Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Thursday 13 June 2013

Lagi, Antri Bensin

Pusing! Yaps, gimana tak pusing, untuk mendapatkan bensin saja, pemilik kendaraan mesti mengantri panjang. Ditambah sengatan cuaca panas khas Maumere, mengantri bensin adalah pekerjaan yang paling membosankan dan mengesalkan. Ini terjadi dalam tiga hari terakhir, terhitung sejak Senin (10/6) lalu, dimana SPBU-SPBU yang ada di dalam kota dan sekitarnya tak mampu lagi memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Hasilnya kini, harga bensin yang dijual di pinggiran jalan ikut melonjak naik. Iya sih, nilai harganya tak sampai menggila seperti beberapa bulan lalu. Ingat kan? Saat itu harga perbotol kemasan besar dijual hingga mencapai Rp 50 ribu! Beda dengan sekarang dimana harga tertinggi berkutat di Rp 15 ribu/botol dari harga normal Rp 10-12 ribu. Pelanggan hanya bisa mengurut dada, meski kadang terasa sesak!

Pantauan inimaumere.com dari hari Senin lalu, Pom Bensin Madawat menjadi satu-satunya SPBU yang selalu aktif melayani pelanggannya, Di pom bensin ini pula, antrian panjang kendaraan bisa mencapai puluhan meter.

Sedangkan pom bensin Waidoko sudah beberapa hari sebelumnya tidak melayani pembelinya.

Beberapa pengantri menghabiskan waktu dengan duduk-duduk di pinggiran jalan. Atau paling seru bermain kartu. Nampak juga saling bercerita satu sama lain.

Beruntunglah, hari ini, Kamis ( 13/6), pantauan pagi hari terlihat antrian panjang sudah mulai berkurang.

Seperti ramai diberitakan, pemerintah pusat telah merencanakan menaikan harga BBM.

Seperti dilansir situs resmi Kemenperin RI, Pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dan solar dari Rp 4.500 menjadi sekitar 6.000 per liter mulai Juni 2013. Sedianya harga BBM bersubsidi naik mulai 1 Mei ini, namun akhirnya ditunda karena anggaran untuk program kompensasi BBM bagi masyarakat miskin harus mendapat persetujuan DPR.


www.inimaumere.com
Selengkapnya...

TAUFIQ KIEMAS dan KUALITAS LAYANAN KESEHATAN KITA

Berita kepergian Ketua MPR RI, Bapak Taufik Kiemas, sempat membuat saya kaget karena beliau baru saja menghadiri Peringatan Hari Lahir Pancasila di Ende, NTT pada 1 Juni 2013 yang lalu. Disaat banyak politisi lebih mengutamakan kepentingan partai dibandingkan kepentingan bangsa dan Negara; disaat para politisi lebih mengutamakan kepentingan sesaat dibandingkan perjuangan bersama membangun Indonesia Raya, sosok Taufiq Kiemas menurut pandangan saya merupakan salah satu dari sedikit politisi yang layak diteladani.

Sesaat setelah mendoakan Beliau agar diterima disisiNya, saya agak sedikit terusik dengan tempat berobat beliau. Lagi-lagi banyak tokoh penting di RI yang berobat ke luar negeri. Singapore General Hospital, tempat beliau dirawat disebut ratusan kali di media elektronik dan ditulis di berbagai media cetak. Marketing yang luar biasa untuk Rumah Sakit di Singapura sekaligus mewartakan pada dunia bahwa kualitas layanan kesehatan di Indonesia lebih rendah dibandingkan Singapura.

Beberapa waktu lalu, Ibu Negara juga berobat ke Amerika Serikat dan diumumkan oleh juru bicara Presiden. Lagi-lagi marketing yang bagus untuk Rumah Sakit Amerika sekaligus mewartakan pada dunia bahwa pejabat kita tidak yakin akan kualitas layanan kesehatan di negeri sendiri. Masyarakat kita yang paternalistik tentu akan mengikuti perilaku para pejabatnya. Jangan salahkan jika banyak Warga Negara Indonesia yang lebih memilih berobat ke luar negeri.

Apakah memang kualitas layanan kesehatan kita lebih rendah dari Singapura?
 Apakah tidak ada Rumah Sakit di Indonesia yang bisa menangani para pejabat kita?

Kalau melihat jumlah penduduk kita yang lebih besar, yang artinya jumlah kasus penyakit kita juga sangat banyak dan beragam, maka seharusnya para petugas kesehatan kita tentu mempunyai pengalaman menangani kasus lebih banyak dibandingkan Singapura.

Kalau para pejabat tersebut menganggap tidak ada Rumah Sakit yang berkualitas setara dengan RS di Singapura, kenapa mereka (para pejabat) saat berkuasa tidak menggunakan kewenangannya untuk membuat minimal satu saja rumah sakit yang setaraf dengan RS di Singapura? Pak Taufiq Kiemas mempunyai istri seorang Presiden. Kalau mau, saya yakin dengan kewenangannya bisa mewujudkan Rumah Sakit bertaraf Internasional. Demikian juga, Ibu Ani Yudoyono tidak perlu berobat ke Amerika jika sang suami, Presiden SBY berkenan mewujudkan Rumah Sakit berstandar Internasional.

Atau memang tidak ada kemauan dari para pejabat kita untuk itu? Terkadang saya berpikir seperti ini karena Negara kita lebih memilih impor garam dibandingkan mengupayakan peningkatan produksi garam dalam negeri, padahal konon Negara kita pantainya terpanjang no 5 di dunia. Kita lebih memilih impor daging dibandingkan meningkatkan produksi daging di Nusa Tenggara Timur misalnya.

Pernah ada sahabat dari Singapura yang mengatakan, “Terima kasih ya karena negaramu tidak efisien, maka kami (Singapura) menjadi maju”. Memang dia menyampaikan dengan bercanda, tetapi menyakitkan juga. Bagaimana mungkin Negara dengan penduduk lebih kecil dari satu propinsi di Indonesia, maskapai penerbangannya (Singapore Airline) lebih hebat dari kita yang punya penduduk (calon penumpang) lebih besar.

Selanjutnya sahabat itu mengatakan, “Negaramu sangat kaya. Apa yang kalian tidak punya? Di laut, di atas tanah, di bawah tanah bahkan di udarapun semuanya penuh dengan aneka kekayaan alam. Coba bayangkan Negara kami, air saja harus beli dari Malaysia”.

Saya berpikir sejenak dan memang ada benarnya apa yang disampaikan sahabat dari Singapura terebut. Karena kaya (pejabatnya) kita menjadi manja dan malas. Mungkin kita baru bisa maju kalau suatu saat ada yang mengembargo Negara kita. Misalnya, tidak ada yang mau melayani impor daging sapi ke negara kita, pasti kita akan berjuang swasembada daging sapi. Embargo juga diberlakukan ke berbagai komoditi lainnya seperti kedelai, garam dan lain lain termasuk menolak orang Indonesia yang mau berobat ke luar negeri.

Kalau semua Negara menolak kita, maka kita “terpaksa” harus “membangun” Rumah Sakit yang berkualitas yang mampu memberikan pelayanan prima dan menjadi kebanggaan seluruh warga bangsa.

Kapan itu akan terwujud?
Apa memang perlu menunggu embargo dari Negara lain?

Atau sebaiknya kita (para pejabat yang berkuasa ) mengembargo diri sendiri dengan berjanji sebisa mungkin tidak akan mengimpor barang lagi dan berupaya sekuat tenaga memenuhi kebutuhan dalam negeri entah itu masalah kebutuhan sandang, pangan maupun layanan kesehatan.

Selamat Jalan pak Taufiq Kiemas, beristirahatlah dengan damai disisi Nya

Selamat pagi sahabat. Salam sehat bermanfaat
Asep Purnama 
Penulis adalah Dokter di TC Hillers Hospital

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Thursday, June 13 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---