Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Friday 1 February 2008

Catatan Kecil Sosok Bapa Tua Dari Maumere..




FRANS SEDA, Guru Ekonomi Orde Baru dari Maumere
Frans Seda Guru Ekonomi Orde Baru dari Maumere Franciscus Xaverius Seda dilahirkan pada tanggal 4 Oktober 1926 di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur. Ayahnya, Paulus Putu Seda, selain seorang kepala SD juga seorang kepala suku di kampungnya. Seda tertua dari sembilan bersaudara.

Kala itu, ia bercita-cita menjadi seorang guru. Alasannya? "Di daerah saya waktu itu ada dua pekerjaan yang sangat dihargai oleh masyarakat yaitu guru atau pastor."
Seda menyelesaikan sekolah dasarnya pada tahun 1940. Di sanalah terpatri kenangan yang paling mengesankan tentang sang ayah, yang mengajarkan dua hal penting yang harus dilakukan dalam hidupnya. Yang pertama, Seda diajar untuk memperhatikan kepentingan masyarakat.
"Mungkin karena saya anak kepala suku, maka saya diajar cara mengabdikan diri pada masyarakat," kisahnya.
Yang kedua, ajaran bahwa manusia akan semakin bermartabat jika ia berwawasan luas.
"Jadi ayah saya rela menjual semua miliknya untuk sekolah anaknya," tambahnya. "Saya bersyukur mempunyai ayah yang berpikiran maju seperti dia."

Menurut ayahnya, warisan terbaik yang dapat diberikan kepada anak bukanlah harta, tetapi kepandaian. Tak heran bila kemudian dalam usianya yang muda, Seda berani merantau ke Jawa untuk melanjutkan sekolah di Yogyakarta.

Pada tahun 194, saat Jepang masuk ke Indonesia kehidupan menjadi semakin sulit. Seda terpaksa berhenti sekolah, sejak itulah ia harus bekerja, entah sebagai tukang rumput, pemerah susu sapi di sebuah peternakan, dan loper susu, hingga sekali waktu dipercaya sebagai penagih rekening. Dia juga menjadi penarik gerobak yang membantu mengangkut barang-barang keluarga Belanda yang terpaksa pindah dari kawasan Kotabaru, Yogya, karena Jepang mengambil alih Indonesia.

"Saya saat itu mendapat satu ringgit per hari dari hasil menarik gerobak," katanya.

Dalam situasi seperti itu, Seda tetap menyempatkan diri belajar pada malam hari. Kerja kerasnya tak sia-sia, tahun 1946 ia menyelesaikan pendidikan menengah pertamanya. Dia pernah duduk di bangku MULO di Muntilan, juga SMP BOPKRI di Yogya. Selanjutnya, ia melanjutkan sekolahnya ke AMKRI Yogya. Pada tahun 1949, ia pindah ke HBS Surabaya dan tamat setahun kemudian.

Selama sekolah, Seda paling menyukai mata pelajaran bahasa, budaya, atau ilmu-ilmu sosial lainnya. Hal ini sesuai dengan minatnya yang besar di bidang politik, selepas perjuangan fisik di tahun 1945-an.

Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, seperti pemuda lainnya, Seda juga aktif berjuang. Ia tercatat sebagai anggota laskar KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi) dan batalion Paraja atau Laskar Rakyat GRISK dari tahun 1945-1950.
Tahun 1946, Seda pernah dikirim ke daerah Kebon Jeruk, Bekasi, untuk bertempur melawan Belanda. "Bukannya merasa takut, jika dikirim ke medan perang. Tetapi saat itu para pemuda merasa bangga dan senang, padahal kita tahu bahwa kemungkinan untuk mati juga besar," tambahnya.

Setelah masa perjuangan fisik mulai surut, Seda ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah hukum di Jakarta (cikal bakal Fakultas Hukum UI). Tetapi tawaran yang ada adalah sekolah ekonomi ke Belanda. "Perang mengubah hidup dan cita-cita saya. Jika semula saya ingin jadi guru, akhirnya saya justru sekolah ekonomi.
" Alasannya, karena saya punya ijazah bon A dan B untuk tata buku." Jadi saya berangkat ke Belanda tahun 1951 untuk sekolah, bukanlah karena keinginan saya, tetapi di bidang itulah saya dibutuhkan negara saat itu," katanya.

Menurut Frans Seda, di samping masa kecilnya di Flores, salah satu masa terpenting dalam hidupnya adalah ketika ia bersekolah di Belanda. "Bayangkan saja, saya berada di negara yang telah sekian lama menjajah Indonesia. Ibarat berada di dalam rumah musuh," katanya. Bagaimana saya harus bertahan dan menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan di Indonesia adalah benar yaitu merebut kemerdekaan dari tangan Belanda.

"Orang Belanda paling benci dengan Soekarno. Menurut mereka Soekarno lah sumber banyak masalah," cerita Seda tentang tanggapan orang Belanda terhadap Bung Karno. Tetapi ada satu hal yang saya kagumi dari sifat orang Belanda, walaupun mereka membenci Soekarno, tetapi jika saya bisa membuktikan bahwa apa yang dilakukan Soekarno benar, mereka bisa menerima argumentasi saya, jadi mereka juga cukup fair.

Terus terang, saat saya sekolah di Belanda banyak hal saya dapatkan selain ilmu, yang terpenting adalah bahwa rasa nasionalisme saya benar-benar diasah dan diuji, sehingga saya merasa bangga menjadi orang Indonesia.
"Soekarno lah yang memberikan rasa harga diri pada saya, yang membuat saya mencintai tanah air, dan perasaan itu tidak sekuat ketika saya masih tinggal di Indonesia."

Saat sekolah di Belanda, Seda bersama beberapa kawannya juga membentuk Ikatan Mahasiswa Katholik Indonesia (IMKI) dan juga anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda. Lulus dari Katholieke Economische Hogeschool, Tilburg, Belanda pada tahun 1956, Seda langsung pulang ke Indonesia. Di Jakarta, pertama kali ia bekerja pada Biro Karpi, milik pengusaha terkenal saat itu, Ir. Laoh.

Karier politik Seda kemudian tumbuh sama suburnya dengan jiwa wiraswastanya. Seda merintis karier politiknya lewat Partai Katholik. Sepulang dari Belanda ia diminta untuk mendampingi I.J. Kasimo sebagai wakil ketua partai itu. Lantas pada tahun 1961, ia menggantikan Kasimo sebagai ketua umum. Dari sini karer politiknya terus meningkat. Dari tahun 1960 sampai tahun 1964 ia menjadi anggota MPRS dan DPR-GR. Pada tahun 1963, Seda diminta Bung Karno untuk menjabat Menteri Perdagangan.
Tetapi Seda menolaknya karena ketua PK yang saat itu menjadi partai oposisi terhadap Bung Karno, alasan lainnya karena ia menganggap usianya saat itu masih terlalu muda. Tapi rupanya, pada tahun 1964 Seda tak bisa lagi menolak ketika dia diangkat menjadi Menteri Perkebunan oleh Bung Karno. Lantas ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian (1966), lalu Menteri Keuangan (1966-1968) dan Menteri Perhubungan dan Pariwisata (1968-1973).

Pensiun dari jabatan menteri, Seda lantas dipercaya menjadi Dubes RI di Brussel, untuk Belgia dan Luksemburg (1968-1973), juga merangkap Kepala Perwakilan RI untuk Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dari tahun 1973-1976. Setelah kembali ke Indonesia, ia dipercaya untuk menjadi anggota DPA dari tahun 1976-1978.

Di bidang pendidikan, Frans Seda juga turut mendirikan Universitas Atma Jaya Jakarta. Ia pernah menjabat Ketua Umum Yayasan Atma Jaya (1961), sekaligus dekan Fakultas Ekonomi di sana (1961-1964).

Namanya sebagai usahawan juga cukup dikenal, antara lain karena dia pernah menjabat Presiden Komisaris PT Narisa -- pabrik pakaian jadi -- juga anggota Komisaris PT Bayer Indonesia, dan anggota dewan komisaris di PT Gramedia. Lantas pernah juga menjabat Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Asosiasi Perdagangan Tekstil Indonesia.

Kegiatan sosialnya juga menonjol. Ia pernah menjadi anggota Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian (Iustitia Et Pax) di Roma (1984-1989), serta anggota Dewan Pertimbangan PMI Pusat (1986 - )

Seperti orang Flores pada umumnya, Seda dikenal terbuka dan suka humor. Ketika ditanya apa resepnya tetap sehat dan bahagia di usia yang lebih dari 70 tahun, Seda berkata ,"Hidup itu artinya mengabdi pada Tuhan dan sesama."

Dalam melakoni hidup yang sering tak terduga ini, menurutnya orang perlu punya sikap nothing to lose. "Cobalah berbuat baik saja, jangan terlalu takut memikirkan akibatnya," katanya. Apalagi melihat kondisi saat ini, dimana orang takut menyatakan kebenaran. Satu-satunya hal yang masih ingin dilakukannya sekarang adalah bagaimana agar generasi muda dapat mempunyai kesempatan yang lebih bebas untuk belajar, termasuk berpolitik, bebas berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Katanya,"Hanya dengan kebebasan itulah demokrasi dapat tumbuh lebih baik, jika tidak generasi muda kita ibarat katak dalam tempurung, wawasannya sempit.

" Perlu diingat juga bahwa suka atau tidak. Di tangan generasi mudalah masa depan Indonesia nanti. Menurut Seda, kondisi seperti di awal pemerintahan Orde Baru cukup demokratis, seharusnya kondisi saat ini mengacu kesana. Frans Seda mengaku bahwa perkawinannya dengan Johanna Maria Pattinaya termasuk dalam "Paket Kilat". Apa maksudnya? "Tidak seperti anak jaman sekarang yang sering gonta-ganti pacar, saya dulu cuma butuh waktu tiga bulan dari sejak kenal hingga menikah," katanya. Ia mengaku tertarik pada istrinya saat menonton Johanna bermain dalam tonil, sejenis drama. Bekas guru bahasa di Santa Ursula yang dipinangnya di atas becak itu, kini telah memberinya dua orang anak. "Mulai dari meminang hingga perkawinan, saya urus sendiri. Tepat sehari setelah ulang tahun Johanna, 12 Mei 1961, kami menikah."

Apa yang membuat Seda yakin hanya dalam waktu tiga bulan bahwa Johanna bakal menjadi istri yang setia? Ketika ditanyakan, sambil tertawa Seda menjawab,"Jika seorang wanita suka mengajar dan menyukai anak-anak, biasanya ia adalah wanita yang baik. Apalagi ia juga tinggal di asrama bersama suster, garansilah."

Pada 4 Oktober 2006 lalu, Frans Seda genap berusia 80 tahun. Politisi, ekonom senior, negarawan dan tokoh Katolik yang dikenal dekat dengan mantan Presiden RI Soekarno itu tetap tegar dan masih ingin berbuat banyak bagi negeri tercinta ini. Berbagai jabatan pemerintahan di tingkat nasional dan internasional sudah dilakoninya dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Mulai dari tentara pejuang kemerdekaan, aktivis mahasiswa, pimpinan partai, menteri, duta besar hingga penasihat presiden pun sudah dijalankannya.
Sumber :
www.christianview.14.forumer.com


Selengkapnya...

Kabupaten Sikka....



Kabupaten Sikka
Kabupaten Sikka adalah sebuah wilayah kabupaten dengan ibukota Maumere yang terletak 8'22 - 8'50 LS 121'55'40 - 122'41'30 di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Sekilas..
Penduduk Kabupaten Sikka 91% beragama Katolik,denagn jumlah penduduk secara keseluruhan 456.7676 jiwa dan mulai tahun 2005 menjadi keuskupan baru, yakni keuskupan Maumere, di bawah Keuskupan Agung Ende. Uskup bernama Mgr. Vicentius "sensi" Poto Kota. Kawasan pesisir utara cukup banyak dihuni oleh warga keturunan etnik Tidung-Bajo dan Bugis, serta Jawa dan Tionghoa.

Penduduk Kabupaten Sikka tersebar di 21 kecamatan,13 kelurahan dengan jumlah desa 147 desa,kawasan berpenduduk padat adalah di kawasan utara yang berbatasan dengan Laut Flores, sedang kawasan selatan yang berbatasan dengan Laut Sawu/Lautan Hindia berpenduduk jarang. Konsentrasi penduduk perkotaan ada di Kota Maumere (Kecamatan Alok) dan kawasan Geliting di Kewapante.
Pada 12 Desember 1992 Maumere dilanda gempa 6,8 SR dan menyebabkan tsunami, mengakibatkan sekitar 2000 penduduk meninggal dunia. Gempa disebabkan oleh penunjaman Lempeng Filipina yang terletak di sisi utara Maumere, yakni Laut Flores. Korban terbanyak berasal dari penduduk yang tinggal di pulau-pulau di teluk Maumere, seperti Pulau Pemanaa, Pulau Besar, dan Pulau Babi.
Kota Maumere dapat diakses via udara dari Denpasar (transit dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar), Ende, Kupang, dan Labuanbajo. Bandara bernama Wai Oti, panjang landasan aspal hanya 1850 meter sehingga hanya dapat didarati oleh pesawat maksimal sejenis Fokker 28 atau Fokker 100.(Sekarang lagi dibangun perluasan bandara pacu untuk kelas internasional,red)

Tujuan Wisata Potensial
1.Wisata Selam dan Pantai (Eko-Wisata) di Kojogete, Pulau Pemanaa, Pulau Babi, Pantai Magepanda, Pantai Paga.
2.Wisata Lansekap atau Saujana (Eko-Wisata) Gunung Api Egon, Gunung Kimangbuleng.
3.Wisata Budaya di gereja antik peninggalan Portugis di Lela, Katedral St. Yosef di Maumere dan regalia peninggalan raja-raja Sikka.
4.Pantai Wairterang
Berlokasi di Wairterang Desa Wairterang Kecamatan Waigete, spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau
5.Pantai Nangatobong
Berlokasi di Nangatobong Desa Nangatobong Kecamatan Waigete, spesifikasi Pantai berpasir
6.Pantai Wairbleler
Berlokasi di Wairbleler Desa Wairbleler Kecamatan Waigete, spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau.
7.Pantai Waiara
Berlokasi di Waiara Desa Waiara Kecamatan Kewapante, spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau
8.Taman Wisata Alam Laut Gugus Teluk Maumere
Berlokasi di Kawasan Laut meliputi Kecamatan Kewapante, Waigete, Kecamatan Maumere, spesifikasi : Coral, variasi ikan hias dan hutan bakau.
9.Penyulingan Uap Panas Bumi
Berlokasi di Desa Kosokaja, Rokirole, Nitunglea Kecamatan Palue, spesifikasi : Penyulingan uap panas bumi secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan air minum.
10.Tebing Alam WatuNgesu
Berlokasi di Desa Paga Kecamatan Paga, spesifikasi : Tebing alam yang menarik didepannya terdapat pantai yang indah.
11.Puncak Kimang
Berlokasi di Desa Riit Kecamatan Nita, spesifikasi : Keindahan alam, tanaman holtikultura dan menara microwafe.
12.dan masih banyak lagi..


Wisata Minat Khusus

ULE NALE
Lokasi sikka desa sikka berjarak 28 KM dari maumere, waktu pelaksanaannya minggu ke-3 paskah, proses penangkapan cacing laut oleh masyarakat setempat.

LOGU SINHOR
Lokasi sikka desa sikka kecamatan Lela, berjarak 28 KM dari maumere waktu pelaksanaannya hari raya jumad agung, prosesi jumad agung bagi umat katolik yang mempunyai ujud/ intensi khusus penyembahan kepada tuhan yesus yang tersalib dengan cara "logu".

Patung Kristus Raja
Berlokasi di Kelurahan Kota Uneng Kecamatan Alok, spesifikasi Agung dan besar,diberkati oleh Bapa Suci Sri Paus Yohanes Paulus II,

Wisung Fatima Lela,berlokasi di Desa Lela Kecamatan Lela
spesifikasi Tempat ziarah umat Katolik, Patung Bunda Maria, Relief-relief peristiwa Rosario dan Stasi Jalan Salib

Tempat Ziarah Nilo
berlokasi di Nilo Desa Wuliwutik Kecamatan Nita,spesifikasi Patung Bunda Segala Bangsa Tinggi dan Besar

Wair Nokerua
berlokasi di Desa Kolisia Kecamatan Magepanda,spesifikasi Mata air dari dalam batu yang memiliki nilai sejarah dan kerohanian

Agro Wisata Waigete
berlokasi di Desa Egon Kecamatan Waigete,spesifikasi Hamparan persawahan dan berbagai jenis tanaman hortikultura

Tempat Ziarah Watusoking
berlokasi di Desa Wairterang Kecamatan Waigete,spesifikasi Pentahktaan Patung Bunda Maria dan Stasi Jalan Salib

Tempat Ziarah Dian Desa
berlokasi di Desa Wairbleler Kecamatan Waigete,spesifikasi Pentahktaan Patung Bunda Maria dan Panorama pantai yang indah

Gua Fatima Hokor
berlokasi di Desa Hokor Kecamatan Bola,spesifikasi Pentahktaan Patung Bunda Maria

Tempat Ziarah dan Rumah Retret Santo Nabi Elia Mageria
berlokasi di Desa Mbengu Kecamatan Paga,spesifikasi Gua Maria dan Bangunan Penginapan yang indah dan megah

Tempat Pertapaan Kelikeo
Berlokasi di Desa Detubinga Kecamatan Paga,spesifikasi Gua Maria dan Bangunan Penginapan yang indah dan megah

Gereja Tua Sikka
Di pantai selatan kabupaten sikka, tapatnya di kecamatan Lela terdapat sebuah kampung kecil namanya Kampung sika atau natar sikka. kampung di pesisir pantai ini panjangnya 1 km dengan jumlah penduduk 911 jiwa atau 230 kepala keluarga.
Jarak antara Sikka Natar dengan Maumere ibu kota kabupaten Sikka adalah 27 km. Kampung ini kelihatan sederhana, namun sesungguhnya mempunyai perjalanan sejarah yang sangat berarti karena kampung ini dulu menjadi Pusat Pemerintahan Kerajaan
Sikka pada masa Penjajahan Portugis abad XVI dan Belanda abad XVII.

Kampung Sikka saat ini menjadi sebuah kmapung tujuan wisata yang sering dikunjungi wisatawan domestik maupun manca negara, karena di sana terdapat beberapa opjek wisata menarik di antaranya geraja tua sikka yang telah berusia lebih dari satu abad. gereja tua ini si bangun oleh umat paroki Sikka bersama pastornya asal portigis Y.Engbers SJ pada tahun 1899. pembangunan gereja ini juga tidak terlepas dari peran raja Sikka pada masa itu adalah Yoseph Mbako II Ximenes da Silva yang turut mamotivasi rakyatnya untuk mengembangkan kehidupan rohani; bahkan setiap kali pelantikan
raja selalu berlangsunng di dalam geraja ini. Hal ini menunjukan hubungan erat dan kerjasama yang beik antara pihak pemerintah dan pihak gereja katolik pada masa ini.

Bangunan gereja tua sikka ini memiliki beberapa kekhasan yang menarik, antara lain bentuk dan corak bangunannya yang bergaya arsitektur tradisional eropa dari abad XVIII-XIX. Kedua, dinding dinding tembok bagian dalam di tata dengan lukisan motif2 tenun ikat sikka yang sangat terkenal dipandang mata. Pada usianya yang sudah lebih dari 100 Tahun, gereja tua sikka ini masih berdiri kokoh dan megah di pantai sikka nan indah.

Selain gereja tua, warga kampung sikka juga memiliki beberapa pertunjukan seni budaya yang dapat disuguhkan ke para pengunjung atau wisatawan antara lain TARIAN BOBU yakni sebuah
tarian peninggalan portugis yang biasanya dipertunjukan pada hari raya natal dan tahun baru. Di samping itu, Pengunjung juga dapat menyaksikan peroses tenun ikat teradisonal mulai dari awal hingga menjadi sebuah lembar sarung dengan motif-motifnya indah dan menarik.


Gua Maria Kesokoja
Berlokasi di Desa Kesokoja Kecamatan Palue,spesifikasi Gua Maria dalam wilayah penyulingan uap panas bumi Nuakaju

Gua Maria Krokowolon
Berlokasi di Desa Waiara Kecamatan Kewapante,spesifikasi Gua Maria dan panorama pantai yang indah dan menarik


WANITA DAN ADAT PERKAWINAN DI SIKKA

Urusan perkawinan antara pria dan wanita merupakan pertalian yang tidak dapat dilepaskan. Hubungan yang menyatu itu terlukis dalam ungkapan Ea Daa Ribang,
Nopok, Tinu daa koli tokar (Pertalian kekrabatan antara kedua belah pihak akan berlangsung terus menerus dengan saling memberi dan menerima sampai kepada turun temurun.
Norma-norma yang mengatur perkawinan ini dlam bahasa hukum adat yang disebut Naruk dua - moang dan kleteng latar yang tinggi nilai budayanya.
Unkapannya antara lain :
- Dua naha nora ling, nora weling
- Loning dua utang ling labu weling
- Dadi ata lai naha letto -wotter

Artinya:
Setiap wanita mempunayi nilai, punyai harga, sedangkan sarung dan bajunya juga mempunyai nilai dan harga, sehingga setiap lelaki harus membayar.

Ine io me tondo
Ame io paga saga
Ine io kando naggo
Ame io pake pawe

Ibulah yang memelihara dan membesarkannya
Ayah yang menjaga dan mendewasakannya
Dan ibu pula yang memberikannya perhiasan
Ayah memberikannya sandang.

Ungkapan ini memberi keyakinan bahwa martabat wanita sangat dihargai, oleh
karena itu maka pihak klen penerima wanita Ata lai harus membayar sejumlah belis kepada klen pemberi wanita ata dua sesudah itu baru dinyatakan perkawinan seluruh prosesnya syah.

Di Sikka /Krowe umumnya bentuk perkawinan adalah patrilinial, sedangkan yang matrilinial hanya terjadi di wilayah suku Tanah Ai di kecamatan Talibura.

Tahap-tahap perkawinan dapat dilakukan seraya memperhatikan incest dan perkawinan yang tidak dilarang itu maka ditempulah beberapa tahapan:

(1) Masa pertunangan, semua insiatif harus datang dari pihak laki-laki, kalau datang dari pihak wanita maka selalu disebut dengan unkapan waang tota jarang atau rumput cari kuda atau tea winet (menjual anak/saudari)
Seorang gadis dibelis dalam 6 bagian: Kila, belis cicin kawin; Djarang sakang, (pemberian kuda); wua taa wa gete, bagian belis yang paling besar dan mahal; inat rakong, belis lelah untuk mama; bala lubung, untuk nenek; ngororemang (mereka yang menyiapkan pesta).

(2) Perkawinan, sebelum abad 16 di desa Sikka/Lela perkawinan biasanya hanya diresmikan di Balai oleh raja atau pun kadang-kadang di rumah wanita, setelah semuanya sudah siap maka acara perkawinan ditandai dengan mendengar kata-kata pelantikan dari raja, wawi api - ara pranggang, kata-kata yang diucapkan adalah:

Ena tei au wotik weli miu, hari ini ku beri kamu makan
wawi api ara pranggang, daging rebus dan nasi masak
miu ruang dadi baa nora, jadikanlah kamu istri
lai, dan suami
lihang baa nora lading, dan terikatan seluruh keluarga
gae weu (eung) miu ara, makanlah kamu nasi ini
pranggang, agar menjadikan istri dan
dadi baa wai nora lali, suami minulah saus daging
minu eung wawi api, ini agar eratlah
genang lihang nora ladang, seluruh keluarga.

Ucapan itu diiringi penyuapan daging dan sesuap nasi oleh tuan tanah/raja kepada kedua mempelai .


Pada waktu masuk agama Katolik, maka ungkapan-ungkpan di atas tetap dipakai namun proses penikahan sesuai dengan aturan agama Katolik dan diberkati oleh Pastor.

Ada beberapa tahap dari acara perkawinan secara adat Sikka/Krowe:

(1) Kela narang, pendaftaran nama calon pengantin di kantor Paroki yang dihantar oleh orang tua masing-masing bersama dengan keluarga

(2) A Wija/A Pleba, keluarga ata lai melaukan kegiatan mengumpulkan mas kawin secara bersama-sama dengan keluarga

(3) Dipihak ata dua terjadi pengumpulan bahan-bahan pesta untuk membuat sejenis kue tradisional yaitu bolo pagar dan mendirikan tenda pesta.

(4) Sebelum ke gereja keluarga berkumpul di rumah mempalai wanita. Keluarga penerima wanita atau ata lai bertugas menjaga kamar pengatin.

(5) Tung /tama ola uneng, acara masuk kamar pengantin jam 21.00-22.00 malam diiringi kedua ipar masing-masing. Pengatin pria/wanita di hantar ke kamar oleh Age gete dengan nasehat kalau sudah ada di kamar bicara perlahan-lahan

(6) Weha bunga sekitar jam 05.00 pagi para pengawal kamar pengantin, ae gete dari Keluarga ata lai menaburkan bunga pada kamar pengantin sebagai lambang harum semerbak bagi kedua pengantin.



Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Friday, February 01 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---