Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Sunday 4 April 2010

500 Tahun Prosesi Tuan Ma di Larantuka

Bagi Orang Nagi (sebutan untuk orang Larantuka) kebiasaan ini tak bisa dilupakan. Kemana mereka merantau dan dimanapun mereka berada ingatan kepada kampung halamannya terkait erat dengan tradisi penghormatan pada Tuan Ma dan Tuan Ana, sebutan manis Orang Nagi buat Bunda Maria dan Yesus.
Dengan dosa berjibun daku memasuki Kota Reinha Larantuka. Kupanggul dosa-dosaku, kupasrahkan pada helaan napas terakhir Sang Raja saat wafat di Sesta Ferria. Ditengah ribuan peziarah lain yang datang dari mana-mana, daku menjadi salah satunya yang akan mengikuti perayaan 5 Abad Prosesi Tuan Ma dalam tradisi katolik orang Larantuka. Pada pekan suci (samana santa) ini, Kota Larantuka terlihat begitu hidup menyambut Sang Ratu Rosari. Kota Larantuka berbenah, umat berpuasa, doa bergilir, latihan-latihan dan pertemuan terus diadakan. Kapela-kapela tak ketinggalan dipercantik. Dan ketika ribuan peziarah membanjiri Kota Larantuka daku pun terhimpit diantara barisan umat berpakaian duka dalam antrian panjang di Kapela Tuan Ma. Orang Larantuka percaya, cukup dengan mencium Bunda Maria, segala dapat teratasi. Per Mariam ad Jesum, Melalui Maria orang sampai pada Jesus.

Lanjuuuttt…

Patung Tuan Ma atau Maria Berduka Cita yang ditaktahkan di Kapela Tuan Ma tingginya hampir setinggi orang dewasa. Terkesan mistis dengan tatapan syahdu. Matanya terlihat sembab dengan air mata yang telah dingin. Ia terbalut dalam mantel dan kerudung biru bersulamkan benang perak yang indah. Dari Kapela, ribuan orang berbaris tertib dengan sabar dalam antrian yang memanjang dan terus memanjang memenuhi badan jalan. Sampai pagi menjelang siang, satu persatu bersimpuh, berjalan menggunakan lutut, mencium kaki Maria sambil memanjatkan doa permohonannya.

Peristiwa ini terjadi di Hari Kamis Putih usai liturgi di Katedral. Penghormatan terhadap Tuan Ma adalah berdasarkan ajaran katolik tentang Santa Maria dalam peranannya dalam hidup serta karya Yesus. Kesetiaan menghormati dan mencinta Santa Maria mempunya dasar dan pengelaman baik yang nyata dan dapat dibuktikan maupun yang tak nampak dan bersifat spiritual.

Setelah bersimpuh dan mencium Tuan Ma dan Tuan Ana selesai, dilanjutkan dengan Perarakan Tuan Meninho (bayi Yesus) yang dilakukan lewat laut. Prosesi Anta Tuan (mengantar Sang Raja) dimulai dari Kapela Tuan Meninho di Kelurahan Kota Rewido San Juan. Menggunakan sampan, Tuan Menino perlahan-lahan menuju pantai Pohon Siri.

Selama prosesi selalu diiringi O vos (lagu ratapan), juga puluhan kapal motor laut bahkan kapal fery yang penuh dengan para peziarah.
Arus yang kencang mengakibatkan banyak kapal yang tak dapat mengendalikan jalurnya, tragedi tabrakan pun tak dapat dihindari, untung tak menimbulkan korban jiwa.

Selain itu, dijalanan yang berdekatan dengan pantai, umat mengiringi Sang Meninho dengan berjalan perlahan-lahan menuju Pohon Sirih.

Di pinggir pantai umat berjubel menyaksikan hingga ke Kapela Tuan Ma dan Tuan Ana. Siang itu pula dilajutkan pdengan perarakan Tuan Ma dan Tuan Ana menuju Katedral. Prosesi Jumad Agung berusia tepat 5 abad dengan jutaan lilin menghiasi Kota Larantuka pun segera dimulai.

Untaian doa dan nyanyian terdengar syahdu dilantunkan semua peziarah. Perlahan-lahan meninggalkan Katedral dan mulai mengitari Kota Reinha. Kota Larantuka seakan tenggelam dalam massa yang berduka. Tak ada bunyi kendaran yang lalu lalang, tak ada suara ribut-ribut, nampak langgeng dan sepi. Larantuka memperlihatkan wajah kota yang sangat kental dengan penghayatan iman katolik, sebuah praktik devosi yang telah hidup ribuan tahun.

Empat Orang Lakademu secara perlahan bergerak. Tepat disetiap armada (perhentian sementara), seorang perempuan berkerudung biru melantunkan kidung sedih penuh ratapan dari bibirnya yang kering. “Ovos omnes qui transitis, attendite et videte si est dolor sicut dolor meus” (Hai kamu yang sedang melintasi jalan ini, pandang dan lihatlah! Adakah kau lihat kesedihan yang ku alami?).

Semua terdiam tak mengeluarkan kata apapun, yang terdengar hanyalah suara perih wanita itu. Dengan perlahan-lahan ia membuka selubung dan tampaklah gambar Ecce Homo, simbol wajah kristus bermahkota duri dengan air mata meleleh dari wajahnya yang murung.

Patung Maria Dolorosa (Tuan Ma) dan Tuan Ana hanya diperlihatkan setahun sekali pada saat paskah. Keduanya tersimpan dalam Kapel Tuan Ma dan Kapela Tuan Ana. Keduanya terlihat begitu sakral. Patung Tuan Ma kemudian diarak untuk dipertemukan dengan Tuan Ana, Sang Putera Terkasih. Tradisi Samana Santa telah berlangsung 500 tahun sejak misionaris Portugis datang membawa tradisi Samana Santa atau Pekan Suci ke Larantuka.

Ada beberapa versi tentang ceritera patung Tuan Ma yang disebut juga Mater Dolorosa (Bunda Berdukacita). Umumnya umat percaya, bahwa konon 500 tahun lalu terhanyut dari laut dan terdampar di Pante Kongga Pante Besar Larantuka. Ketika dikenal sebagai Patung Bunda Maria, umat katolik mengambil dan menempatkannya dalam sebuah kapela dimana orang berdoa dan memuji Allah dan Bunda Maria. Patung itu kelihatan terbungkus dengan sebuah mantol indah yang besar berwarna biru tua dan nampak hanya wajah dan tangan yang terbuka.

Setelah mengunjungi dan berhenti disetiap armida dan O vos, perarakan dilanjutkan menuju Gereja Katedral Larantuka dimana kedua patung ini akan ditaktahkan. Ribuan umat tetap bersemangat mengikuti jalannya prosesi ini dengan semangat iman yang luar biasa. Usai pentaktahan prosesi sakral yang telah berlangsung 500 tahun pun usai sudah, tapi para peziarah ada yang belum meninggalkan gereja, mereka masih dengan khusyuk berdoa.

Selain ribuan umat yang hadir dalam 5 Abad Prosesi Tuan Ma dan Tuan Ana ini terlihat pula Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, Perdana Menteri Portugal, Carlos Manuel Leiyau Frota, Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan rombongan, Bupati sedaratan Flores, Pangdam Udayana dan rombongan, Kapolda NTT dan rombongan serta berbagai unsur pemerintahan.

Prosesi tahunan ini juga melibatkan Orang Muda Katolik dan Remaja Mesjid yang berdampingan bekerja sama dalam mengamankan prosesi ini, hebatnya Flores….

Usai prosesi, ribuan peziarah pun meninggalkan Larantuka bersama cerita iman yang indah. Begitu pula daku…cieee.....

Cuplikan Prosesi Tuan Ma....

Sisi lain Prosesi Laut Tuan Meninho ..




Tuan Ana


Tuan Ma menuju Pentaktahan

Perarakan Tuan Meninho tiba kapela


Thanks to : Daniel Hurint, Kunnez Hurint n Family serta Liuz Paru, Fadly di Larantuka

www.inimaumere.com

Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Sunday, April 04 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---