Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Monday 22 August 2011

Puisi Kemerdekaan Penyair Flores

Lebih dari sebagian orang menulis puisi itu sebagai hobby tanpa memperdulikan puisinya mendapat pengakuan atau tidak, yang penting bagi mereka adalah menuangkan apa yang ada di kepala atau perasaan mereka ke dalam bentuk puisi. Dengan melakukan hal itu mereka mendapat kepuasaan tersendiri menurut versi mereka. Dan ini sah-sah saja karena menulis puisi tidak selalu harus mendapat pengakuan. Demikian kutipan dari penuis Herman J Waluyo. Begitulah puisi, begitulah penyair. Dan para sekelompok facebookers asal Flores yang tergabung dalam grup ”Kumpulan Terbuang Penyair Tanah Flores” menuangkan coretan mereka dalam bentuk puisi yang indah. Puisi yang ditulis tak bertujuan ingin mendapat pengakuan. Bagi mereka kepuasan mengungkapkan perasaan hati lebih berharga dari segala pengakuan. Sebab itulah sebagian besar puisi para penyair di grup tersebut,tanpa judul. Artinya, sebagian besar ditulis secara spontan.



Dalam suasana kemerdekaan RI yang ke 66, para penyair tak tinggal diam. Lewat coretannya mereka mencoba bertutur tentang kemedekaan, dipandang dari sudut penyair.
Puisi-puisi yang dikumpulkan dari ceceran di dinding grup ditulis spontan dengan berbagai gaya ragam puisi.

Adalah Even Edomeko, salah satu anggota grup kemudian memilah beberapa puisi kemedekaan dan memberi judul. Para penyair setuju.

Dan inimaumere.com bisa menyebtkan satu-satu nama para penyair yang telah terlibat yakni Even Edomeko, Yanuarius Yoris, Mario Bato Wanes, Sonya da Gama, Annasty Sandra, Sally Uka-Uka, Yohanes Yanto Kaliwon, Oss Rebong, Kosmas da Kunha.


MERDEKA

Oleh: Valens Daki-Soo

Indonesia,

negeri raya dan pejuang perkasa!

Aku memelukmu Ibunda,

Cintamu tumpah-ruah,

membuncah di dada..

Aku berdiri bergetar jiwa,

Menatapmu dinista manusia bermental Brutus dan Yudas:

Gadaikan bangsa demi kuasa dan harta..



Indonesia!

Aku anak kampung Flores nun di pelosok sana..

Tempat Pancasila diendapkan

Bung Karno sang bapak bangsa..

Aku belumlah apa-apa,

Tapi ingin kulantangkan ke seluruh jagat:

Merdekaaaa!!!



Jakarta, 17-8-2011

_________________________________________________________________


HUT NKRI

Oleh: Maria Marietta Bali Larasati


Indonesia..

Engkaukah ini?

Sudah separuh baya usiamu

Tapi mengapa masih belepotan coklat di wajahmu?

Ini aku bingkiskan sapu tangan dengan sebaris pesan "jangan main kotor lagi ya...dari aku yang mencintaimu, seputih tulang, semerah darah)



Ende, 17.8.2011

________________________________________________________________


LOLONGAN NURANI

oleh: Sally Uka Uka

Ku ingin menjerit..... kuingin berteriak lantang ...lepaskan kata MERDEKA sprt pejuang kita dulu dgn lantang namun kata''itu menyekat tenggorokanku karena kemerdekaan yg para pEjuang n pahlawan berikan telah terkebiri ...tetesan darah beliau tiada dihargai ...terabaikan krn kerakusan kemerdekaan kita telah dipasung jiwa''serakah kemerdekaan kita tlh dipasung dlm keangkaramurkaan insan''tak bertanggung jawab ...jeritan kami hny lolongan serigala lapar di padang luas ...akankah kita mampu melonjak melepas jeratan manis para pemimpin negeri yg hny umbar janji ....dgn tetesan air liur tanpa bukti...????? ....Kemerdekaan yg seharusna kita nikmati tlh di ikat di pusara jantung negeri demi pribadi .....nmn demi peluh''darah yg telah terjurah utk ngr ini kami bertekat merampas dr di pengumbar janji ...generasi''yg punya naluri mari berkarya wujudkan cita sang penoreh nadi yg rela terkapar demi secuil senyum lepas negeri ini .......



Batam, 17-8-2011

_________________________________________________________________


INDONESIA, DI MANAKAH RUMAHMU?

Oleh: Marlin Bato Wanes


Rasanya baru tadi malam ku bermimpi

16 agustus, obor bernyala terang

di jilati cakrawala penuh lelehan bulan.

centurya gembira menggelegar memecah keheningan


Termengah mengah ku menyambut hadirmu,

ku pacuh akal dalam hitungan detik di belantara malam

lalu angin mengirimkan wajahmu,

ke karang karang berpernak pernik gemilang



Di laut bunga bunga, kesusuri lagi pesisir itu,

di mana dulu kutitipkan siluetmu, pada binar terik siang

aku mencarimu di tanah yang kosong melompong

sambil menikmati rentetan salvo serdadu



Ku tanyakan kau pada nyiur pantai,

Indonesia; dimanakah alamat mu ??

lalu kau berkibar bersama lautan darah

katamu: engkau kemarin di sini, bersamaku.



Hmhmhmhm....ruh sang pertiwi termangu,

hakikat tanah air pun kini hilang

hati terus terusik mengundang seribu tanya

Indonesia, dimanakah alamatmu ???



Jakarta, 17 Agustus 2011

_________________________________________________________________





MERDEKA..!!

oleh: Marlin Bato Wanes



Heeemmmm......

Untuk siapa kata itu...??

Apa gunanya..??



Hilang sudah makna aslinya..

Punah seiring extrimnya cuaca..

Seiring pergantian generasi..



Bukan lagi sebagai kebanggan..

Hanya sebagai pengingat..

Tak ubahnya seperti alarm..



Berbunyi sebentar lalu dimatikan..

Merdeka..!! inilah suaraku

Suara lirih dari lembah demokritis !!



Jakarta, 17 Agustus 2011

_________________________________________________________________



MERDEKA I

Oleh: Sonya da Gama

MERDEKA....kawan...pernahkah engkau rasakan merdeka.? dengan gagah engkau menjawab sudah....ini merdeka..merdeka yang seperti apa kawan...lepas dari belenggu tirani ratusan abad silam kah..? bukan bukan itu maksudku..merdeka dalam diri...merdeka untuk tidak memikirkan kamu dia aku mereka...tetapi lepas...kawan..ketahuilah..kita tidak merdeka karna takdir..tetapi..kita bisa merdeka karna nasib..nasib..merdeka..dalam kedua telapak tangan kita....selamat pagi...(proklamasi...bengkulu..jam tujuh lewat tujuh belas pagi)

Bengkulu, 17-8-2011



MERDEKA II

Oleh: Sonya da Gama

tadi hari merdeka.....di tepi jalan ...seorang menangis...dengan wajah serupai topeng..berkuncir 2...berlenggok bak bidadari...aku trenyuh...disoraki...dipaksa..untuk mereka senang...miris hatinya...bathinku..adaapa manusia ini...ini merdeka...kasihan..dia seperti tak satu ..apakah saudara tau..sakitnya dua jiwa satu badan..?kalian sudah bebas bagai makluk sempurna..bagi mereka..?tak beristri tak berorok tak berkawan...kawan..bukan aku sukai jalur aneh ini...tetapi aku iba..iba..akan kesendirian..dan ...kebingungan mereka....baginya hanya Maha Penciptalah yang mengetahui....


(buat kawan kawanku..saudaraku..waria diseluruh belahan bumi...bengkulu..17 08 11)

_________________________________________________________________



Untuk Indonesia

Oleh: Kosmas da Kunha


suatu pagi di alam kemerdkaan. Seorang bocah brtelanjang dada..bertopi koran bersepatu lumpur..

Berlari menyusuri pematang-pematang sawah, diantra kawanan bangau..diantara indahnya bunga kangkung..

Dengan janur kuning di leher,dan bendera merah putih..

Memekik tajam, membela langit pagi.memecah kesunyian yang syahdu...

Bergema pada dinding-dinding batu, gelora patritisme dan revolusi..

Merdeka..Merdeka..sekali merdeka tetap merdeka

dan angan membawa pekikan menuju laut yang tenang dan damai...

Terbang menyusuri langit menemui matahari...

Disana tersimpan cita-cita untuk masa depan secerah mentari pagi...

Untk negeriku yang permai..



Maumere, 17 Agustus 2011

_________________________________________________________________





PIDATO KEMERDEKAAN

oleh: Even Edomeko


“M e r d e k a !!!”

Kau tahu arti itu pekik:

mantra penghantar pergi perang

doa sunyi di pembuangan sepi

salam sebelum haturkan nyawa



“Merdeka!”

Apa kau punya jiwa bergetar

Waktu ini kata terdengar

Di mimbar, trotoar, atau pasar?



Tak usah malu

Karena ini kata sudah kehilangan magi

Tak punya kekuatan meski sekedar sadarkan warga untuk naikkan bendera di halaman rumah...

apalagi mengajak serahkan nyawa...



“Merdeka” kita lenyap pesona

Sejak Bung Karno dipaksa keluar dari Istana

dan rakyat menyaksikannya dengan sedih



“Merdeka” kita lenyap pesona

Ketika Pak Harto dipaksa keluar dari Istana

dan rakyat menyaksikannya dengan riang



“Merdeka” kita lenyap pesona

Ketika Gus Dur dipaksa keluar dari Istana

dan rakyat menyaksikannya dengan bingung



“Merdeka” kita lenyap pesona

Ketika Ibu Mega keluar dari Istana

dan hingga kini tak suka kibarkan Merah Putih di tempat itu


“Merdeka” kita lenyap pesona

Ketika Pak SBY komandokan hidup bersih

tapi bahkan tikus bisa bersarang di saku bajunya


“Merdeka” kita lenyap pesona

Ketika tiap tahun diumumkan kesejahteraan bertambah

padahal makin banyak kebutuhan tak bisa terpenuhi





“Merdeka” kita lenyap pesona, memang

Tapi syukur, masih punya arti:

Kita bisa lomba gerak jalan atau makan kerupuk

Uji panjat pinang atau kontes waria

Bisa tertawa atau foto di patung pahlawan

Kalau cape, pulang nyalakan televisi

Nonton tuan-tuan bikin toast kenegaraan

Minum anggur merah macam darah...

...darah para pahlawan...

...darah jelata malang...

.......................................

M E R D E K A ....!!!



(Maumere, 17 Agustus 2011)


-------------------------------------------------------------------------------


MERDEKA!!! AKU UCAPKAN PELAN PELAN
oleh: Oss Rebong


Aku mengajak istriku waktu ia masih sesibuk menapis beras, hasil utang tetangga sebelah
lantas tadi, cuma berpegang tangan,
dengan penuh hormat
kepalaku tegak menatap! saat layar dikibarkan menuju tiang teringgi!
nadiku bergetar, jiwaku tergetar
tak peduli bau badan kami tercecer dilantai trotoar..
aku ingat sudah beberapa tahun tak lagi memberi salam
pada merah putih!

seruling emas nyanyikan indonesia raya
buluku berdiri
istriku juga
aku bangga!
meski hatiku menangis
melihat merah putih menangis
entah,
nasib baik tak pernah berpihak pada kami
dan pada bendera itu!

aku tak mau beranjak!
usai gerombolan pejabat tinggalkan penat
sedari tadi aku hapal
ada kotak snak merana dipinggir kursi
aku ingin mengambilnya, membawa pulang buat si kecil ..

Ah masa bodo dengan malu
telah kubuang!
asal sikecil bisa makan yang enak2!

Merdeka! kuucapkan mantra itu sebelum bertarung memperebutkan harga diri..

mataku nanar! kakiku diam digendam!
anakku tlah disitu! Satu tanganya mengapit dos snak, satunya melap ingus baunya!

Sini nak! biar bapakmu saja..!
aku berteriak!

Anakku kaget, melihat bapaknya!
lebih kaget lagi saat dia dibentak!

Puka ra'a kalian, pergi sana!

Mereka lantas berlari ketakutan,
debu-debu menyemangati..

aku diam, hatiku berontak!
Mereka diusir seperti anjing kotor!
padahal hanya mengambil sisa makanan para pejabaT!
yang dibuang dibawah tenda..!

Anakku berlari, dengan teman-temannya yang sama dekilnya..
dikejar teriakan usiran

aku berdoa dari hati
semoga kau selamat nak!
dengan kotak snakmu yg kau perjuangkan setengah mati
cicipi hasil usahamu dari sampah para yg punya!
bapakmu iklas...

Kami pulang, istriku kuceritakan
kuhapus air matanya sebab teringat si kecil
belum makan
dimaki-maki dan diusir
aku menyesal,
jatah makannya tlah terganti dengan salam pada merah putih!

sampai dirumah, anakku telah tertidur kekenyangan
tiga kotak tercecer deket dipan reot
botol kemasan tak lagi terisi air

lantas aku pergi, membawa kembali gerobak tua
kepasar,


lewat lapangan umum tadi
si merah putih malu-malu menyapaku

Merdeka! aku ucapkan pelan2

takut ada yang mendengar...



17 agstus 2011
Lapangan Umum Kota Baru -Mof..

-------------------------------------------------------------------------------

Jika ingin bergabung di grup tersebut, pintu dibuka seluas-luasnya. Mari berbagi puisi anda di grup ini.

KLIK disini:
Kumpulan Terbuang Penyair Tanah Flores

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Lenggak Lenggok Si Kecil di Karnaval Kemerdekaan

Beberapa sekolah untuk anak-anak balita seperti taman kanak-kana dan play grup serta taman bermain anak tak ketinggalan ikut serta menyemarakan pesta memperingati hari kemerdekaan yang ke -66. Mengambil garis start di depan Kantor Pos dan Giro Maumere, anak-anak dengan tingkah mengemaskan berlenggak lenggok dengan gaya yang aduhai dan mengundang tawa. Ibu guru dan orangtua mereka berusaha menjaga dan mengarahkan, agar anak-anak berusia dini ini tetap berjalan dengan baik. Wajah nan imut dan manis-manis ini tak kenal lelah. Mereka berasal dari beberapa sekolah yang tersebar di Kota Maumere dan sekitarnya. Selain mengenakan beragam kostum pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia, beberapa kelompok dari sekolah lainnya tak ketinggalan beraksi dengan lucunya pada permainan drumband, tak ketinggalan kostum polisi dan tentara ikut menyemarakan pesta kemerdekaan. Didepan para pejabat Pemkab Sikka, mereka memberi salam, memberi hormat dan beraksi mengemaskan pada permainan drumband.

Begitu menggemaskan sehingga warga yang menyaksikan tak beranjak hingga para bocah-bocah kecil ini selesai beraksi. Aksi anak-anak usia dini ini, berbarengan dengan para peserta lain yang lebih dulu meninggalkan garis start mengelilingi Kota Maumere.

Sedangkana anak-anak yang imut dan lucu, generasi Maumere Cuma berjalan sekitar 100 meter lantas membubarkan diri. Namun semangat mereka pun patut diberi jempol. Pasalnya dari siang mereka telah antri menunggu giliran melakukan aksi heboh hingga sekitar pukul 17.00 setelah peserta senior lainnya telah melaju.




www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Friday 19 August 2011

Karnaval Kemerdekaan di Maumere

Meriah Tanpa Greget......

Senang sekali melihat semangat anak-anak, pelajar dan kelompok masyarakat yang meleburkan diri dalam pawai kemerdekaan di Maumere. Meski peluh dan keringat bercucuran tapi mereka begitu semangat dan penuh antusias. Kesabaran mereka ini sungguh patut diacungi jempol. Datang dari pagi jelang siang, tapi pukul 15.00 wita, start karnaval dengan regu pertama bergerak. Mereka benar-benar tak kecut hati. Pantang untuk menyerah. Bupati Sikka Sosimus Mitang mengangkat bendera start ketika matahari turun. Bupati memberi sedikit wejangan dan kemudian bersama para pejabat teras lain, duduk santai dibawah tenda menikmati lenggak lenggok peserta. Karnaval kali ini mengambil garis start di depan Kantor Pos dan Giro. Beda dengan tahun-tahun kemarin yang beranjak dari depan kantor bupati lama. kemeriahan dan keceriaan nampak diwajah para peserta meski energi terkuras mengelilingi Maumere. Karnaval pakaian tradisional mendapat sambutan meriah, drumband dengan tarian pemandu sorak yang diisi nona-nona cantik dipolesi dua mayoretnya bikin kagum-kagum penonton.

Kemeriahan karnaval dalam rangka merayakan hari ulang tahun kemerdekaan RI yang ke-66 diikuti juga berbagai komunitas masyarakat pendatang. Misalnya Paguyuban Bali serta Paguyuban Putra Jawa Lingkup Maumere dan Keluarga Lamaholot, Lembata, Keluarga Besar Timor Tengah Selatan (TTS) dan lain-lain. Mereka memeragakan kekhasan dan keunikan daerahnya. Misalnya Putra Jawa antusias mengenalkan pada warga Tarian Reog Ponorogonya. Lamaholot kenalkan tarian perangnya. TTS memeragakan busana tradisionalnya, Bali tampil pede dengan gaya khasnya. Hangat warga menyambut aksi-aksi mereka.

Karnaval juga dimeriahkan berbagai atraksi dari para petarung bela diri. Para junior dan senior saling uji ketangguhan serta sportifitas dihadapan penonton. Para petarung yang memeriahklan jalanan kota berasal dari Forki Sikka, Pencak Silat dari Perisai Diri dan beberapa perguruan pencak silat lainnya, Taekwondo dan cabang olagraga beladiri lainnya.


Musik tradisional Sikka gong waning mengiringi kesehajaan para penari cilik yang entah mengapa tak pernah lelah menari-nari sepanjang jalan. Luar biasa. Dan penonton terpana pada gerak dan gaya mereka yang tak kunjung usai berhenti.

Para waria Maumere yang tergabung dalam paguyuban Perwakas Sikka (Persatuan Waria Sikka) tak ketinggalan bikin sensasi. Kelompok ini benar-benar mengundang mata penonton. Selain penampilan dengan gaya yang kewanitaan, para waria ini energik berinteraksi dengan warga. Menambah keceriaan disore hari yang terik.

Perwakas dan Pelajar SD berseragam daerah nusantara..

Karnaval juga dimeriahkan sejumlah pelajar dari berbagai usia. Dari tingkat TK, SD, SLTP hingga SLTA. Masing-masing dengan ragam dan gaya. Ada yang bermusik live diatas truk yang berjalan, ada yang memeragakan kegiatan keperawatan, galeri pakaian adat dan tak lupa drum band dengan para mayoret yang manis-manis, dan tentu gong waning serta tarian hegongnya.

Ada pula kelompok mahasiswa pecinta alam Unipa (Universitas Nusa Nipa) Maumere yang baru saja mengibarkan bendera raksasa di puncak Gunung Egon. Pengibaran bendera merah putih dilakukan bersama mahasiswa asal Maumere yang menimba ilmu di Makasar.



Masih banyak atraksi dan gaya yang menarik. Jika diceritakan disini, sungguh panjang dipaparkan.

Terlepas dari semua keceriaan dan gaya yang diperagakan, karnaval kemerdekaan kali ini menunai kritik. Persoalan lokasi start yang berpindah dari depan kantor bupati lama ke jalan depan Kantor Pos dan Giro dikeluhkan. Jadwal start yang tak diketahui dengan tepat oleh peserta sehingga datang ke lokasi jelang siang, padahal start awal pukul 15.00. Akhirnya kepanasan dan lelah menunggu. Bahkan ada salah satu pelajar yang pingsan, padahal baru berjalan 100 meter dari garis start.



Karnaval kali ini didominasi pejalan kaki. Tak ada mobil atau kendaraan motor yang dihias sedemikian rupa dengan bentuk menarik. Tak ada pula kelompok dari SKPD Pemkab Sikka, entah kenapa PNS lingkup Setda Sikka tak dilibatkan seperti waktu-waktu lalu. Yang akhirnya terlihat adalah pejalan kaki yang didominasi pelajar dengan deretan pakaian-pakaian adat dan aksi drumband.

Meski begitu warga Maumere tetap senang. Tumpah ruah disemua jalur yang dilewati. Mereka bisa terhibur dan meluangkan waktu melihat kelucuan anak-anak dengan kostum-kostum aneh dan norak. Mengagumi kepiawaian anak-anak menari hegong, bertepuk tangan melihat peragaan aksi beladiri, tersenyum melihat waria yang menghibur, bersorak melihat saudaranya ikut dalam satu rombongan peserta dan terpesona pada musik gong waning. Semuanya tersaji dijalanan. Didepan mata.

Maumere pun macet. Macet sekiatr 4 jam. Tapi semua rela. Ini kejadian sekali setahun dan menghibur. Merdeka!

Yang masih antri di dalam Lapangan Kota Baru sebelum ke garis start, kepanasan..

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Wednesday 17 August 2011

Peringatan Kemerdekaan, 99 Napi dapat Remisi

Di Beru Anak-anak Hanyut dalam Suasana Kemerdekaan


Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-66 di Lapangan Umum Kota Baru berlangsung khidmat. Bupati Sikka, Drs Sosimus Mitang bertindak selaku inspektur upacara. Dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus ini Ketua DPR Sikka Rafael Raga yang membacakan teks proklamasi. Sementara itu, pembawa baki bendera Sang Saka Merah Putih Aprilia Sadipun dari SMAK Frater Maumere dan marching band dari SMAK St Gabriel Maumere. Dalam peringatan detik-detik Proklamasi ini hadir Wabup Sikka Wera Damianus, sejumlah pejabat Pemerintahan Kabupaten Sikka, Bapa Uskup Kherubim Pareira SVD, pelajar, Polri, TNI, PNS serta masyarakat umum yang memadati dan menyaksikan dari pinggir jalan disekitar Lapangan Kota Baru. Upacara yang berlangsung dari pukul 08.00 Wita berakhir sekitar pukul 09.30.00.

Penyerahan Remisi
Bupati Sikka Sosimus Mitang usai apel peringatan detik-detik proklamasi di Lapangan Umum Kota Baru bersama Wakil Bupati Sikka Wera Damianus dan rombongan pejabat menuju Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Maumere. Ditempat para pesakitan kriminal yang berisi 166 narapidana dari berbagai latar berlakang kasus, dilakukan upacara penyerahan remisi dari bupati Sikka kepada narapidana dalam rangka peringatan ulang tahun kemerdekaan RI ke-66.

Kementrian Hukum dan HAM memberikan remisi kepada 99 warga binaan di Rutan (Rumah Tahanan) Negara Kelas IIB Maumere, sekaligus 3 diantaranya mendapatkan bebas langsung. Kebijakan itu didasari SK Kepmenhumham No:W2-3544.PK.01.01.02 Thn 2011 tentang pemberian remisi umum 2011. Ketiga napi tersebut adalah Aloysius Nori, Yanuarius Moa Kota dan Yustinus Ariston. Sedangkan 96 narapidana mendapat pembebasan sebagian, 93 pria dan 6 wanita. Rutan (Rumah Tahanan) Negara Kelas IIB Maumere saat ini dihuni 166 narapidana.

Dalam sebuah dialog ramah tamah seusai santap siang, bupati mengajak warga binaan agar selama menjalani masa tahanan dapat berlaku sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sehingga mendapat kembali kepercayaan baik dari lembaga maupun masyarakat. Dan ketika keluar bisa menjadi warga yang lebih baik.


Bupati juga meninjau dan membeli beberapa karya buatan para napi. Karya-karya tersebut nampak tertata rapi dalam sebuah pajangan diatas meja. Hasil karya tersebut memang sangat cantik dan menarik.

Selain itu ada kemerihan lain di dalam rutan ketika para napi dan sejumlah ibu dan sipir bersama-sama berjoget dalam irama ja’i dan rokatenda yang kompak. Kejadian ini sungguh menarik dan menghibur terutama bagi para narapidana.

Anak-anak di Beru Ikuti Berbagai Lomba
Kemeriahan perayaan kemerdekaan 17 Agustus di Maumere juga dirayakan di Maumere. Misalnya di halaman Kantor Kelurahan Beru Kota Maumere, sejumlah anak-anak terlibat dalam olah permainan dan perlombaan yang menarik. Meski cuaca terik dan membakar kulit namun tak bisa mengalahkan keceriaan anak-anak dan para ibu yang menyaksikan dan memberi semangat.

Perlombaan dengan yang memperebutkan sejumlah hadiah menarik berlangsung di halaman Kantor Lurah Beru diisi dengan bermacam-macam lomba. Dari tarik tambang, makan krupuk, memukul air dalam kantong plastik, hula-hula hop, nok-nok, ambil uang dalam buah dan lain-lain.


Keceriaan merayakan kemerdekaan ini begitu terasa, Bahkan anak-anak ini begitu semangatnya sampai tak mempedulikan debu yang dikibas angin ke tubuh mereka. Semua dirayakan dengan gembira dan suka cita, dalam sebuah peringatan detik-detik proklamasi. Bahkan Lurah Beru Letisia Dua Lotik, Ssos terlihat sibuk dengan sejumlah panitia yang bekerja keras mensukseskan acara meriah ini.

Kelurahan Beru juga menyelenggarakan perlombaan lain yang sudah berlangsung sebelum 17 agustus, yakni futsal, lomba kebersihan antar Rt/Rw, lomba hias dan lain-lain.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 9 August 2011

Eloknya Pangabatang


Perahu motor berbadan kayu terasa uzur melawan arus. Tubuhnya digoyang-goyang ombak. Sesekali setengah mati ketika sang arus Laut Flores menggoda. Kami sedikit cemas. Ingatan akan tenggelamanya KM Karya Pinang tahun 2010 sekelebat mampir. Bahkan ketika ia berputar-putar saat mesinnya melorot, kami gelisah. Namun Wahir, anak muda yang bertugas sebagai juru mudi nampak tenang. Sabar ia membujuk sang kapal agar kembali pada posisinya. Sang perahu uzur menurut, merentangkan arah kembali menuju sang bidadari Pangabatang. Waktu kian merambat. Panas terus membakar. Kulit semakin gosong. Hati makin berdebar ketika sang pulau kecil itu nampak mendekat. Oh Indahnya. “Siap-siap kita segera merapat Mo’at,”ujar Wahir sembari membakar rokok. Kami yang masih terpesona langsung bergegas. Didepan, sang pulau berwajah putih nampak anggun. Cantik sekali. Bahkan air lautnya begitu bening. Anak-anak ikan pun nampak jelas berlari-lari menyambut kami. Wahir turun. Setengah badanya basah kuyup terendam air. Ia menghela sang perahu. Merapat ke tepi pantai. Pangabatang memberi senyum...


Menuju Nangahale Gete
Martin, sahabat inimaumere.com yang baru saja tiba dari Paris menantang kami untk menjelajahi Pangabatang. Tentu saja kami terima. Pangabatang adalah perawan cantik. Siapa sih yang tak ingin menyapa?





Martin hidup dan bekerja di Paris. Anak muda asal Maumere yang mencintai perjalanan wisata pantai dengan bumbu petualangan. Maka ketika di Maumere ia tak mau kisahnya berlalu. Ia ingin mematri jejaknya di pulau leluhur. Pada keelokannya yang membuat kagum mata semua manusia.

Dan ketika siap, kami dikontak. Kami menumpang mobil menuju Nangahale Gete. Titik pertama menuju Pangabatang.

Gete dalam bahasa Sikka artinya Besar. Selain Nanghale Gete adapula daerah lain yang bernama mirip yakni Nangahale Doi (Doi = kecil). Wilayah ini berada di Kecamatan Kewapante. Sedangkan Nangahale Gete berada di wilayah Kecamatan Talibura. Cukup berjauhan letak keduanya.

Yang kami ketahui, di Nangahale Gete disewakan beberapa perahu motor. Para penyewa siap membawa para petualang menuju pulau-pulau kecil didepan Flores (Kabupaten Sikka). Salah satunya Pulau Pangabatang. Pulau kecil nan cantik dengan pasir putih, air laut yang nampak bening dan pemandangan bawah laut yang menggiurkan.

Lantas, sekitar pukul 13.00 Wita, kami keluar dari Kota Maumere. Martin duduk dibelakang setir. Mobil pun pelan-pelan bergerak. Angin sepoi-sepoi menjilat kulit. Dingin.

Sambil menikmati perjalanan, Martin bercerita panjang lebar tentang kisahnya di Eropa. Benua yang membesarkan dirinya. Kami menikmati celotehnya. Sesekali tertawa. Sesekali bingung. Sesekali menertawai bobroknya negeri sendiri. Ah masa bodoh.

Menurutnya, rombongan teman-temannya yang berada di benua sana pun sudah menjadwalkan keberangkatannya. Mereka bersiap-siap menjejakkan kakinya ke Flores, setelah Martin. Baguslah, gumanku. Datanglah terus ke Flores. Tanah baru yang dipenuhi surga keindahan alam dan budaya. Tapi meratap pedih dalam kemiskinan, korupsi dan ketertinggalan.

Flores atau Nusa Nipa atau Nusa Bunga atau Cabo de Flores memang indah. Disini Kelimutu dengan danau tiga warnanya berada. Samana Santa saat paskah jadi prosesi menarik, Komodo dikagumi. Tapi disini pula wisata hanya jadi tontonan. Bergerak pelan, tertinggal dan dikeluhkan. Begitu pula daerah ini, Maumere. Julukannya aneh, kota transit. Gara-garanya kota ini cuma disinggahi sebentar wisatawan. Berlabuh di pelabuhan udara atau laut. Lantas beristirahat sejenak dan pergi. Keluar kabupaten ini. Membuang uang di tanah sebelah. Pedih, jika celoteh kita mengunyah jejak wisata.

Berperahu di airnya yang bening & ujung Pangabatang sebelah timur..

Menuju Nanghale Gete, arah perjalanan searah dengan jalur perjalanan menuju Kabupaten Flores Timur (Larantuka) yang memiliki tradisi budaya rohani Katolik Samana Santa. Artinya bahwa kita menuju arah wilayah bagian timur Kabupaten Sikka.

Jarum jam bergerak. Tak sadar, seperempat perjalanan telah dilunasi. Angin semilir setia memagut kami. Rasa sejuk membasuh jiwa.

Tentram dan damai. Sepotong kalimat ini bisa menggambar teduhnya kisah laju kendaraan, ketika bergelut di wilayah utara, pesisir Fores.

Kita akan melewati wilayah pedesaan seperti Waipare, Geliting, Waiara, Nangahale Doi, Wairita, Waigete, Waiterang, Napung Biri, Patiahu, Talibura dan akhirnya tiba di Nagahale Gete. Waktu yang dibutuhkan kira-kira 40 menit perjalanan dengan kendaraan. Selain menggunakan kendaraan pribadi, adapula kendaraan sewa ataupun penumpang (kendaraan umum) yang bisa digunakan dari Kota Maumere. Selain jalur jalan yang lurus, pemandangan tepi pantai utara Flores sejenak bisa menghibur mata plus pikiran.

Namun tak bisa dipungkiri, keteduhannya tak bisa menutupi ganasnya musim kemarau. Semua berubah jadi kekuningan, terbakar panas sang mentari.
Ilalang lemas tak tersentuh air, bebatuan hitam yang berserakan, rumah-rumah sederhana yang berdiri diantara bebatuan, sungai-sungai kering menganga serta sisa-sisa kejayaan lamtoro gung akan bercerita. Bahwa di tempat ini, disepanjang wilayah Wairita sampai Waigete, sepotong wilayah dengan orang-orang yang masih berkutat dalam hidup paling sederhana. Mengais hidup setengah mati, sedangkan yang lainnya, yang memiliki hidup enak masih juga mengambil hak rakyat kecil, korupsi.


Sewa Perahu
Akhirnya, perkampungan Nangahale Gete kami sentuh. Saat itu mentari benar-benar galak. Panasnya minta ampun. Kulitpun terasa dicubit setengah mati. Perih.

Perkampungan Nangahale Gete adalah perkampungan dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan. Daerah ini persis bertepi pantai. Menghadap langsung pulau-pulau kecil didepannya.

Kira-kira 500 meter dari sekolah SMAN Talibura kampung ini berada. Patokannya disitu. kita akan mendapati jalur belokan kiri masuk ke Nangahale Gete ( jalur kiri dari Maumere). Setelah memutar kekiri, perkampungan Nangahale Gete menyambut kita.

Sedikit berkelana di kampung ini. Melihat-lihat isinya, sunyinya, sepinya, akhirnya ada juga yang menegur kami. Namanya Karim. Nah! Kok bisa sunyi? Maklum di jam kerja. Palagi saat bulan puasa bagi umat muslim. Semua berdiam diri dirumah.

“Cari siapa?” Sapa Karim. Lagaknya akrab.

“Sewa perahu,” jawab kami cepat.

“Mau kemana?”

“Pangabatang,” koor kami dari dalam mobil.

Lantas Karim menghilang. Dan ketika muncul, ada yang mengekornya. Dua orang. Berbadan gelap disengat mentari. Mereka memperkenalkan dirinya sebagai Wahir dan Udin. Keduanya memberi salam dengan senyum ramah.

Setelah memberi tahu maksud kami, maka terlibatlah kami dalam tawar menawar harga. Disepakati sewa perahu menuju Pangabatang Rp 200 ribu PP (pergi dan pulang). Waktu hingga sunset. Oke. Kami setuju.

Maka mobil pun diparkir dihalaman rumah Karim. Lantas Wahir dan Udin membawa kami ke tepi pantai. Saat ke pantai beberapa kali berpapas dengan warga. Dengan gaya masing-masing. Ada yang sedang baring di lantai dalam rumah. Di bale-bale. Dibawah pohon sompen, atau malas-malasan di teras rumah. Mereka memberi salam ramah dengan sikap senyum kepada kami. Tak lupa kami membalas.

Dipantai itu ratusan perahu motor sedang asik diam. Menanti diajak ke laut lepas. Disitu pula perahu yang kami sewa tertambat. Menunggu kami menaikinya. Wahir bersiap-siap. Kami ke kios kecil, siap bekal tuk ke pulau kecil. Siapa tahu kalau lapar? Kalau haus? Mana ada kios disana?

Mayoritas penduduk Nangahale Gete adalah pindahan dari pulau-pulau kecil yang ada di Kabupaten Sikka. Terutama Pulau Babi, Kojadoi, Permaan dan lain-lain. Mereka dievakuasi kedaratan Flores (Nangahale Gete) setelah pulau-pulau yang ditinggalinya dihantam gelombang Tsunami saat gempa melanda Flores tahun 1992. Di Nangahale, mereka disediakan lahan untuk bermukim.

Masyarakat wilayah ini beretnis Tidung Bajao. Leluhur mereka berasal dari wilayah Sulawesi (Bajo). Etnis ini telah menetap di Flores sejak beratus-ratus tahun yang lampau. Maka di Sikka, warga ini termasuk bagian dari ratusan etnis yang mendiami wilayah Kabupaten Sikka. Selain berbahasa leluhur, warga Tidung Bajao juga menggunakan bahasa Sikka dalam percakapan sehari-hari.

Etnis Tidung Bajao juga bisa ditemui diwilayah pesisir utara seperti Wuring, Geliting, Nangahure, Magepanda dan beberapa wilayah pesisir utara lainnya.

Menuju Pangabatang
Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, Wahir sibuk menyiapkan perahu. Kami setia menunggunya. Usir suntuk kami berbasa-basi dengan beberapa nelayan. Mereka bercerita suka dukanya mencari ikan. Suka dukanya tinggal di pulau-pulau kecil. Sebelum di evakuasi ke Nangahale. Siang itu sebagian dari mereka memilih tak melaut. Maklum sedang bulan puasa. Katanya saat malam baru menjaring ikan hmmm.... Penduduk di perkampungan ini sebagian besar memang beragama islam.

Maka setelah siap, Wahir memberi kode. Kami pun lantas berpindah kedalam perahu motor. Cadangan bekal dinaikan. Rokok, air, camilan dan lain-lain pindah tempat. Upsss Wahir lincah membantu kami. Sayang, Udin tak nampak. Menurut Wahir, Udin adalah juragannya. Ia tadi cuma memastikan bahwa kapalnya siap, setelah itu juragannya kembali ke rumah...hmmmm.

Lantas, melajulah kapal motor ini. Pelan-pelan ia membelah Laut Flores. Pertama-tama sih, kami terpesona pula dengan gayanya kapal ini. Namun lama-lama menakutkan. Bagimana tidak, angin yang cukup besar mulai menghadang. Ombak dan arus tak ketinggalan menambah seram. Apalagi bayangan KM Karya Pinang yang terkapar tenggelam gara-gara angin dan ombak mulai menghantui. (KM Karya Pinang, tenggelam di perairan Flores Oktober 2010 dalam perjalanan dari Pulau Palue ke Maumere, menewaskan 23 orang dan 9 lainnya hilang).

Pesisir Nangahale Gete & juru mudi Wahir (kiri) bersama Martin, narziz..hehehe

Sudah begitu sang kapal berbadan kecil ini kadang keluar dari jalur. Beberapa kali berputar-putar ditempat gara-gara tarikan mesin yang melorot. Huh! Tapi kami optimis, perjalanan akan nyaman sampai tujuan. Lihat saja, Wahir tak sedikitpun terlihat cemas. “Sudah biasa ini, makanan sehari-hari buat saya....” teriak Wahir. Kami tenang! Hehehe..

Wahir yang telah biasa pergi pulang dari daratan menuju pulau-pulau didepannya, terutama Pangabatang, bilang waktu sekitar 30 menit untuk sampai di Pangabatang. Tapi setelah kami hitung-hitung kasar 30 menit tak cukup. Soalnya arus kencang menghadang yang membuat waktu melorot. Mana kapal kayu ini renta berlari.

Pangabatang
Setelah duduk tenang sambil menikmati indahnya laut Flores, perlahan-lahan sang pulau mulai nampak. Pangabatang mulai menampakan genitnya. Anggunnya. Menyendiri kecil. Putih memanjang. Rata. Tak ada gunung ataupun gundukan lainnya, kecuali disisi bagian baratnya. Palagi? Sepi. Sunyi. Tak ada wisatawan lain, kecuali...............kami! Horeeeeee.........

Pandangan mata terperanjat. Akan eloknya sang air. Sungguh bening. Murni, bagai kaca polos. Dasarnya putih. Airnya biru. Indah!

Wahir membuang sauh, menambatkan perahunya. Seadanya sebab di pulau ini tak ada dermaga. Ia lantas memberi kode agar kami turun.



Sambil menatap kagum pada jernihnya sang air, kami lantas menjejakan kaki. Lantas berdecak kagum, lantas memahat pelan-pelan jejak kaki kami dipasirnya nan halus.

Pulau Pangabatang sangat kecil. Kita bisa mengelilingnya. Panjangnya kira-kira 800 meter. Seluruh isinya berpasir putih. Tak ada gundukan bukit. Apalagi gunung.

Disisi sebelah barat terdapat perumahan penduduk. Menurut salah satu warga di perumahan itu, ada sekitar 80-an jiwa yang mendiami Pulau Pangabatang.

Kami juga sempat menyaksikan anak-anak kecil disekitar perumahan penduduk. Mereka sedang memancing. Mencari ikan dilautnya yang kaya. Ada pula wanita-wanita yang sedang menimba air. Di satu-satunya sumur yang ada pulau ini.

Lantas anak-anak ini bercerita, kalau di pulau ini tak ada sekolah. Mereka (anak-anak) ini menimba pendidikan dibangku SD dan SMP (MTs) di seberang pulau yakni di Pulau Permaan. Butuh waktu 10 menit untuk menyeberang dengan perahu tradisional agar bisa bersekolah. Dan jika telah SMA, mereka menempuh pendidikan di Maumere. Penduduk disini, selain menggunakan bahasa Bajao juga menggunakan Bahasa Sikka (bahasa mayoritas di Kabupaten Sikka). Dan anak-anak itu bercerita dengan tutur Bahasa Sikka yang fasih.

Anak-anak di Pulau Pangabatang, usai memancing dan perumahan di Pangabatang

Berdekatan dengan perumahan penduduk, nampak Pulau Dambila yang berdiri kokoh dengan bukit besarnya. Disebelahnya Pulau Permaan, Sukun dan lain-lain. Sedang disisi bagian timur yang tak berpenghuni, nampak Pulau Babi yang pernah disapuh tsunami tahun 1992. Pulau Babi nampak gagah berdiri. Dari kejauhan terlihat garis putih. Yang memperlihatkan pasir putihnya. Membentang indah di sepanjang pesisir pantai.

Usai mengobrak abrik isinya, kami lantas membenanamkan tubuh kedalam beningnya sang air. Kami berpuas-puas diri menikmati segarnya sang air, pasir putihnya dan teriknya sang mentari.

Sepertinya tak ada yang bisa mengalahkan kesendirian kami di pulau kecil. Sejauh mata memandang, hanyalah keindahan yang kami dapati. Flores, induk para pulau ini berdiri gagah didepan. Dan kami nikmati eloknya kegersangan pulau itu. Tentu, sambil menyelam dan mendongakkan kepala padanya. Syukur sekali, berada di tanah ini. Banyak tempat indah yang bikin hati tentram.

Wahir bercerita kalau ditempat ini para wisatawan sering berkunjung termasuk para turis dari mancanegara. Namun saat kami disana, tak nampak satupun wisatawan. Jejak wisatawan hanyalah satu dua sampah bekas minuman yang berserakan . Selain itu yang ada hanya kami bertiga. Bagaikan pemilik pulau indah ini.

Pangabatang yang eksotik di peta para penyelam bawah laut merupakan surga indah. Keindahan terumbu karang di wilayah perairan ini sudah diketahui sejak lama. Selain kecantikan bawah lautnya, ikan-ikan langkah bisa ditemukan. Inilah yang disebut Teluk Maumere. Pangabatang dan perairan pulau-pulau lainnya. Maka tak heran, selain berjemur diri, para pelancong juga biasa melakukan diving disekitar perairan ini. Seperti di perairan Pulau Babi dan Tanjung Darat.

Kejayaan terumbu karangnya pernah porak poranda. Selain akibat tsunami 1992 juga pemboman yang dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggng jawab. Namun kini, bersama Coremap II Sikka, keindahan terumbu karang di perairan Teluk Maumere perlahan kembali dipulihkan.
Keindahan Bawah Laut Teluk Maumere bisa dilihat disini.

Nah, kami ke Pangabatang bukan untuk menyelam atau snorkling di perairan ini. Tidak. Kami hanya ingin merebahkan diri di pasir putihnya, bercengkarama dengan beningnya sang air dan menikmati pesona lain yang begitu indah, pemandangan alam.




Kira-kira 2,5 jam kami bercumbu dengan keindahannya. Dan saat bola mentari turun di ujung samudera, kami lantas bergegas pulang.

Wahir lagi-lagi memberi isyarat. Dan akhirnya sang kapal motor perlahan meninggalkan sang bidadari. Angin laut segera menyapa. Dengan setianya ia mengantar kami. Lantas bersama sang arus perlahan-lahan mengiringi sang saujana reot. Meninggalkan kisah di Pangabatang.

Sambil duduk terpekur menikmati sunset dari atas perahu motor, kisah di Pangabatang masih terbayang jelas. Pulau indah. Katanya banyak yang telah jatuh hati padanya. Tak masalah, asal dirawat dengan benar, dijaga tetap bersih dan bening. Dijaga terumbu karangnya. Pasir halusnya. Jangan aneh-aneh. Apalagi ngebom. Bikin yang asik. Berlibur dan bercumbu.

Kalau berlibur, ajaklah teman-teman. Dengan beramai-ramai juga asik. Kalau mau berbulan madu, boleh. Tapi disana tak ada penginapan atau hotel. Dari kelas apapun tak ada. Nihil. Kosong. Hanya ada perumahan penduduk dari bahan kayu. Model etnis Bajao. Rumah panggung. Kalau mau berkemah silakan. Asal resiko ditanggung sendiri hahaha....

Jadi , kalau sesekali kesana tak masalah. Sekali lagi ajaklah teman-teman biar asik. Siapkan bekal uang untuk sewa kapal (perahu motor). Bekal untuk makan minum disana. Dan tentu alat-alat wisata.

Mau mancing? Boleh, ikannya banyak. Makan berani lagi hahaee...Jadi kalau berencana kesana. Siap-siap dari pagi. Berangkatnya pagi, ini saran saja. Maksudnya agar bisa lebih lama berdiam disana. Bercumbu disana. Menikmati hidup nyaman dan jauh dari bising serta tetek bengek lainnya.

Sunset indah saat kami meninggalkan Pangabatang...

Akhirnya Syukur pada Tuhan yang telah menciptakan keindahannya. Semoga kecantikannya dirasakan juga generasi-generasi berikutnya. Salam...(Oss)


www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Jajanan Buka Puasa di Hasanudin

Ramadhan telah tiba. Biasanya yang terlintas di benak adalah asyiknya buka puasa dengan menu yang segar punya. Buat warga Maumere tentu sudah tidak asing lagi dengan kawasan pemukiman di Kampung Beru. Tepatnya di sepanjang Jalan Hasanudin, Kota Maumere. Kawasan ini setiap ramadhan menggelar jajanan murah meriah namun segar dan menggoda lidah. Itulah yang terlihat akhir-akhir ini di Hasanudin. Meski umat muslim di Maumere adalah minortas, namun saat akan berbuka puasat kesibukan selalu terlihat, terutama di sepanjang jalan Hasanudin. Kawasan Hasanudin di Kampung Beru dihuni mayoritas umat muslim. Mereka mendiami wilayah pesisir pantai ini sejak dahulu kala. Disini pula ada Mesjid Beru At-Taqwa yang berumur tua. Kesibukan saat ramadhan sepanjang tahun di kawasan ini sudah lumrah. Anak-anak kecil, remaja, dewasa dan orang tua asik berbelanja. Mereka menyiapkan bekal untuk berbuka.

Banyaknya pilihan menu berbuka puasa ini ada disini. Menggoda banyak pengunjung untuk datang. Ada sajian manis dan gurih, minuman yang segar dan jajanan lain yang mengandung selera untuk berbuka. Banyak yang membeli untuk dibawa pulang ke rumah. Ada juga yang semula hanya ingin melihat-lihat, lalu jadi tergiur untuk membeli sesuatu.

Bahkan umat non muslim pun ikut nimbrung berbelanja. Seperti Rory yang terlihat bersama rekannya. “Wah, ini su wajib juga buat saya. Soalnya makanannya enak-enak dan segar,” kata Rory, pembeli asal Wai Oti.

Banyak umat muslim dari berbagai daerah di Kota Maumere yang selalu ke kawasan ini setiap jelang petang. Dari berbagai profesi. Kebanyakan adalah warga pendatang dari luar Maumere.

Bagi ibu-ibu setempat yang menjual makanan berbuka puasa, saat ramadhan adalah berkah buat mereka. Mereka tak menyia-nyiakan kesempatan. Makanan yang dijual biasanya ludes. Untungnya lumayan.

Para penjual ini menjajakan berbagai jajanan berbuka seperti es kelapa muda, kolak, es cendol, es buah, kacang hijau, aneka lauk dan lain-lain.

Kendati sama-sama menawarkan sejumlah menu buka puasa, namun memiliki kekhasan masing-masing.

Nah, kalau kalau ada waktu, bagi yang di Maumere nih, bisa mencoba...

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 08.11 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---