APBD untuk mengakomodir permintaan bantuan dana dari masyarakat yang dinilai penting untuk dibantu.

Contohnya, ada mahasiswa dari keluarga kurang mampu meminta bantuan dana untuk menyelesaikan studi (menyusun skripsi, melakukan penelitian dan lain-lain). Atau ada lembaga keagamaan yang meminta bantuan dana untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti membangun rumah ibadah atau kegiatan lainnya.

Namun kenyataan sering berbeda. Dana bansos dihabiskan tidak sesuai peruntukannya.
Kasus dana bansos yang mencuat di Kabupaten Sikka, cukup jelas menceriterakan kepada publik tentang penyimpangan penggunaan dana bansos. Mulai dari proses pencairan, pertanggungjawaban sampai peruntukannya, nyaris bermasalah semua. Terungkap juga bahwa ada rekayasa kelompok masyarakat penerima bantuan yang bersumber dari dana bansos. Nyatanya tidak ada, alias kelompok fiktif.

Persoalan ini mencuat setelah “diobrak-abrik” oleh Inspektorat Daerah dan BPKP NTT. Negara mengalami kerugian Rp 10 miliar lebih akibat penyimpangan ini.
Kini, DPRD setempat kembali “mengobok-obok” persoalan itu, “mengulitinya” satu persatu dan publik dibuat tercengang melihat betapa aparat pemerintah “bermain-main” dengan uang rakyat.

Dari sisi transparansi, langkah DPRD Sikka patut dijempoli. Kasus itu dibuat “telanjang” agar ada efek jera, ada efek pembelajaran. Setidaknya pejabat lain yang tidak terlibat, daerah lain yang mengelola dana bansos, bisa lebih bertanggung jawab menggunakan dana itu sesuai peruntukannya.

Spektrum yang menyembul dari rangkaian sidang panitia khusus (pansus) DPRD Sikka yang menyelidiki dana bansos tersebut --tak bisa dihindari-- tidak sebatas penegakan aturan. Warna politiknya begitu terang dan dominan. Terjadi “tembak-menembak” secara politis di tengah pengusutan kasus ini sehingga dikhawatirkan pansus akan sanggup membawa kasus ini tetap di jalurnya. Pansus tentu bukan sidang pengadilan. Juga bukan ruang interogasi penyidik. Siapa pun yang dipanggil untuk dimintai penjelasannya dalam sidang pansus harus tetap berjalan dengan kepala tegak, bukan menunduk lantaran malu karena dipermalukan dalam ruang sidang.


Di sinilah tantangan bagi pansus untuk menjaga agar rangkaian sidang pansus tetap menjadi forum bermartabat dan terhormat.
Lebih dari itu, panitia khusus harus mampu membuktikan ‘kekhususannya’ melalui hasil dari rangkaian panjang sidang-sidang, yang tidak hanya memakan waktu, tetapi juga menyita perhatian, menguras energi dan juga dana. Karena itu harus ada yang spesial yang dihadiahkan kepada masyarakat dari rangkaian kerja keras pansus menyelidiki kasus ini.

Sudah banyak kali terjadi, mulai dari pusat sampai ke daerah, pansus dewan berlangsung begitu semarak. Prosesnya begitu “gegap gempita”. Menyita perhatian publik laksana sinetron di televisi. Tapi apa ending-nya? Lebih banyak berupa kemasan bahasa-bahasa politis yang non-excecutable.

Kalau toh pada akhirnya kasus penyimpangan seperti yang sedang diselidiki oleh Pansus DPRD Sikka itu akan direkomendasikan untuk diproses hukum, dan tentu saja masih berproses begitu lama dengan ending yang juga belum tentu memuaskan rasa keadilan masyarakat, mengapa harus membuang waktu, energi dan dana untuk berlama-lama? Apalagi hanya demi memuaskan hasrat saling memojokkan, menyudutkan satu sama lain?

Kita berharap Pansus segera menyelesaikan tugasnya. Jika benar ada masalah maka harus ada yang bertanggung jawab. * (Pos kupang)
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 06.11 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---