Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Tuesday 21 June 2011

Perawan Murusobe di Tanah Lio

Air Terjun Tanawawo Janjikan Peluang Wisata

Perjalanan menuju lokasi air terjun kembar dengan tinggi hampir 100 meter sungguh menarik. Menyusuri sungai dan terkurung disebuah tebing bisa jadi pengelaman tak terlupakan. Jangan takut dengan gigitan lintah, apalagi takut basah. Akan tersulam jadi kisah menarik apalagi saat meloncati batu-batu hingga mencapai air terjun, seperti atlet senam hehehe.. Lantas membenamkan kaki ke beningnya aliran air sungai hingga kulit tersentuh dinginnya. Episode ini sayang bila dilewatkan. Bagi yang tidak suka ketinggian, terpaksa memberanikan diri menyeberangi batu besar, pun tebing menghadang. Tentu, jerih payah harus terbayar lunas. Sepuas-puasnya bersukaria membasahi tubuh dibawah pancurannya. Dengan debit air yang cukup besar di musim penghujan, tubuh terasa segar bahkan dinginnya seolah mencubit kulit.
Sahabat Dwi Setijo Widodo lantas bercerita. Foto-foto hasil jepretan air terjunnya diambil saat rombongannya membongkar perut Flores. Menjelajahi hutan Nusa Bunga dan melihat indahnya jagat Cabo da Flores dari dekat. Salah satu perawan yang disentuh yakni Air Terjun Kembar Murusobe di Tanawawo, Kabupaten Sikka. Mencapainya memerlukan tenaga ekstra, katanya. Tapi sayang keindahannya hanya dinikmati warga kampung.

“Ketika ke Poma saat musim hujan, jadi begitu susah untuk mencapai lokasi dengan kendaraan. Maklum jalan tanahnya berlumpur. Roda kendaraan terbenam dalam, bahkan “nagat” tak mau beranjak. Jadi jika ingin kesana diperlukan penentuan waktu yang pas. Bisa dengan rombongan agar saling menjaga. Karena untuk sampai ke air terjun tersebut, perjalanan membutuhkan waktu yang cukup lama karena kondisi jalur. Stamina juga diperlukan,” jelas Dwi yang telah lama menetap di Maumere.

Air terjun kembar Murusobe, penduduk Tanawawo menyebutnya demikian. Muru artinya air terjun dalam bahasa Lio, bahasa penduduk setempat. Karena ada dua curah air yang jatuh dan sama persis menjulang berdampingan. Tingginya kira-kira 100 meter. Bayangkan! Dengan debit air yang cukup besar, nilai eksotisnya bisa dijual. Sampai dengan saat ini, air terjun tersebut belum banyak diketahui bahkan oleh masyarakat Sikka sendiri.

Kondisi lokasi air terjun ini berada di daerah pegunungan sejuk. Di sebuah daerah beretnis Lio, salah satu dari enam etnis besar yang ada di Kabupaten Sikka.

Bagi yang suka alam, perjalanan ke air terjun itu dari Desa Loke merupakan perjalanan yang menyenangkan. Bagi yang belum tahu pohon kemiri, kopi, atau kehidupan alam pedesaan di Flores akan sangat memberi pengalaman yang banyak. Sepanjang perjalanan bola mata selalu dimanjakan dengan berbagai pemandangan hijau yang menyegarkan mata dan jiwa. Itulah salah satu keunggulan berkelana kepedalaman Flores.

Air terjun kembar terletak di pedalaman Desa Poma, Kecamatan Tanawawo Kabupaten Sikka. Untuk mencapainya bisa menggunakan kendaraan. Berangkat dari Kota Maumere menuju Kecamatan Tanawawo berjarak kurang lebih 35 Km. Perjalanan dari Maumere akan melewati desa-desa lainnya seperti Nita, Key, Hepang, Ribang, Nangablo dan beberapa perkampungan dengan kondisi aspal mulus. Jalur ini termasuk jalur ramai disiang hari. Maklum saja karena jalur ke Tanawawo merupakan lintasan menuju Kabupaten Ende dimana Danau Kelimutu berada. Berdekatan dengan dengan Tanawawo ada pula Paga Beach dan Pantai Koka. Keduanya memiliki pemandangan pantai selatan Flores yang indah dengan pasir putihnya

Nah, selepas jembatan panjang Kaliwajo, Dwi menyarankan agar kita mengambil arah belok kanan sebagai gerbang masuk ke Tanawawo. Setelah itu ambil jalur lurus terus ke arah Desa Wolofeo. Menurut pengelamannya, untuk menuju ke Loke desa yang berdekatan dengan lokasi air terjun, Anda disarankan ambil jalur sebelum Pasar Tanawawo. Sampai ke Loke kurang lebih 12 km.

Lagi-lagi, infrastruktur jalan masih menjadi kendala seperti desa-desa di Flores umumnya, begitu pula hendak mencapai Poma. Maka eksotiknya Flores dibiarkan saja begitu, mungkin ini yang menarik? Saya berguman.

“Terakhir kami ke sana, jalan masih tanah. Saat hujan, akses ini menjadi sulit dilewati. Hanya sepeda motor atau four wheel drive dan sejenisnya yang sanggup melintasi hingga desa terdekat, yaitu Poma. Kami pernah terjebak berjam-jam di jalan yang telah menjadi tanah liat dan perlu bantuan beberapa penduduk untuk mengeluarkan mobil Avanza kami dari lokasi ini,” kisah Dwi, pria asal Jawa yang bekerja di Swisscontact Wisata Flores Bagian Timur.

Lantas ia menambahkan, “Kalo dulu, beberapa kali ke situ naik mobil, cuma sampai di desa Loke kudu parkir di sana. Perjalanan dilanjut dengan jalan kaki sampai Desa Poma. Ya, kira-kira satu jam untuk yang kuat trekking. Dua jam kalo sambil leha-leha dulu, hehe...”

Ternyata bisa saja nilai ini yang ditawarkan. Sambil jalan-jalan cuci mata dengan pemandangan desa yang bagus, udara yang bersih, gerombolan warga kampung yang baik hati, mama-mama yang selalu memberi senyum tulus dan sekumpulan cerita mengasikan tentang kampung-kampung di Flores umumnya.

“Nah, dari Poma, lanjut jalan kaki melintas desa, kebun dan menyusuri sungai hingga ke air terjunnya. Kira-kira 45 menitan jalan kaki,” tutur Dwi membuyar lamunan. Bayangan tak henti ingin bermimpi pada Loke, "gadis' dusun yang memiliki eksotisme Flores alamiah. Ditempat itu, tergambar kecantikan perawan.

Karena perjalanan memerlukan waktu yang cukup lama, Dwi menyarankan agar menyiapkan bekal sebelum berkelana.
“Aku biasanya bawa nasi bungkus untuk makan siang di jalan. Juga aku biasanya bawa kopi, teh, dan rokok saat bertandang di Desa Poma. Karena biasanya penduduk ngajakin ngobrol dan mampir ke rumah mereka. Jadi, aku siap-siap ngasih mereka oleh-olehku itu supaya bisa dinikmati sama-sama. Menarik kan? “ Wah Dwi! Ini jadinya terbayang kan? Jadi ingin hinggap di sana. Jadi tergoda membungkus semua kesannya. Sesuatu yang ingin dicari dan dimiliki. Hmmm....

Dengan tinggi menjulang hampir 100 meter, Air Terjun Murusobe menjadi sekian dari obyek wisata Sikka yang patut dijelajahi. Meski belum memiliki sarana jalan yang mendukung, perjalanan panjang untuk mencapai obyek tersebut bisa saja menjadi tantangan para petualang backpacker. Bahkan kisah di pedalaman akan tersulap jadi pengelaman tak terlupakan.


Jalur dari Maumere hingga jembatan Kaliwajo jika berjalan terus kita akan sampai dibeberapa pedesaan lainnya. Di Lekeba’i dan Paga ada sambal khas setempat yang disebut Wogi, bisa dibawah pulang sebagai oleh-ole. Juga berdekatan dengannya, selain Pantai Koka dan Paga adapula ritual penguburan jenazah dalam batu di Desa Nuabari. Juga, kain tenun ikat tradisional desa setempat. Semuanya menjanjikan eksotisme pedesaan Flores yang kental dengan tradisi budaya lokal. Tantangan utama hanyalah medan dan infrastruktrur jalan yang kurang memadai. Lantas, obyek-obyek wisata pun belum di kelola secara baik.

Tapi satu yang menjanjikan adalah keasrian alamnya masih sangat alamiah. Dicampur kehidupan penduduk tradisional dengan sejumlah ritual budaya setempat. Jangan sungkan-sungkan bertegur sapa dengan siapapun disini. Jangan sungkan-sungkan untuk meminta bantuan. Sebab seperti pula pedesaan lain di Flores, masyarakat setempat masih menjunjung tinggi sesuatu yang bernama kemanusiaan. Itulah yang sering kami alami jika melintasi pedesaan. So, jangan ragu untuk ke Maumere, jangan ragu memilih liburan Ke Flores.

Dwi lantas bercerita banyak tentang pengelamannya menelusuri jejak wisata yang masih terbilang perawan. “Kami pernah mencoba mengunjungi Murusobe dengan akses dari Feyondari. Menarik dan memberi pemandangan yang berbeda. Hanya saja Feyondari aksesnya lebih sulit dan harus siap lebih lama berjalan kaki. Menyenangkan bila dilakukan bersama banyak teman,” katanya
Murusobe merupakan lokasi dimana air terjun kembar berada di Desa Poma.

Selain itu, Murusobe bisa juga dirangkaikan dengan trekking ke Tiwu Sora, Kecamatan Kota Baru, di Kabupaten Ende, berbatasan dengan Kabupaten Sikka. Setelah trekking dan bermalam di desa Deturia, Tiwu Sora, perjalanan dilanjutkan selama empat jam melintasi perbatasan Ende-Sikka dengan berbagai pemandangan menakjubkan di ketinggian bukit, kedalaman hutan, dan luasnya padang savana hingga sampai ke Desa Poma dimana Murusobe berada. Ingin mencoba juga? Siapkan dua hari untuk perjalanan ini, tantang Dwi.

Ya pasti, Murusobe bukan hanya eksotik namun menjanjikan pula perjalanan wisata yang seru dan menantang!

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ke Air Terjun Murusobe:
-Siapkan perlengkapan wisata terlebih dahulu
-Lebih asik bepergian dengan beberapa teman..
-Siapkan bekal perjalanan sebelum berangkat..
-Petakan lokasi dengan cermat..
-Jangan ragu bertanya di warga setempat jika ada kendala
-Disarankan pas jika waktu berangkat bukan musim hujan
-Periksa kendaraan agar siap dalam segala kondisi medan
-Bila diperlukan ajak salah satu warga sekitar jadi pemandau dadakan..
(Oss)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Kajari Maumere Siap Usut Dugaan Korupsi Bansos Sampai Tuntas

TPDI Desak Kejari Maumere
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) Sanadji, S.H menegaskan, pihak kejaksaan akan mengerahkan semua jaksa di Kejari Maumere guna mengusut kasus dugaan korupsi dana bansos tahun 2009 senilai Rp 10,7 M.
Jaksa tidak ada kepentingan dalam kasus dana bansos. Jaksa sebagai aparat penegak hukum entah ada dan tidak lapor wajib mengusut kasus korupsi di Sikka yang menjadi buah bibir masyarakat.
"Kami akan usut sampai tuntas kasus ini. Saya sudah kerahkan semua jaksa untuk kepung kasus dana bansos. Kami tidak ada kepentingan dan kami akan tegakkan aturan. Siapa yang terlibat jika ada indikasi kita akan proses," kata Sanadji, saat bertemu Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) yang dipimpin Petrus Selestinus, S.H di kantor Kajari Maumere, Senin (20/6/2011).


TPDI Desak Kejari Tuntaskan Dugaan Korupsi Bansos Sikka
Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) memberikan ultimatim kepada jaksa Kejari Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengungkap dan menangkap para pelaku dugaan korupsi dana bantuan sosial di Bagian Setda Sikka pada tahun 2009 senilai Rp 10,7 M.

Ultimatum tersebut diberikan karena kasus bansos telah menjadi buah bibir masyarakat Sikka agar para pelaku perlu diproses hukum sehingga tidak membuat polemik di masyarakat.

Selain kasus bansos, jaksa juga perlu mengusut kasus-kasus korupsi yang lama. Jika tidak maka kasus tersebut perlu dilimpahkan ke KPK untuk diusut.

"Momentum ini perlu dipakai Kejari Maumere guna memperbaikki citra dimasyarakat sehingga kami dari TPDI memberikan ultimatum kepada jaksa guna mengungkap dan menangkap pelaku kasus bansos. Jika tidak diungkap maka akan menambahkan buruk citra kejaksaan di mata masyarakat," kata Ketua TPDI, Petrus Selestinus, S.H di Kota Maumere dalam keterangan pers kepada wartawan, Minggu (19/6/2011) siang.(aris ninu/Pos Kupang)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Tuesday, June 21 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---