Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Friday 20 April 2012

Empat Belas Rumah Terbakar

Empat belas rumah warga di Nangahure Lembah, RT 06/RW 02 Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka ludes dilahap si jago merah, Rabu (18/4) malam. Kejadian yang menimpa perumahan warga etnis Tidung Bajao terbut tak bisa dikendalikan. Jarak sekitar 12 kilometer dari Kota Maumere membuat mobil pemadam kebakaran telat tiba dilokasi ketika sang api telah melahap sebagian besar rumah warga. Barang-barang milik warga sebagian besar tidak bisa diselematkan. Warga berhamburan lari dalam keadaan panik. Hanya sebagian kecil barang-barang yang mampu diselamatkan. Kerugian diperkirakan ratusan juta. Menurut informasi, api diduga berasal dari kios sembako milik Junedi. Kejadian bermula pada saat sang pemilik kios bensin dan solar tersebut sedang membungkus gula pasir menggunakan nyala lilin.

Api menyambar begitu cepat ketika tak diduga lilin yang yang digunakan untuk merekat bungkusan plastik jualan jatuh dekat botol bensin.

Kejadian berikutnya berlangsung cepat. Api kemudian membesar meski Juedi sempat berusaha memadamkannya. Api kemudian menjalar dan membakar rumah-rumah disekitarnya. Kejadian yang sunggguh tragis sekitar pukul 19.00 Wita, selain membakar rumah-rumah warga juga memngakibatkan Junedi harus dilarikan ke Rumah Sakit TC. Hillers Maumere akibat luka bakar disebagian tubuhnya.

Warga perumahan Nangahure Lembah yang mengalami musibah kemudian di evakuasi Tim Basarnas dan sejumlah personil TNI Angkatan Laut (AL). Korban yang mengalami luka dirawat secara intensif di klinIK AL. Polisi yang tiba dilokasi langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

14 rumah yang mengalami musibah di Nangahure Lembah merupakan bantuan pemerintah tahun 1992 saat gempa bumi dan tsunami menimpa pesisir utara Flores. Ada sekitar 168 jiwa yang menempati perkampungan tersebut. Kebanyakan rumah sudah direhab, meski sebagian masih berdinding tripleks.

foto: Yessi Mof
www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Tuesday 17 April 2012

Lampu Lalu Lintas Mati (Lagi)

Satu lagi lampu lalu lintas di Kota Maumere mati. Disaat ketidaknyamanan berlalu lintas di Maumere dikeluhkan para pengguna jalan. Lampu lalu lintas yang tak berfungsi berminggu-minggu ini terdapat di perempatan jalan Ahmad Yani, sebuah kawasan tampan ditengah jantung kota. Kawasan ini termasuk kawasan sibuk lalu lintas dan kata orang merupakan kawasan elite karena disini bermukim para pejabat kabupaten. Sayangnya, matinya lampu laulintas yang sudah berminggu-minggu ini didiamkan saja dan belum ada upaya untuk memperbaikinya. Para pengguna jalan yang melewati kawasan ini nampak bingung. Kesabaran dipertaruhkan karena jika sedikit ngawur maka akan terjadi hal yang tak diinginkan. Karena banyak yang belum sadar akan mahalnya nyawa seseorang, maka seenaknya melintas tanpa memberi kesempatan kendaraan lain yang sebenarnya lebih memiliki kesempatan.

Cara berlalu lintas di kabupaten ini sungguh membuat jantung berdegup kencang. Sebagian pengendara tak mau kalah jika sedang melaju kencang. Ini bukan cerita baru di kota ini yang kini memiliki satu lampu lalulintas yang masih berfungsi.

Kebingungan pengendara di perempatan jalan Ahmad Yani tersebut tampak terjadi saat jam-jam sibuk seperti pagi dan sore hari. Kesabaran terlihat saat beberapa pengendara mencoba melintasi perempatan tersebut

Namun beberapa kali juga nyaris terjadi kecelakaan seperti yang dipantau inimaumere.com. Karena ketidaksabaran tersebut, beberapa kali para pengendara saling beradu mulut.

Matinya lampu lalu lintas di jantung kota tersebut menambah daftar beberapa lampu lalulintas yang tak berfungsi di tengah kota dan telah memakan waktu berbulan-bulan.

Misalnya lampu lalulintas di perempatan Pasar Bongkar atau Jalan Eltari, perempatan bogor, perempatan kantor pengadilan, pertigaan PLN.
Sayangnya hingga kini, lampu lalulintas tersebut tidak diperbaiki agar berfungsi sebagaimana mestinya.

Dan kini, satu lagi tak berfungsi. Masyarakat masih menunggu apakah ada upaya dan niat baik dari pihak terkait akan pedulinya nyawa seseorang? Kita berharap. Dan semoga tak ada kecelakaan baru akibat matinya lampu lalulintas.

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Desa Doka - Bola, dan Olga Lydia pun Terkesan

Di balik gunung, segumpalan kabut merajalela hingga ke bawah lembahnya, menaungi sebuah desa yang bertekad bertahan meskipun zaman coba menggerusnya dengan berbagai cara. Di sinilah salah satu tenunan tradisional khas Flores dibentuk helai demi helai benang, dicelup dengan warna alami dari alam, dirangkai dengan buah tangan-tangan terampil yang memukau, hampir saja keelokannya sebanding dengan kejutan alam Flores yang megah itu.
"Hallo, bisakah saya berbicara dengan Olga?" Seorang penumpang segera menyerahkan handphone-ya kepada wanita berparas khas Tionghoa agar pembicaraan yang dimaksud pun terlaksana. Olga Lydia tak pernah mengira bahwa ia akan ditelepon salah seorang warga dari Desa Doka yang dikunjunginya 5 hari yang lalu. Padahal kakinya masih menjejak tanah Flores dan ada sisa satu hari perjalanan sebelum pulang kembali ke rumahnya.
Adalah Cletus Lopez seorang juru bicara sekaligus pemandu Desa Wisata Doka di Flores yang menghubungi Olga.

Ia mengucapkan rasa terima kasihnya atas kunjungan Olga Lydia bersama tim yang dipimpin Ratna Suranti dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dipandu Flores Exotic Tour melalui Leonardus Nyoman dan Bapak Ardhie.

Desa Doka menjadi tujuan wisata pertama yang disinggahi tim ini sekaligus membenamkan kesan mendalam bagi Olga Lydia. Tangan-tangan terampil wanita Desa Doka begitu lihai dan nyatanya saat Olga mencobanya tidaklah semudah yang dikira.

Profesor sekalipun belum tentu dapat menghasilkan karya secantik lembaran tenunan khas Flores. Setidaknya ada lebih dari 20 tahapan selama hampir sebulan agar sebuah kain tenunan Flores dapat memanjakan mata dan diapresiasi peminatnya dengan transaksi jual beli.

Kemampuan menenun di Desa Doka telah dibina dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mereka belajar di sekolah adat kuno sebagai sebuah tradisi turun-temurun. Sebuah kearifan lokal yang tidak disembunyikan tetapi dipertontonkan sebagai sebuah atraksi yang menarik.

Mereka melakukan semua aktivitas merangkai sehelai kain tenunan secara tradisional. Benar-benar tradisional, mulai dari memetik kapas, memintalnya menjadi benang, hingga proses pewarnaan menggunakan daun nila, akar mengkudu, dan kulit batang nangka sebagai pewarna alami. Tidak sedikit pun cairan kimia ikut andil di sini alih-alih menimbulkan pencemaran lingkungan. Mereka bersahabat dengan alam dan tak ingin mengotori bumi.

Wanita muda hingga dewasa apalagi yang tua, mereka handal memisahkan kapas dari
bijinya dengan menggunakan alat bernama keho. Setelah kapas terpisah, kemudian benang di pintal untuk menghasilkan serat benang. Benang-benang yang telah jadi berikutnya digulung menggunakan seler. Hasil gulungan benang tersebut menjadi bahan dasar tenun untuk menghasilkan motif ikat.

Berikutnya benang halus diberi warna dari olahan bahan-bahan alami. Untuk memperoleh warna hijau dari tanaman nila, kuning dari hepang, coklat dari kayu-kayu kering, dan merah dari akar mengkudu. Bahan-bahan tersebut ditumbuk halus kemudian dicampurkan air. Benang pun direndam sekitar 1 jam agar warna terkesan luntur alami. Benang yang beraneka warna akan direntangkan pada kayu yang disebut hani.

Setidaknya ada 11 warna tercipta dari bahan alami yang ramah lingkungan. Warna dari bahan alami dan benang dari kapas membuat warnanya memang tidak secerah benang modern tetapi justru lebih tahan lama dan menguak warna yang makin lama makin indah.

Berikutnya proses penunan menggunakan alat tenun tradisional dengan satu jalur benang. Di Flores, ada banyak jenis mesin untuk menciptakan motif yang lebih rumit. Itulah mengapa harga sehelai tenunan Flores tidaklah murah.

Kain tenun biasa dipakai wanita Flores sebagai pelengkap busana, selain sebagai selendang atau sarung. Anak perempuan Flores yang beranjak remaja tidak boleh telanjang lagi. Wanita Flores yang beranjak dewasa ditandai dengan datang bulan dan mereka diwajibkan mengenakan kain serta memanjangkan rambutnya agar dapat dikonde.

Adat Flores mengarahkan para ibu dan anak wanitanya ikut melestarikan kain tenunan Flores. Meski mereka tidak hanya membuat untuk dijual tetapi tradisi Flores mengajarkan tiap keluarga harus memiliki kain tenun yang digunakan baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun acara adat. Para wanita yang menenun di Desa Doka bukan sekadar memproduksi sehelai kain yang dapat dijual tetapi secara tradisional mereka melestarikan budaya bangsa dan kearifan lokalnya. Bertahan dari gerusan zaman yang kadang tanpa ampun.(http://www.indonesia.travel/id/news/detail/621/olga-lydia-pun-terkesan-tenunan-flores-di-desa-doka)
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Liputan langsung Indonesia.travel di Flores pada 11-16 Januari 2012
Selengkapnya...

CANTIK NGERI!

Oleh: Dion DB Putra
MAUMERE kota nyiur melambai, kota di mana terik mentari membakar dada hingga ubun-ubun. Kota di Flores yang tersohor hingga ke sudut bumi ketika gempa disusul tsunami menghardik pada Sabtu kelabu 12 Desember 1992. Lebih dari 2.000 nyawa hilang dalam sekejap.
Soeharto, penguasa rezim Orde Baru meninggalkan kenyamanan Istana Merdeka Jakarta. Dia terbang ke Maumere bersama Ibu Tien yang keibuan itu. Pasangan Soeharto-Tien mengunjungi barak dan tenda. Menguatkan mereka yang terluka. Meneguhkan yang kehilangan orang-orang terkasih.
Beta tiba di kota ini 7 Juli 2011. Tiba disambut terik Bandara Frans Seda untuk memulai tugas baru entah sampai kapan. Inilah pertama kali beta bertugas sebagai wartawan di kota tsunami. Puji Tuhan akhirnya Maumere kugauli juga. Kuakrabi dalam waktu yang lama, tidak sekadar nginap semalam, sehari dua bahkan cuma transit beberapa jam.

Sepekan menjadi penghuni MOF (nama udara untuk Kota Maumere) beta menangkap kesan yang mengesankan tentang Maumere, tentang anak-anak nian Sikka zaman ini. Di depan Gelora Samador da Cunha, tempat “suci” yang pernah ditapaki Beato Johanes Paulus II tahun 1989, celetukan dua remaja berseragam putih abu sekilas memberi gambaran tentang Maumere Manise.

“Itu cewek mayoret esema frater cantik ngeri! Saya dengar dia belum ada pacar,” kata remaja A pemilik muka oval, kulit hitam manis, rambut sarimi (keriting) dan kepala agak lonjong seperti kebanyakan ana Lio, tanah darahku tumpah pertama dari rahim ibundaku dulu. “Ai, tidak mungkin ka dia belum ada pacar,” timpal rekannya. Profil fisik yang ini Sikka banget. Kuduga garis darahnya dari pantai selatan Flores yang ganas menghardik karang, seputar kawasan Bola atau Lela timur.

Cantik ngeri! Apa maksudnya? Kudapat jawaban seiring hari berganti dan waktu bergulir di MOF yang terik mendidih dan susah air bersih. Air harus “pake beli” kata orang di sana untuk melukiskan dana ekstra rumah tangga buat kebutuhan vital ini. Sebulan bisa habiskan “uang air” sebesar Rp 200 ribu lebih guna memenuhi satu rumah tangga dengan anggota lima orang.

Ngeri adalah diksi untuk menggambarkan betapa cantiknya cewek mayoret drumband SMAK Frateran Maumere yang digosipi kedua pemuda tanggung itu. Ngeri telah bergeser maknanya bagi orang Maumere. Ngeri tidak mesti berarti ngeri! Di Pasar Alok, pasar modern dan terbaik dari sisi penataannya di NTT beta menguping dialog penjual dan pembeli ayam begini. “Mo’at Hiro, berapa harga ayam ini?” “Lima puluh ribu nong,” jawab si penjual. “Mahal ngeri e...”

Jadi bukan hanya cantik ngeri. Harga ayam pun mahal ngeri. Kalau tuan dan puan ke kota ini, maklumilah bila amat kerap mendengar diksi ngeri. Ngeri terdengar di hotel, restoran, pinggir jalan, kantor polisi atau bank. Ngeri pun riuh di pasar, pertokoan, toko buku, kantor pemerintah bahkan gereja yang lebih banyak kaum hawa dibanding adam setiap kali misa. Entah misa harian pagi, misa hari raya atau Minggu biasa.

Maumere memang serba ngeri. Kecelakaan lalulintas ngeri. Perkosaan ngeri, selingkuh ngeri, KDRT ngeri, bunuh diri ngeri, mabuk moke ngeri, berdoa ngeri, belis ngeri, pesta ngeri, rabies ngeri, nyamuk malaria ngeri, politik ngeri, korupsi juga ngeriiiii sekali!

Sepeda motor masuk got, angkot seruduk pohon, ojek bakusenggol di lorong-lorong terlihat biasa saban hari. Naik motor tanpa helm adalah pemandangan jamak di jalan-jalan MOF. Bahkan mereka melintas tanpa beban di depan Kantor Polres Sikka yang halamannya diteduhi pepopohan rindang.

Dua bulan pertama di Maumere hampir tiap hari beta edit berita tentang KDRT. Laki pukul bini, bini hajar laki. Bapak aniaya anak, anak tikam ayah dengan belati. Juga perselingkuhan. Bukan lagi selingkih tipis-tipis sekadar memandang mengagumi, meremas jari atau tos pipi. Mereka selingkuh benaran sambil tega meninggalkan istri, menanggalkan suami untuk hidup bersama meski sama-sama sudah beranak seorang dua hingga setengah lusin. Maumere begitu jauh berubah dibanding memori masa bocahku dulu di Watuneso, kawasan tapal batas – sekitar 50 km barat Maumere.

Tatkala gong waning berdentang di jalan-jalan kota, digebuk sekelompok pria di atas mobil pick up, tahulah awak bahwa akan ada pesta. Lazimnya pesta kawin. Akan ada pengantin baru malam ini. Tapi pesta di Maumere bukan cuma sehari saja. Bisa dua hari sebelum dan dua hari sesudah hari H. Kesibukan keluarga luar biasa. Mulai dari buat panggung atau tenda sampai bubar panitia. Babi, ayam, kambing, anjing dan sapi tidur tak nyenyak. Sekian ekor disembelih. Sekian jerigen moke bakal dilahap sampai habis. Musik berbunyi hingga telingamu teler. Pung pang hingga malam larut. Saat hari H malah sampai fajar menyingsing. Demi pesta nikah atau sambut baru jalan umum ditutup. Kelakuan MOF mirip warga Kupang, ibukota propinsi Nusa Tenggara Timur.

Dugaan korupsi dana Bansos Rp 10 miliar di Sikka lebih telah menghiasi lembaran media massa cetak sejak berbulan-bulan, menghuni audio pendengar radio dan ditatap jutaan pasang mata di kotak kaca televisi. Juga informasi hilir-mudik di jalur online. Proses hukum berbelit ngeri. Berputar-putar ngeri. Entah berujung sampai di mana. Penasihat hukum ngeri bersilat lidah. Penegak hukum ngeri nian memainkan sandiwara. Tersangka pelaku berkelit ngeri (dengan segala cara), seolah tanpa dosa, ngeri betul mencari tumbal korban, mencari kambing hitam.

Maumere memang serba ngeri. Namun kengerian ini membuat beta mulai jatuh cinta pada kota ini. Jatuh hati pada ikan segarnya yang murah namun berkualitas wahid, sesuatu yang sulit ditemukan di Kupang dan kota lain NTT. Jatuh cinta pada dinamika sosial masyarakat yang makin sadar dan bertanggungjawab terhadap hak politik dan demokrasinya. Kuterpikat pada senyum manis kaum ibu yang masih memakai konde di rambutnya dan berbusana Sikka. Saat ke gereja, ke pesta nikah atau hajatan lainnya. Oh Maumere manise. Enak ngeri pernah menghunimu. Epangawang. Terima kasih.*
----------------------------------------------------------------------------------
Beru, akhir September 2011 (untuk pembaca "berandaku yang telah mati." Beta belum berhenti menulis)
*Dion DB Putra http://dion-bata.blogspot.com
**foto: Timotius Vianey
Selengkapnya...

Monday 9 April 2012

Pesta Reggae Musisi Maumere

Damai Bersama Reggae (video)
Sejumlah musisi meramaikan pegelaran reggae party di halaman Balai Desa Kabor, Kota Maumere, Minggu (8/4) malam. Gelaran yang di motori komunitas musisi reggae Kabupaten Sikka mengundang banyak penonton yang menyesaki arena hingga jalan utama yang membelah kawasan Kabor. Lalulintas Jalan Nong Meak terutama disekitar arena tersebut sedikit tersendat. Dibidani "Maumereggae Community, acara ini berjalan tertib dengan sejumlah lagu reggae non stop. Panggung sederhana menjadi central pegelaran yang mengusung tema Peace, Love and Solidarity: Happy Easter. Pecinta reggae terus berdatangan selama pertunjukan hingga selesai. Maumereggae Community adalah komunitas musisi reggae Kabupaten Sikka yang dibentuk 1 april 2012 lalu. Komunitas ini mengusung sejumlah tujuan antara lain mengembangkan kebersamaan dan persaudaraan antar sesama musisi reggae. Sejumlah musisi dari lima band yang berkolaborasi malam itu bermain energik dan nampak lepas berekspresi. Tak ayal pentas ini menyimpan kesan. Selain anak-anak muda, mama-mama hingga bapak-bapak ikut serta larut dalam ekspresi kegembiraan perayaan Paskah yang kali ini sedikit berbeda. Damai bersama reggae.

Koordinator Umum Maumereggae Community dan pentolan band reggae ibukota Florasta, Valen Vardam turut bergembira malam itu. Tak hanya mengkoordidnir acara, musisi senior ini bahkan turun bernyanyi dalam beberaapa lagu. Motor grup reggae GP Akhustik ini mengaku puas. Bersama para musisi muda seperti Nolly (drum), Jupe (organ), Bung (Guitar), Lovick (bongo), Gomez (bas) tampil luar biasa, beberapa lagu reggae dari Ivan Nestorman, Bob Marley dan sejumlah lagu lainnya dibawakan tuntas menggema.


Beberapa musisi reggae lainnya juga mengaku sangat puas. Seperti Elbiet, vokalis Canabis Band, Jhoseph (vokalis Sang Barder) atau Lovick da Gomez, musisi muda yang selama ini aktif dibeberapa band reggae ibukota. Senada mereka mengatakan pesta reggae dengan konsep santai tersebut mampu melepas segala ekspresi dan beban yang selama ini menjadi kendala di panggung festival. "Disini kita bisa bermain lepas, bisa berekpresi dengan bebas tanpa perasaan terbebani, semuanya bebas berinspirasi," aku mereka.
"Ini pertunjukan luar biasa dan berkesan, karena jarang kami tampil sepanggung dalam waktu panjang bersama musisi satu aliran," kata Elbiet usai acara.

Kehadiran malam reggae di Hari Paskah kali ini juga memberi kesan bagi penonton. Kebolehan para musisi meracik musik dan membawakannya dengan penuh ernergik membangkitkan gairah. Tak ada celah antar musisi dan penikmat reggae. Sejumlah penonton ikut hanyut dengan menggerakan badan, bergembira bersama. Dari bangku penonton bahkan terlihat mama-mama yang turut menyaksikan pegelaran hingga usai. Nampak jelas mereka hanyut dalam pegelaran anak muda malam itu.


Pertunjukan dibuka dengan sebuah renungan dari para muda katolik di lingkungan Kabor. Malam renungan bertema paskah ini disisipi dengan nyala lilin dan doa bersama. Lambaian bendera merah kuning hijau mengawali kebersamaan diawal acara. Sebelum panggung sederhana tersebut dikejutkan dengan sejumlah lagu reggae pembuka dari kelompok musik Gp Akustik.

Sejumlah musisi dari lima band reggae yang tampil berkolaborasi malam itu adalah Jah Mof, GP Akustik, Sang Brader, Canabis dan Jah Nasta. Koloborasi jenius terlihat pada sejumlah lagu reggae yang dibawakan. Hampir semua musisi mampu bermain dalam instrumen berbeda. Semua terakodimir dalam satu panggung. Dan sejumlah penonton rela bergoyang reggae.

Tembang reggae dari para dedengkot musik dunia dilantunkan. Dan para musisi tersebut saling bergantian mengisi instrumen. Dengan bakat musik luar biasa hiburan malam itu patut diberi aplaus. Hingga usai acara sekitar pukul 12 tengah malam, suasana pertunjukan berlangsung damai tanpa satupun insiden.

Menurut Valen, komunitas ini akan terus dikembangkan dan berharap musisi sealiran lebih banyak bergabung. Ia Optimis dengan perjalanan dan kemajuan musisi yang tergabung dalam sejumlah band reggae di di Maumere. Kedepannya akan banyak hal baru yang akan dilakukan.
Dengan semangat kebersamaan, musisi reggae lanjut Valen, akan meneruskan misi musik perdamaian dikalangan komunitas band semua aliran. "Tanpa anarki, tanpa reseh, musisi Maumere dan pecinta musik di Maumere akan terus berada di garda depan menyerukan perdamaian bermusik," ucapnya.


Selain lagu-lagu reggae mancanegara, terselip tembang reggae berbahasa Sikka yang dibawakan grup reggae Sang Brader. Tembang berjudul Blutuk Lunung Ha menjadi warna menyegarkan ditengah maraknya lagu-lagu reggae yang selama ini akrab ditelinga.

Sejumlah penonton memprotes ketika tembang Peace With Love menjadi tembang terakhir pegelaran. Mereka terus mminta agar musik tetap dilanjutkan. Demi kebersamaan dengan penikmat reggae, para musisi ini kemudian menghadiahkan tiga lagu sebagai penutup acara.
Pegelaran yang berkesan dan pertama di Flores semakin mematrikan nama Maumere sebagai kota reggae. Begitu banyak musisi yang pernah membentuk grup band reggae meski kemudian band tersebut bubar ditengah jalan. Namun musisi reggae lainnya terus bermunculan hingga sekarang.

Malam itu Kabor berubah. Diakhir acara para musisi saling berpelukan dalam kebersamaan. Rasa persaudaran dituangkan dalam makan bersama dan meneguk sebotol moke perdamaian. Peace, damai itu indah. Dan musisi reggae Maumere telah melahirkannya, jauh sebelum reggae merasuki tanah Flores.

Sang Brader-Blutuk Lunung Ha



www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Friday 6 April 2012

Sejumlah Umat Menitikan Air Mata

OMK St. Thomas Morus Peragakan Tablo Jumat Agung
Sejumlah umat menitikan air mata menyaksikan bilur-bilur penderitaan yang dialami Jesus ketika disiksa para serdadu Roma. Sesekali secara spontan mereka berpekik menahan sedih melihat Sang Juru Selamat diludahi dan ditendang hingga terjatuh. Air mata yang menetes diusap perlahan. Dengan langkah pelan mereka terus mengikuti Jesus menuju penyaliban. Peragaan drama kisah sengsara yang dibawakan oleh OMK (Orang Muda Katolik) Paroki St. Thomas Morus mengundang keharuan mendalam. Antusias yang begitu besar ditunjukan dengan kesetiaan umat mengikuti tablo meski jarak yang ditempuh lumayan jauh. Sebuah mobil polisi memimpin drama ini dengan melaju perlahan-lahan. Iring-iringan berhenti di stasi pertama ketika keluar dari Kapela St. Gabriel Wai Oti. Tablo yang dimulai sejak pukul 09.00 wita menyusuri Jalan Ahmad Yani hingga pertigaan Kantor Pengadilan. Jesus jatuh lagi saat tablo di stasi ketujuh di pertigaan Wairbubuk dan Kesokuit. Penghayatan drama yang diperankan sempurna oleh para serdadu dengan menyiksa Jesus berjalan dengan baik. Bunda Maria terlihat sedih bersama perempuan Jerusalem melihat Jesus menderita terkena sepakan, pukulan dan ludah para serdadu.

Untuk mengamankan kisah drama ini dengan baik, sejumlah petugas dari Polres Sikka, TNI dan pemuda Katolik serta Remaja Mesjid nampak berjaga di beberapa tempat yang dilalui prosesi. Bahkan Jalan Ahmad Yani, jalan utama yang membelah kota ditutup sementara. Kota Maumere terutama di Wilayah Paroki St. Thomas Morus nampak sepi dari aktivitas. Semua warga terutama umat Katolik larut dalam kisah duka Jumat Agung.

Antusisme juga tergambar ketika keharuan menyeruak melihat kisah penyaliban Sang Juru Selamat yang mengambil lokasi di Lapangan Kota Baru. Dengan penuh penghayatan umat berlutut dan berdoa dipayungi mendung hitam yang menaungi drama ini ketika memasuki stasi ke 9 hingga penyaliban di stasi 12.

Tablo yang mengundang haru dan keinginan untuk diulang lagi tahun depan diperankan dengan sangat baik oleh Yopie sebagai tokoh Jesus. Sehari-hari Yopie berprofesi sebagai tukang ojek di Kota Maumere. Sedangkan Bunda Maria diperankan manis oleh Nona Rensi Watu, mahasiswa ilmu Kesehatan di Universitas Nusa Nipa Maumere. Pemeran-pemeran lain seperti para imam agung, murid-murid Jesus dan sejumlah perempuan Jerusalem juga menghayati setiap lakon yang dimainkan.

Usai pementasan drama yang begitu mengesankan, umat Katolik Thomas Morus kemudian melanjutkan prosesi cium patung Jesus di Gereja Thomas Morus hingga pukul 17.00 Wita.

Tablo yang diadakan tahun ini merupakan drama pertama setelah lama tak pernah diperagakan pemuda katolik terkhusus lingkungan di Paroki St. Thomas Morus. Banyak yang berharap agar nuansa Tri Hari Suci menjelang Paskah dihidupkan terus. Terkhusus Maumere telah lama dikenal sebagai kota katolik dengan berbagai peristiwa yang melatarinya.


Selain tablo yang menjelajah di wilayah Paroki St. Thomas Morus, sebelumnya sekitar pukul 07.00 umat Katolik di Paroki St. Joseph juga memeragakan tablo mengenang kisah sengsara Jesus yang dimulai dari Taman Kristus Raja dan berakhir di Gereja Katedral St. Joseph.

Foto-foto:







www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Monday 2 April 2012

Musisi Reggae Deklarasikan "Maumere Ge Community"

Bale-Bale untuk Musisi Reggae
Orang reggae punya komunitas? ah, itu basi. Tapi musisi reggae bentuk komunitas? Itu baru inovasi. Inilah yang dilakukan sekelompok musisi reggae di Kota Maumere yang secara sederhana membentuk sebuah wadah yang terbilang baru di Flores bahkan NTT. Wadah ini bukan saja sebagai rumah musisi reggae tapi meluas terutama fans beratnya yang lumayan banyak di bumi Don Alessu. Berangkat dari kerinduan berkumpul dan berbicara tentang reggae, maka hari Minggu (1/4/2012) siang, sejumlah musisi dari lima band papan atas di Kabupaten Sikka membentuk sebuah komunitas yang diberi nama "Maumere Ge Community". Dari komunitas ini, ada banyak hal dan harapan yang ingin dicapai terutama tentang kelangsungan bermusik reggae dan kebersamaan persaudaraan. Damai dalam musik dan damai didunia, salah satu warna dari aliran ini menjadi bendera dari "Maumere Ge Comunnity" yang akan berupaya maksimal menaungi kebersamaan para musisi reggae Maumere dan mengubah citra "cuek" dengan lingkungan sekitar.

Lima band yang ikut mendeklarasikan komunitas ini adalah Jah-Mof, Canabis, Sang Brother, Gpakustik dan Jahnasta. Meski baru lima band tak tertutup kemungkinan akan bergabung lagi band-band reggae dan sejumlah musisi reggae yang ada di Kabupaten Sikka.

Sekedar mengakrabkan diri antar sesama musisi reggae dan pecintanya komunitas ini akan mengundang sejumlah musisi reggae nge-jam bersama dipanggung sederhana Balai Desa Kabor, tepat usai misa malam Paskah, Sabtu (7/4). Raggae Night akan menghibur warga Kabor dan pecinta reggae di Maumere sekaligus menyemarakan malam bahagia menyambut pesta Paskah.

Musisi senior , Valen Vardam didapuk memegang bagian Koordinator Umum pada komunitas tersebut. Dengan pengelamannya beserta dukungan dari musisi lainnya, diharapkan komunitas ini bisa berjalan sesuai harapan.
Mantan pembetot bass pada band reggae ibukota, Florasta mengaku senang karena kerinduan berkumpul dan berbagi pengelaman bersama para musisi reggae bisa terjadi. Hal yang sama jga diceritakan Jelo, Nolly, Elbiet dan sejumlah musisi lainnya. Bahkan para musisi ini ingin mengubah citra musik jenis ini yang masih belum dimengerti masyarakat banyak. Mereka bertekad intens menjalankan komunitas menjadi besar sebagai rumah dengan bale-bale berkulababong.

Perkembangan musik reggae di Kabupaten Sika mengalami kemajuan lumayan dan menarik sejak musik ini mulai merambah diawal 1990-an. Saat itu Florasta, band yang dibentuk di Jakarta dengan sejumlah personil asal Maumere bergaung. Perlahan pecinta reggae Maumere menunjukan eksitensinya. Ditiap pesta pernikahan bahkan, musik yang identik dengan rambut dreadlock menjadi salah satu kunci meriahnya pesta. Segmen khusus bagi malam reggae (Reggae Nights) dibeberapa radio dipersembahkan. Bahkan musisi daerah yang membawakan lagu-lagu berbahasa daerah tak lagi malu-malu bereksperimen dengan aliran ini.

Eksitensi aliran ini semakin kentara ketika parade band 2009 yang diikuti semua aliran musik berhasil dijuarai band beraliran reggae Canabis Band. Demikian juga Jah-Mof asal Kabor yang menghentak festival musik Flores-Lembata dengan menggondol juara favorit 2010 lalu.

Bumi Maumere juga melahirkan lahir musisi-musisi reggae yang kemudian berkembang di Jakarta maupun kota-kota lainnya. Sebut saja musisi-musisi yang ada di Matahari Band, Stevan Jam, Ras Muhamad, Jahfres, Rabanasta. Atau di kota-kota lainnya misalnya Revolution, Rasta Mof di Jogja, Bye-bye Babylon dan Raggy di Malang, Black Pinit di Bali dan kota lainnya.

Di Maumere, banyak band reggae telah dibentuk. Ada yang terus berjalan, banyak pula yang bubar dan megap-megap. Namun eksitensi para musisi dan pecinta aliran ini terus berkembang hingga saat ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Dan ketika matahari perlahan turun, kamar sempit sekaligus studio latihan Jah-Mof tiba-tiba berubah penuh gembira ketika para musisi reggae menampilkan kebersamaan mereka lewat berbagai tembang reggae. Enaknya kita bisa menikmati dan bernyanyi tanpa beban. Uyeeeeee...

Musisi reggae pendeklarasi "Maumere Ge Community"

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

BOM Sikka Kecam Kepolisian

Terkait Aksi Demo yang Dibubarkan
Massa demonstran dari elemen organisasi mahasiswa GMNI Cabang Sikka, PMKRI Sikka, PRD Sikka dan LMND Ekskot Sikka yang tergabung dalam BOM (Barisan Oposisi Masyarakat) Sikka pada konferensi pers di Polres Sikka mengecam keras tindakan aparat kepolisian Resort Sikka pada aksi menuntut pembatalan rencana kenaikan BBM dengan opsi penundaan. BOM menilai aparat kepolisian telah melakukan tindakan represif dengan membubarkan aksi damai di jembatan Nangamating, Sabtu (31/2/2012) pagi. BOM jmenduga ada skenario besar dibalik tindakan tersebut. Mereka juga mempertanyakan keberadaan pihak kepolisian ditengah lokasi aksi yang dinilai bukan mengawal demonstrasi tapi memprovokasi keadaan sehingga aksi mahasiswa berhenti. BOM Sikka juga menyesalkan tindakan oknum aparat kepolisian yang menendang tiang bendera organisasi dan merah putih yang disandingkan bersama dalam demonstrasi pagi itu.

"Ini merupakan tindakan pelecehan terhadap organisasi dan harga diri bangsa, dan kami menuntut pertanggungjawaban Polres Sikka serta menindak tegas oknum kepolisian yang telah melakukan tindakan pelecehan terhadap bendera," ucap Herimantho Chiko, Sekjen GMNI Cabang Sikka.

BOM Sikka mengawali demonstrasi kedua menentang kenaikan BBM dengan melalukan orasi bergantian dan mogok makan ditengah jalan jembatan Nangameting.
Aksi yang dimulai sekitar pukul 00.09, Sabtu (31/3) tersebut berlangsung damai. Menggunakan tengah jalan jembatan Nangameting membuat laju lalulintas sedikit terhambat karena badan jalan semakin sempit, namun aksi tersebut terus berlangsung dalam kawalan ketat personil Polres Sikka.

BOM Sikka selain menuntut pembatalan kenaikan harga BBM, dalam pernyataan sikapnya juga menyerukan Soesilo Bambang Yudhoyono dan Boediono mundur dari jabatannya sebagai presiden dan wakil presiden. BOM Sikka menilai, kedua pemimpin tertinggi republik ini gagal dalam mensejahterahkan rakyat Indonesia. Pernyataan sikapnya juga mengecam keras Polri yang dinilai telah melakukan tindakan represif terhadap mahasiswa yang menggelar aksi demonstrasi terkait protes rencana kenaikan harga BBM di tanah air.

Aksi yang menjadi tontonan masyarakat tersebut akhirnya berbuah ketegangan. Bermula dari sebuah mobil yang melintas sisi kanan tempat aksi berlangsung hingga menyerempet penyanggah bendera.

Mahasiswa sontak terkejut dan langsung mengejar mobil yang kemudian ngebut menerjang aspal diikuti teriakan para mahasiswa. Namun, tiba-tiba saja beberapa personil kepolisian bergerak menerobos. Dan tiang bendera beserta penyanggah yang menahan batang bendera organisasi mahasiswa dan bendera merah putih roboh. Selanjutnya ketegangan muncul. Ribut dan adu mulut tak tertahankan. Massa BOM Sikka berteriak mengecam tindakan aparat kepolisian yang dinilai telah menendang tiang bendera. "Bendera merah putih dan organisasi telah ditendang dan diinjak, kami tak bisa menerima," teriak mahasiswa ditengah tegangnya adu mulut.

Dos-dos air mineral berantakan dan kompor minyyak milik BOM Sikka yang digunakan sebagai simbol naiknya harga BBM sudah tak berdiri semestinya. Ditengah gaduhnya suasana dan perang mulut, mahasiswa kembali mengecam keras Polres Sikka setelah sebuah mobil barakuda tiba-tiba muncul ditengah kegaduhan. Mereka protes karena menilai aksi ini seolah-olah oleh pihak kemananan sudah tak bisa terkendali sehingga harus menerjunkan water canon.


Tak menerima bendera yang dinilai telah ditendang dan diinjak oleh oknum kepolisian, massa BOM Sikka kemudian bergerak menuju Markas Polres Sikka. BOM Sikka menuntut bertemu Kapolres dan meminta pertanggungjawaban. Kaibatnya Lantas Polres Sikka mengubah laju lalu lintas jalan Ahmad Yani, khususnya depan Polres Sikka menjadi satu arah setelah sisi sebelahnya digunakan mahasiswa yang terus mendemo. Aksi panas kembali terjadi didepan pintu masuk Polres Sikka.

Kecaman datang dari orasi tak henti yang kecewa dengan tindakan aparat. Mereka menuntut bertemu Kapolres Sikka, AKBP Drs. Ghiri Prawijaya dan menolak tawaran pihak kepolisian untuk membuat laporan kejadian dijembatan Nangameting ke Polres Sikka.

Massa mahasiswa kemudian dipersilakan masuk kehalaman Polres setelah hampir dua jam berorasi dan bersitegang dengan kepolisian. BOM dalam keterangannya mengatakan aksi mereka mereka telah mengirim surat pemberitahuan akan mengadakan aksi terkait pembatalan penundaan kenaikan BBM ke Polres Sikka.

Herimantho Chko, Sekretaris Bom Sikka mengatakan, dalam pertemuan dengan Wakapolres Sikka, pihak kepolisian berjanji akan mengusut tuntas pelaku oknum kepolisian yang mendendang tinag bendera dan manginjak bendera, dan berjanji memberi sanksi tegas jika terbukti melakukan kesalahan.




www.inimaumere.com

Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 04.12 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---