Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Sunday 29 May 2011

Sistem Peringatan Dini Tsunami Beroperasi

Untuk mengantisipasi bencana tsunami di daerah pesisir pantai, di Kabupaten Sikka telah berdiri menara Peringatan Dini Tsunami (Tsunami Early Warning System). Menara tersebut terletak di halaman Keuskupan Maumere, bersebelahan dengan Gereja Katedral St Yosep di Jalan Mgr.Soegiyopranoto. Uji coba pertama kali dilakukan Kamis (26/5/2011) pukul 10.00 Wita. Saat uji coba, sirene dengan bunyi yang cukup besar menarik perhatian sejumlah warga. Namun kemudian maklum karena dalam ujicoba disertai kalimat,”ini hanya test”. Hal ini sejalan dengan Pengumuman Bupati Sikka Drs.Sosimus Mitang. Dalam pengumuman tersebut diberitahukan bahwa setiap tanggal 26 dalam bulan yang sama, Tsunami Early Warning System akan dibunyikan selama lebih kurang satu menit tepat pukul 10.00 Wita yang diawali dengan kata-kata “Ini Hanya Test”. Juga dikatakan, apabila benar-benar terjadi bencana gempa yang berpotensi tsunami, alat tersebut akan dibunyikan selama lebih kurang 30 menit tanpa diselingi kata-kata “Ini Hanya Test”. Karena cuma ujicoba, masyarakat diharap jangan panik dan tetap berada di tempat masing-masing.

Sejalan dengan peringatan dini tersebut, jika benar-benar terjadi tsunami, masyarakat diminta untuk segera menjauhi wilayah sepanjang pesisir pantai dan mengungsi ke tempat yang lebih tinggi untuk mencegah terjadinya korban jiwa.

Sistem Peringatan Dini Tsunami juga akan dibunyikan setiap tanggal 12 Desember setiap tahun, selama lebih kurang satu menit. Tetap diawali dengan kata-kata “Ini Hanya Test”. Peristiwa setiap tanggal 12 Desember ini sebagai bentuk peringatan warga Flores umumnya dan Kabupaten Sikka khususnya terhadap kejadian bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada tanggal 12 Desember 1992 di Maumere. Saat itu menelan korban lebih dari 2000 orang tewas. Gempa tsunami 1992, bisa dilihat disini.

Umumnya sebagian warga belum mengetahui tentang akan diadakan ujicoba sistem peringatan dini tsunami tersebut. Namun setelah uji coba, semua maklum. Meski baru satu menara peringatan dini tsunami yang dibangun, masyarakat tetap berharap bisa tanggap dan cepat mengantisipasi keadaan jika terjadi tsunami.

Secara umum, Peringatan Dini Tsunami merupakan sistem yang mendeteksi tsunami, kemudian memberikan peringatan secara real-time kepada masyarakat. Umumnya, gelombang tsunami terbentuk pada kurun waktu tertentu setelah terjadi gempa di dasar laut. Cepat lambatnya tergantung jenis dan kekuatan gempa, dan berpotensi tsunami atau tidak. Biasanya, potensi tsunami terjadi pada gempa berkekuatan lebih dari 6.5 Skala Richter (SR), berpusat di tengah laut dangkal (0 - 30 km), dan pola sesarnya naik atau turun. Jika berpotensi tsunami, maka proses evakuasi penduduk bisa segera dilakukan.(Oss)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Saturday 28 May 2011

Bupati Tak Tahu Banyak

Pansus Dana Bansos 2009
Bupati Sikka, Sosimus Mitang, mengaku tak tahu banyak tentang fakta yang dibeberkan panitia khusus dana bantuan sosial (Pansus Bansos) DPRD Sikka. Ia berjanji menelusurinya berdasarkan informasi yang diterima dari pansus. Hal itu disampaikan Bupati Sosimus ketika memenuhi undangan rapat Pansus Bansos DPRD Sikka diruang rapat Komisi A, Jumat (27/5/2011). Pansus Bansos DPRD Sikka menghadirkan Sosimus untuk mengklarifikasi dugaan penyimpangan dana bansos sebesar Rp 10,7 miliar temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan NTT, yang telah dibeberkan oleh beberapa staf dan mantan stafnya dalam keterangan kepada pansus sebelumnya. Rapat dipimpin Ketua Pansus Bansos DPRD Sikka, Landoaldus Mekeng, didampingi Wakil Ketua Pansus Welly Pega dan tujuh anggotanya. Rapat juga dihadiri Wakil Bupati Sikka, dr. Wera Damianus, Ketua DPRD Sikka Rafael Raga, dan ratusan warga yang memenuhi teras gedung wakil rakyat.

Landoaldus Mekeng menyodorkan data utang pemda pihak ketiga. Dari total utang Rp 6,8 miliar selama tahun 2009-2010, sampai 25 Maret 2011 sudah direalisasi Rp 3 miliar. Sisa utang Rp 3,8 miliar itu tak diakui pemerintah dibayar.

“Ini dari bukti dari pemeriksaan Inspektorat Sikka. Aneh kalau sisa utang Rp 3,8 miliar dibebankan kepada mantan bendahara kesra, Yosep Otu. Kemarin (kamis) kami tanya kepada tim pemeriksa Inspektorat, mereka tidak bisa jawab,” kata Landoaldus dari hasil laporan pemeriksaan (LHP) Inspektorat Sikka Nomor 45.

Sosimus mengaku terkejut mendapat informasi yang disampaikan pansus, karena merupakan hal yang baru. Sosimus akan mendalami dan menelusurinya. Saaat ini, kata Sosimus, ia kosentrasi menyelesaikan kasus tahun 2009 temuan BPK RI sebesar Rp 10,7 miliar. “ Kami akan kaji bersama Inspektorat,” kata Sosimus.

Landoaldus mengingatkan carut marut pengisian kas dan pinjaman 16 kali untuk mengisi kas bansos. Namun, Inspektorat Sikka tidak menemukan itu masalah dalam auditnya yang tertuang dalam LHP Nomor 145 bulan November 2009.

Ketika BPK Perwakilan NTT melakukan pemeriksaan ditemukan adanya penyimpangan. “SPJ tidak ada, panjar jalan terus. Inspektorat Sikka tidak beres. Ada apa? Bupati boleh mengatakan tidak, tapi ada dalam temuan. Di kas ada uang, tapi belanja barang Rp 20 juta pakai bon. Rekening koran kacau, dana bansos digabung dengan dana rutin kesra,” kata Landoaldus.

Serangkaian temuan pansus dan keterangan para terperiksa sebelumnya, pansus mengharapkan klarifikasi Bupati sebagai penaggung jawab keuangan daerah. Tanggung jawab itu tertuang dalam ketentuan pasal 5 Pemendargi Nomor 13 Tahun 2010


Sosimus menjelaskan peruntukan dana bansos diberikan kepada masyarakat yang mengalami kesulitan, bencana alam, kebakaran, tanah longsor yang memerlukan bantuanyang berupa barang dan uang tunai.


Penetapan dan alokasi dana bansos dengan keputusan bupati, namun pada prakteknya baru pada tahun 2011. Tahun-tahun sebelumnya diberikan masyarakat berdasarkan proposal yang telah didisposisi bupati. Kecuali kebutuhan mendesak seperti musibah tenggelamnya Kapal Karya Pinang terjadi Oktober 2010, langsung ditelepon kebendahara.

Sosimus mengatakan pertemuan tanggal 14 Januari 2011 dengan Suitbertus Amandus dan Marianus Moa, datang kerumah jabatan bupati menagih utangnya. Mereka menanyakan pemimjaman yang dilakukan staf kesra.

“Saya tanya dia apakah ada nota, telepon, SMS, memo telepon. Ternyata tidak ada . Saya katakan kondisi ini tidak dapat diselesaikan secara dinas. Peminjaman kepada pihak ketiga ada mekanisme dengan persetujuan DPRD. Karena itu saya janjikan panggil staf dan klarifikas dengan staf ambil uang dan barang. Puas tidak puas, saya katakan itu pinjaman pribadi,” kata Sosimus.

Temuan dugaan penyimpangan Rp 10,7 miliar yang direkomendasikan BPK Perwakilan NTT, menurut Sosimus telah ditindaklanjuti oleh Inspektorat Sikka dengan melakukan pemeriksaan dan ditemukan Rp 9,8 miliar. Separuhnya telah ditindaklanjuti dan separuhnya direkomendasika diproses hukum.

Dikomfirmasi pansus pertemuan Sekda Sikka, Drs Cypri da Costa dengan Servas, dan Yosep mengalihkan kasus ini ke utang tahun 2007, Sosimus mengaku tak mengetahuinya jika mereka membangun solusi seperti itu menggeser tanda terima ke tahun 2007.

Begitu juga ketika Yosep Otu ditahan Suitbertus Amandus, karena tidak bisa merealisasi pembayaran utang dan telepon dengan Bendahara Pembantu Kesra, Maria Goreti kepadanya, tidak diketahuinya.

Alokasi dana bansos APBD 2009 ditetapkan Rp 4 miliar. Setelah perubahan APBD 2009 menjadi Rp 6,5 miliar atau bertambah Rp 2,5 miliar, namun realisasinya sudah melebihi 100 persen dari APBD induk Rp 4 miliar menjadi Rp 8.298.000.000.

Untuk menutupnya diajukan penggunaan dana sisa tender 2009. Pimpinan DPRD saat itu merekomendasikannya, namun bukan untuk keperluan bansos, tetapi semua kebutuhan. Ternyata surat permohonan menggunakan dana sisa tender ditandatangi bupati dari nomor surat DPPKAD tak diakui lembaga pengelolaan keuangan milik pemerintah daerah itu sebagai nomor suratnya.


“Tiga kali re-check dengan DPPKAD tidak diakui itu nomor suratnya. Artinya itu surat siluman untuk menutup penggunaan anggaran yang lebih sebelum perubahan APBD 2009. Dalam risalah antara panitia anggaran DPRD dan panitia anggaran eksekutif hanya disetujui Rp 2,5 miliar, tetapi penjabarannya sampai Rp 6,5 miliar, dan realisasinya Rp 10 miliar. Para mantan DPRD hanya akui Rp 2,5 miliar,” tegas Welly Pega.

Sumber Malapetaka
Bupati Sosimus mengeluhkan kinerja aparat yang buruk menjadi biang kerok kasus dana bansos. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sikka, Bili Dolu, disebut sebagai malapetaka kasus ini.

“Dalam rakor diingatkan, iya pak, iya pak. Tidak dilaksanakan. Kita tahunya setelah kejadian. Kita mutasikan tapi kondisi sudah terjadi,” tegas Sosimus. Yang mengherankan, katanya, dana posyandu dicairkan dan dialihkan untuk bansos.

Sosimus mengeluhkan pengelolaan dana bansos tidak pernah dilaporkan kepadanya. Memang dia mendisposisikan menindaklanjuti sesuai kemampuan keuangan dan ketentuan, seharusnya dijabarkan oleh staf sebelum kemampuan keuangan daerah dan ketentuan.

Ia mengakui bahwa permintaan laporan pengelolaan dana bansos, data bencana dari kabag atau bendahara tidak pernah diberikan kepadanya. “Saya malu dengan kerja staf yang tidak transparan sehingga menimbulkan masalah besar. Sejak kami jadi wakil bupati dan bupati tidak pernah ada laporan dari bendahara dan kabag kesra,” kata Sosimus. (ius/ Harian Flores Star)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Friday 27 May 2011

Cinde Dituntut 12 Tahun dan Ora Lima Tahun

Tuntutan JPU Kecewakan Keluarga Korban
Keluarga korban tenggelamnya Kapal Motor (KM) Karya Pinang yang menwaskan 23 penumpang kecewa atas tuntutan 12 tahun dan 5 tahun penjara bagi terdakwa Frans Rupi Cinde dan Adeodatus Rangga alias Ora. Keluarga korban menginginkan tuntutan paling kurang 15 tahun penjara. Setelah selesai sidang Kamis (26/5/2011), di Pengadilan Negeri Maumere, mendengarkan tuntutan Frans Cinde, keluarga korban mengungkapkan kekecewaan mereka diluar Gedung PN. Suasana cukup memanas dan memaksa anggota Polres Sikka yang didukung Brimop Kewapante terus melakukan penjagaan. Keluarga korban menegaskan jika kelak putusan yang dijatuhkan majelis hakim kurang dari 10 tahun penjara, mereka menempuh jalan damai dengan keluarga. "Lebih baik damai daripada Frans Cinde dihukum kurang dari 10 tahun penjara. Kami akan minta dia dibebaskan saja. Ini sangat menyakitkan. Biarlah keluarga kami dihargai seperti matinya ayam," kata Stefanus Sangsi Bura dan Maximus Daniel.

Tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri (Kajari) Maumere, Muhamad Jubair S.H, Raka,S.H dan Hersen,S.H terhadap Frans Cinde dinilai terlalu ringan, membunuh rasa keadilam masyarakat yang menghendaki hukum ditegakan. Mungkin vonisnya kelak setara sama dengan hukuman untuk pencuri ayam.

Puluhan anggota Brimob dan polisi anti hura-hara dari Polres Sikka yang memenuhi halaman PN Maumere sebelum sidang dimulai pukul 11.15 Wita. Sama halnya keluarga korban sudah memadati halaman kantor pengadilan sejak pukul 08.00 Wita. Kebanyakan keluarga korban berasal dari Waigete, sebelah timur Kota Maumere.

Ketua Majeli Hakim Pengadilan Maumere, Hiras Sitanggang,S.H.M.H, memimpin sidang pembacaan tuntutan. Ia didampingi anggota majelis Mortada Moh. Mberu,S.H dan Putu Dima Indra,S.H. Berkas tuntuan dibacakan JPU, Muhamad Jubair,SH, RakaS.H dan Hersen, S.H. Ketika pembacaan sampai pada tuntutan, puluhan anggota kepolisian berjaga di pintu masuk lebih ketat mengantisipasi kemungkinan buruk yang bakal terjadi.

Tuntutan JPU mengacu pada pasal 338 KUHP dan 351 ayat 1 KUHP menegaskan bahwa terdakwa telah terbukti sah secara hukum melakukan pembunuhan dan penganiayaan.

Pelaku menginsafi kemungkinan terjadinya kecelakaan itu. Dia bahkan mengetahui konsekuensi dari keputusannya membawakan kapal dan kemungkinan yang terjadi dari perbuatannya itu, namun terdakwa tidak memberikan kemudi kepada nahkoda pada saat kapal dalam kondisi darurat.

JPU menguraikan hal yang memberatkan terdakwa Frans Cinde, oknum anggota DPRD Sikka yang seharusnya melindungi rakyatnya. Justru menciptakan 23 orang warga menjadi korban, hanya 14 orang ditemukan dan sembilan lainnya tidak ditemukan hingga kini.

Pada hari sebelumnya, Rabu (25/5/2011), terdakwa Adeodatus Rangga alias Ora, nahkoda KM Karya Pinang dituntut lima tahun penjara. JPU mneilai Ora terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak pidana melanggar pasal 359 dan pasal 360 KUHP. Kelalaian dan kekurang hati-hatian menyebabkan orang lain menjadi korban. (kk/Flores Star).

foto: keluarga korban saat menangis di kamar mayat RSUD Hillers Maumere, Oktober 2010.



www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Wednesday 25 May 2011

Mengaku Terima Uang dan Tugas

Kasus Dugaan Korupsi Dana Bansos 2009
Bendahara Pembantu Bagian Kesra Setda Sikka, Maria Goreti dalam beberapa kali pemeriksaan pansus tak mengakui mengurus uang bansos, mulai kooperatif. Hari Selasa (24/5/2011), dihadapan Pansus Bansos DPRD Sikka, Maria mengaku beberapa kali menerima tugas dan diserahi uang oleh Bendahara Kesra Setda Sikka, Yosep Otu. Maria mengaku, sekali menerima uang dan kuitansi sebesar Rp 400 juta bantuan kepada Keuskupan Maumere. Dia juga menerima uang sebanyak empat kali dengan jumlah bervariasi antara Rp 15 juta sampai Rp 50 juta.
Bahkan sekali waktu, Yosep sebelum berangkat dari Maumere menelepon kabag kesra akan menitipkan uang Rp 60 juta kepada Maria. Namun keeseokan harinya dikomfirmasi dengan kabag kesra, uang itu tak diberikan Yosep.

“Saya terima ini uang karena sudah ada posnya, juga kuitansinya. Waktu itu (pemeriksaan kali lalu, Maria tidak mengaku terima uang), pikiran saya hanya 29 kuitansi, saya todak pernah tahu. Waktu itu saya bingung,”tutur Maria, kepada pansus bansos yang dipandu Ketua Pansus Bansos DPRD Sikka, Landoaldus Mekeng, di ruang rapat Komisi A DPRD Sikka, Selasa (24/5/2011).

Maria mengaku pernah ditugasi bendahara membuat registrasi penutupan kas. Datanya diserahkan kepada pansus, namun data uang diserahkan jadi bahan diskusi alot pansus. Pemeriksaan kepada Mria ditunda karena kondisi psikologis yang kurang nyaman karena anaknya sakit.

Pengakuan Maria menerima uang dan tugas membuka ruang pansus mendalami dugaan penyimpangan penggunaan dana bansos tahun 2009 sebesar Rp 10,7 miliar. Sebab Yosep terus terang pernah menyerahkan tugas dan uang sekitar tujuh kali dengan jumlah bervariasi antara Rp 200 juta sampai Rp 300 juta.

Periksa Pegawai Kesra
Rapat pansus kemarin, memeriksa seluruh pegawai di Bagian Kesra Setda Sikka. Satu persatu, para pegawai yang diminta keterangannya membeberkan keterangan baru dan penting bagi pansus mengenai pengelolaan dana yang terindikasi penyimpangan Rp 10,7 miliar berdasarkan temuan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI Perwakilan NTT.

Informasi yang digali tim pansus menjadi referensi untuk dikomfirmasikan kepada mantan Kabag Kesra Setda Sikka, Servasius Kabu, Bendahara Bagian Kesra Yoseph Otu dan Bendahara Pembantu Bagian Kesra, Maria Goreti serta pejabat daerah yang mempunyai kewenangan mengelolah dana bansos itu.

Dari staf Sius Ngaji, pansus mendapat tambahan informasi bahwa Maria Goreti pernah menerima tugas dan uang yang diserahkan Yosep Otu, ketika Yosep tugas keluar. Pada saat itu Maria bertindak mengeluarkan uang.

“ Kami satu ruangan, saya lihat Maria terima uang Rp 50 juta, karena tertulis dibloknya. Saya tidak tahu digunakan untuk apa uang itu. Uang itu disimpannya didalam tas, karena dibagian kami tidak ada brankas,” ungkap Sius.

Selama tahun 2009, tutur Sius, ia mengantar sound system ke Gereja Wair pelit, Kecamatan Nita. Demikian juga november 2009, dia mengikuti kunjungan kerja Wakil Bupati, Wera Damianus ke Kecamatan Palue. Saat itu Wabup menyerahkan bantuan uang tunai ke Gereja Lei sebesar Rp 50 mjuta dan Kapela Nitung sebesar Rp 50 juta.

Sius, yang sebelumnya mengelak tak ditugaskan bendahara mentransfer uang akhirnya mengakui pernah melakukan transfer ke beberapa rekening bank.

Pansus menanyakan kepada Sius apakah mempunyai dokumen yang menyatakan pernah mentransfer ke rekening pejabat pensiunan. Sius mengaku tak ingat, ketika Wakil Ketua Pansus, Welly Pega menanyakannya.

Ketua Pansus Landoaldus Mekeng mengingatkan Sius supaya mengaku jujur aktivitas yang pernah dilakukannya. Sebab pansus sudah memiliki dokumen. “Jawab dengan jujur, kalau tidak ingat dan kami buktikan, Anda repot sendiri,” tegas Lando.

Anggota pansus, Darius Evansius mengkonfirmasikan kebenaran pertemuan tanggal 15 Januari 2011 dengan bupati dihadiri Servas Kabu, Yosep Otu, Sius Ngaji dan Maria Goreti setelah malam sebelumnya bupati didatangi Marianus Moa dan Suitbertus Manadus kerumah jabatan menagih utang. Bupati mengingatkan utang-utang kepada pemerintah pihak lain harus persetujuan DPRD. Utang yang terjadi itu merupakan utang pribadi.

Staf lainnya, Anselmia Priska mengaku sering diperintah Yosep Otu mengambil makanan, air minum kemasan dirumah makan Sumber Indah. Dia bahkan pernah membeli rokok dua slop dibawa ke Bagian Kesra Setda Sikka. (Harian Flores Star/ius)


www.inimaumere.com

Selengkapnya...

GMNI Cabang Sikka: Uang Rakyat Sudah Dicuri

GMNI nyatakan Mosi Tidak Percaya Terhadap Pemerintahan SODA

GMNI dalam aksi Long march

Selasa (24/05/2011) aksi unjuk rasa kembali terjadi. Lakon kali ini tetap dimainkan oleh para mahasiswa dari elemen Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Sikka. Aksi tetap mengusung isu korupsi dana bansos senilai Rp 10,7 miliar dan berbagai indikasi penyelewengan lain yang terjadi di Kabupaten Sikka. Seperti aksi hari sebelumnya, GMNI Cabang Sikka tetap tak mengagendakan bertemu wakil rakyat di DPRD Sikka. Mereka memilih melakukan long march mengelilingi Kota Maumere dan berorasi didepan warga. Para mahasiswa GMNI juga membagikan selebaran foto copy dari sebuah judul berita “ Bupati Sikka Terlibat” yang dimuat di harian Kompas 19 Mei 2011. Aksi long march berlangsung dari sekitar pukul 10.00 hingga menjelang sore yang dilanjutkan dengan mimbar bebas di lokasi Jalan Eltari. Orasi yang berapi-api dari atas mobil pick up yang berjalan pelan, menarik perhatian warga dipinggir jalan. Para mahasiswa tetap menuntut agar semua yang terindikasi diperiksa dan yang terbukti terlibat divonis seberat-beratnya sesuai rasa keadilan masyarakat.

“Saudaraku rakyat Kabupaten Sikka, kami berteriak disini karena ada rasa keprihatinan mendalam sebagai putera-putera Nian Tana. Kita semua yang hidup miskin di tanah ini, masih juga ditipu mentah-mentah oleh para oknum pemerintahan dengan mencaplok duit kita, mencuri uang Rp 10,7 Miliar hanya untuk perut mereka. Dengar saudara-saudara, uang rakyat sudah di curi, uang untuk bantuan sosial sudah dicuri....” teriak dicky antara lain, orator GMNI dari atas pick up. “Masih banyak kasus lain yang melawan rasa keadilan rakyat. Pemerintahan ini telah gagal karena melakukan pengingkaran mandat yang diberikan rakyat Kabupaten Sikka,” teriaknya lagi.

Selain kasus bansos, GMNI juga menyoroti beberapa persoalan yang menunai ritik, antara lain Pemotongan Dana Hibah Bagi Hasil Pajak Tahun 2010 oleh Bupati Sikka sebesar Rp 10 jta perdesa yang menurut GMNI menyalahi aturankarena dialokasikan kedesa-desa tanpa landasan kontrusif, Dana intensif kader posyandu dan operasional posyandu Rp 1,5 miliar tahun 2010 tetapi hanya dibayar Rp 750 juta, Dana perjalanan dinas Bagian Humas Setda Sikka Rp 1,2 miliar tahun 2009 hasil pemeriksaan BPK Perwakilan NTT, masalah tidak terselesaikannya proyek Puskesmas Tuanggeo di Palue dan Puskesmas Boganatar tahun 2007, Masalah pekerjaan hasil rehab puskesmas Waiblama 2010 yang lebih buruk dibandingkan dengan bangunan lama, masalah pembuatan kontrak pembangunan kantor Bupati Sikka yang baru yang menurut GMNI sangat amburadul dan tidak sesuai ketentuan Keppres No 80 tahun 2003 dan ketentuan lain serta nasib kelanjutan pembangunannya, reformasi birokrasi yang kebablasan, masalah para pegawai negeri yang diberi janji untuk menduduki jabatan namun tidak ditepati, masalah pembangunan jalan lingkar luar yang terus dibiarkan tanpa kelanjutan, masalah janal Nanghahale ke Pruda, pekerjaan perpipiaan air minum dalam kota tahun 2010, masalah pembangunan jalan Bola – Hale, dan senjumlah masalah lainnya.

Sekali lagi, GMNI Cabang Sikka dalam aksi demo kali ini tetap menyatakan sikap tegas yakni Mosi tidak percaya lagi dengan pemerintahan SODA (Sosi – Dami) karena dinilai tidak mampu dan gagal mengemban amanat rakyat Kabupaten Sikka.

Mereka juga mengharapkan keterlibatan masyarakat dalam mengawal kasus bansos hingga tuntas.

Mahasiswa GMNI melakukan long march dari Jalan Eltari, pusat mimbar bebas, melewati Jalan Wairklau, Nong Meak, Ahmad Yani, belok kiri ke pertokoan, Hasanudin Beru, Barata, Kota Baru, Unipa, dan kembali ke Eltari.

Aksi GMNI sepanjang jalan: tuding SODA gagal

***
SODA atau Sosi – Dami adalah istilah politik dalam masa kampanye di tahun 2008. Gabungan kata Sosimus Mitang dan Wera Damianus tersebut akhirnya memenangkan Pemilihan Kepala Daerah tahun 2008 untuk masa lima tahun kedepan. Sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sikka, keduanya mencatatkan sejarah sebagai pemimpin daerah pertama di Kabupaten Sikka yang dipilih langsung oleh rakyat.

Dengan motto “Mulai Dari Desa”, keduanya mengarungi masa pemerintahan yang dipercaya oleh rakyat. Dalam perjalanan pemerintahan, berbagai kritikan mulai berdatangan yang akhirnya bermuara pada kasus bansos senilai Rp 10,7 miliar yang diduga melibatkan sejumlah oknum pemerintahan.

Saat ini kasus bansos ditangani Pansus DPRD Sikka, dan penyelidikan sedang berjalan. Terkait kasus bansos, pansus bansos DPRD Sikka sudah mengagendakan pemanggilan Bupati Sikka Sosimus Mitang hari Jumat (27/5/2011). Hampir semua masyarakat Sikka berharap kasus korupsi didaerah miskin ini bisa ditangani KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi.

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 24 May 2011

Dua Aksi Ditengah Sorotan Dugaan Korupsi

Seruan Moral dan Mosi Tidak Percaya

PMKRI & GMNI, didua lokasi berbeda

Ditengah sorotan masyarakat Kabupaten Sikka akhir-akhir ini terkait dugaan kasus korupsi dan penyalahgunaan wewenang oleh oknum pemerintahan dan pejabat Sikka, belasan pemuda dari dua organisasi mahasiswa yakni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Sikka dan Persatuan Mahasiswa Katolik (PMKRI) Cabang Sikka menggelar aksi demonstrasi menuntut agar semua indikasi penyalahgunaan yang melibatkan sejumlah oknum pemerintahan dan kasus korupsi dibongkar tuntas. Dua kelompok ini melakukan orasi didua lokasi berbeda. PMKRI Cabang Sikka melakukan orasi dan pertemuan dengan anggota dewan di gedung DPRD Sikka, sedang GMNI melakukan mimbar bebas dengan orasi berapi-api diperempatan Jalan Eltari, berseberang jalan dengan bekas Pasar Perumnas. Kedua aksi ini dilakukan sejak pagi hari. PMKRI diterima dan bertatap muka dengan pimpinan DPRD Sikka Rafael Raga, Wakil Ketua Alex Longginus dan Felix Wodon dan beberapa anggota dewan di Ruang Kulababong. Sedang GMNI sama sekali tak mengagendakan pertemuan dengan dewan.

PMKRI
Dalam pertemuan itu PMKRI Sikka menyoroti sejumlah data faktual yang sedang terjadi di Kabupaten Sikka yang menurut mereka melawan rasa keadilan masyarakat. Dalam catatannya, PMKRI membeberkan beberapa kasus yang terindikasi penyelewengan yakni kasus penyimpangan dana bantuan sosial (Bansos) di Bagian Kesra Setda Sikka 2009, masalah honor kader dan operasional posyandu untuk 1500 orang di tahun 2010, masalah pekerjaan pembangunan puskesmas baru rawat inap di Tanarawa 2010 yang lebih buruk dari bangunan lama, pembangunan Kantor Bupati Sikka yang baru yang menurut PMKRI sangat amburadul dan menyalahi ketentuan (Kepres No.80 Tahun 2003 dan ketentuan lain), pembangunan Puskesmas Tuanggao Palue yang belum terselesaikan, kasus SPPD fiktif yang melibatkan Ketua DPRD Sikka dan soal realisasi studi banding anggota DPRD Sikka ke Manado terkait pembuatan Perda Moke dan beberapa studi banding dan BIMTEK lainnya.

Dari temuan tersebut, PMKRI Sikka didepan anggota dewan terhormat menyerukan seruan moral dalam pernyataan sikapnya, antara lain menyerukan desakan agar anggota DPRD Sikka bekerja dengan hati nurani dan mampu mengawal proses hukum penyelesaian kasus Bansos yang terindikasi korup Rp 10,7 Miliar. PMKRI juga menyerukan agar kaum alim ulama dari berbagai agama untuk berani mengambil sikap ditengah maraknya korupsi dan rendahnya integritas moral dikalangan penyelengara negara dan menyatakan bahwa pihak eksekutif dibawah pemerintahan Bupati Sikka Sosimus Mitang dan Wakil Bupati Sikka Wera Damianus kredibilitasnya sangat meragukan terkait maraknya kasus korupsi yang meilbatkan aparatur pemerintah dilingkup Pemkab Sikka.

Seruan moral ini dibacakan diruang Kulababong yang disaksikan para wartawan yang meliput dan anggota masyarakat umum lainnya. PMKRI sendiri datang dengan pakaian kebesarannya dan berorasi didepan gerbang sebelum akhirnya diterima dewan.

Terkait pernyataan seruan moral tersebut, anggota dewan menjelaskan bahwa selama ini tugas untuk membongkar kasus Bansos sudah dan sedang berjalan dan diketahui publik lewat media massa yang intens meliput. Pernyataan sikap PMKRI juga menjadi suport bagi dewan dan merupakan bagian dari pengawasan masyarakat. Beberapa kasus yang disebutkan juga sedang ditindaklanjuti.

GMNI
Aksi lebih berapi-api dalam sebuah mimbar bebas ditunjukan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Mimbar bebas yang berada tepat dipojok perempatan Jalan Eltari, berseberangan dengan Kantor BPN Sikka berdiri sederhana namun menjadi sentral perlawanan terhadap ketidakadilan. Hanya sampah bekas menjadi lantainya, pecahan botol dan bau got yang menyengat , juga sebuah pohon kecil penahan terik. Ada pula sisa-sisa arang bekas membakar pisang. Pisang itu hanya sebagai alas perut. Maklum, mimbar bebas ini berlangsung pagi hingga sore hari.

Para oratornya tak pernah putus dan silih berganti memberikan pencerahan tentang berbagai kasus korupsi kepada masyarakat yang simpang siur berseliweran. Aksi ini mendapat perhatian pengguna jalan, masyrakat kecil dan beberapa orang yang besimpati.

Secara umum dalam orasinya, para pemuda menyatakan bahwa praktik KKN di Kabupaten Sikka sudah mencapai taraf yang mengkwatirkan. Selain kasus penyimpangan dana Bantuan Sosial (Bansos) Tahun Anggaran 2009 senilai Rp. 10.7 Miliar yang menurut mereka diduga kuat melibatkan Bupati Sikka Sosimus Mitang, GMNI juga menyoroti berbagai kasus lain yang mengindikasikan terjadinya penyimpangan penggunaan anggaran.

Atas berbagai permasalahan tersebut, orasi GMNI dengan mimbar bebas yang berlangsung dari pagi hingga sore hari secara tegas menyatakan sikap mereka, yakni Mosi tidak percaya lagi dengan pemerintah SODA (Sosi-Dami) karena dinilai tidak mampu dan gagal mengemban amanat rakyat Kabupaten Sikka.

Mimbar Bebas dari GMNI akan berlangsung lagi hari berikutnya yakni Selasa (24/052011). Akhir dari orasi ini menurut agenda GMNI adalah penyalaan lilin demokrasi di lokasi Patung Kristus Raja saat memasuki malam hari.

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Perjalanan Dinas Pakai Dana Bansos

Pansus Dana Bansos
Penyimpangan nomenklatur penggunaan dana bantuan sosial (bansos) yang terindikasi dugaan korupsi merugikan keuangan negara. Indikasi penyimpangan nomenklatur itu, antara lain pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Sikka periode pada Mei 2009 di Kupang, pembelian cinderamata dan perjalanan dinas. Ini semua merupakan bagian dari penyimpangan dana Bansos senilai Rp 10,7 miliar temuan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Perwakilan NTT. Fakta itu terungkap dalam penyelidikan tim Pansus Bansos DPRD Sikka, Jumat dan Sabtu (20-21/5/2011) diruangan komisi A DPRD Sikka. Penyelidikan kepada sejumlah pejabat dan staf yang terkait langsung dan tidak langsung makin menarik dengan terungkapnya penggunaan keuangan yang tidak sesuai nomenklatur. Pneyelidikan tim pansus Sabtu (21/5/2011), dihadapan Kabag Humas dan Kabag Umum Setda Sikka, Markus Welung dan Chris Gagi.

Kepada Markus dan Chris, pansus mengkomfirmasikan penggunaan dana bansos untuk pelantikan bupati/wakil bupati sebesar Rp 50 juta, permintaan dana setiap kali perjalanan dinas bupati Rp 10 juta sampai Rp 15 juta dan pembelian cinderamata kepada tamu Rp 75 juta.

Komfirmasi keterangan ini karena sebelumnya Bendahara Pembantu Bagian Kesra Setda Sikka, Yosep Otu dan mantan Kabag Kesra Setda Sikka, Servasius Kabu membeberkan penggunaan uang yang tak sesuai ketentuan. Namun Chris dan Markus kelabakan menjelaskan dengan detail alokasi anggaran pelantikan, perjalanan dinas dan pembelian cinderamata.

Ketua Pansus Bansos DPRD Sikka, Landoaldus Mekeng, menjelaskan, pelantikan bupati.wakil bupati di Kupang dan keberangkatan keluarga pejabat telah disiapkan anggaran dari bagian umum dan humas. Namun diambil juga dari dana bansos, ada pihak lain mita lagi Rp 50 juta, karena diinformasikan hanya disiapkan Rp 1,5 juta. Beli pakaian pelantikan dan cek up kesehatan juga pake dana bansos. Mungkin uangnya tidak cukup.

Chris menjabat Kabag Umum Setda Sikka sejak 2006 mengakui biaya pelantikan di Kupang dialokasikan Rp 100 juta. Garis besar penggunaan meliputi transportasi keluarga bupati/wabup yang masing-masing mendapat jatah 25 orang atau keseluruhan 50 orang.

Dengan perhitungan setiap anggota keluarga membutuhkan biaya transportasi Rp 1 jjuta. Selain itu 25 orang pejabat eselon II, III dan 1V dari mlingkungan Setda Sikka seperti sekda, asisten, staf ahli dan staf lainnya, perjalanannya menggunakan dana dari bagian umum.

Dana tersebut juga digunakan membiayai seluruh kegiatan mulai dari acara, dekorasi, kosumsi dan undangan. “Jumlahnya sekitar Rp 100 juta, sudah kami SPJ-kan. Tadi sebelum kesini saya menanyakan dulu kebendahara tapi nanti saya komfirmasi lagi,” kata Chris.

Menurut Lando, mantan Sekda Sikka, Sabinus Nabu, dihadirkan dalam rapat pansus Kamis (19/5/2011), menjelaskan, pelantikan dialokasikan Rp 25 juta untuk bupati dan 60 juta wakil bupati. “Berarti Sekda tipu kami. Katanya dana itu kurang sehingga diambil dari dana bansos atau bagian umum punya anhka yang benar,” kata Landoaldus Mekeng.

Ditanya pansus tentang pembelian cinderamata sebesar Rp 75 juta dari dana bansos, Chris mengaku tidak tahu. Begitu juga alokasinya dari bagian umum, Chris mengaku tidak mengetahuinya lagi.

Markus Welung, menduduki jabatan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) sejak awal tahun 2009, dijelaskan ketua pansus bahwa permintaan keterangan ke humas karena kaitan perjalanan dinas bupati yang diurus humas. Dalam setiap kali kunjungan kedesa, bupati sering memberi bantuan kepada masyarakat dari dana bansos.

“Saya tidak hafal persis berapa banyak. Tugas saya hanya mencatat dan menyampaikan kepada instansi yang terkait. Berapa kali perjalanan selama tahun 2009, saya tidak ingat. Data nanti saya sampaikan,” kata Markus.

Landoaldus mengatakan dana bansos, digunakan selama tahun 2009 dari keterangan bagian kesra sebesar Rp 579 juta. “Frekuensi kunjungan bupati kedesa-desa berapa banyak. Keluar dari daerah Sikka berapa kali selama tahun 2009, soalnya keterangan dari Yosep mengatakan setiap kali jalan keluar daerah bupati minta 10 sampai 15 juta, lagi dari dana bansos,” tegas Lando.

Wakil Ketua Pansus, Welly Pega, menanyakan besaran biaya perjalanan dinas dari bagian umum untuk bupati sekali keluar daerah. Kalau ke Jakarta berapa?

“Keterangan dari bendahara pembantu dana bansos menyatakan, setiap kali perjalanan bupati telepon minta uang Rp 10 juta sampai Rp 15 juta, tambah anggota DPRD Sikka dari Fraksi PDIP.


Namun Chris mengaku tak tahu permintaan dana itu. “Saya tidak tahu bupati minta dana Rp 10 sampai Rp 15 juta ke kesra. “Perjalanan dinas pejabat lain juga kami urus dan dalam kasus-kasus tertentu didisposisikan dari bupati. Kalau Kabag Ekonomi sering gunakan SPPD keluar daerah,” jelas Chris.

Welly kuatir, dana perjalanan dinas yang diberikan dari bagian umum tidak cukup sehingga bupati meminta tambahan dana kebagian kesra. Markus menimpali bahwa selama ini bupati tidak pernah mengeluh uang kurang.

Menurut keterangan Yosep dan Servas kepada pansus, lanjut Welly, ketika bupati ke Jerman, sekitar bulan september 2009, minta diberikan Rp 25 juta diambil dari dana bansos. “Mungkin untuk uang saku?”tanya Welly, Chris menjawab, kemungkinan tak ada SPPD yang diurusnya, sehingga perjalanan dinas keluar negeri itu ditanggung instansi pemerintahan ditingkat propinsi.

Anggota pansus, Agus Pora menanyakan penggunaan uang untuk acara sykuran pelantikan yang diadakan diberbagai tempat di Sikka, apakah juga pakai dana bansos.

Ambros Dan menambahkan, setiap kunjungan ke desa-desa, bupati selalu memberikan minimal Rp 1 juta untuk uang bako wua taa atau uang roko dan siri pinang. (flores star/ius ris)


www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Monday 23 May 2011

Rombak Inspektorat Sikka

Kasus Dana Bansos 2009
Oleh: Frans Anggal
Pansus DPRD Sikka mendesak Kepala Inspektorat Thomas Ola Peka dicopot dan seluruh stafnya dirombak. Thomas Ola Peka dan staf dinilai tidak becus dalam membuat laporan hasil pemeriksaan (LHP) dana bantuan sosial (bansos) 2009 senilai Rp10,7 miliar. Desakan ini disampaikan ketua pansus Landoaldus Mekeng ketika memeriksa Sekda Sikka Cypri dan Costa, Kamis 19 Mei 2011 (Flores Pos Jumat 20 Mei 2011).

Inilah salah satu bukti ketidakbecusan itu, kata pansus. LHP yang dibagikan kepada pansus berbeda dengan LHP yang dipegang dan dibacakan sekda di hadapan pansus. Ada perbedaan data dan informasi menyangkut dana bansos. "Saya pertanyakan LHP yang berbeda ini. Ada apa ini?" kata Landoaldus Mekeng.

Sebelumnya, sudah ada kejanggalan yang dilakukan inspektorat. Dalam laporannya beberapa waktu lalu, lembaga ini menyatakan dana bansos 2009 hanya bermasalah pada administrasinya. Tidak ada indikasi kerugian keuangan negara.

Dengan pernyataan seperti ini, kita patut bertanya. Cermat dan jujurkah inspektorat? Lembaga ini menyandang kata "to inspect". Memeriksa. Yang bukan asal periksa. "To inspect" selalu berarti memeriksa dengan hati-hati (carefully) dan teliti (closely). Kehati-hatian diperlukan, agar tidak terjadi kesalahan. Sebab, kesalahan bisa berakibat buruk bagi pihak terperiksa. Demikian pula, ketelitian diperlukan, agar tidak ada yang terlewatkan, terutama menyangkut detail. Sebab, "setan" bersembunyi di balik detail.

Pemeriksaan yang hati-hati dan teliti tidak hanya memerlukan suluh logis. Diperlukan juga suar etis. Dan salah satu yang paling penting adalah kejujuran. Tampaknya, ini yang tidak ada pada Inspektorat Kabupaten Sikka. Tidak adanya kejujuran itulah yang menyebabkan LPH yang dibagikannya kepada pansus berbeda dengan LPH yang dipegang dan dibacakan sekda di hadapan pansus.

Oleh adanya perbedaan data dan informasi itu, pansus menilai LHP inpektorat tidak jelas dan tidak cermat. Ini penilaian objektif, berdasarkan suluh logis. Sedangkan penilaian subjektif, berdasarkan suar etis, tidak diucapkan pansus secara jelas dan tegas. Rumusannya samar-samar saja, berupa pertanyaan retoris. "Ada apa ini?" kata Landoaldus Mekeng.

Ada apa ini? Ada ketidakjujuran! LHP itu hanya salah satu dari rangkaian pembohongan. Tidak ada pilihan lain. Mau tidak mau. Untuk tutupi pembohongan lama, orang harus buat pembohongan baru. Pada kerja inspektorat, pembohongan lamanya berupa pernyataan bahwa dana bansos 2009 hanya bermasalah pada administrasinya. Tidak ada indikasi kerugian keuangan negara.

Untuk menutupi pembohongan itulah dibuat pembohongan baru. Berupa LHP yang berbeda-beda data dan informasinya. Lain pada pansus, lain pada sekda. Ini menyingkapkan dua hal. Inspektorat Sikka tidak hanya tidak cermat seperti penilaian pansus, tapi juga dan malah terutama tidak jujur.

Hanya ketidakjujuranlah yang bisa menjelaskan pernyataan yang menghina akal sehat itu. Bahwa, kasus dana bansos 2009 cuma persoalan prosedural teknis. Bukan persoalan substansial yuridis-etis. Jadi, di mata inspektorat, dana bansos itu tidak dikorup. Cuma dipinjam. Maka, asalkan uang itu dikembalikan ke kas negara, persoalannya selesai.

Wah. Gawat. Di bawah inspektorat seperti ini, Sikka akan hancur lebur. Karena itu, kita setuju dan mendukung desakan pansus. Kepala inspektorat harus dicopot. Seluruh stafnya harus dirombak.

”Bentara” FLORES POS, Sabtu 21 Mei 2011

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Monday 16 May 2011

Hasil UN 2011 Kabupaten Sikka Mengalami Peningkatan

10 Sekolah Lulus 100 Persen

Ekspresi para siswa yang lulus dan yang tak lulus
Sejumlah sekolah di Kabupaten Sikka hari ini, Senin (16/05/2011), mengumumkan hasil kelulusan Ujian Nasional (UN) tingkat SLTA untuk Tahun Pelajaran 2010/2011. Pengumuman hasil UN oleh masing-masing sekolah khususnya di Kota Maumere berlangsung siang hari sekitar pukul 13.00 Wita. Secara umum Hasil Ujian Nasional (UN) Kabupaten Sikka 2011 mengalami peningkatan dibandingkan hasil UN 2010. Berdasarkan data yang diterima dari Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga Kabupaten Sikka, jumlah siswa yang lulus Ujian Nasional 2011 untuk SMA/MA adalah 1497 siswa dari total 1658 siswa yang mengikuti UN 2011 atau lulus 90,29%. Hasil ini mengalami peningkatan jika dibandingkan hasil UN 2010 yang hanya meraih 18,20% (1456 tidak lulus dari 1780 siswa). Sedangkan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), hasil UN 2011 juga mengalami peningkatan signifikan. Dari jumlah total peserta ujian sebanyak 1041 siswa, 69 siswa dinyatakan tidak lulus dan 972 siswa dinyatakan lulus atau prosentase kelulusan sebesar 93,37%.


Hasil mengembirakan ini masih ditambah lagi dengan 10 sekolah SMA/MA/SMK yang sukses meluluskan siswanya 100%. Ke-10 sekolah itu masing-masing adalah : SMA Negeri I Maumere, SMA Negeri Talibura, SMA Katolik Frateran Maumere, MA Muhamadya Maumere, SMK Negeri Talibura, SMK Budi Luhur, SMK Tawa Tanah, SMK Bina Maritim, SMK St. Elisabet Lela, SMK Negeri 2 Maumere.
Sedangkan SMAK Yohanes XXIII menunda pengumuman UN 2011 karena masih bermasalah.

Prosentase UN SMA/MA Kab Sikka 2011 :

SMA Negeri I Maumere
Jumlah Peserta 302
Tidak Lulus : 0
Lulus 302
100%

SMA Negeri II Maumere
Jumlah Peserta : 247
Tidak Lulus 32
Lulus : 215
87.04%

SMAK St.Gabriel Maumere
Jumlah Peserta : 177
Tidak Lulus: 53
Lulus : 124
70.06%


SMAK PGRI Maumere
Jumlah Peserta: 35
Tidak Lulus : 4
Lulus: 31
88.57%

SMAK Yoh. Paulus II
Jumlah Peserta : 76
Tidak Lulus : 16
Lulus : 60
78.95%

SMAK Bhatyarsa Maumere
Jumlah Peserta :125
Tidak Lulus: 3
Lulus: 122
97.60%

SMAK St Petrus
Jumlah Peserta : 62
Tidak LuLus: 3
Lulus: 59
95.16%

MA AT Taqwa Maumere
Jumlah Peserta: 54
Tidak Lulus: 6
Lulus: 48
88.89%

SMAK ALVARES Paga
Jumlah Peserta: 126
Tidak Lulus: 18
Lulus: 108
85.71%

SMAN Nita
Jumlah Peserta: 57
Tidak Lulus : 7
Lulus: 50
87.72%

SMAN Bola
Jumlah Peserta: 21
Tidak Lulus : 1
Lulus: 20
95.24%

SMAN Talibura
Jumlah Peserta: 73
Tidak Lulus : 0
Lulus: 73
100 %

SMAK St Maria
Jumlah Peserta: 83
Tidak Lulus : 2
Lulus: 81
97.59 %

SMAK Frateran
Jumlah Peserta: 139
Tidak Lulus : 0
Lulus: 139
100%


SMA Muhamadyah
Jumlah Peserta: 21
Tidak Lulus : 4
Lulus: 17
80.95%

SMAK Roledelu
Jumlah Peserta: 35
Tidak Lulus : 12
Lulus: 23
65.71 %

MA Muhadiyah Nanaghure
Jumlah Peserta: 25
Tidak Lulus : 0
Lulus: 25
100 %

TOTAL :
JUMLAH PESERTA : 1658
TIDAK LULUS : 161
LULUS : 1497
Prosentase Kelulusan : 90,29 %



Prosentase UN SMK Kab Sikka 2011 :

SMK St Gabriel
Jumlah Peserta: 232
Tidak Lulus : 33
Lulus: 199
85.78 %

SMK St Elisabeth
Jumlah Peserta: 85
Tidak Lulus : 0
Lulus: 85
100 %

SMK Tawa Tana
Jumlah Peserta: 18
Tidak Lulus : 0
Lulus: 18
100 %

SMK Negeri Talibura
Jumlah Peserta: 38
Tidak Lulus : 0
Lulus: 38
100 %

SMK Yohanes XXIII
DITUNDA PENGUMUMAN

SMK Budi Luhur
Jumlah Peserta: 39
Tidak Lulus : 0
Lulus: 39
100 %

SMK St.Thomas
Jumlah Peserta: 260
Tidak Lulus : 3
Lulus: 257
98.85 %

SMK Bina Maritim
Jumlah Peserta: 54
Tidak Lulus :0
Lulus: 54
100,00%

SMK Negeri I Maumere
Jumlah Peserta: 228
Tidak Lulus : 28
Lulus: 200
87.72 %

SMK Negeri 2 Maumere
Jumlah Peserta: 77
Tidak Lulus : 0
Lulus: 77
100 %

SMK Yapenrais
Jumlah Peserta: 10
Tidak Lulus : 5
Lulus: 5
50.00 %

SMK Mathilda
Jumlah Peserta: 146
Tidak Lulus : 1
Lulus: 145
99.32 %

TOTAL :
JUMLAH PESERTA : 1041
TIDAK LULUS : 69
LULUS : 972
Prosentase Kelulusan: 93.37%




Keseluruhan Kabupaten Sikka : Jumlah Total Peserta : 2699
Tidak Lulus : 260
Lulus : 2469


Untuk membandingkan dengan hasil UN 2010 (Tahun lalu) klik saja di: Jeblok, Tingkat Kelulusan Siswa di Kab Sikka

SMK St Mathilda yang beralamat di Kelurahan Kota Uneng Maumere membuat gebrakan awal yang cukup mengembirakan. Dari total 146 siswanya yang ikut UN 2011, 145 dinyatakan lulus. Bukan itu saja, salah seorang siswanya dari bidang Kompetensi Farmasi atas nama Ernesta Trisnawati Rui meraih nilai 10 untuk mata pelajaran Matematika. Hasil yang cukup membuktikan kualitas sekolah ini, meski baru pertama kali mengikuti Ujian Nasional.

***
Yang lulus merayakan kegembiraanya dengan suka cita. Yang tak lulus mengeluarkan air mata duka. Semua bercampur antara teriakan histeris kegembiraan dan sedu sedan siswa yang tak lulus. So, jangan terlalu bersedih, tetaplah semangat menjalani hidup. Belajar yang lebih giat dan tahun depan harus lulus ya..!


www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Sunday 15 May 2011

Tak Perlu Jauhi Orang Dengan HIV/AIDS

Malam Peduli HIV/AIDS, "Mereka Ada Diantara Kita"

Teresa Archer dlm sambutan serta layar video dari JOTHI (jaringan orang terinfeksi HIV)

Malam Peduli HIV/AIDS yang mengangkat tema “Mereka Ada Diantara Kita” berlangsung sesuai harapan. Ratusan remaja, orang tua dan anak-anak yang berkumpul di Halaman Parkir Barata Dept. Store Maumere selain menikmati suguhan hiburan juga mendapat pesan informatif dari tayangan video JOTHI (Jaringan Orang Terinfeksi HIV), Yakestra dan KPA. Acara yang dimulai pukul 20.00 Wita, sabtu malam 14 Mei 2011 tersebut berlangsung sederhana namun kaya dalam informasi. Selain video informatif, penampilan band-band lokal junior hingga senior yang membawa pesan-pesan peduli terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) juga menjadi salah satu daya tarik.
“Mereka Ada Diantara Kita” digagas oleh Teresa Archer, relawan asal Inggris yang melihat kenyataan bahwa stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di Kabupaten Sikka masih begitu tinggi. Dalam catatan, ODHA di Kabupaten Sikka merupakan yang tertinggi di daratan Flores dan Lembata. Bayangkan, jumlahnya sudah mencapai 257 orang sampai desember 2010. Dengan adanya acara ini, Teresa yang bekerja di Yakestra berharap agar pandangan negatif terhadap ODHA bisa berkurang dan remaja yang berpotensi keluar daerah memiliki bekal informasi yang baik.

Layar video saat itu menjadi pusat perhatian pengunjung. Dalam salah satu cerita di video tersebut dikisahkan kehidupan Yanti, salah seorang ODHA. Diwarnai isak tangis, mantan karyawati disalah satu perusahaan swasta di Jakarta ini harus menerima kenyataan ketika suaminya dinyatakan menderita HIV/AIDS.
Ketika suaminya meninggal, anak hasil buah perkawinan pun mengidap HIV begitu pula dirinya. Roda kehidupannya selalu mendapat perlakuan diskriminatif. Di-PHK dari tempat dia bekerja dan teman-temannya menjauhi ia dari pergaulan. Ditengah cerita dalam kesedihan, Yanti berharap agar perlakuan diskriminatip lingkungan terhadap ODHA bisa dikurangi.

Tenda Informasi dari Yakestra dan pengunjung di Halaman Parkir Barata

Selain layar yang berisi cerita-cerita miris dari ODHA yang dijauhi lingkungan, suguhan musik dan souvenir dari Apotik K-24 dan tenda informasi HIV/AIDS dari YAKESTRA menjadi bagian yang mewarnai pegelaran malam peduli HIV /Aids, "Mereka Ada Diantara Kita".

Teresa Archer yang disapa akrab Kaka Tres mengakui tujuan digelarnya “Mereka Ada Diantara Kita” adalah agar kaum remaja dan masyarakat umum bisa menerima informasi yang selua-luasnya tentang HIV dan AIDS. Pegelaran juga dimaksud agar informasi dan pesan yang didapat bisa mengurangi stigma dan perlakuan diskriminatif ditengah masyarakat terhadap ODHA.

“Kita boleh waspada dan takut dengan penularan HIV/AIDS namun kita tak perlu menjauhi orang yang sudah terinfeksi HIV/AIDS jika kita memiliki bekal informasi yang cukup,” ujar wanita Inggris yang juga bekerja sebagai penyiar di Radio Sonia FM Maumere pada segmen English Make Over dalam sambutan malam itu.

Sesuai dengan tema acara “Mereka Ada Diantara Kita”, Kaka Tres mengingatkan bahwa Orang Dengan HIV/AIDS sebenarnya ada dan berada ditengah masyarakat. Namun keberadaan mereka selama ini menjadi sesuatu yang harus dihindari. Sikap itu yang menimbulkan diskriminasi di tengah lingkungan. “Kasih sayang dan perlakuan normal, sangat dibutuhkan oleh Orang Dengan HIV/AIDS,” ujar Kaka Tres.

Dengan MC Lucky Reyner, hiburan band malam itu menjadi salah satu yang paling ditunggu-tunggu pengunjung. Dibuka dengan penampilan kelompok band asuhan Robby Idong The Take Off dengan dua buah lagu pop rock. Usai penampilan panas band berumur belia yang berasal dari Nara tersebut, berlanjut dengan band-band berikutnya seperti Rileks Band, Total Alarm, Wanawiri Band dan sebuah band reggae dari Kampung Kabor, Jam Mof. Masing-masing membawakan dua buah lagu.

Acara dikemas menarik dengan selang seling antara penampilan band dan video. Banyak pengunjung yang merasa terhibur sekaligus mendapat bekal informasi yang baik dan benar. Ibu-ibu dan anak-anak remaja masih terlihat menikmati acara hingga usai.

“Kami cukup terhibur. Dengan begini akhirnya kami bisa tahu sebenarnya tentang HIV/AIDS, apalagi tadi dengar cerita mereka divideo rasanya mau menangis. Kalau itu sampai terjadi pada keluarga saya,” kata Mama Sisil, yang bersama suami dan anak-anak balitanya menonton dari trotoar Barata.
“Lumayan, sudah dapat banyak informasi,” kata Nona Elsye mahasiswa Unipa yang berdiri dekat panggung band. Bersama teman-temannya ia menunjukkan beberapa brosur informasi HIV/AIDS.

“Mereka Ada Diantara Kita” berakhir pukul 10.30. Acara yang berlangsung malam itu mendapat dukungan sponsor dari beberapa pihak seperti: KPA (Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sikka), Kopdit Tuke Jung, Choin Entertainment, Sonia FM Maumere, Apotik K 24, Bank NTT Kewapante, YAKESTRA, Hotel NARA, Hotel Gading Beach, UD. Indah Meubeler dan didukung sepenuhnya oleh www.inimaumere.com dan Dealer Sepeda Motor Yamaha Yes Maumere.



Penampilan kelompok band kiri-kanan: Wanawiri, Total Alarm, Jam Mof, The Take Off (usai manggung)

Benar, sudah saatnya kita mengubah paradigma salah kaprah yang telah lama berkembang di tengah masyarakat bahwa ODHA adalah "orang kotor", berbahaya, hingga harus dijauhi. Betul, kita harus selalu waspada dan memiliki ketakutan akan tertular HIV/AIDS. Namun, bukan berarti kita lalu membenarkan adanya perlakuan diskriminasi dan stigmatisasi yang berlebihan terhadap ODHA. Stop Stigma dan Diskriminasi.(Oss)


Kerja keras menyukseskan acara informatif "Mereka Ada Diantara Kita"

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Saturday 14 May 2011

NTT Kembali Jadi Juru Kunci

Hasil UN SMA/MA NTT Nasional
Menjelang pengumuman kelulusan siswa SMA dan MA tahun ajaran 2010/2011, Kemendiknas merilis data kelulusan Ujian Nasional (UN) para siswa di seluruh Indonesia. Tercatat sebanyak 1.450.498 siswa atau sekitar 99,22 persen setingkat SMA dan MA dinyatakan lulus UN dari total 1.461.941 siswa. Sementara jumlah siswa yang dinyatakan gagal dalam UN sebanyak 11.443 siswa.
Menurut Mendiknas Mohammad Nuh, tingkat kelulusan tahun ini mengalami peningkatan dibanding tahun lalu. "Tahun 2010 jumlah siswa SMA/MA yang lulus sebanyak 1.368.938 anak atau sekitar 89,93 persen.
Jumlah siswa yang tidak lulus juga mengalami penurunan, tahun kemarin yang tidak lulus mencapai 153.257 siswa atau sekitar 10,07 persen," papar Nuh, dalam konferensi pers di ruang sidang, gedung Kemendiknas, Jumat (13/5).

Nuh melanjutkan, terkait peringkat kelulusan UN, provinsi Bali meraih ranking tertinggi dengan rerata nilai UN 8,31. Sementara posisi paling buncit diduduki Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan nilai rerata UN hanya 6,13.

Sementara Provinsi Jawa Timur berada di posisi lima dengan rerata nilai UN 7,86, sedangkan Provinsi Sumatra Utara berada di peringkat dua. Provinsi DKI berada di posisi ketiga belas berada di bawah Provinsi Maluku. Meski tingkat kelulusan mengalami peningkatan, mantan Rektor ITS tersebut menyatakan masih ada sekolah yang keseluruhan siswanya tidak lulus.

Total ada lima SMA yang seratus persen siswanya dinyatakan gagal dalam UN. Kelima sekolah tersebut tersebar di DKI Jakarta dengan jumlah siswa tidak lulus sebanyak tujuh orang, Simeulue, Aceh (26 siswa), Jambi (2 siswa), Kian Darat, Maluku (48 siswa), Urei Fasei, Papua (64).

"Ini satu sekolah solider semua siswanya. Jadi satu tidak lulus, yang lain juga ikutan," canda Nuh tanpa mau menyebutkan nama-nama sekolah tersebut. Nuh memaparkan, saat ini, nilai UN para siswa tersebut dalam proses pengiriman ke sekolah masing-masing.

Hasil nilai UN tersebut akan dibahas dalam rapat bersama di setiap satuan pendidikan. Karena itu, hasil UN belum menjamin kelulusan seseorang. "Lulus UN belum tentu lulus sekolah. Tiap satuan pendidikan masih akan melihat beberapa hal.


Misalnya semua program sudah diikuti, apakah berkepribadian baik dan berakhlak mulia serta ujian nyanyi atau muatan lokal lainnya lulus atau tidak," jelasnya. Sementara itu, untuk hasil kelulusan UN para siswa SMK, sebanyak 938.043 siswa dari total 942.698 siswa.

Sementara jumlah siswa yang tidak lulus mencapai 4.655 siswa. Tingkat kelulusan siswa SMK paling tinggi berada di Provinsi Sumatra Utara, sedangkan tingkat kelulusan terendah berada di provinsi Sulawesi Tenggara. Menurut rencana pengumuman kelulusan akan dilakukan di masing-masing sekolah, pekan depan.

Nuh menjanjikan usai pengumuman kelulusan, pihaknya akan segera menganalisis hasil kelulusan, terkait tingkat kelulusan, hingga tingkat kesulitan soal. "Minggu depan kita lakukan depth analysis. Kita lihat semua, tujuan dari UN kan sebagai peta untuk lakukan perbaikan. Jadi nanti dievaluasi apakah bertambah baik, kalau berubah dimananya," imbuhnya.


NTT Kembali Jadi Juru Kunci
Komentar Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) NTT, Thobias Uly bahwa pihaknya optimistis kalau persentase Ujian Nasional (UN) SMA/MA dan SMK tahun ini meningkat dibanding tahun 2010 lalu memang terwujud.


Hanya sayang, peningkatan itu tak mampu mengangkat prestasi NTT dari posisi juru kunci dalam pelaksanaan UN tahun ini. Provinsi NTT yang dipimpin duet Frans Lebu Raya dan Esthon L. Foenay kembali menempati peringkat ke-33 dari 33 provinsi di Indonesia untuk jumlah peserta UN SMA/MA terbanyak tidak lulus.

Ini merupakan ulangan prestasi yang diraih NTT pada UN tahun 2010 lalu, dimana NTT menjadi juru kunci karena setengah lebih dari jumlah peserta UN-nya tidak lulus. Sekadar mengingatkan, tahun 2010 lalu, peserta UN SMA/MA NTT berjumlah 35.201.

Dari jumlah itu, hanya 16.868 siswa (47,59 persen) yang lulus, sedangkan sisanya 18.333 siswa (52,08 persen) tidak lulus. Meski demikian, presetasi kelulusan tahun jauh lebih baik dibanding tahun lalu.

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), sebagaimana disampaikan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Muhammad Nuh dalam jumpa pers di Gedung Kemendiknas, Jumat (13/5) petang, jumlah peserta UN SMA NTT tahun ini adalah 32.532 siswa.


Dari jumlah ini, hanya 1.813 siswa (5,57 persen) yang tidak lulus. Artinya 30.719 siswa (94,43 persen) dinyatakan lulus UN tahun ini. Peringkat pertama dengan kelulusan UN terbaik diraih provinsi Bali (tidak lulus 0,04 persen), diikuti Jabar (tidak lulus 0,08 persen), dan Provinsi Sulut (tidak lulus 0,09 persen) diurutan tiga.

Sementara urutan tiga terbawah berturut-turut adalah NTT (5,57 persen tidak lulus), Babel (4,14 persen tidak lulus) dan Kalteng (4 persen tidak lulus). Nuh mengatakan, jika dilihat berdasarkan komposisi jumlah sekolah peserta UN SMA/MA yang jumlahnya 16.835 sekolah, maka sekolah yang persentase kelulusannya 100 persen sebanyak 14.131 sekolah (83,94 persen.

"Ini mengalami peningkatan, karena jumlah sekolah yang nol persen kelulusannya hanya lima sekolah, lulus dibawah 25 persen 15 sekolah, antara 25 persen sampai 50 persen 46 sekolah, diatas 50 persen sampai 75 persen 155 sekolah, diatas 75 persen sampai 90 persen 396 sekolah, dan antara 90 persen sampai 100 persen 2.084 sekolah," ungkap M. Nuh.

Untuk perhitungan Rerata Nilai Akhir (hasil penggabungan antara Nilai UN dan Nilai Sekolah), provinsi Bali menempati peringkat pertama, sedangkan NTT diposisi juru kunci. Untuk Rerata Akhir Provinsi Bali nilainya siswanya 8,40 (Rerata Nilai UN = 8,31; Rerata NS = 8,51), sedangkan NTT Rerata Akhir adalah 6,87 (Rerata Nilai UN = 6,13; Rerata NS = 7,97).

Sementara untuk Rerata Akhir Nasional adalah 7,81; Rerata Nilai UN Nasional 7,60, dan Rerata Nasional Nilai Sekolah (NS) adalah 8,11. Mendiknas menyebutkan, secara nasional, jumlah peserta UN tahun ini sebanyak 1.461.941 siswa.

Siswa yang dinyatakan lulus berjumlah 1.450.498 orang (99,22 persen). Sedangkan jumlah siswa yang tidak lulus 11.443 orang (0,78). "Jika dibanding tahun 2010 lalu, kelulusan tahun ini mengalami peningkatan.

Tahun lalu persentase kelulusan 99,04 persen, tahun ini naik menjadi 99,22 persen," ungkap Mendiknas. M. Nuh menyebutkan, peserta UN SMA/MA yang mendaftar tahun ini berjumlah 1.476.575, yang memasukkan Nilai Sekolah 1.467.058 (99,36 persen); tidak memasukkan 9.517 (0,64 persen).

Yang mengikuti UN 1.461.941 (99,65 persen), tidak ikut UN 5.117 (0,35 persen). Yang mengikuti UN dan lulus 1.450.498 (99,22 persen); tidak lulus 11.443 (0,78 persen). Sedangkan kelulusan SMK, secara nasional, total peserta 942.698 siswa (sekolah peserta 8.074).

Jumlah peserta yang lulus 938.043 (99,51 persen), tidak lulus 4.655 (0,49 persen). Untuk NTT, kelulusannya sedikit lebih baik dibanding kelulusan SMA/MA. Dari 33 provinsi di Indonesia, NTT berada diurutan 30 di atas NAD, Kalbar dan Sulteng yang menempati peringkat tiga terakhir dengan jumlah ketidaklulusan siswa tertinggi.


Jumlah peserta UN SMK NTT 12.624, jumlah tidak lulus 450 siswa (3,56 persen). Urutan terakhir ditempati Sulteng (4,83 persen), sedangkan peringkat teratas dengan jumlah kelulusan tertinggi ditempati provinsi Sumsel dimana hanya lima siswa yang tak lulus (0,03 persen) dari total peserta 18.553 siswa.

Sementara provinsi Bali diurutan kedua dengan jumlah siswa tak lulus 10 orang (0,05 persen) dari total siswa 18.282 siswa. Untuk Kabupaten di NTT, terdapat tujuh kabupaten yang siswa SMK-nya lulus 100 persen.

Tujuh kabupaten itu adalah Manggarai Timur (64 siswa), Sumba Barat Daya (748), Sumba Tengah (107), Rote Ndao (231), Sumba Barat (416), Manggarai (872), dan TTU (405). Sementara persentase ketidaklulusan tertinggi SMK di NTT ditempati Sabu Raijua dimana 72 dari 114 peserta UN tidak lulus (63,16 persen).


Terhadap keseluruhan hasil kelulusan ini, Mendiknas M. Nuh berjanji segera menyampaikan hasil analisis mendalam atas penyebab ketidaklulusan siswa ditiap daerah. "Insya Allah minggu depan kami akan menyampaikan analisis mendalam penyebab ketidaklulusan siswa di tiap-tiap daerah," kata Mendiknas, M. Nuh.

Terkait banyaknya daerah yang ditemukan siswanya tidak lulus, Mendiknas rupanya memahami berbagai persoalan yang dialami daerah. Karena itu, dalam penjelasannya kemarin (13/5), Mendiknas mengatakan bahwa, daerah-daerah yang banyak ditemukan siswa tidak lulus tidak akan diberikan 'shock theraphy' seperti penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

"Semata-mata (Ketidaklulusan siswa, Red) bukan kesalahan di sekolah saja. Persoalannya kompleks, makanya tidak bisa melakukan shock theraphy. Beda dengan BOS yang betul-betul merupakan kesalahan input," jelasnya.

Dikatakan, hasil kelulusan ini akan menjadi peta kondisi pendidikan di Indonesia. Tujuannya untuk melakukan perbaikan-perbaikan ke depan. Sebagai contoh, di Kabupaten Ende, NTT, misalnya akan dianalisis lebih jauh lagi mengapa tingkat ketidaklulusannya tinggi, dimana mencapai 21 persen.

Tahun lalu NTT merupakan daerah yang paling banyak ditemukan siswa tidak lulus. Meski demikian, Nuh mengungkapkan, hal ini tidak mencerminkan bahwa pendidikan di daerah tersebut menurun. "Sebenarnya sudah berkurang dibanding tahun lalu," pungkas Nuh. (ken/jpnn/aln/fmc)
Selengkapnya...

Wednesday 11 May 2011

Mereka Ada Diantara Kita

Halaman Parkir Barata Maumere
Sebuah acara bertajuk “Mereka Ada Diantara Kita” tentang kepeduliaan kepada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) akan di gelar di Halaman Parkir Barata Dept. Store Maumere hari sabtu mendatang (14/05/2011). “Mereka Ada Diantara Kita”akan diisi dengan berbagai kegiatan seperti penayangan video dari anggota JOTHI (jaringan orang terinfeksi HIV), penayangan video tentang pengalaman diskriminasi masyarakat terhadap penderita dan keluarganya, pesan-pesan kepedulian dari beberapa band dan musisi. Halaman Parkir Barata juga diisi dengan berbagai stand khusus informasi mengenai HIV/AIDS. Acara ini bertujuan untuk memberikan informasi yang baik dan benar tentang HIV/Aids kepada pelajar (remaja) dan mahasiswa yang berpotensi keluar daerah. Pesan lainnya adalah menyampaikan kepada masyarakat umum tentang cara-cara penularan HIV dan AIDS dan memerangi sikap diskriminasi, stigma dan ketakutan terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). “Kami ingin pesan-pesan mengenai HIV/AIDS dapat dikemas menarik salah satunya dengan hiburan band dan pemutaran klip video dan acara lainnya. Jika tempat dan waktunya pas akan lebih sampai pesan-pesannya kepada masyarakat, “ kata Teresa Archer, pencetus gagasan , Selasa(10/5/2011).

Informasi yang diperoleh menyebutkan Jumlah penderita HIV dan AIDS di Kabupaten Sikka mencapai 257 orang pada Desember 2010, dan kabupaten ini merupakan kabupaten dengan Penderita HIV dan AIDS tertinggi di antara kabupaten lain di daratan Flores – Lembata.

Sebagian besar ODHA Kabupaten Sikka adalah eks perantau, yang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi HIV dan AIDS. Dari ODHA yang pulang kampung ada yang bahkan tidak menyadari/mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi HIV dan AIDS. Kurangnya pengetahuan masyarakat perantau tentang bahaya HIV dan AIDS merupakan salah satu faktor tingginya jumlah penderita HIV dan AIDS.

Sementara pola pikir masyarakat masih menganggap HIV dan AIDS sebagai penyakit “kutukan”, akibatnya penderita HIV dan AIDS dijauhi bahkan dikucilkan lingkungan.

Relawan asal Inggris yang telah tiga tahun mengabdi di Maumere mengatakan, berdasarkan pengelamannya selama berinteraksi dengan ODHA, ketika tahu terinfeksi, banyak ODHA di Kabupaten Sikka merasa takut dan minder terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga mereka memilih untuk menyendiri. Apalagi stigma negatif bagi ODHA disini masih melekat. Karena ketika tahu dilingkungan tempat tinggal ada ODHA, masyarakat memutuskan untuk menjauhi mereka. Hal inilah yang bisa melahirkan sikap diskriminatif yang ditujukan kepada ODHA.

Wanita yang betah tinggal di Flores ini berharap, idealnya lingkungan tidak perlu mengisolasi ODHA, tetapi harus menyayangi mereka seperti halnya menyayangi orang lain pada umumnya. Namun kebanyakan masyarakat kita masih memiliki stigma negatif terhadap ODHA.

Teresa menambahkan, dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat bisa menerima informasi yang seluas-luasnya mengenai HIV/Aids. Dengan bekal informasi yang benar dan terarah,pandangan terhadap ODHA bisa berubah. Stigma dan diskrimansi bisa dikurangi.


Sparky Band, Relax Band, Total Alarm, Wiriwana, The Take Off adalah beberapa band yang bersedia tampil dan membawa pesan moral bagi ODHA. Acara akan berlangsung Hari Sabtu, (14/05/2011) mendatang di Halaman Parkir Barata. Menurut rencana acara akan digelar mulai pukul tujuh malam.

Teresa, wanita kelahiran Bury St. Edwards, Inggris berterimakasih bagi semua pendukung kegiatan “Mereka Ada Diantara Kita”. Ia juga megatakan banyak terima kasih bagi kepanitiaan acara ini antara lain Ari ‘Kolak’ Labina, Oshy Lelo, Lucky Reyner, Nyonk Franko dan semua lainnya atas suport dan dukungan hingga acara ini bisa digelar sesuai rencana.
“Buat inimaumere.com, epang gawang ya, “ kata Kaka Tres, sapaan akrab Maumere bagi Teresa Archer.

Benar, sudah saatnya kita mengubah paradigma salah kaprah yang telah lama berkembang di tengah masyarakat bahwa ODHA adalah "orang kotor", berbahaya, hingga harus dijauhi. Betul, kita harus selalu waspada dan memiliki ketakutan akan tertular HIV/AIDS. Namun, bukan berarti kita lalu membenarkan adanya perlakuan diskriminasi dan stigmatisasi yang berlebihan terhadap ODHA.

Jadi, bagi kita yang ada di Maumere, mari berkunjung di Halaman Parkir Barata. (Oss)

Teresa Archer

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 10 May 2011

Piala Bupati Ende Direbut Pembalap Maumere

CMRS , 7 Piala

Kisah sukses kembali ditorehkan anak-anak muda asal Maumere. Kali ini dunia balap motor yang membuat semerbak harum Kabupaten Sikka. Para pembalap muda Maumere ini sukses membawa pulang 11 piala. Tak tanggung-tanggung, Piala Bergilir Bupati Ende 2011 pun direbut dan dibawa pulang ke Maumere atas nama Eko Pareira dari tim balap Cahaya Racing Motor. Central Motor Racing Sport membawa pulang tujuh piala dengan 4 piala direbut pembalapnya L. Alexande alias Abul, Cahaya Racing Motor tiga piala dan Sikka Racing Team satu piala. Hasil membanggakan di Kejuaraan Daerah Ende Grasstrack Open Tournament NTT 2011 sekaligus mempertahankan tradisi piala para crosser Maumere disetiap ajang balap motor yang diikuti. Kejuaraan Daerah Ende Grasstrack Open Tournament NTT 2011 berlangsung di Sirkuit Maramba, Kelurahan Mautapaga, Kota Ende. Turnament yang berlangsung dari tanggal 4 Mei hingga final 8 Mei 2011 adalah kedua diadakan dan diikuti sejumlah pembalap tangguh dari sejumlah daerah di NTT .

Pawai sore hari Senin (9/5/2011) yang melewati sepanjang jalan di Kota Maumere, para pembalap muda ini disambut senyum dan lambaian tangan warga dipinggir jalan. Pawai diadakan secara spontan oleh para pembalap dari Central Motor Racing Sport dan pendukungnya. Sedang klub motor lainnya saat pawai sore harinya belum tiba dari Kota Ende.

Pemilik Central Motor Racing Sport (CMRS), Yanto Wijaya mengungkapkan rasa bangganya atas prestasi yang ditorehkan anak didiknya. Tiga pembalap yang dikirim CMRS menorehkan tujuh piala. Namun Yanto Wijaya mengaku perlu usaha yang lebih keras lagi untuk menorehkan prestasi yang lebih membanggakan.

Begitu pula Abul alias L. Alexander, Tandi Baco dan Kristo yang cemerlang mempersembahkan tujuh piala bagi CMRS. Tak habis-habisnya para pembalap muda harapan Maumere ini menceritakan saat-saat menegangkan kala bertarung melawan pembalap dari daerah lain. Kisah seru mempertaruhkan nama Maumere mendapat dukungan semangat dari warga Ende asal Maumere dan para pendukung yang datang langsung dari Maumere.

Abul yang mulai membalap tahun 2007 bersama Eko Pareira dan sejumlah pembalap muda lainnya saat ini adalah harapan Maumere diajang grasstrack. Mereka menggantikan pembalap-pembalap senior seperti Dedy Philip, Andri Sadipun, Karno dan lain-lain yang pernah berjaya mengangkat nama Maumere.

Meski nama Maumere harum diajang balap motor, perhatian dari pemerintah daerah Kabupaten Sikka terhadap ajang ini sangat minim. Hal ini diakui sendiri oleh para pelaku balap motor di Maumere. Selain itu sebuah wadah nasional untuk daerah seperti IMI (Ikatan Motor Indonesia) daerah Sikka belum terbentuk. Padahal prestasi para pembalap membawa harum nama Kabupaten Sikka sudah sering ditorehkan. Balap Motor dan Pencak Silat adalah cabang olah raga yang sering membikin bangga nama Maumere. Balap Motor yang lahir dari sekedar hobi para anak muda Maumere sekiranya perlu diperhatikan secara serius. Jika dipoles dengan campur tangan dukungan pemerintah, niscaya prestasi harum terus ditorehkan. Dunia balap pun bangga karena didukung sepenuhnya. Biarkan mereka berkreasi dengan kemampuan mereka tapi jangan biarkan para pembalap ini seperti anak ayam tak punya induk. Maju terus...!


Hasil dari Pembalap Maumere:

Cahaya Racing Team:
Piala Bergilir Bupati Ende 2011: direbut Eko Pareira
Juara II Kelas Special Engine s/d 250 cc : Eko Pareira
Juara IV Bebek Dua Tak Modifikasi OPEN s/d 125 cc: Eko Pareira



Central Motor Racing Sport:
Alexander (Abul) :
- Juara I Kelas Bebek 2 Tak Modifikasi OPEN s/d 125 cc
- Juara II Kelas Bebek Campuran Modifikasi Lokal NTT s/d 150 cc
- Juara II Kelas FFA Open s/d 200 cc
- Juara III Kelas Special Engine s/d 250 cc

Kristo Sumba:
- Juara III Kelas Bebek 4 Tak Modifikasi OPEN s/d 150 cc
- Juara IV Kelas FFA Open s/d 200 cc


Tandi Baco:
Juara II Kelas Bebek 4 Tak Modifikasi OPEN s/d 150 cc

Sikka Racing Team : Satu Piala.

Kelas-kelas yang diperlombakan antara lain :
1. Bebek 4 tak modifikasi OPEN s/d 150 cc
2. Bebek 2 tak modifikasi OPEN s/d 125 cc
3. Bebek Campuran modifikasi lokal NTT s/d 150 cc
4. Sport/Trail modifikasi lokal NTT s/d 155 cc
5. Bebek 4 tak standard nasional Pemula Lokal NTT s/d 130 cc
6. Bebek 4 tak standard nasional s/d 125 cc ( PW KIDS s/d 15 Tahun )
7. FFA OPEN s/d 200 cc
8. Spesial Engine s/d 250 cc



Alexander (topi) bersama pembalap se-tim dan pemilik CMRS (paling kanan)

www.inimaumere.com


Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 05.11 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---