Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Kabupaten Sikka
Kabupaten Sikka adalah sebuah wilayah kabupaten dengan ibukota Maumere yang terletak 8'22 - 8'50 LS 121'55'40 - 122'41'30 di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Sekilas..
Penduduk Kabupaten Sikka 91% beragama Katolik,denagn jumlah penduduk secara keseluruhan 456.7676 jiwa dan mulai tahun 2005 menjadi keuskupan baru, yakni keuskupan Maumere, di bawah Keuskupan Agung Ende. Uskup bernama Mgr. Vicentius "sensi" Poto Kota. Kawasan pesisir utara cukup banyak dihuni oleh warga keturunan etnik Tidung-Bajo dan Bugis, serta Jawa dan Tionghoa.
Penduduk Kabupaten Sikka tersebar di 21 kecamatan,13 kelurahan dengan jumlah desa 147 desa,kawasan berpenduduk padat adalah di kawasan utara yang berbatasan dengan Laut Flores, sedang kawasan selatan yang berbatasan dengan Laut Sawu/Lautan Hindia berpenduduk jarang. Konsentrasi penduduk perkotaan ada di Kota Maumere (Kecamatan Alok) dan kawasan Geliting di Kewapante.
Pada 12 Desember 1992 Maumere dilanda gempa 6,8 SR dan menyebabkan tsunami, mengakibatkan sekitar 2000 penduduk meninggal dunia. Gempa disebabkan oleh penunjaman Lempeng Filipina yang terletak di sisi utara Maumere, yakni Laut Flores. Korban terbanyak berasal dari penduduk yang tinggal di pulau-pulau di teluk Maumere, seperti Pulau Pemanaa, Pulau Besar, dan Pulau Babi.
Kota Maumere dapat diakses via udara dari Denpasar (transit dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar), Ende, Kupang, dan Labuanbajo. Bandara bernama Wai Oti, panjang landasan aspal hanya 1850 meter sehingga hanya dapat didarati oleh pesawat maksimal sejenis Fokker 28 atau Fokker 100.(Sekarang lagi dibangun perluasan bandara pacu untuk kelas internasional,red)
Tujuan Wisata Potensial
1.Wisata Selam dan Pantai (Eko-Wisata) di Kojogete, Pulau Pemanaa, Pulau Babi, Pantai Magepanda, Pantai Paga.
2.Wisata Lansekap atau Saujana (Eko-Wisata) Gunung Api Egon, Gunung Kimangbuleng.
3.Wisata Budaya di gereja antik peninggalan Portugis di Lela, Katedral St. Yosef di Maumere dan regalia peninggalan raja-raja Sikka.
4.Pantai Wairterang
Berlokasi di Wairterang Desa Wairterang Kecamatan Waigete, spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau
5.Pantai Nangatobong
Berlokasi di Nangatobong Desa Nangatobong Kecamatan Waigete, spesifikasi Pantai berpasir
6.Pantai Wairbleler
Berlokasi di Wairbleler Desa Wairbleler Kecamatan Waigete, spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau.
7.Pantai Waiara
Berlokasi di Waiara Desa Waiara Kecamatan Kewapante, spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau
8.Taman Wisata Alam Laut Gugus Teluk Maumere
Berlokasi di Kawasan Laut meliputi Kecamatan Kewapante, Waigete, Kecamatan Maumere, spesifikasi : Coral, variasi ikan hias dan hutan bakau.
9.Penyulingan Uap Panas Bumi
Berlokasi di Desa Kosokaja, Rokirole, Nitunglea Kecamatan Palue, spesifikasi : Penyulingan uap panas bumi secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan air minum.
10.Tebing Alam WatuNgesu
Berlokasi di Desa Paga Kecamatan Paga, spesifikasi : Tebing alam yang menarik didepannya terdapat pantai yang indah.
11.Puncak Kimang
Berlokasi di Desa Riit Kecamatan Nita, spesifikasi : Keindahan alam, tanaman holtikultura dan menara microwafe.
12.dan masih banyak lagi..
Wisata Minat Khusus
ULE NALE
Lokasi sikka desa sikka berjarak 28 KM dari maumere, waktu pelaksanaannya minggu ke-3 paskah, proses penangkapan cacing laut oleh masyarakat setempat.
LOGU SINHOR
Lokasi sikka desa sikka kecamatan Lela, berjarak 28 KM dari maumere waktu pelaksanaannya hari raya jumad agung, prosesi jumad agung bagi umat katolik yang mempunyai ujud/ intensi khusus penyembahan kepada tuhan yesus yang tersalib dengan cara "logu".
Patung Kristus Raja
Berlokasi di Kelurahan Kota Uneng Kecamatan Alok, spesifikasi Agung dan besar,diberkati oleh Bapa Suci Sri Paus Yohanes Paulus II,
Wisung Fatima Lela,berlokasi di Desa Lela Kecamatan Lela
spesifikasi Tempat ziarah umat Katolik, Patung Bunda Maria, Relief-relief peristiwa Rosario dan Stasi Jalan Salib
Tempat Ziarah Nilo
berlokasi di Nilo Desa Wuliwutik Kecamatan Nita,spesifikasi Patung Bunda Segala Bangsa Tinggi dan Besar
Wair Nokerua
berlokasi di Desa Kolisia Kecamatan Magepanda,spesifikasi Mata air dari dalam batu yang memiliki nilai sejarah dan kerohanian
Agro Wisata Waigete
berlokasi di Desa Egon Kecamatan Waigete,spesifikasi Hamparan persawahan dan berbagai jenis tanaman hortikultura
Tempat Ziarah Watusoking
berlokasi di Desa Wairterang Kecamatan Waigete,spesifikasi Pentahktaan Patung Bunda Maria dan Stasi Jalan Salib
Tempat Ziarah Dian Desa
berlokasi di Desa Wairbleler Kecamatan Waigete,spesifikasi Pentahktaan Patung Bunda Maria dan Panorama pantai yang indah
Gua Fatima Hokor
berlokasi di Desa Hokor Kecamatan Bola,spesifikasi Pentahktaan Patung Bunda Maria
Tempat Ziarah dan Rumah Retret Santo Nabi Elia Mageria
berlokasi di Desa Mbengu Kecamatan Paga,spesifikasi Gua Maria dan Bangunan Penginapan yang indah dan megah
Tempat Pertapaan Kelikeo
Berlokasi di Desa Detubinga Kecamatan Paga,spesifikasi Gua Maria dan Bangunan Penginapan yang indah dan megah
Gereja Tua Sikka
Di pantai selatan kabupaten sikka, tapatnya di kecamatan Lela terdapat sebuah kampung kecil namanya Kampung sika atau natar sikka. kampung di pesisir pantai ini panjangnya 1 km dengan jumlah penduduk 911 jiwa atau 230 kepala keluarga.
Jarak antara Sikka Natar dengan Maumere ibu kota kabupaten Sikka adalah 27 km. Kampung ini kelihatan sederhana, namun sesungguhnya mempunyai perjalanan sejarah yang sangat berarti karena kampung ini dulu menjadi Pusat Pemerintahan Kerajaan
Sikka pada masa Penjajahan Portugis abad XVI dan Belanda abad XVII.
Kampung Sikka saat ini menjadi sebuah kmapung tujuan wisata yang sering dikunjungi wisatawan domestik maupun manca negara, karena di sana terdapat beberapa opjek wisata menarik di antaranya geraja tua sikka yang telah berusia lebih dari satu abad. gereja tua ini si bangun oleh umat paroki Sikka bersama pastornya asal portigis Y.Engbers SJ pada tahun 1899. pembangunan gereja ini juga tidak terlepas dari peran raja Sikka pada masa itu adalah Yoseph Mbako II Ximenes da Silva yang turut mamotivasi rakyatnya untuk mengembangkan kehidupan rohani; bahkan setiap kali pelantikan
raja selalu berlangsunng di dalam geraja ini. Hal ini menunjukan hubungan erat dan kerjasama yang beik antara pihak pemerintah dan pihak gereja katolik pada masa ini.
Bangunan gereja tua sikka ini memiliki beberapa kekhasan yang menarik, antara lain bentuk dan corak bangunannya yang bergaya arsitektur tradisional eropa dari abad XVIII-XIX. Kedua, dinding dinding tembok bagian dalam di tata dengan lukisan motif2 tenun ikat sikka yang sangat terkenal dipandang mata. Pada usianya yang sudah lebih dari 100 Tahun, gereja tua sikka ini masih berdiri kokoh dan megah di pantai sikka nan indah.
Selain gereja tua, warga kampung sikka juga memiliki beberapa pertunjukan seni budaya yang dapat disuguhkan ke para pengunjung atau wisatawan antara lain TARIAN BOBU yakni sebuah
tarian peninggalan portugis yang biasanya dipertunjukan pada hari raya natal dan tahun baru. Di samping itu, Pengunjung juga dapat menyaksikan peroses tenun ikat teradisonal mulai dari awal hingga menjadi sebuah lembar sarung dengan motif-motifnya indah dan menarik.
Gua Maria Kesokoja
Berlokasi di Desa Kesokoja Kecamatan Palue,spesifikasi Gua Maria dalam wilayah penyulingan uap panas bumi Nuakaju
Gua Maria Krokowolon
Berlokasi di Desa Waiara Kecamatan Kewapante,spesifikasi Gua Maria dan panorama pantai yang indah dan menarik
WANITA DAN ADAT PERKAWINAN DI SIKKA
Urusan perkawinan antara pria dan wanita merupakan pertalian yang tidak dapat dilepaskan. Hubungan yang menyatu itu terlukis dalam ungkapan Ea Daa Ribang,
Nopok, Tinu daa koli tokar (Pertalian kekrabatan antara kedua belah pihak akan berlangsung terus menerus dengan saling memberi dan menerima sampai kepada turun temurun.
Norma-norma yang mengatur perkawinan ini dlam bahasa hukum adat yang disebut Naruk dua - moang dan kleteng latar yang tinggi nilai budayanya.
Unkapannya antara lain :
- Dua naha nora ling, nora weling
- Loning dua utang ling labu weling
- Dadi ata lai naha letto -wotter
Artinya:
Setiap wanita mempunayi nilai, punyai harga, sedangkan sarung dan bajunya juga mempunyai nilai dan harga, sehingga setiap lelaki harus membayar.
Ine io me tondo
Ame io paga saga
Ine io kando naggo
Ame io pake pawe
Ibulah yang memelihara dan membesarkannya
Ayah yang menjaga dan mendewasakannya
Dan ibu pula yang memberikannya perhiasan
Ayah memberikannya sandang.
Ungkapan ini memberi keyakinan bahwa martabat wanita sangat dihargai, oleh
karena itu maka pihak klen penerima wanita Ata lai harus membayar sejumlah belis kepada klen pemberi wanita ata dua sesudah itu baru dinyatakan perkawinan seluruh prosesnya syah.
Di Sikka /Krowe umumnya bentuk perkawinan adalah patrilinial, sedangkan yang matrilinial hanya terjadi di wilayah suku Tanah Ai di kecamatan Talibura.
Tahap-tahap perkawinan dapat dilakukan seraya memperhatikan incest dan perkawinan yang tidak dilarang itu maka ditempulah beberapa tahapan:
(1) Masa pertunangan, semua insiatif harus datang dari pihak laki-laki, kalau datang dari pihak wanita maka selalu disebut dengan unkapan waang tota jarang atau rumput cari kuda atau tea winet (menjual anak/saudari)
Seorang gadis dibelis dalam 6 bagian: Kila, belis cicin kawin; Djarang sakang, (pemberian kuda); wua taa wa gete, bagian belis yang paling besar dan mahal; inat rakong, belis lelah untuk mama; bala lubung, untuk nenek; ngororemang (mereka yang menyiapkan pesta).
(2) Perkawinan, sebelum abad 16 di desa Sikka/Lela perkawinan biasanya hanya diresmikan di Balai oleh raja atau pun kadang-kadang di rumah wanita, setelah semuanya sudah siap maka acara perkawinan ditandai dengan mendengar kata-kata pelantikan dari raja, wawi api - ara pranggang, kata-kata yang diucapkan adalah:
Ena tei au wotik weli miu, hari ini ku beri kamu makan
wawi api ara pranggang, daging rebus dan nasi masak
miu ruang dadi baa nora, jadikanlah kamu istri
lai, dan suami
lihang baa nora lading, dan terikatan seluruh keluarga
gae weu (eung) miu ara, makanlah kamu nasi ini
pranggang, agar menjadikan istri dan
dadi baa wai nora lali, suami minulah saus daging
minu eung wawi api, ini agar eratlah
genang lihang nora ladang, seluruh keluarga.
Ucapan itu diiringi penyuapan daging dan sesuap nasi oleh tuan tanah/raja kepada kedua mempelai .
Pada waktu masuk agama Katolik, maka ungkapan-ungkpan di atas tetap dipakai namun proses penikahan sesuai dengan aturan agama Katolik dan diberkati oleh Pastor.
Ada beberapa tahap dari acara perkawinan secara adat Sikka/Krowe:
(1) Kela narang, pendaftaran nama calon pengantin di kantor Paroki yang dihantar oleh orang tua masing-masing bersama dengan keluarga
(2) A Wija/A Pleba, keluarga ata lai melaukan kegiatan mengumpulkan mas kawin secara bersama-sama dengan keluarga
(3) Dipihak ata dua terjadi pengumpulan bahan-bahan pesta untuk membuat sejenis kue tradisional yaitu bolo pagar dan mendirikan tenda pesta.
(4) Sebelum ke gereja keluarga berkumpul di rumah mempalai wanita. Keluarga penerima wanita atau ata lai bertugas menjaga kamar pengatin.
(5) Tung /tama ola uneng, acara masuk kamar pengantin jam 21.00-22.00 malam diiringi kedua ipar masing-masing. Pengatin pria/wanita di hantar ke kamar oleh Age gete dengan nasehat kalau sudah ada di kamar bicara perlahan-lahan
(6) Weha bunga sekitar jam 05.00 pagi para pengawal kamar pengantin, ae gete dari Keluarga ata lai menaburkan bunga pada kamar pengantin sebagai lambang harum semerbak bagi kedua pengantin.