Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Ribut-ribut di masyarakat soal siapa yang mengemudi KM Tersanjung ternyata bukan isapan jempol. "Waktu saya naik ke kapal, Pak Frans Cinde sudah duduk di kursi kemudi. Saya tidak bisa buat apa-apa, karena dia sudah duduk di situ. Saya perasaan minta dia pindah dari kursi nakhoda, dia pejabat. Orang terhormat, anggota DPRD Sikka, dia yang bawa kapal," kata Adeodatus Rangga (25). Adeodatus, yang disapa Ora, menuturkan, sejak Senin malam (25/10/2010), dia menginap di tahanan Polres Sikka untuk mengamankan diri setelah tiba dari Pulau Palue. Da memilih tidur di ruang tahanan daripada berada di luar bisa menjadi sasaran kemarahan keluarga korban.Kalau di darat kita mengenal istilah sopir tembak (bukan sopir permanen pada mobil itu), maka di laut juga dikenal nakhoda "tembak". Nakhoda tembak inilah yang diperkirakan sebagai penyebab tenggelamnya Kapal Motor (KM) Karya Pinang, Jumat siang (22/10/2010) pukul 13.00 Wita.
Kapal itu berangkat dari Palue menuju Pelabuhan Lorens Say Maumere. Kapal itu tidak dikemudikan oleh nakhodanya sendiri, Adeodatus Rangga alias Ora, melainkan oleh Frans Cinde, anggota DPRD Sikka, yang sebenarnya termasuk salah satu dari 66 penumpang kapal itu.
Kapal itu berangkat dari Palue menuju Pelabuhan Lorens Say Maumere. Kapal itu tidak dikemudikan oleh nakhodanya sendiri, Adeodatus Rangga alias Ora, melainkan oleh Frans Cinde, anggota DPRD Sikka, yang sebenarnya termasuk salah satu dari 66 penumpang kapal itu.
Adeodatus, yang disapa Ora, menuturkan, sejak Senin malam (25/10/2010), dia menginap di tahanan Polres Sikka untuk mengamankan diri setelah tiba dari Pulau Palue. Da memilih tidur di ruang tahanan daripada berada di luar bisa menjadi sasaran kemarahan keluarga korban.
Ora yang sudah dua tahun menakhodai kapal milik ayahnya Petrus Pio menuturkan semua kejadian mulai dari kapal lepas jangkar di Pelabuhan Palue sampai mengalami musibah. Ketika dia naik ke kapal itu, Frans Cinde yang dikenalnya sebagai anggota DPRD Sikka asal Palue sudah duduk di kursi kemudi yang semestinya ditempatinya.
Dia mengaku sangat beban bila menyuruh Frans pindah dari kursi kemudi itu. Mesinis Vinsensius Dhoka menghidupkan mesin kapal dan kemudian dikendalikan oleh Frans. Ora tetap berada di ruang kemudi mendampingi Frans mengikuti pelayaran ini.
Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya untukmemberi saran kepada Frans kalau kapal agak oleng diterpa gelombang atau kurang nyaman dalam pelayaran itu. Dia mengaku sangat segan bicara kepada Frans, yang dikenalnya telah menjadi pejabat di Maumere.
"Saya tidak minta (ambil alih kemudi), saya perasaan sekali dengan dia. Dia pejabat anggota DPRD Sikka. Saya pernah dengar, dulu dia pernah bawa kapal cari ikan. Dalam hati saya pikir dia pasti mengerti membawa kapal," tutur Ora.
Keluar dari Pelabuhan Palue, tutur Ora, cuaca cerah. Kapal yang dibeli ayahnya dari warga Nangahale, Kecamatan Talibura tahun 2003, itu melaju membelah ombak menuju pelabuhan Lorens Say di Kota Maumere. Para penumpang menikmati pelayaran.
Setibanya di depan perairan Ndondo, beberapa mil dari Tanjung Sada Watu Manuk, mendadak cuaca berubah dan gelombang tinggi. Dalam benak Ora, gelombang dan cuaca yang mendadak buruk itu sudah biasa. Pengalaman pada September lalu mengantar alat-alat kesehatan di Pulau Sukun, kapal diterpa gelombang besar dan angin, namun dia bisa mengendalikan kapal dan tiba dengan selamat di Pulau Sukun.
Semestinya Frans Cinde menyerahkan kemudi kapal kepadanya. Namun, Frans bergeming. Terpaan gelombang semakin keras menimpa kapal sehingga kapal oleng ke kanan dan langsung tenggelam bersama 66 penumpang. Semua penumpang tecebur ke laut yang sedang diamuk gelombang saat itu.
"Dia tidak mau serahkan kemudi supaya saya bawa kapal. Saya juga perasaan minta dia, takut dia tersinggung. Sampai kapal itu tenggelam, Frans Cinde tetap di kemudi. Saya sama sekali tidak dikasih bawa kapal ini," tuturnya. Tak terpikirkan dalam benaknya memaksanya mengambil alih kemudi kapal itu.
Kejadiannya dilukiskan menegangkan. Dia dan para penumpang terlempar keluar dari kapal dan tercebur ke laut. Mereka panik dan berjuang menyelamatkan diri masing-masing. Gelombang sangat keras di lokasi kejadian dan penumpang mulai tepencar satu sama lain.
Ora berjuang menyelamatkan seorang penumpang yang dikenalinya bernama In, sedangkan Vinsensius menolong Yanto, penumpang asal Bajawa. Dia berenang hampir empat jam menuju pantai. Ketika sebuah kapal ikan melintas dan menemukan dirinya dan penumpang lain menaikkan ke kapal. Mereka melanjutkan pencarian penumpang lain, sedangkan Ora dan penumpang lain diitipkan diangkut kembali ke Palue.
Setibanya di Palue, Ora memberitahukan musibah yang menimpa kapal dan penumpang kepada orangtua dan keluarga lainnya. Hanya beberapa waktu ada di rumahnya, Ora menuju ke Pospol Palue untuk berlindung di sana.
"Saya takut keluarga penumpang yang dari Palue marah dan menyerang saya. Saya pilih pergi ke kantor polisi saja," kata Ora.
Ora mengaku bertanggung jawab atas musibah itu. Apakah dia juga minta Frans Cinde ikut memikul beban hukum yang akan ditimpakan kepadanya, Ora menyerahkan sepenuhnya kepada proses hukum di Polres Sikka. (ius/ris/poskupang).
foto: KM Tersanjung/inimaumere.com
www.inimaumere.com