Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Thursday, 26 March 2009

Ijasah,Sertifikat Dan Kemampuan TI

Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Kata orang, bidang teknologi informasi bisa dikuasai oleh orang dengan latar belakang pendidikan formal apa saja. Memang kalau kita lihat banyak jagoan yang memiliki latar belakang aneh-aneh, yang tidak ada hubungannya dengan bidang teknologi informasi. Bagaimana kita tahu bahwa orang yang bersangkutan memang memiliki kemampuan dalam bidang teknologi informasi? Apakah ini bisa kita ukur dengan melihat ijasah atau sertifikat yang dimilikinya? Ataukah langsung dengan mengukur kemampuannya?


Perusahaan sering mengalami kesulitan dalam melakukan penerimaan pegawai baru yang terkait dengan bidang teknologi informasi ini. Salah satu cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan menggunakan ijasah sebagai prasyarat pendaftaran. Ini pun masih bermasalah sebab jurusan apa diperguruan tinggi yang dapat dianggap berhubungan dengan teknologi informasi? Di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) saja, tidak ada jurusan yang namanya Teknologi Informasi. Yang ada adalah jurusan Teknik Informatika dan Teknik Elektro. Lantas apa lulusan jurusan lain tidak masuk kualifikasi di bidang teknologi informasi? Padahal kalau kita selidiki, ilmu komputer ini memiliki dasar di Matematika dan Fisika. Jadi seharusnya jurusan lain pun layak untuk ikut melamar. Tapi kalau dibuka satu, maka yang lainnya pun seharusnya boleh. Artinya asal lulus S1 bisa melamar? Lalu bagaimana yang tidak memiliki ijasah S1?

Lulusan dari perguruan tinggi dari jurusan yang terkait atau berhubungan dengan teknologi informasi pun ternyata belum tentu siap pakai di industri. Atau yang lebih mengerikan lagi adalah adanya lulusan dari jurusan yang terkait dengan teknologi informasi yang tidak memiliki dasar untuk bekerja dibidang itu. Saya pernah melihat lulusan informatika dari sebuah perguruan tinggi yang tidak memiliki bakat dan kemampuan memprogram. Padahal dia sedang melamar ke perusahaan yang membutuhkan kemampuan tersebut.Berdasarkan pengalaman seperti ini, akhirnya lingkungan bisnis atau industri memilih untuk menggunakan sertifikasi profesional sebagai alat ukur untuk menerima pegawainya.
Mulailah muncul standar sertifikasi yang umumnya dimotori oleh vendor, seperti Novell, Microsoft, Cisco, Oracle, dan masih banyak lainnya. Sertifikat dari vendor ini mulai dihargai lebih tinggi dari ijasah perguruan tinggi. Siapa pun diperbolehkan
mengambil sertifikasi ini dengan mengikuti ujian.

Ada masalah baru dengan sertifikasi profesional ini. Yang pertama adalah biaya ujian sertifikasi ini tergolong mahal,sehingga tidak banyak orang yang mencoba mengambilnya.Peranti (lunak maupun keras) yang dibutuhkan untuk bidang ini juga seringkali mahal. Sebagai contoh, agak sulit dan tidak lazim bagi seseorang untuk memiliki sebuah router Cisco di rumahnya. Akhirnya ada software yang dapat menyimulasikan(emulasi) perangkat Cisco tersebut. Namun, ini menimbulkan masalah baru, yaitu bisa saja seorang lulus ujian Cisco akan tetapi belum pernah menyentuh
perangkat Cisco!

Saya menganalogikan (meski ada yang tidak sepakat dengan analogi ini) dengan seorang yang lulus ujian (teori) berenang tanpa pernah menyentuh air. Analogi lain adalah orang yang mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) A(mobil) tapi tidak pernah mengendarai mobil. Maukah anda membawa keluarga anda berpergian jarak jauh naik mobil
dengan pengemudi seperti itu—memiliki SIM tapi belum pernah mengendarai mobil?

Masalah sertifikasi berikutnya adalah mulai munculnya ‘joki’ ujian. Tapi ini soal lain. Intinya,penggunaan sertifikat sebagai metoda seleksi pun memiliki masalah.Sumber utama masalah kita adalah bagaimana kita mengukur kemampuan seseorang. Kemampuan yang dimaksud di sini adalah kemampuan dalam teori dan praktik.
Kemampuan teori dapat dilakukan dengan memberikan ujian tertulis. Skill atau kemampuan praktik ini lebih sukar diukur.

Apakah untuk mendaftar penjadi pegawai sebuah perusahaan harus melalui praktek dengan perangkat sungguhan? Ini terlalu menyulitkan. Oh ya, saya sendiri tidak memiliki sertifikat.
Kalau saya melamar di perusahaan Anda, mungkin saya ditolak.

Oleh : Budi Raharjo ; www.infolinux.web.id

www.inimaumere.com

Artikel Terkait



 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Ijasah,Sertifikat Dan Kemampuan TI | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---