Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Palue demikian nama sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Sikka.Palue juga merupakan nama dari sebuah pulau diantara 17 buah pulau yang ada dalam wilayah Kabupaten Sikka,pulau yang terbesar dari 17 buah pulau terebut dan memiliki gunung berapi Rokatenda yang masih aktif ,salah satu gunung berapi dari dua gunung berapi yang ada di Kabupaten Sikka.
Untuk mencapai Pulau Palue dari Pelabuhan Sadang Bui Maumere (ibukota Kabupaten Sikka) dibutuhkan waktu sekitar 4-6 jam dengan menggunakan Kapal Motor laut yang biasanya disewakan untuk mengangkut penumpang.
Alamnya gersang dengan topografi berbukit dulunya terkenal sebagai pulau yang sering kekurangan air minum dan miskin fasilitas memadai.Namun dari pulau ini jugalah melahirkan banyak orang pintar yang kini tersebar di kabupaten dan propinsi,rohaniwan-rohaniwan khatolik dan para pelaut serta perantau yang ulet dan tangguh juga kain tenun ikatnya yang menawan.
Masyarakat Palue terkenal sebagai masyarakat yang memiliki adat budaya dan tradisi turun temurun yang beragam dan unik dan sampai kini masih terus dilestarikan oleh para generasinya.
Suku Palue merupakan salah satu suku terbesar dari enam suku besar yang ada di tanah Sikka.Berikut sedikit tentang tradisi dan budaya dalam masyarakat Palue
Masyarakat di Pulau Palue mengenal dua tarian besar yang sering dipentaskan dalam upacara-upacara adat masyarakat setempat seperti tarian Misa dan tarian Togo.Tarian Misa adalah tarian yang khusus untuk muda-mudi yang dilaksanakan di bulan juni sampai september dan biasanya berlangsung dipinggir pantai.Para muda-mudi di Palue jika akan memulai masa pacaran biasanya mementaskan tarian tersebut.Daerah pinggir pantai menjadi tempat dilaksanakan tarian Misa.
Sedangkan tarian Togo biasanya dipentaskan dalam upacara-upacara khusus atau terbilang istimewa dalam masyarakat Palue misalnya upacara pemotongan kerbau ,upacara membuat perahu,upacara tarik perahu ke pantai dan upacara-upacara besar lain sebagainya.Pementasan tarian Togo dalam upacara-upacara tersebut akan menambah kemeriahan pesta adat masyarakat setempat.Misalnya dalam upacara tarik perahu kepantai,terlihat meriah dan istimewa karena tarian togo di pentaskan diatas perahu yang sedang ditarik kepantai
Dalam adat budaya Palue dikenal pula budaya-budaya lain yang sesuai dengan siklus hidup manusia,seperti saat kelahiran,dewasa,perkawinan dan kematian.Pada saat lahir atau berumur masih belia semua anak-anak di Palue diajarkan untuk bisa berenang.Orang tua akan membawa anak-anak mereka berumur 1-2 tahun ke tengah laut dan dibuang disana dan anak tersebut akan berusaha berenang namun jika tidak bisa berenang akan diambil lagi dan dilemparkan kembali kelaut sampai si anak tersebut bisa berenang.Karena diajarkan demikian sedari kecil maka jarang sekali menemukan orang Palue yang tenggelam atau meninggal ditengah laut karena orang Palue kalau berlayar dan tenggelam dimana saja akan berusaha semampunya berenang ke tepi pantai meski akhirnya harus meninggal di tepi pantai.Haram bagi orang Palue meninggal karena tenggelam ditengah laut.
Dalam budaya masyarakat Palue juga dikenal sebuah upacara adat yang sangat penting dan besar bernama Mula Rate yang biasanya diadakan setiap 5 tahun sekali. Orang Palue boleh meninggal di tempat mana saja di seluruh dunia tapi jasadnya tidak perlu dibawa ke Palue (boleh dikuburkan dimana saja).Yang perlu dibawa cuma kuku dan rambut dari jenasah tersebut. Mula Rate adalah sebuah upacara adat penanaman batu nisan untuk seluruh orang Palue yang meninggal dimana sana.Satu tahun berikutnya baru akan diadakan upacara pemotongan kerbau.Upacara pemotongan kerbau adalah upacara perayaan untuk mensyukuri keberhasilan setiap orang Palue dan biasanya diadakan setiap 5 tahun.
Budaya lainnya yang ada dalam masyarakat Palue adalah upacara adat mengusir tikus dari daratan Pulau Palue yang biasa disebut dengan bahasa setempat sebagai upacara Tung Te’u.Upacara ini diadakan secara besar-besaran dengan menangkap tikus yang berpasangan dan kemudian melayarkan pasangan tikus tersebut ketengah laut dengan sebuah perahu yang dibuatkan khusus untuk membawa tikus-tikus tersebut.Dalam kepercayaan adat setempat,pada saat itu juga semua tikus yang ada daratan Pulau Palue akan hilang dengan sendirinya.
Demikian sebagian dari adat budaya dalam masyarakat Palue yang unik dan menyimpan nilai-nilai hidup dalam kemasyarakatan yang sampai kini masih terus dilestarikan dan menjadi bagian dari keragaman budaya yang ada ditanah Sikka serta tanah air kita tercinta.
Masih banyak adat budaya dalam mayarakat Palue yang belum kami tampilkan disini secara mendetail.
www.inimaumere.com
Untuk mencapai Pulau Palue dari Pelabuhan Sadang Bui Maumere (ibukota Kabupaten Sikka) dibutuhkan waktu sekitar 4-6 jam dengan menggunakan Kapal Motor laut yang biasanya disewakan untuk mengangkut penumpang.
Alamnya gersang dengan topografi berbukit dulunya terkenal sebagai pulau yang sering kekurangan air minum dan miskin fasilitas memadai.Namun dari pulau ini jugalah melahirkan banyak orang pintar yang kini tersebar di kabupaten dan propinsi,rohaniwan-rohaniwan khatolik dan para pelaut serta perantau yang ulet dan tangguh juga kain tenun ikatnya yang menawan.
Masyarakat Palue terkenal sebagai masyarakat yang memiliki adat budaya dan tradisi turun temurun yang beragam dan unik dan sampai kini masih terus dilestarikan oleh para generasinya.
Suku Palue merupakan salah satu suku terbesar dari enam suku besar yang ada di tanah Sikka.Berikut sedikit tentang tradisi dan budaya dalam masyarakat Palue
Masyarakat di Pulau Palue mengenal dua tarian besar yang sering dipentaskan dalam upacara-upacara adat masyarakat setempat seperti tarian Misa dan tarian Togo.Tarian Misa adalah tarian yang khusus untuk muda-mudi yang dilaksanakan di bulan juni sampai september dan biasanya berlangsung dipinggir pantai.Para muda-mudi di Palue jika akan memulai masa pacaran biasanya mementaskan tarian tersebut.Daerah pinggir pantai menjadi tempat dilaksanakan tarian Misa.
Sedangkan tarian Togo biasanya dipentaskan dalam upacara-upacara khusus atau terbilang istimewa dalam masyarakat Palue misalnya upacara pemotongan kerbau ,upacara membuat perahu,upacara tarik perahu ke pantai dan upacara-upacara besar lain sebagainya.Pementasan tarian Togo dalam upacara-upacara tersebut akan menambah kemeriahan pesta adat masyarakat setempat.Misalnya dalam upacara tarik perahu kepantai,terlihat meriah dan istimewa karena tarian togo di pentaskan diatas perahu yang sedang ditarik kepantai
Dalam adat budaya Palue dikenal pula budaya-budaya lain yang sesuai dengan siklus hidup manusia,seperti saat kelahiran,dewasa,perkawinan dan kematian.Pada saat lahir atau berumur masih belia semua anak-anak di Palue diajarkan untuk bisa berenang.Orang tua akan membawa anak-anak mereka berumur 1-2 tahun ke tengah laut dan dibuang disana dan anak tersebut akan berusaha berenang namun jika tidak bisa berenang akan diambil lagi dan dilemparkan kembali kelaut sampai si anak tersebut bisa berenang.Karena diajarkan demikian sedari kecil maka jarang sekali menemukan orang Palue yang tenggelam atau meninggal ditengah laut karena orang Palue kalau berlayar dan tenggelam dimana saja akan berusaha semampunya berenang ke tepi pantai meski akhirnya harus meninggal di tepi pantai.Haram bagi orang Palue meninggal karena tenggelam ditengah laut.
Dalam budaya masyarakat Palue juga dikenal sebuah upacara adat yang sangat penting dan besar bernama Mula Rate yang biasanya diadakan setiap 5 tahun sekali. Orang Palue boleh meninggal di tempat mana saja di seluruh dunia tapi jasadnya tidak perlu dibawa ke Palue (boleh dikuburkan dimana saja).Yang perlu dibawa cuma kuku dan rambut dari jenasah tersebut. Mula Rate adalah sebuah upacara adat penanaman batu nisan untuk seluruh orang Palue yang meninggal dimana sana.Satu tahun berikutnya baru akan diadakan upacara pemotongan kerbau.Upacara pemotongan kerbau adalah upacara perayaan untuk mensyukuri keberhasilan setiap orang Palue dan biasanya diadakan setiap 5 tahun.
Budaya lainnya yang ada dalam masyarakat Palue adalah upacara adat mengusir tikus dari daratan Pulau Palue yang biasa disebut dengan bahasa setempat sebagai upacara Tung Te’u.Upacara ini diadakan secara besar-besaran dengan menangkap tikus yang berpasangan dan kemudian melayarkan pasangan tikus tersebut ketengah laut dengan sebuah perahu yang dibuatkan khusus untuk membawa tikus-tikus tersebut.Dalam kepercayaan adat setempat,pada saat itu juga semua tikus yang ada daratan Pulau Palue akan hilang dengan sendirinya.
Demikian sebagian dari adat budaya dalam masyarakat Palue yang unik dan menyimpan nilai-nilai hidup dalam kemasyarakatan yang sampai kini masih terus dilestarikan dan menjadi bagian dari keragaman budaya yang ada ditanah Sikka serta tanah air kita tercinta.
Masih banyak adat budaya dalam mayarakat Palue yang belum kami tampilkan disini secara mendetail.
www.inimaumere.com