Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Blikon Blewut artinya sisa dari yang punah. Museum ini terletak sekomplek dengan Sekolah Tinggi Filsafat Khatolik (STFK) Ledalero. Berjarak sekitar 6 Km dari Kota Maumere selintasan menuju Kabupaten Ende. Di museum ini kita bisa menggali beberapa peninggalan baik dari jaman pra sejarah hingga sejarah yang dikumpulkan dari berbagai belahan dunia. Namun menjadi menarik ketika diketahui bahwa dari sekian peninggalan itu ada selembar uang kertas kuno bernilai Rp.2,5 yang didalamnya memuat model asli asal Maumere bernama Moat Noeng. Bapa Tua yang sehari-hari berjualan kelapa seharga Rp.2,5 itu didapuk oleh Soekarno, Presiden RI kala itu untuk segera diabadikan dalam selembar uang.
Ahhh, ada-ada saja Bung Karno ini.....yukkkk intip ceritanya...
Menarik sekali ketika melihat selembar uang kertas kuno yang tertata rapi bersama uang kertas kuno lainnya. Uang kuno ini berada dalam sebuah bingkai kaca yang melekat di dinding museum.
Uang kertas yang menarik perhatian tersebut adalah uang kertas yang memiliki nilai seharga Rp.2,5.
Sedikit terkejut namun ada terbersit rasa bangga juga bahwa museum ini menyimpan uang kertas kuno yang gambarnya adalah model asli dari Kabupaten Sikka. Menjadi menarik ketika tahu bahwa uang tersebut memuat wajah bapa tua nan lugu bernama Moat Noeng asal Kampung Wolohuler, sebuah desa yang berdekatan dengan Desa Nele. (Mo'at adalah panggilan khas untuk lelaki Maumere).
Mengapa Bapa Noeng bisa menjadi model uang kertas yang berlaku dari tahun 1952-1956 tersebut?
Ceritanya, saat berjualan kelapa muda (kabor kelut) di pinggiran jalan raya menuju Bandara Wai Oti yang sekarang telah berganti nama menjadi Bandara Frans Seda (4 Km dari pusat Kota Maumere) sosok petani miskin ini rupanya menarik perhatian Sang Proklamator Indonesia, Mo'at Soekarno (Bung Karno).
Bung Karno saat itu bersama rombongan transit di Maumere. Bung Karno lalu meminta memberhentikan mobil dan menanyakan harga beberapa butir kelapa muda yang di jual Moat Noeng. Oleh Moat Noeng dijawab dengan harga Rp.2,5 untuk sebutir kelapa. Terjadilah tegur sapa (kula babong) antara Sang Proklamator dengan Mo'at Noeng.
Adalah yang membuat terkejut Sang Proklamator bahwa Moat Noeng dengan sosok kampung, berwajah polos dan lugu ini kok bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
Melihat sosok lugu dengan senyum tulus bersahaja namun pintar berbahasa Indonesia tersebut, Bung karno pun tertarik. Sang Proklamator tersebut lantas memerintahkan stafnya untuk segera memotret Moat Noeng. Gambar dalam uang kertas itu adalah hasil dari foto yang diambil di pinggir jalan raya menuju Bandara Wai Oti (Bandara Frans Seda). Dan harga sebutir kelapa yang dijual Bapa Noeng pun akhirnya dijadikan nilai uang tersebut. Uang tersebut berlaku dari tahun 1952 hingga 1956.
Cerita diatas disampaikan oleh penjaga museum Blikon Blewut kepada www.inimaumere.com ketika kami menapaki sejarah masa silam di Museum Blikon Blewut.
Senyum khas lelaki kampung bersahaja seperti juga senyum –senyum khas tanpa basa-basi nan tulus menjadi cermin senyum dari hati yang dalam. Kita bisa menjumpai dan menikmati senyum tulus ini di hampir seluruh kampung-kampung di Kabupaten Sikka dan Flores pada umumnya.
Sayang sosok pemimpin yang tegas, berani dan mampu merangkul semua kalangan masyarakat Indonesia seperti Bung Karno telah jarang ditemukan dimasa kini...
Ahhh, ada-ada saja Bung Karno ini.....yukkkk intip ceritanya...
Menarik sekali ketika melihat selembar uang kertas kuno yang tertata rapi bersama uang kertas kuno lainnya. Uang kuno ini berada dalam sebuah bingkai kaca yang melekat di dinding museum.
Uang kertas yang menarik perhatian tersebut adalah uang kertas yang memiliki nilai seharga Rp.2,5.
Sedikit terkejut namun ada terbersit rasa bangga juga bahwa museum ini menyimpan uang kertas kuno yang gambarnya adalah model asli dari Kabupaten Sikka. Menjadi menarik ketika tahu bahwa uang tersebut memuat wajah bapa tua nan lugu bernama Moat Noeng asal Kampung Wolohuler, sebuah desa yang berdekatan dengan Desa Nele. (Mo'at adalah panggilan khas untuk lelaki Maumere).
Mengapa Bapa Noeng bisa menjadi model uang kertas yang berlaku dari tahun 1952-1956 tersebut?
Ceritanya, saat berjualan kelapa muda (kabor kelut) di pinggiran jalan raya menuju Bandara Wai Oti yang sekarang telah berganti nama menjadi Bandara Frans Seda (4 Km dari pusat Kota Maumere) sosok petani miskin ini rupanya menarik perhatian Sang Proklamator Indonesia, Mo'at Soekarno (Bung Karno).
Bung Karno saat itu bersama rombongan transit di Maumere. Bung Karno lalu meminta memberhentikan mobil dan menanyakan harga beberapa butir kelapa muda yang di jual Moat Noeng. Oleh Moat Noeng dijawab dengan harga Rp.2,5 untuk sebutir kelapa. Terjadilah tegur sapa (kula babong) antara Sang Proklamator dengan Mo'at Noeng.
Adalah yang membuat terkejut Sang Proklamator bahwa Moat Noeng dengan sosok kampung, berwajah polos dan lugu ini kok bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
Melihat sosok lugu dengan senyum tulus bersahaja namun pintar berbahasa Indonesia tersebut, Bung karno pun tertarik. Sang Proklamator tersebut lantas memerintahkan stafnya untuk segera memotret Moat Noeng. Gambar dalam uang kertas itu adalah hasil dari foto yang diambil di pinggir jalan raya menuju Bandara Wai Oti (Bandara Frans Seda). Dan harga sebutir kelapa yang dijual Bapa Noeng pun akhirnya dijadikan nilai uang tersebut. Uang tersebut berlaku dari tahun 1952 hingga 1956.
Cerita diatas disampaikan oleh penjaga museum Blikon Blewut kepada www.inimaumere.com ketika kami menapaki sejarah masa silam di Museum Blikon Blewut.
Senyum khas lelaki kampung bersahaja seperti juga senyum –senyum khas tanpa basa-basi nan tulus menjadi cermin senyum dari hati yang dalam. Kita bisa menjumpai dan menikmati senyum tulus ini di hampir seluruh kampung-kampung di Kabupaten Sikka dan Flores pada umumnya.
Sayang sosok pemimpin yang tegas, berani dan mampu merangkul semua kalangan masyarakat Indonesia seperti Bung Karno telah jarang ditemukan dimasa kini...
www.inimaumere.com