Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Saturday 16 May 2009

Menjelajah Masa Silam Lewat Museum Blikon Blewut..


Ketika memasuki gedung museum Blikon Blewut yang terletak dalam area Sekolah Tinggi Filsafat Khatolik Ledalero saat itu juga perasaan kita seakan terbawa menuju masa silam. Kita akan mengenang jaman prasejarah dan sejarah umat manusia dan kehidupan di bumi ini yang dilukiskan dalam berbagai artefak dan peninggalan kuno. Kata Blikon Blewut itu sendiri maksudnya adalah sisa-sisa dari yang punah. Artinya lebih dari purba.

Museum Blikon Blewut terletak dalam komplek area Sekolah Tinggi Filsafat Khatolik (STFK) Ledalero. Dari Kota Maumere berjarak 6 Km menuju selatan Kabupaten Sikka atau berada dalam lintasan jalan raya menuju ke Kabupaten Ende.
Secara Administrasi, Museum Blikon Blewut terletak dalam Wilayah Pemerintahan Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka.
 Ketenangan suasana yang dibaluti hawa dingin menjadikan kita tak bosan-bosan berkelana ke masa lampau. Kita bisa melihat segala macam peninggalann untuk dipelajari.
Dalam buku tamu museum, terlihat jelas indentitas pengunjung yang telah mampir di museum ini. Mulai dari kalangan peneliti, ilmuwan, mahasiswa dan wisatawan berbagai negara di dunia dan tentu saja sejumlah daerah di Indonesia.

Sudah siap berwisata atau berada di dalam hidup dan kehidupan masa silam lewat Museum Blikon Blewut? Berangkat....!!

Membicarakan Sikka purba -juga Flores, NTT, Indonesia dan dunia tak bisa dipisahkan begitu saja dengan "Museum Blikon Blewut". Inilah museum terbesar dan terlengkap di Propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) yang menghimpun berbagai fosil dan artefak dari zaman batu, megalitikum, dan artefak kesenian lainnya dari berbagai kultur.

Penataan dan pengelolaan museum ini dari hari ke hari semakin memenuhi tuntutan dan bobot ilmiah, kadar kultural dan nilai estetika. Inventarisasi kategoris koleksi museum ini memiliki macam-macam benda, alat, photo dokumentasi, patung, kain tenun, parang, emas, perunggu, batu mulia, batu-batuan lain, berbagai jenis mata uang logam dan kertas dari mancanegara dan lain sebagainya. Inilah peninggalan budaya di Flores dan berbagai daerah lain di Nusantara dan dunia yang memiliki nilai yang sangat tinggi sehingga perlu di amankan dan terus di gali nilai tersebut.

Dalam Pelangi Sikka, 2000,  dijelaskan pengumpulan benda-benda purba dimulai oleh Pater Verhoeven SVD pada tahun 1965, kemudian dilanjutkan Pater Piet Petu SVD pada tahun 1980-an, “Saya senang rnenyimpan barang-barang seperti itu..Bakat itu dari rumah dimana saya selalu mempunyai barang-barang koleksi yang baik."

Blikon Blewut memuat benda-benda yang paling purba seperti tulang-belulang Protonegrito, binatang buruan seperti stegedon dan batu-batuan yang jadi perkakas karya manusia purba. Stegedon sekitar 200- 300 tahun SM, di mana di jaman itu manusia dari awalnya memakan binatang, binatang makan manusia. Pater Verhoeven dari awalnya hanya mengumpulkan benda-benda purba itu antara lain sebuah kapal dolok perunggu terkenal yang diambil dari So'a-Bajawa dan fosil-fosil Stegedon tlorinensis Hooijer, dari kaki Gunung Ebulobo - Olabula - Boawae. Sedangkan Pater Piet Petu SVD sebagai penerus mulai dengan verifikasi yaitu mencari hubungan kausalnya.

Promotor Blikon Blewut terbesar adalah Dr. P. Th. Verhoeven SVD yang mulai mengadakan penelitian dan ekspedisi-ekspedisi penggalian sejak tahun 1950. Tokoh-tokoh lain yang ikut menggali barang-barang prasejarah dan sejarah ialah Mgr. van Bekkum SVD, Pater Mommersteeg SVD, van Heekeren (Kepala Dinas Purbakala Jakarta di saat itu), Pater Darius Nggawa SVD, Fr. Nurak dan sebagainya. Sedangkan khusus di Timor, sebelum Pater Verhoeven dkk. sudah pernah diteliti oleh Fritz Serasin pada tahun 1934 dan YA. Willems pada tahun 1938.

Dari hasil penelitian dan penggalian di Flores, Sumba, dan Timor Pater Verhoeven mengadakan hubungan dengan para ahli di Eropa. Mereka mempelajarinya dan menganalisia benda-benda penemuan yang diserahkan Peter Verhoeven. Kemudian mempublikasinya dalam beberapa majalah ilmu pengetahuan seperti Antropos (Internasional) dan juga beberapa kali termuat dalam Majalah Berita MIPI.

Penyelidikan prasejarah ini sejak awal diketahui dan disahkan oleh pemerintah, dan Peter Verhoeven SVD tetap memberikan laporan-laporannya kepada Kepala Dinas Purbakala di Jakarta dan kepada Seksi Pengajaran dan Kebudayaan Propinsi. Juga ada hubungan kerja sama dengan beberapa ahli di Bogor dan Bandung. Sampai sekarang kegiatan itu masih merupakan usaha partikuler. Sedangkan para ahli di Eropa yang memiliki perhatian terhadap obyek-obyek itu adalah seperti Prof. Dr. Huizinga dan Prof. Dr. von Kooningswald di Univeraitas Utrech, Belanda, dan Dr. 0.A. Hooijer.

Di belakang Pater Verhoevera, Pater Piet Petu SVD melanjutkan karya besar itu dengan mengumpulkan barang-barang purbakala lainnya dari Flores, Sumba, Timor, dan Alor. Pater Piet Petu SVD pulalah yang selanjutnya memverifikasinya yaitu mencari hubungan kausa1nya.

Adapun isi Museum Blikon Blewut secara garis besar dapat dipaparkan:

I . Alat-alat Kebudayaan Pra-Sejarah

1. Zaman Batu Flores: Zaman Paleoliticum atas; ZamanPakoliticum tengah; Zaman Paleoliticum bawah.
Barang-barang berupa chop¬per, chopper tool, hand adze.Semuanya berjumlah 70 buah; Zaman Mesoliticum, berupa ujung panah berkait, kapak, ujung tombak boor besar, yang semuanya berumlah 15 buah. Berikut alat-alat dan kulit siput berupa pijpunten, blades, dan perhiasan yang berjumlah 20 buah, Selajn itu juga tembikar dari Liang Toge.

2. Zaman Perunggu, berupa dolok perunggu (satu-satunya yang terdapat di Indonesia), gong, moko, gelang, pattung anjing, tempat sirih, dan manik-manik berjumlah 10 buah.

3. Fosil-fosil atau alat-alat dari Kebudayaan Sangiran dan Pacitan berjumlah 128 buah.

4. Zaman Batu Eropa berjumlah 80 buah (Abbevillen-Auriguneian
Clactonien-SoIutrean-AehenIeen-Magdalenien-Monsterien-Mi-,
crolith). Jugs alat-alat Neolithis dan perhiasan dari Afrika berjumlah 24 buah.

5. Batu-batu mulia, yang besar berjumlah 71 buah dengan perincian bahwa ada beberapa berasal dari batang kayu yang membatu. Permata berjumlah 45 buah yang diambil dari Lehrmittel-Anstalt Janger Eisenblute-Erzberg; Erzbergit-Erzberg; Edelopal-Mexico; Turmalin dan Achat Gefarbt (Brasilien)

6. Manik-manik.
Ada yang berbentuk bulat dan ada yang bulat
panjang. Diperkirakan berasal dari Roma, Mesir, dan India.

II. Benda-benda Porselen.
Benda-benda porselen berupa piring-piring, patung ayam dan sebagainya berjumlah 80 buah. Dikirakan berasal dari Zaman Ming dan Zaman Jung (dari kubur Berloka-Werloka).

III. Alat-alat Musik.
Alat-alat musik dari Flores dan Timor berupa macam-macam staling, robo, bo gena, for dogo, hake, hoi, woi mere (semacam gitar dari Timor), fekodan sebagainya berjumlah 90 buah.

IV. Tenunan, anyaman, dan ukiran.
Tenunan berupa sarung-sarung dari Flores dan Timor. Anyaman berupa tempat sirih, tempat tembakau, keranjang dan tempat kapur sirih. Ukiran berupa empat papan berukir dari Ngada, ukiran patung dari Irian Barat. Semuanya 90 buah.

V. Fauna.
Fauna praehistoris berupa Stegedon florensis dengan banyak geligi dan tulang-belulangnya. Spelaemys floorensis Hooijer, Papagomys arrnanvillei, geligi hayfish, geligi ikan yu (hiu), geligi Boa lezafarit, Papagomys verhoevani Hooijer. Sedangkan fauna belakangan adalah kura-kura, macam-macam siput, dan kupu-kupu. Selain itu terdapat juga dua buah kumbang dari Sikka, dua kumbang sedang, 2 kumbang kecil, pakaian dan gendang Irian Barat.

Menurut Pater Piet Petu SVD, barang-barang yang dikumpulkan itu,selain dicari sendiri, tetapi ada juga yang dibawah sendiri oleh orang-orang untuk menjualnya. Pater Piet Petu membeli dengan kemampuan yang ada. Kalau terlalu mahal tak dibelinya. Semuanya diproyeksikan sebagai medium ilmu pengetahuan.

Selembar Uang Kuno dan Lukisan Jenderal Anumerta Ahmad Yani

Menarik sekali ketika melihat selembar uang kertas kuno yang tertata rapi dalam bingkai kaca  di dinding museum. Uang kertas yang menarik perhatian tersebut adalah uang kertas yang memiliki nilai seharga Rp.2,5. Ada rasa bangga juga bahwa museum ini masih menyimpan uang kertas kuno yang memuat model asli dari Kabupaten Sikka sendiri. Wajah yang berada dalam uang kertas itu adalah wajah seorang tua bernama Moat Noeng asal Kampung Wolohuler, sebuah kampung di Desa Nele.
Mengapa Bapa Noeng bisa menjadi model uang kertas yang berlaku dari tahun 1952-1956 tersebut?

Ceritanya, saat berjualan kelapa muda di pinggiran jalan raya menuju Bandara Wai Oti (2 Km dari pusat Kota Maumere) sosok petani miskin ini rupanya menarik perhatian Sang Proklamator Indonesia yakni Moat Soekarno (Bung Karno). Bung Karno saat itu bersama rombongan transit di Maumere.

Bung Karno lalu menyuruh memberhentikan mobil dan menanyakan harga beberapa butir kelapa muda yang di jual Moat Noeng.  Moat yang lugu kemudian menjawab beberapa butir kelapa Rp.2,5.

Yang menarik Bung Karno merasa terkesima dengan sosok orang kampung yang bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Melihat sosok miskin yang bersahaja tersebut, Bung Karno memerintahkan untuk segera memotret Moat Noeng. Gambar dalam uang kertas itu adalah hasil dari foto yang diambil di pinggir jalan raya menuju Bandara Wai Oti. Cerita diatas disampaikan oleh penjaga museum Blikon Blewut kepada www.inimaumere.com ketika kami menapaki sejarah masa silam saat mengunjungi Museum Blikon Blewut.


Di dinding museum juga terdapat lukisan Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani yang memiliki cerita sendiri. Lukisan tersebut dibuat oleh Fr. Bosco Beding tanggal 30 September 1965.
Di bawah lukisan itu sebelumnya tertulis Jenderal Ahmad Yani namun setelah terjadi peristiwa G30S/PKI ditambahkan Jenderal Anumerta Ahmad Yani.
Lukisan itu dibuat tanggal 30 September 1965 di Ledalero. Satu hari sebelum ditembak mati, Ahmad Yani baru saja menuju Jakarta. Di Maumere khususnya di Ledalero, beliau memberikan ceramah di depan kalangan akademisi dan rohaniawan.

Masuk Blikon Blewut rasanya seperti berwisata ke masa silam. Inilah warisan peninggalam masa lampau yang patut diketahui dan di jaga oleh kita bersama.

Sudah pernah kesana apa belom? Tak lengkap jika hanya membaca artikel ini.



Klik Fotonya :









Komplek STFK Ledalero


www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Saturday, May 16 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---