Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Wednesday 28 July 2010

Punker's Sikka Unjuk Aksi Tanpa Anarki

Gelar Musik Punk Semalam Suntuk


Banyak band punk yang mampu mendapat tempat di hati remaja Indonesia, mereka tidak kalah dengan band-band cengeng yang selalu merengek-rengek, bahkan sampai nangis kayak cewek untuk mendapatkan tempat di hati remaja Indonesia. Band Punk punya rasa idealis yang tinggi. Begitu pula di Maumere. Band punk tidaklah sedikit. Mereka punya komunitas. Mereka punya teriakan meski dipandang aneh dan ekstrim. Jumlah anggota komunitas ini tak begitu banyak, tapi identitas mereka bisa dijumpai ditempat-tempat terbuka di Kota Maumere. Dalam wadah FORKAM, seminggu lalu mereka bergerombol memenuhi Bukit Nilo, menyentil lingkungan dengan menanam puluhan anakan mahoni. Tujuannya satu, perang terhadap pemanasan global. Dan kali ini kembali mereka bikin aksi.

Dengan tema sedikit heboh, Sikka Bergetar. Kelompok band punk Maumere seperti Total Alarm, Bamboe Roencing, Soemana Pithoe, The Wauker’s, Senjata Pemusnah Massal, Delta, Ngerockback, The Backout’s yang bersatu dalam bendera FORKAM tampil unjuk gigi. Dan Gedung Transito Maumere jadi saksi pedih nyanyian kaum marjinal, yang menyindir dunia karena merasa ego telah menjadi tuhan dijaman ini. Teriakan mereka dalam pentas musik ini didukung penuh oleh www.inimaumere.com

Di pentas itu Senin (26-07-2010) itu, mata-mata malam melihat sesuatu yang ekstrim. Rambut mohawk ala suku Indian (rambut paku), sepatu boots, rantai dan spike (gelang berduri), body piercing (tindik), jaket kulit, celana jeans ketat, baju yang lusuh, atau t-shirt hitam, terasa ganjil, curiga dan menyeramkan. Aneh saja. Ketika lantai itu dipenuhi mereka yang bersentuh fisik, mengiringi musik ekstrim yang liar menjelajahi udara.

Menurut Eman, dedengkot punker’s Sikka yang menjadi salah satu pendiri FORKAM atau Forum Komunikasi Kaum Termarjinal, tujuan diadakan pentas musik ini dimaksud untuk menjalin kebersamaan diantara para pecinta musik punk’s di Kota Maumere.
“Anak-anak Punk’s Sikka bukanlah anak-anak rusuh. Kami hanyalah barisan seniman, yang merdeka berkarya atas dasar idealis untuk kemajuan bersama,” ujar Eman, personil Bamboe Roencing dan Soemana Pithoe Band ini.


Masing-masing band malam itu membawakan empat lagu. Tapi tetap semua band diberi ruang untuk berkoloborasi. Bebas dan lepas. Tanpa ikatan ini itu. Tanpa MC yang berdiri dipanggung. Tanpa tetek bengek yang bikin mual dan membosankan acara. Lirik lagu-lagu punk yang dibawakan mereka kebanyakan menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.

Para penonton yang merasa aneh dengan musik dan dandanan punkers dipersilahkan santai menikmati sajian musik dan gaya mereka. Meski musik yang dibawakan memekakkan telinga tapi semakin malam, jumlah penonton semakin banyak. Mereka tetap menikmati keadaan mereka. Musik dan nyanyian. Dandanan dan cuek. Meski sound tak begitu bagus.

Pemusik punks senior yang telah berpengelaman di panggung-panggung pentas Maumere tetap turun panggung. Sekencang teriakan mereka, sekencang itu pula musik yang dibawakan. Tanpa malu-malu dan tanpa segan menunjukan eksitensi aliran ini.

Puluhan anak punk Maumere ini boleh dibilang ada dan nyata. Dan mencenggangkan ketika melihat begitu banyak anak punk Sikka berusia belasan. Lebih dari yang dibayangkan. Satu yang pasti, mereka pandai bernyanyi, menghibur dan bermain musik dengan baik. Mereka bukan pembuat onar tapi selalu membawa bendera kedamaian.

Seperti pula punker’s cilik bernama Cepot. Masih dua belas tahun. Masih sangat muda. Tapi semangat punk’s telah merasuk dalam jiwanya. Saban hari nongkrong habiskan waktu disudut Kota Maumere. Ada duit dari ngamen. Bisa beli jajan, bisa bergaya seperti punker’s dewasa. Temannya banyak, rambutnya didandan punks setiap waktu. Ia memilih hidup nge-punk. Pilihan aneh bagi anak seusia dia. Dia ikut bernyanyi. Ikut berlari kesana kemari. Ikut menikmati musik punk yang disuguhkan rekan-rekannya. Ia tak sekolah, katanya uang tak ada. Entah apa yang ada dibenak Cepot, sekedar senang dan gembira mengikuti trend ataukah frustasi akan nasib?Ah Cepot, bisakahh kau letih berlari?

Komunitas anak Punk Sikka merupakan bagian dari kehidupan dunia underground. Mereka tidak hanya sekedar sekelompok anak muda dengan busana yang ekstrim, hidup di jalanan dan musik yang keras, tetapi yang mendasar adalah mereka mempunyai ideologi politik dan sosial. Kehadiran mereka adalah perlawanan terhadap kondisi politik, sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat.

”Punk not dead”. Punk tidak mati, kata mereka. Punk akan selalu hidup selama penindasan belum berakhir. Selama ada kesenjangan dalam masyarakat, ketidakadilan, pengekangan kreativitas, perampasan hak-hak, punk akan tetap ada. Inilah prinsip yang akan selalu dipegang teguh oleh para punker sejati.


Forkam

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Peserta Sail Indonesia Bertolak dari Darwin

Peserta Sail Indonesia yang menggunakan 110 armada kapal sudah bertolak dari Darwin, Australia, menuju Indonesia. "Peserta Sail Indonesia sudah berangkat dari Darwin. Kita perkirakan pada tanggal 27-28 seluruh peserta sudah tiba di Indonesia," kata Ketua Dewan Pengurus Yayasan Cinta Bahari Indonesia (YCBI) Raymond T. Lesmana,Raymon Lesmana melalui pesan singkat dari Darwin, Minggu (25/7).

Ia mengatakan para peserta terbagi dalam dua rombongan, yakni rombongan satu berjumlah 65 armada kapal dengan menjadikan Kupang, Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagai pintu masuk dan sisanya menuju Banda. Khusus di Kupang, para peserta akan mengunjungi sejumlah objek wisata di Pulau Timor sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Alor, Lembata, Maumere, Ende, Ngada, dan Labuan Bajo.

Dia menambahkan, sudah membekali sejumlah peserta tentang rute perjalanan baru ke empat titik baru di wilayah NTT, yakni Sabu Raijua, Rote Ndao, Sumba Timur, dan Sumba Barat Daya. Di Pulau sabu Raijua, Sumba dan Rote, para peserta akan dipandu untuk melihat kekayaan budaya yang dimiliki daerah-daerah ini untuk diceriterakan kembali kepada para peserta lainnya.(ANT)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Wednesday, July 28 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---