Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Saturday 30 April 2011

Tulang Belulang Mo'ang Ratu Dipindahkan

Raja yang suka bermain suling
Hari Jum’ad (29/4/2010) menorehkan catatan penting bagi keluarga besar da Silva Lepo Gete. Almarhum Don Paulus Ximenes Centis da Silva, raja terakhir (1954-1958) dalam struktur pemerintahan Kerajaan Sikka dan Pejabat Bupati Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Sikka (cikal bakal Kabupaten Sikka) bersama kerangka jenazah istri pertamanya, Maria Kornelia Du’a Reja Karwayu, dipindahkan untuk dikebumikan bersama di Taman Makam Pahlawan Bukit Bahagia Iligetang. Pemindahan kerangka merupakan inisiatip pihak keluarga dengan pertimbangan untuk menyatukan keduanya dalam satu makam. Sebelumnya Don PX Centis da Silva dimakamkan di Pekuburan St. Yoseph Kota Uneng, Maumere dan Du’a Reja Karwayu dimakamkan di Lekeba’i (35 Km dari Maumere) dalam kompleks Puskesmas setempat. Ratusan masyarakat Maumere turut hadir dan mengikuti misa syukuran di Katedral St Yoseph hingga pemakaman di Iligetang. Misa dipimpin oleh Uskup Keuskupan Maumere Mgr. Kherubim Pareira, SVD dan Vikaris Jenderal Keuskupan Maumere, Pater Wilhem Djulel Conterius, SVD.

Usai misa, kedua peti dipindahkan di halaman gereja dan dilakukan penyerahan dari pihak keluarga ke Dandim 1603 selaku Inspektur Upacara untuk dimakamkan secara semi militer di TMP Bukit Iligetang Maumere.

Ratusan masyarakat dengan payung warna warni menahan terik berdiri di sisi kiri dan kanan halaman gereja katedral, mengiringi kepergian kerangka Moang Ratu bersama istrinya. Dalam kawalan barisan TNI dan Polri kedua peti kemudian diletakan dalam mobil pick up terbuka. Kemudian dilakukan arakan menuju TMP Bukit Bahagia Iligetang.

Di Iligetang, warga masyarakat, puluhan anggota TNI dan Polri, Siswa SMK Pelayaran dan Drum Band dari SLTP Yapenthom I Maumere telah menunggu. Dekat makam, ratusan masyarakat berkumpul dibawah tenda yang disedikan di kedua sisi. Upacara pemakaman kembali berlangsung lancar dalam cuaca terik hingga selesai sekitar pukul 14.00.

Hadir dalam kesempatan itu antara lain, Sekretaris Daerah Kabupaten Sikka Cypri da Costa, Wakil DPRD Sikka Alex Longginus, Kapolres Sikka, Dandim Sikka 1603, sesepuh masyarakat Sikka Daniel Woda Pale, E.P da Gomez, Oscar Mandalnagi Pareira dan cucu Almarhum Raja Centis dan Du’a Reja Karwayu yang juga adalah Ketua Badan Anggaran DPR RI, Melkias Markus Mekeng.

****
Hari sebelumnya, tepatnya Kamis (28/4/2011) dilakukan penggalian dan pengambilan kerangka jenazah Moang Ratu dan istrinya Dua Reja. Ditengah cuaca mendung tebal dan udara yang begitu dingin menusuk kulit, kerangka jenazah Du’a Reja Karwayu di ambil dari lobang kubur yang berada dalam komplek Puskesmas Lekeba’i. Sapaan adat Lio Mego menandai awal pengambilan kerangka hingga dimasukan didalam peti. Tak ketinggalan musik tradisionlal Lio Mego, yang turut memeriahkan upacara tersebut. Seruling, pukulan gong dan rebana menyatu dengan alam setempat, mengawal pengambilan kerangka hingga usai.

Pengambilan kerangka Du’a Reja dilakukan cucu kandungnya Minkolas da Silva. Hampir seluruh kerangkanya telah menjadi tanah. Bahkan petinya pun telah hancur. Dengan hati-hati, proses pemindahan ke dalam peti dilakukan. Usai peti ditutup, kemudian peti yang baru diisi kerangka Du’a Reja disemayamkan sementara di Gereja St. Imaculata Lekeba’i dan dilakukan ibadat sabda. Sekitar pukul 5 sore, dengan kawalan dari kepolisian Resort Sikka, menggunakan mobil ambulans dan puluhan pengusung peti, di bawa menuju Maumere untuk disemayamkan di rumah puteranya, almarhum Michael da Silva bersanding dengan kerangka peti Moang Ratu Centis yang baru saja di gali dan dipindahkan dari makamnya di TP St Yosep Maumere.

Peti Jenazah yang menyimpan kerangka D';a Reja kemudian disemayamkan sementara di Gereja Imaculata Lekeba'i
Foto: Oss



Foto Kiri: Peti yang berisi kerangka di halaman Gereja Katedral Maumere
Foto Kanan: Memasuki TMP Bukit Bahagia Iligetang


******

Don Paulus Ximenes da Silva adalah raja terakhir Kerajaan Sikka, Flores. Dalam sejarahnya, beliau merupakan raja ke XVI dalam silsilah raja keturunan da Silva. Ia berkuasa pada tahun 1954 hingg 1958. Putra dari Moang Mbako Ximenez da Silva, Raja Sikka XIII dan Du’a Fransisca Rodriques ini lahir 26 Juni 1902, ditengah wabah kolera yang melanda Kerajaan Sikka diawal abad 20.

Ia menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar di Kampung Sikka (24 km dari Maumere). Don Centis kemudian melajutkan sekolah di Standaardscool, Lela. Tahun 1918 ia berlayar menuju Sulawesi Utara untuk melanjutkan pendidikan Menengah Atas-nya di Woloan Manado. Sekembalinya dari Manado, Don Paulus Centis berkarya sebagai guru di Sekolah Dasar Sikka dan Standaardscool, Lela.

Baik di Lela maupun Sikka, Don Paulus dikenal sebagai seorang pemuda yang aktif dalam berbagai kegiatan kepemudaan dan seni, khususnya musik suling kegemarannya. Hampir setiap akhir pekan, ia memimpin para remaja dan putra putri untuk latihan baris berbaris, menyanyikan lagu mars dan lagu-lagu daerah diiringi alat musik suling. Ia juga dikenal sebagai penari handal untuk sendra tari Toja Bobu (peninggalan Portugis).

Tahun 1922, menjelang usianya yang ke 20, Don PX Centis da Silva diangkat menjadi guru di Normal Cursus, di Perguruan Standaarshool Lela bersama dengan teman gurunya yang asal Manado, Maxi Makalew. Kedua orang sahabat lama, lulusan Minahasa ini kemudian membentuk orkes-orfeus suling bambu yang menjadi andalan untuk Standaarshool dalam berbagai pentas dan musik.

Lima tahun mengabdi menjadi guru, Don Centis kemudian mendapatkan beasiswa pendidikan khusus pembasmian malaria atau dikenal dengan mantri malaria di Cursus Malaria Bestryding di Carolus Boromeus Ziekenhuis (CBZ) di Batavia. Ia mengabdi selama 7 tahun didunia kesehatan masyarakat sebagai mantri malaria sebelum diangkat menjadi Kapitan Hamente (Gemeente) Lekeba’i, salah satu wilayah desentralistik Kerajaan Sikka diusianya yang ke-33.

Setelah zaman kemerdekaan, terutama setelah pengakuan kedelautan oleh Belanda atas Republik Indonesia, wilayah Flores mengalami restrukturisasi sistem pemerintahan. Raja Don Thomas Ximenes da Silva (Raja Kerajaan Sikka, kakak dari Don Centis) kemudian diangkat menjadi Kepala daerah Flores 1.

Untuk mengisi kekosongan pemerintahan Kerajaan Sikka, pada tanggal 30 Mei 1949, Don Paulus Ximenes Centis da Silva diangkat sebagai Pejabat Pelaksana Tugas Raja Sikka. Jabatan ini setara dengan struktur pemerintahan Belanda sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Regent Waardemen, atau lebih populer dimasyarakat dengan Mo’ang WD. Jabatan ini secara resmi dipegangnya sampai tahun 1954.

Tahun 1953 Pemerintah RI mengeluarkan kebijakan untuk merestrukturisasi pemerintahan. Maka terbentuklah Dewan Pemerintah Daerah Swapraja Sikka (DPDS) yang merupakan embrio pembentukan pemerintahan Kabupaten Sikka.

Setahun setelah terbentuknya DPDS, pada tanggal 18 Mei 1954, Raja Don Thomas Ximenes da Silva, menghembuskan napas terakhir di Ende, ibu kota daerah Flores. Melalui kesepakatan Dewan Kerajaan Mo’ang Litih Puluh, Don Paulus Centis secara resmi diangkat menjadi Raja Sikka ke XVI dari keturunan da Silva, menggantikan almarhum kakaknya Don Thomas.

Don Paulus Centis bergelar Don Paulus Centis Ximenes da Silva kemudian mengambil alih dan menata kembali seluruh perangkat kerajaan Ngawung Ratu Regalia, yang merupakan simbol kebesaran Kerajaan Sikka. Salah satu program pemerintahan yang selalu dikenang masyarakat adalah upaya pencegahan banjir Kalimati Maumere yang setiap musim hujan tahunan menggenangi Maumere dan menyebabkan korban manusia.

Pada masa kepemimpinannya sebagai Raja Sikka, di Flores secara keseluruhan sedang dilakukan penataan struktur pemerintahan, disesuaikan dengan sistem tata pemerintahan Negara Republik Indonesia (saai itu Republik Indonesia Serikat). Sehingga disamping sebagai raja, Don Centis juga menjabat sebagai anggota DPDS. Tahun 1957 saat dilakukan reorganisasi dan restrukturisasi , Don Centis diangkat menjadi Ketua DPDS menggantikan kakaknya Don Thomas.

Hanya setahun berfungsi, tahun 1958 DPDS dihapus dan dibentuk Daerah Swatantra Tingkat II Sikka atau lebih dikenal dengan Daswati II Sikka, berdasarkan UU No. 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, NTT, NTB.

Berdasarkan Keputusan Mendagri, Don Paulus Ximenes da Silva ditetapkan sebagai Pejabat Bupati Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Sikka. Sementara itu dengan dihapusnya DPDS Sikka dibentuklah DPRD Daswati II Sikka Peralihan yang beranggotakan 17 orang, diketuai Yan Djong dan Wakil Ketua Thomas Markus Sogo Cynde.

Dengan lahirnya Daswati II Sikka, eksistensi Kerajaan Sikka pun secara bertahap dialihkan kepada pemerintahan republik dalam sitem pemerintahan Negara Republik Indonesia, dibawah koordinasi pemerintahan provinsi yang berkedudukan di Kupang dan pemerintahan pusat yang berkedudukan di Jakarta. Sehingga praktis eksistensi dan riwayat Kerajaan Sikka pun secara formal pun berakhir.

Dan Don Paulus Centis Ximenes da Silva pun dikenang masyarakat sebagai raja terakhir Kerajaan Sikka, sekaligus sebagai salah satu founding father utama Kabupaten Sikka. Kedudukan sebagai Pejabat Bupati Sikka diembannya sampai dengan April 1960. Tanggal 1 Mei 1960, Gubernur NTT atas nama Mendagri melantik Paulus Samador da Cunha sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Sikka.


Don Paulus Ximenes da Silva menikah pada tahun 1926 di usia ke 24 dengan menyunting gadis asal Du Sikka, Cornelia Du’a Reja Karwayu. Dari pernikahan ini lahir 6 orang puteri dan 3 orang putera.

Sang istri tercinta pergi lebih dahulu, Ketika Paulus Centis sedang bertugas di Lekeba’i sebagai Kapitan Mego Nualo’o. Jenazah Almarhumah dimakamkan di pendodpo tinggal keluarga Don Centis yang saat ini sudah berfungsi sebagai Poliklinik Lekeba’i.

Setahun berduka, Don Centis kemudian menikahi Lusia Du’a Ate Karwayu yang dilahirkan 13 Desember 1913, yang kemudian mendampingi Don Centis selama tugasnya di Maumere. Dari pernikahan mereka, tidak dikaruniai keturunan.

Don Paulus Centis Ximenes da Silva meninggal disaat persiapan menjelang hari kemerdekaan RI yang ke-27, pada tanggal 16 Agustus 1972 di usianya yang ke 70. Jenazahnya disemayamkan dirumah duka dilanjutkan dengan misa requiem yang mulia, dihadiri tokoh pemerintahan, tokoh masyarakat, rohaniawan dan masyarakat umum dari berbagai kalangan.

Diiringin keluarga dan masyarakat, jenazah saat itu kemudian dihantar menuju ke tempat peristirahatannya di TP Gereja St, Yosep Kota Uneng Maumere. Dimakamkan berdampingan dengan kakaknya, almarhum Raja Don Thomas Ximenes da Silva.


www.inimaumere.com


Selengkapnya...

Friday 29 April 2011

Wogi Bikin Lidah Panas Tapi Nikmat

Sambal Khas dari Lio

“Sambal Wogi, coba saja,” bisik salah seorang Ata Laki persis ditelinga. Sedikit ragu, namun dalam hitungan detik, sambal tersebut sudah berpindah tempat kedalam perut bersama ubi rebus nan hangat. Rasa pedas dan asin. Namun inilah yang membuat makanan yang disentuhnya terasa nikmat. “ Hati-hati, jangan banyak-banyak nanti lidah pedis,” teriak Ata Laki Bino Seda, asli dari Lekeba’i. Rupanya dari tadi dia terus memperhatikan. Dan betul, gara-gara kelewatan akhirnya 'keringat besar kecil' menetes di pipi. Rasa pedas menyerang. Teh panas yang nongkrong dimeja langsung ludes. Bukan hanya satu tapi dua gelas. Semua yang hadir tertawa senang. Ah masa bodohlah. Mungkin saja wogi makan korban lagi hehehee... Tapi itulah enaknya wogi. Sambal yang hanya ada di daerah Lio pesisir selatan Kabupaten Sikka. Dari Lekeba’i hingga Paga. Kalau lagi musim, sebotol dijual Rp 5 ribu tapi jika langkah harganya bisa mencapai Rp 25 ribu per botol. Buat ole-ole dari Lio, Wogi salah satunya.
Omong-omong kenalan dulu ya dengan WOGI..
yuuukk.. :)

Wogi memiliki bahan dasar khas yang membuatnya terkenal dan unik yakni ikan-ikan kecil. Ikan-ikan tersebut ditangkap dari laut selatan di wilayah Desa Paga dan Wara.

Di dua daerah pantai ini setiap tahun masyarakat setempat turun berburu saat memasuki bulan oktober hingga desember. Karena di bulan-bulan itulah, ribuan ikan-ikan kecil ini membanjiri laut selatan khususnya di perairan dua desa tersebut. Kebiasaan mencari ikan-ikan kecil ini rupanya telah turun temurun sejak dulu kala.

MBARASE, demikian nama ikan-ikan kecil yang menjadi inti dari olahan sambal wogi orang Lio. Untuk menangkap ikan mbarase, penduduk setempat menggunakan SERE, yakni alat tangkap tradisional yang dibuat dari rotan atau bambu. Namun ada satu pantangan yang mesti dijaga, yakni wanita yang sedang hamil tidak diperkenankan hadir saat penduduk sedang menangkap. Ini berhubungan dengan kepercayaan adat setempat, agar Mbarase tidak pergi alias menghilang.

Mbarase yang ditangkap kemudian dibersihkan. Kemudian dilumuri alias dicampur dengan garam. Biasanya dengan campuran garam yang cukup tinggi, yang membuatnya terasa asin (mirip olahan sushi). Setelah dicampur dengan garam, Wogi bisa dikomsumsi se-jam kemudian namun disarankan hingga 2 sampai 3 hari baru diolah. Wogi yang dicampur garam, disimpan dalam botol.

Hasil dari Mbarase yang telah bercampur garam inilah yang dinamakan Wogi. Dengan berbagai gaya dan ragam wogi bisa diolah menjadi sambal yang nikmat. Misalnya wogi tadi dicampur lombok atau cabe dengan ukuran tertentu, kemangi, bawang, kecap dan bumbu-bumbu lainnya dengan tujuan untuk menjadikan cita rasa sambal wogi yang bervariasi. Terserah, sesuai selera sambal masing-masing. Namun inti dari sambal tersebut adalah ikan Mbarase yang khas . Yang katanya hanya terdapat di laut Paga dan Wara.

Wogi yang dijual, dimasukan dalam botol dan dipasarkan dengan harga Rp. 5 ribu hingga Rp. 25 ribu, tergantung musim. Pasar Lekeba’i dan pasar-pasar tradisional lainnya di daerah Lio Kabupaten Sikka, biasanya menyediakan wogi.

****

Ah wogi memang enak . Bersyukur bisa menikmatinya lagi. Apalagi pas siang itu juga disediakan ubi rebus dan lepah (makanan khas Maumere). Rasanya enak sekali.

Untungnya di Lekeba'i bisa berbincang banyak dengan Pak Bino Seda, adik dari Almarhum Bapa Frans Seda, tentang yang khas-khas dari orang Lio termasuk Wogi. Kami duduk bercengkerama menikmati manisnya kopi dan alam Mego yang sejuk menentramkan hati.

Mego adalah sebuah kecamatan yang penduduknya beretnis Lio, salah satu etnis besar di Kabupaten Sikka. Mego beribukota Lekeba’i. Dari arah Maumere sebelum memasuki Paga, dimana Pantai Koka terletak, kita akan melewati Mego.

Saat bercengkerama penuh keakraban, dari situlah wogi muncul menemani makanan khas setempat dan senyum ramah para penduduk. Suasana begitu akrab hingga tak sadar wogi ludes dari meja.
“Kalo makan dengan sambal Wogi, jangan dekat-dekat istri, nanti bahaya....hahahaha..” canda Pak Bino Seda sambil tertawa. Epen ka? Saya langsung membalasnya, tapi dalam hati saja hahahaha.....(Oss)



Menikmati makanan khas Mego dalam suasana yang akrab, wogi pun ludes


Foto Kiri: Tugu Mego yang berisi keterangan tentang pembagian struktrur pemerintahan adat dan wilayah dalam adat Lio Mego
Foto Kanan: Pulang dari Mego, jangan lupa belanja ikan bakar di Nangablo n buah2an di Desa Hepang, Nita hehee..


www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Blata Tatin Desa Listrik Prabayar

Jadi Desa Pertama di Indonesia
Kabar gembira bagi warga masyarakat di Desa Blata Tatin, Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka. Desa ini menjadi desa listrik prabayar pertama di Indonesia. Listrik prabayar pertama itu diresmikan Direktur Opreasional Indonesia Timur (OPIT) Perusahaan Listrik Negara (PLN) Pusat, Viktor Sinaga di Dusun Bei, Desa Blata Tatin, Selasa (26/4/2011). Peresmian ditandai penekanan tombol oleh Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang. Selain meresmikan listrik parabayar di Desa Blata Tatin, PLN juga meresmikan listrik super extra hemat energi (Sehen) di dua pulau di Sikka yakni Pulau Sukun dan Pulau Besar, serta listrik 24 jam di Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Ende.

Peresmian listrik prabayar dan sehen itu dihadiri Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang, Ketua Badan Anggaran RI, Melkias Markus Mekeng dan Direktur OPIT PLN Pusat, Viktor Sinaga, General Manager PLN Wilayah NTT, Santoso Janurwarsono dan Kepala Cabang PLN Maumere, Andik Novijanto, Sekretaris Kabupaten Sikka, Cypri da Costa dan beberapa pimpinan SKPD Kabupaten Sikka.

Acara dimulai dengan ibadat sabda dipimpin oleh Romo Martin G Kira, Pr. Dilanjutkan pemberkatan meteran listrik prabayar.

Sekitar Pukul 15.00 Wita, Bupati Sikka Sosimus Mitang menekan tombol menandai peresmian listrik prabayar pertama di Indonesia itu. Serentak semua lampu listrik yang menggunakan meteran prabayar menerangi seluruh tenda yang gelap oleh mendung saat itu. Semua undangan yang hadir menyambut dengan tepuk tangan meriah, meski sedang hujan.

Bupati Sosimus menyampaikan terima kasih kepada anggota DPR RI asal Sikka Melkias Markus Mekeng yang telah memperhatikan daerah asalnya. Sebab masuknya listrik ke desa-desa akan membantu kemajuan daerah Sikka ke depan, terutama mutu pendidikan.

"Listrik berdampak banyak bagi kemajuan, terutama pendidikan. Karena itu kita perlu jaga fasilitas ini dengan baik. Jika kalian tidak jaga fasilitas ini, lebih baik kita pindahkan saja ke desa lain," tegas Sosimus mengingatkan warga desa Blata Tatin.

Selain dari sisi pendidikan, jelas Sosimus, listrik prabayar ini juga relatif murah sehingga terjangkau oleh masyarakat.

Data dari PLN Cabang Maumere menyebutkan, desa-desa di Kabupaten Sikka yang mendapat pelayanan listrik PLN, yaituhDesa Blata Tatin sebanyak 155 kepala keluarga (KK), Desa Meken Detun 142 KK, Desa Kojadoi di Pulau Besar 100 KK, Desa Semparong di Pulau Sukun 100 KK dan Desa Tana Duen 92 KK. (kk/ris/Flores Star)


wwww.inimaumere.com
Selengkapnya...

Saturday 23 April 2011

Prosesi Jalan Salib OMK Katedral, Umat Terharu

Ibadah Jumad Agung berlangsung khusyuk

Salah satu adegan Prosesi Jalan Salib di depan Katefral St. Yoseph
Umat Katolik Paroki St Yosep selama empat jam lebih setia mengikuti prosesi Jalan Salib dengan khusyuk dan terus bersemangat hingga kisah penyaliban di Gereja Katedral St. Yoseph. Prosesi Jalan Salib (via dolorosa) untuk mengenang kisah sengsara Tuhan Yesus di prakarsai Orang Muda Katolik (OMK) Katedral St. Yoseph bekerja sama dengan Dewan Paroki Katedral dan umat setempat. Dalam cuaca cerah, pementasan fragmen selama 14 Perhentian (stasi) berpuncak saat kisah haru penyaliban di Bukit Gogota yang dipentaskan di halaman Gereja Katedral Maumere. Ribuan umat Katolik khidmat mengikuti prosesi yang dimulai dari stasi pertama di Gereja Perumnas yang kemudian melewati 13 stasi berikutnya yang berada di Jalan Anggrek Perumnas, Nong Meak di Kampung Kabor dan stasi terakhir (stasi 14) di Gereja Katedral. Pementasan fragmen yang dimulai dari jam 08.00 hingga 12.00 wita diperankan dengan baik oleh pelakon dari Orang Muda Katolik Katedral St Yosep.

Hendrik Jhon dan Julian dari OMK Katedral mengatakan pementasan kisah sengsara Tuhan Yesus yang dilakukan kali ini adalah yang pertama kali oleh OMK Katedral. Untuk itu OMK Katedral yang bergandengan dengan umat paroki memiliki beberapa rencana kedepan berkaitan dengan perayaan Tri Hari Suci Paskah.

“Rencana pementasan ini tidak selamanya berpusat di Katedral. Tahun depan kami berencana untuk melakukan prosesi dengan mengambil latar akhir pementasan di lingkungan lain dalam Paroki Katedral,” jelas Jhon.

Sedangkan Julian berterima kasih kepada semua yang terlibat dalam pementasan hingga akhir prosesi. Ia dan teman-temannya bersyukur bahwa prosesi bisa berjalan dengan baik dan mendapat sambutan positip dari umat paroki.

Pada prosesi itu, para pelakon melakukan refleksi dimana seseorang berperan sebagai Yesus, sedang memikul kayu salib , diikuti oleh tentara-tentara Romawi dengan pakaian khasnya. Sepanjang jalan, masyarakat menyaksikan dengan penuh khidmat. Iringan prosesi terlihat panjang mengikuti kisah pementasan.

Pada prosesi itu juga dipentaskan bentuk penyiksaan yang dilakukan tentara Romawi kepada Yesus, serta diikuti oleh imam-imam besar yang selalu menolak kehadiran Yesus.


Kisah Penyaliban yang mengundang rasa haru, stasi 14 berakhir di dalam gereja

Kemudian ada juga murid-murid Tuhan Yesus, Maria ibu Yesus, perempuan-perempuan Yerusalem serta seluruh warga Israel yang menyaksikan penderitaan Yesus hingga mati dan bangkit pada hari ketiga ketika goa kuburan terbuka.

Prosesi Jalan salib yang dilakukan umat Paroki Katedral St Yosep ini, dilakukan untuk mengenang kisah sengsara dan pengorbanan Yesus untuk menebus dosa manusia. Dari pentas ini diharapkan pula umat mampu mengimplementasikan ajaran kasih kepada sesama manusia.

Cium Salib
Usai pementasan jalan salib, sore harinya ribuan umat katolik memenuhi gereja-gereja di Kota Maumere. Ibadah Jumad Agung yang digelar serentak mulai pukul 15.00 Wita diikuti dengan khusyuk oleh seluruh umat. Hampir semua gereja katolik tak mampu menampung umatnya. Akibatnya umat meluber hingga keluar gereja.

Dalam ibadah kali ini dilakukan pula prosesi cium salib sebagai tanda hormat akan penderitaan Kristus yang wafat di salib hina demi keselamatan umat manusia. Penciuman salib yang diikuti dengan tertib dihayati sebagai suatu ekspresi syukur yang keluar dari hati dan kasih kepada Yesus yang terlebih dahulu mengasihi umatnya.

Ibadah berlangsung selama 3 jam. Kota Maumere terlihat langgeng dan sepi. Toko-toko dan beberapa tempat usaha lain meliburkan diri. Sehingga kota terlihat seperti kota mati.

Selain gereja Katolik, sejumlah gereja lain dari umat kristen di Kota Maumere seperti Gereja Protestan, Bethel, Pantekosta dan beberapa lainnya juga dibanjiri jemaatnya. Ibadah Jumad Agung di Maumere berjalan aman, tertib dan khusyuk.

Tradisi Cium Salib di Ibadah Jumad Agung dan umat yang membanjiri Gereja Katedral

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Bom Di Serpong Diperkirakan untuk Paskah

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam mengatakan bahwa bom yang ditemukan di pipa gas milik Perusahaan Gas Negara (PGN) di Serpong, Tangerang, Banten, diperkirakan dipersiapkan untuk mengganggu peringatan Paskah.
Lokasi penemuan bom juga berada 100 meter dari Gereja Christ Cathedral, katanya di Jakarta, Kamis.
Bom tersebut sudah ada remotenya dan telah diatur oleh tersangka. Bom yang ditemukan berkekuatan besar, oleh petugas sudah dilakukan penjinakan, katanya.
Sebelumnya Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo dalam keterangan resmi di Kantor Kepresidenan mengatakan, Polri telah menetapkan 19 tersangka kasus peledakan bom buku dan kasus penemuan benda yang diduga bom di kawasan Serpong, Kabupaten Tangerang.

"Ke-19 tersangka itu terkait bom buku sekaligus ditemukannya benda diduga bom yang ada di sekitar Gading Serpong," kata Timur Pradopo.

Kapolri tidak bersedia menyebut secara rinci identitas ke-19 tersangka tersebut. Dia juga tidak menjelaskan peran masing-masing tersangka.

Timur hanya menegaskan, pihaknya terus melakukan proses penyidikan untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya, termasuk dugaan keterkaitan para tersangka dengan jaringan teroris yang sudah ada.

"Untuk melihat secara utuh butuh penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut," katanya.(antara)

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Monday 18 April 2011

Listrik Padam Lagi

Lagi listrik padam. Kebiasaan buruk ini telah berlangsung kurang lebih satu bulan menyapa warga Kota Maumere. Tidak siang atau malam, pagi atau sore, kebiasaan PLN Cabang Flores Bagian Timur memadamkan listriknya ini sudah menjadi-jadi. Kali ini terjadi saat umat kristiani di Kota Maumere sedang menjalani misa/kebaktian. Di Gereja Paroki Santo Thomas Morus, Keuskupan Maumere, Minggu (17/04/2011), ibadat Minggu Palma yang berlangsung khusyuk sempat terganggu ketika listrik tiba-tiba padam. Peristiwa ini terjadi tepat pukul 18.00 wita saat misa memasuki bagian Persembahan. Tak ayal, umat kelimpungan karena tak bisa mendengarkan suara sang pastor. Bukan itu saja, penerangan di dalam gereja pun akhirnya hanya mengandalkan lima buah lilin redup. Meski terganggu, upacara sabda tetap berlangsung. Ajaibnya, sebuah bulan purnama yang cukup besar tiba-tiba muncul. Cahayanya terangnya menerobos lewat celah besar yang berada didekat atap gereja hingga menerangi seisi gedung. Keluhan tentang pelayanan kelistrikan terdengar saat misa usai.

Seperti yang dikatakan Fredy. Ia yang kegereja bareng anaknya yang berumur 6 tahun dengan tegas mengatakan bahwa PLN Cabang Flores Bagian Timur benar-benar telah menyengsarakan pelanggannya. “Benar-benar keterlaluan, masa listrik mati hidup sampai berhari-hari? Kami ini pelanggan yang hanya bisa menerima, kalau bayar telat kami terima disegel, kalau listrik mati hidup kami terima tanpa jaminan apapun, benar-benar sengsara” keluh Fredy.

Ia juga menambahkan bahwa sebaiknya yang menangani urusan listrik bekerja lebih profesional lagi. “Tolong lebih profesional lagi kerja. Kalau mau kasih padam, kasih pengumuman biar kita siap-siap untuk menerima pemadaman. Jangan kasih mati hidup tanpa kenal waktu. Barang elektronik kami bisa rusak semua, apa PLN mau kasih ganti?” katanya sambil bertanya.

Fredy tidak sendiri. Sebagian umat mengeluhkan hal yang sama saat inimaumere menanyakan kepada mereka perihal pemadaman. Mereka mengatakan pemadaman listrik yang sering dilakukan akhir-akhir ini sangat mengganggu dan merugikan. Karena aktifitas kerja terutama yang menggunakan listrik tidak bisa berlangsung secara maksimal. Mereka mengharapkan kepada PLN Cabang Flores Bagian Timur untuk tidak mematikan listrik sering-sering. Sebab sampai dengan saat ini, warga kota tak nyaman dalam melakukan kegiatan apapun. Pasalnya, menurut mereka, listrik padam tak mengenal waktu dan jadwal yang pasti. Ada kesan bahwa pelanggan dibiarkan menerima apapun yang terjadi.

Beberapa hari lalu, seorang warga yang berdiam di Jalan Hasanudin Maumere mengeluhkan bahwa barang elektroniknya berbentuk TV mengalami kerusakan setelah PLN memadamkan listrik. Tapi ia tak tahu harus mengadukan pada siapa. Ia hanya pasrah. Dan setelah TV-nya rusak, ia sekarang tak bisa lagi menonton acara-acara favoritnya. “Saat ini saya selalu menumpang nonton tivi di rumah tetangga. Mau bagaimana lagi?,” katanya.


Nonton Tinju, Listrik Padam
Setelah memadamkan listrik saat misa berlangsung, malam harinya pertarungan tinju memperebutkan gelar WBA antara dua petinju Indonesia Chris Jhon dan Daud Jordan yang disiarkan Stasiun RCTI juga dihadiahi padamnya lampu listrik sekitar pukul 23.42 wita. Listrik mati ketika pecinta tinju di Kota Maumere sedang menikmati pertarungan di ronde ke-6. Keadaan yang gelap gulita ditambah hujan gerimis yang jatuh kebumi Maumere membuat warga kota hanya bisa meratapi nasibnya yang malang. Pertemuan antara Chris Jhon dan Daud Jordan yang ditunggu-tunggu pecintanya akhirnya hanya bisa dinikmati setengah laga tanpa tahu siapa pemenangnya. Pasalnya, listrik yang dipadamkan baru menyala sekitar jam 2 pagi.

***
Beberapa hari terakhir ini masalah padamnya listrik yang tak tentu waktu sering terjadi. Hal ini mengakibatkan terhambatnya proses kegiatan masyarakat umum yang mengandalkan listrik. Usaha perekonomian dan usaha-usaha lain terkena efek yang berakibat pada kerugian. Sayangnya, padamnya lampu juga akan menghambat proses persiapan anak-anak sekolah menghadapi Ujian Akhir Nasional dan proses belajar lainnya. Kerugian pada beberapa sektor juga tentu terjadi.


www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Sunday 17 April 2011

Jangan Hanya Kami yang Digusur

PKL Pelabuhan minta keadilan
Kalau mau gusur kami, semua harus digusur. Jangan hanya kami orang kecil yang digusur. Orang besar yang punya warung tidak digusur. Gusur duluan mereka baru kami. Pernyataan itu disampiakan oleh Ketua Pedagang Kaki Lima (PKL) Pelabuhan Lorens Say, Maumere, Maria Goretti Koten, Jumad (15/4/2011). “Kami tidak akan melawan, kami setuju dengan pengusuran tapi jangan kami yang digusur lalu yang lain tidak. Semua harus sama,” tandasnya.
Maria mengatakan, para PKL di Pelabuhan Lorens Say akan protes ke pemerintah daerah jika rencana penggusuran PKL dipelabuhan ini dilaksanakan pada Mei 2011. Kami minta pemerintah daerah bersikap adil dan tegas. Kalau mau gusur ya gusur semua, jangan PKL,” tegas Maria.
Ia menyebutkan saat ini PKL yang berjualan di Pelabuhan Lorens Say sebanyak 21 orang. Para PKL ini, lanjut Maria semua menyatakan keberatan kalau penggusuran yang dilakukan pemerintah pada Mei 2011 hanya berlaku untuk PKL.

Maria menegaskan, semua yang berjualan di Pelabuhan Lorens Say Maumere, mulai dari usaha warung, rumah makan dan kios serta usaha lainnya harus digusur jangan ada yang tidak digusur.

"Kami dukung penataan kawasan pelabuhan yang dilakukan pemerintah. Tetapi kami keberatan kami yang kecil yang digusur. Tahun 2010 kami digusur, orang lain tidak. Mau gusur dan tata ya semua harus pindah," tandas Maria.

Sementara itu Mama Oa, Mama Ani dan Mama Saver, pedagang di Pelabuhan Lorens Say mengatakan, perlu pemberatan. Ketiga OKL ini menyatakan, jangan hanya PKL yang digusur, semua yang berjualan di Perlabuhan L. Say Maumere harus pindah ketempat yang telah disepakati dengan pemerintah.

"Kami ini hanya orang kecil, jual pakai lapak bambu buat cari makan dan kasih anak sekolah. Pemerintah ingak kami juga. Anak saya sudah kuliah dari usaha makanan dan minuman ringan di Pelabuhan Maumere. Jadi kalau pindah, semua haurs pindah," tandas Mama Ani.

Ia mengatakan, penertiban dan penataan yang dilakukan pemerintah daerah dalam rangka menata Pelabuhan L. Say didukung PKL. Yang penting pemerintah harus bertindak adil dan merata.

"Katanya Mei 2011 semua harus pindah. Kami tunggu saja dan kami akan pindah. Setiap hari kami tidak jual di Pelabuhan Maumere. Kami jual akalau ada kapal masuk dan bayar Rp. 2000 perhari kepada pengelolah pelabuhan," kata Mama Oa.(Flores Star)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Monday 11 April 2011

Hari Peresmian Perkawinan (Lerong Kawit)

Indahnya Pesta Adat di Kabupaten Sikka
Artikel ini merupakan sambungan dari artikel-artikel sebelumnya yang mengulas tentang tahapan perkawinan dalam adat Sikka-Krowe. Etnis Sikka – Krowe merupakan etnis terbesar dari 6 etnis yang mendiami wilayah Kabupaten Sikka. Dalam struktur budaya orang Sikka sendiri, perkawinan dipandang sebagai sesuatu yang mutlak bagi kehidupan yang memiliki sifat tak terceraikan. Tercermin dalam ungkapan adat Lemer Watu Miu Ruang, Wawak Papang Miu Ruang, Naha Mate Ko Belung, Naha Bleut Ko Loar. Artinya Susah senang sama-sama, mati dulu baru dilepas, tapi bukan mati saja melainkan hancur. Sebelum melangkah pada jenjang perkawinan, akan melewati beberapa proses adat dari permulaan sampai pemberian belis. Proses ini akan sampai pada puncak acara yakni hari peresmian perkawinan. Puncak dari kemeriahaan hari perkawinan tercermin saat malakoni sebuah ritual perkawinan yang disebut dalam bahasa Sikka Tama Ola Uneng atau artinya Masuk Kamar Pengantin. Disinilah berbagai kemeriahan hadir, ketika dua insan merona bahagia menuju pintu kamar, tetapi diluar pintu para keluarga, sahabat dan undangan berpesta hingga pagi buta..

Sebelum melangkah ke Hari Peresmian Perkawinan telah dibahas tentang Tahapan Persiapan Perkawinan, sebuah tahapan yang penting dalam proses menyunting sang calon mempelai wanita. Dimulai dari Pano Ahu sampai Tung Urut Linong. Sudah baca? Kalau belum, silakan membacanya disini ya..

Setelah tahapan persiapan diatas, dilanjutkan dengan Persiapan Pembelisan, Penghantaran Belis dan Persiapan Perkawinan. Tahapan yang indah dengan mempertemukan dua delegasi dari keluarga masing-masing. Disini belis dibicarakan. Jika ada kesepakatan, akan berjenjang ke proses berikutnya. Sudah baca? Kalau belum, silakan membacanya disini ya.. :)

Oke, langsung saja. Pasti kalian telah membacanya tahapan-tahapan sebelumnya kan? Karena artikel ini akan sangat berkaitan dengan kedua artikel sebelumnya. Istilahnya satu kesatuan. Jika tak membacanya secara keseluruhan sepertinya kurang lengkap, ada yang kurang.

Lanjuuttt..


Hari Peresmian Perkawinan (Lerong Kawit)
Pernikahan adat (lerong kawit) biasa terjadi di rumah keluarga perempuan.
Bahan-bahan yang digunakan untuk meresmikan perkawinan adat adalah:

nasi (ara), Hati daging babi (wawi wateng) dan tuak (moke). Biasanya yang meresmikan upacara ialah paman pengantin perempuan (tiu) atau tua adat.

Pada hari peresmian perkawinan pengantin didandani dengan pakaian adat. Pakaian perempuan disebut kimang yang terdiri dari rok dan baju adat. Perhiasannya antara lain kalar gelang, kalung leher, anting yang terbuat dari emas, "ala gadeja" (perhiasan penutup wajah) yang terdiri dari kain dan benang¬benang yang dihiasi dengan emas.

Rambut disanggul ke atas, diikat dengan gelang emas, dan pada rambut terdapat tiga tusuk konde emas (soking telu). Tiga tusuk konde ini melambangkan tiga tahap perkawinan: persiapan, penentuan belis dan upacara perkawinan itu sendiri. Sedangkan pakaian laki-laki terdiri dari lipalensu, destar, baju dan selempang. Perhiasannya adalah lodang bahar (kalung emas) dan mone (gelang gading besar).

Kemudian pihak keluarga perempuan keluar dari rumah menuju ke tenda. Biasanya pengantin perempuan yang berjalan menuju ke tenda dituntun oleh seorang anak kecil (laki-laki/perempuan) dengan rantai kecil yang terbuat dari emas. Sementara itu pengantin laki¬ laki menunggu di tempat peresmian nikah.

Kedua pengantin berdiri di depan pemimpin upacara dan upacara peresmian dimulai. Ata pu'an (pemimpin upacara) akan mengambil sedikit nasi, hati babi dan satu luli moke lalu diberikan kepada pengantin sambil berkata:

Gea sai, wawi api ara prangang, dena dadi wai nora la'i, minu sai, tua jajing, dena dadi lihang nora lalang

[Makanlah daging dan nasi janji, minumlah moke sumpah ini agar kalian, menjadi satu ikatan keluarga].

Ketika kata-kata peresmian itu diucapkan pengantin tidak mengatakan apapun. Saat itu juga secara adat keduanya resmi menjadi suami-isteri. Upacara peresmian perkawinan itu dimeriahkan dengan gong waning dan tari-tarian hegong. Setelah peresmian perkawinan acara selanjutnya adalah pemberian nasehat-nasehat dari pihak keluarga.

Pada malam pengantin, tepatnya pada tengah malam, dibuat upacara tama ola uneng plaha oha sorong loni, artinya membentang tikar dan menaruh bantal atau menyiapkan kamar pengantin.

Sang Mempelai Pria, bahagia saat diarak tengah malam menuju rumah mempelai perempuan. Tama Ola Uneng akan segera di mulai hehehe..

Setelah kamar pengantin disiapkan, a'a gete membawa suami-isteri ini ke dalam kamar pengantin. A'a gete (tanta dari pengantin wanita) akan memberi petunjuk-petunjuk praktis tentang kehidupan berkeluarga. Keesokkan harinya (setelah malam pengantin), pagi-pagi buta saat ayam berkokok a'a gete akan membangunkan keluarga baru.

Kepada mereka a'a gete jaga ola wang menaburi dengan beras kuning (pare beret) sambil berkata:

Bua buri ganu wetang,ga'e teto ganu atong [beranaklah seperti jewawut, berkembanglah seperti bayam).


Selama empat hari empat malam setelah malam pengantin, kedua pengantin tidak boleh keluar rumah. Selama itu juga keduanya tidak boleh terkena air dingin.

Alasannya bahwa nanti perkawinan menjadi dingin. Pada hari keempat akan dibuat acara hui popo (mandi cuci).
Setelah empat malam (gumang hutu) kedua pengantin boleh mandi dan pakaian-pakaian dicuci. Hui popo ini biasanya dilakukan di sungai yang airnya mengalir (wair bang). Pengantin mandi agak ke hulu. Sedangkan keluarga lain yang ikut mandi agak ke hilir.

Maksudnya agar pakaian-pakaian yang dicuci para pengantin dijaga agar tidak hanyut oleh air. Jika hanyut hal ini akan membawa dampak yang buruk bahwa keluarga baru itu bakal tidak memperoleh keturunan. Kalau pun mendapat anak, anak itu akan berusia pendek/cepat meninggal.

Setelah pulang mandi keluarga laki-laki membawa makanan ke rumah pihak perempuan untuk makan-makan bersama. Waktu itu sisa belis diselesaikan. Termasuk balasannya kepada pihak keluarga lelaki. Kalau pun belis belum bisa dilunasi belis itu masih bisa dilunasi pada waktu-waktu mendatang.

Penundaaan belis ini mempunyai makna khusus yang biasa diungkapan demikian: ribang nopok koli tokar (harfiah: batu asa sampai aus, pohon lontar setinggi-setingginya). Maksudnya, hubungan kekeluargaan tidak akan putus sampai selama-lamanya.

Berkaitan dengan belis orang Sikka mengenal juga istilah Hama telo (injak telur). Artinya belis diberi habis sesuai permintaan pihak perempuan.

Umumnya hama telo terjadi pada perempuan dengan belis yang sangat mahal. Konsekuensinya, jika terjadi hama telo maka perempuan memutuskan hubungannya sama sekali dengan keluarganya sendiri. Ia tidak akan kembali lagi ke rumah keluarga sekalipun orang tuanya meninggal.

Setelah peresmian perkawinan ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki. Kewajiban tersebut dinamakan ngoro remang, yakni pemberian kuda, gading dan uang kepada pihak perempuan menurut kesanggupan.

Pemberian ini bukan kewajiban yang harus dilakukan karena berada di luar belis. Tujuannya hanya sebagai penghapus jerih lelah orang-orang yang terlibat pada acara pernikahan tersebut. Semua pemberian ini biasa dibagikan kepada orang-orang yang mengurus acara pesta.

Berikutnya ada acara pembersihan rumah penginapan laki-laki (jika pihak laki-laki berasal dari kampung lain).
Acara ini dinamakan ha pu halar hok blodong/roni halar, hok blodong (pemberian pihak laki-laki kepada tuan rumah tempat mereka menumpang selama urusan pernikahan).

Upacara Inisiasi di Kab. Sikka, Alex Sila, S.Fil dan Agustinus Joram, S.Fil.
Dinas Pariwisata Kab.Sikka dan Puslitbang STFK Ledalero, 2008

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

28 Warga Terancam Longsor

Curah hujan tinggi selama hampir enam bulan belakang menimbulkan tanah longsor sepanjang 100 meter. Kondisi ini mengancam keselamatan warga Desa Nitakloang dan Desa Nita, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka. Bahkan tanah longsor bisa terjadi setiap waktu terlebih ketika hujan lebat. Di lokasi sekitar 10 Km arah barat Kota Maumere longsoran ini cukup mengerikan.Kedalaman longsoran mencapai 2o meter dan lebar sekitar belasan meter. Longsoran itu menjangkau lokasi sekitar 100 meter dibibir ir kiri dan kanan jurang.Warga tak berani mendekati lokasi longsoran itu karena sewaktu-waktu tanah akan runtuh ke kalimati yang sangat terjal.Mereka telah membangun pagar yang rapat sepanjang empat meter dari pinngir jurang, mengingatkan mereka tak ke lokasi seberangnya.

Dua unit rumah warga paling riskan berdiri dipinggir jurang. Rumah itu milik Jupin, warga Desa Nitakloang dan satu rumah milik Dominikus Minggu, warga Desa Nita.

Bberepa rumpun bambu dipinngir jurang, pohon kelapa dan kakao sudah tumbang kedalam jurang dan sebagiannya akan tumbuh jika sewaktu-waktu longsor.

Tanah longsor ini bukan hanya mengancam rumah penduduk sekitar lokasi, juga dalam jangka panjang bisa memutuskan ruas ajalan kabupaten dari Nita ke Riit. Pemukiman warga disebelah utara jalan akan diteror tanah longsor jika tak segera ditangani pemerintah daerah.

Kepala Badan Penagggulang Bencana Daerah (BPBD) Sikka, Heriando Ziku, ST, telah memantau tanah longsor pekan lalu. Dia mengaku kondisinya mengerikan dan mengancan pemukiman warga. Luas tanah longsor telah diukur sepanjang 100 meter, kedalaman 19 meter dan lebar 16 meter. "Ngeri, kita tak bisa berdiri dipinggir, tanah bisa runtuh. Lokasinya sangat terjal," ujar Hery di Maumere, Jumat (8/4/2011).

Penanganan segera dalam masa tanggap darurat, ujar Hery, dengan penguatan tebing dan dasar kali pada kelompok ancaman yakni rumah penduduk sekitar 100 meter, lebar 16 meter dan kedalaman 19 meter mengancam sembilan kepala keluarga dan 28 jiwa warga, selain komoditi kelapa dan bambu.

Penanganan jangka pendek ini untuk mengurangi resiko. Kenapa mesti dilakukan tanggap darurat? "Pemicu meningkatnya debit air akibat curah hujan masih tinggi. Bila tidak dilakukan penanganan segera, longsor inimengancam ruas jalan kabupaten Nita-Riit," tandas Hery.

Badan Penanggulang Bencana Daerah, katanya, sudah melakukan evaluasi melibatkan dinas terkait dan rapat persiapan penanggulangan selanjutnya di masa tanggap darurat.

Tanah longsor ini, ujar Hery, juga telah dilaporkan tertulis kepada Bupati Sikka Sosimus Mitang, sekaligus permohonan dukungan dana penanganan kontruksi tebing dan dasar kali. Anggaran yang dibutuhkan sebesar RP. 960.234.000.

"Saya masih tunggu persetujuan bupati, masyarakat kita minta bersabar," kata Hery.(Flores Star, Senin 4 April/'11)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Friday 8 April 2011

Peternak Ayam di SikkaTerancam Bangkrut

Peternak ayam di Kabupaten Sikka (ayam potong/ayam pedaging) terancam gulung tikar. Mereka mengeluh tidak bisa berusaha karena intervensi pihak tertentu yang ingin menghancurkan usaha mereka. Keluhan para peternak ayam tersebut disampaikan Simon Subandi, anggota DPRD Kabupaten Sikka, Selasa (5/04/2011) di Maumere. Simon menyampaikan ini setelah Senin, 4 April 2011 pagi 12 peternak ayam menemui anggota DPRD membeberkan usaha mereka yang terancam bangkrut. Peternak ayam yang terhimpun dalam Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) Cabang Sikka mengungkapkan beberapa bulan terakhir ini usaha mereka tidak berkembang baik. Hal ini karena ada pihak tertentu yang menginvestasikan ternak ayam skala besar sehingga harga ayam dipasaran turun drastis.

Perusahaan ini menyediakan bibit, pakan dan obat-obatan. Peternak hanya menyediakan kandang menampung bibit ayam. Namun ketika ayam dijual, pemasarannya diatur oleh perusahaan tersebut dengan menjual dibawah standar harga yang berlaku selama ini.

“Pedagang ayam kita menjual Rp 23 ribu/kg, tetapi mereka menjual Rp 12 ribu/kg. Karena ditawarkan dibawah harga pasar peternak ayam kesulitan memasarkan ayam. Pedagang ayam didatangi dan ditawarkan dengan harga murah, bahkan bisa kredit,” kata Simon.

Kedatangan pengusaha ayam ini ingin memonopoli penjualan ayam di Sikka. Peternak meminta Dewan dan pemerintah daerah menyikapinya. Para peternak menduga ada oknum yang melindungi pihak-pihak tertentu menguasai harga ayam dan mematikan peternakan ayam setempat.

“Kalau tidak ada tindakan nyata dari pemerintah dan dewan, peternakan ayam di Sikka akan gulung tikar. Kesepakatan harga jual dipasar, dilanggar pihak tertentu,” tegas Simon.

DPRD Sikka merencanakan memanggil Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Sikka menjelaskan masalah yang dikeluhkan peternak ayam.

“Kami tidak mau rakyat Sikka dibuat susah, mau berusaha di Sikka Dewan dukung, tapi jangan mematikan usaha peternak disini yang ingin memperbaiki ekonomi keluarga. Siapapun yang ingin berusaha di Maumere marilah dengan bersama-sama masyarakat Sikka sehingga masyarakat bisa terbantu,” kata Simon.

DPRD akan membela kepentingan masyarakat Sikka dan jangan hanya menguntungkan pihak tertentu saja. “ Pemerintah dalam mengambil kebijaksanaan dan keputusan harus pro rakyat, jangan membuat rakyat susah,” kata Simon.(Harian Flores Star)

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 04.11 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---