Romo Arnold : Saya hanya bisa menangis
Sampai dengan hari ini, upaya pencarian 9 korban tenggelamanya KM Tersanjung belum menemukan hasil maksimal. Upaya pencarian terus dilakukan meski telah memasuki hari ke-9. Dilain pihak, musibah ini sesungguhnya menjadi catatan penting bagi dunia transportasi laut, yakni kelayakan operasional kapal dan kewajiban kapal memenuhi standart angkutan. Sedangkan cerita tentang tenggelamnya KM Tersanjung, masih menjadi topik utama dengan bumbu penyedap lainnya seperti, nahkoda tembak dalam kapal tersebut. Diantara cerita-cerita tersebut, satu musibah lain juga terjadi di Pantai Mapitara, Kabupaten Sikka. Yakni tenggelamnya sebuah kapal bermuatan kayu bernama KM Taueri Gading. Kapal yang sedang melintas dari Pulau Buton menuju Pulau Sabu, NTT tiba-tiba dihantam gelombang. Ke-7 penumpang terlempar, 4 selamat dan 3 hilang hingga kini. Kini ke-4 korban selamat masih berada di Maumere. Ketika bertemu di Posko Bencana KM Tersanjung di Badan Penanggulangan Bencana, ke-4 nya terlihat lusuh. Mereka tak mau pulang sebelum kabar pencarian dihentikan. Untuk sementara mereka ditampung di Gedung Transito.
Kejadian itu terjadi dua hari sebelum musibah KM Tersanjung, yakni hari Rabu (20/10/2010). Ke-4 awak yang selamat tersebut terapung-apung dari Rabu hingga mencapai daratan, Sabtu (23/10/2010) saat semua kosentrasi sedang tertuju pada persitiwa KM Tersanjung.
Sedangkan dari Polres Sikka diberitakan utusan keluarga korban tenggelamnya KM Tersanjung mendatangi Polres Sikka. Kedatangan utusan keluarga korban ini masih terkait dengan musibah tersebut. Keluarga korban ingin mengetahui proses hukum terhadap FC, seorang anggota DPRD Sikka yang menahkodai KM Tersanjung. Mereka mendesak Polres Sikka menangkap dan menahan FC secepatnya. Kapolres Sikka, Drs. Ghiri Prawijaya mengatakan bahwa proses kearah itu sedang dilalkukan dan oknum yang membawa kapal berinisial FC akan dirpsoses. Polres Sikka juga sudah mengirim surat ijin pemeriksaan kepada Gbubernur NTT agar ada ijin pemeriksaan segera diterbitkan.
Romo Arnold Ladjar, Pastor Paroki Kolangrotat dalam perjalanan kami ke Pantai Ndondo menceritakan keperihanhatinya atas peristiwa na’as tersebut.
“Mengapa saya tak bisa menolong mereka yang tenggelam? Mengapa saya membiarkan didepan mata, saya menyaksikan mereka hilang tertelan ombak,” ujarnya perih. Romo Arnold saat ini lebih banyak diam. Dia bersama Romo Sil Ola, selamat dari peristiwa tersebut.
Romo Arnold menceritakan, usai jenazah diterima semua anggota keluarganya, ia mendatangi dan melayat ke Desa Pogon, Kloangrotat dan Desa Aibura. Di dua desa bertetangga ini ia dari satu rumah duka ke rumah duka lainnya duduk berdoa di makam mereka masing-masing. “Saya tak bisa menahan tangis ini, sungguh tak bisa,” katanya.
***
Harian Flores Star memberitakan, Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) mendesak Kapolres Sikka segera menempuh upaya paksa menangkap dan menahan Frans Cinde. Upaya paksa ini harus ditempuh karena dikhawatirkan Frans Cinde akan melarikan diri dari tanggungjawab pidana maupun perdata terhadap keluarga korban. Penahan Cinde juga menghindari amukan dari keluarga korban terhadap pelaku. Desakan itu disampaikan Koordinator TPDI Jakarta Petrus Selestinus, SH. Petrus mengakui menerima telepon dari keluarga korban di Kloangrotat dan Aibura yang berharap proses hukum segera dilakukan. Pengacara senior itu menilai Polres Sikka kurang profesional dalam penanganan hukum dan kurang memahami dampak psikologis keluarga korban.