Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Monday 8 April 2013

Air Terjun Murusobe, Treking Menantang!!

Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Bolehlah Murusobe di Kecamatan Tanawawo Kabupaten Sikka, NTT menjadi pilihan. Para pecandu perjalanan dengan tantangan lumayan mungkin bisa mencoba kawasan ini. Masih perawan dan pantas berada dalam kelender perjalanan. Tempat ini belumlah dikelolah dalam kalender pariwisata Kabupaten Sikka. Letaknya dipegunungan mempengaruhi akses menuju kesana. Sekitar 3-5 Km jalan rusak. Anda perlu mempersiapkan diri dengan prima. Ketika ke lokasi ini kami menggunakan tiga perpindahan estafet. Menggunakan oto (mobil), ojek dan jalan kaki. Perjalanan ini masih lebih baik dari pelancong lain yang berjalan kaki dengan waktu tempuh 7 Jam!.Bayangkan! Padahal, hutan Murusobe menyimpan keelokan alam, budaya dan peninggalan masa lampau. Berkat bagi Tanawao dan Kabupaten Sikka seandainya kesunyian air terjun ini mendapat lirikan pengelolah wisata. Dan bagi kalian yang belum sempat melancong ke Murusobe, mariiiii....


Oto Taft Kebo yang telah diubah menjadi Kijang Pajero menembus jalan raya Trans Maumere-Ende. Dibelakang setir, siempunya oto ini Koko Ferly menaikan tensi. Oto melaju kencang menembus kelokan selatan kabupaten Sikka.

Untuk mencapai sikembar Murusobe yang berdiam di tengah hutan sunyi, kita arahkan rute menuju Kecamatan Tanawawo. Dimanakah akses jalan tersebut? Taft Kebo tanpa basa basi membelok kearah kanan, tepatnya setelah Jembatan Kaliwajo. Disinilah titik utama menuju Kecamatan Tanawawo.

Kami terus menikmati keindahan alam nan hijau ketika si Kebo melaju dibawah kaki Tanawawo, Diatas, pegunungan hijau menatap ramah. Sebentar lagi kami akan  menikmati geloranya yang tak pernah habis.

Perjalanan seru dan mengasikan ini, akan berujung di titik kedua yakni Pasar Renggaresi. Inilah akses menuju Poma dimana air terjun Murusobe berada.

Pasar sepi. Beberapa anak muda pengojek memberi senyum. Kami bertanya untuk memastikan akses sekaligus menyapa mereka. Setelah dipastikan. kami mengambil belokan ke kanan (akses lurus menuju Kantor Kecamatan).

Beberapa saat kemudian nampak plang tembok. Jelas informasi tertulis bahwa kami memasuki Desa Loke. Di desa inilah awal menuju ke pegunungan Poma. Saat itu, dingin merayap menyapa kulit.

Asiknya dari Kaliwajo hingga Renggaresi dan Loke, kondisi jalan baik. Meski berstruktur rabat namun kondisi ini mampu menghemat waktu, mempercepat perjalanan.

Pemandangan alam yang indah membuat mata teduh. Musik dari berbagai genre menghibur perjalanan sebelum hadangan pertama menyapa.

Sebuah batu besar menutup sebagian jalan. Ferly yang berpengelaman mampu melewati dengan mudah. Peerjalanan diteruskan. Desa Loke dan isinya menyapa kami. Disela-sela derunya oto, kami berteriak arah tujuan. Warga dipinggiran jalan dengan senyum paling ramah melecut keberingasan Kijang Pajero. Seru!

Hingga akhirnya batas rabat mengisyaratkan perjalanan tak akan mudah dilewati. Apa pasalnya?

Lihat, lobang menganga ditengah badan jalan yang sempit. Driver Ferly yang hoby alam ekstrim memeriksa 50 meter kedepan. Ada batu besar lagi-lagi menghadang. Lobang ditengah jalan menganga. Batas jalan memperlihat jurang tajam disisinya.

Beberapa anak muda Loke mendekati kami! "Susah Ka'e, mesti jalan kaki!" teriak mereka. (Ka'e = kakak dlm bahasa Lio)

Kami turun. Memeriksa kondisi struktur tanah. Ferly berteriak, "kita coba!"

Namun baru beranjak, oto sudah kecebur dalam lobang, Ferly berusaha sekuat tenaga, Kemampuan dan nalurinya diuji. Dan hasilnya, mobil mampu bergerak. Namun Asap itam yang keluar dari badan oto merusak udara segar yang sedang kami hirup hehe..

Hadangan kedua, yakni sebuah batu besar, Oto tak mampu melewati, jika dipaksa kekanan berakibat terjungkir kejurang. Sebab kondisi tanah dari Liat cukup lembek. Berbahaya. Akhirnya, Batu besar yang menghadang kami tidurkan dengan sekuat tenaga. Butuh hampir sejam untuk membujuk sang batu..

Mobil perlahan bergerak, terus bergerak, menanjak tajam dengan suara raung gemetar.

Anak-anak dusun berlarian mengejar oto. Sebelum akhirnya kami memasuki sebuah dusun kecil. Kepala Dusunnya bernama Petrus. Dia anak muda yang antusias yang menyambut kami ramah bahkan mengantar kami hingga titik terakhir.

Perjalanan kami lanjutkan, dua tukang ojek kami ajak bergabung. Dengan motor bebek, saya dan Ferly diantar perlahan. Jalan yang parah. Terdiri dari tanah merah. Namun pemandangan yang disuguhkan sungguh indah, hutan pegunungan yang cantik meneduhkan pandangan. Keringat boleh bercucuran tapi hati tak mampu menipu akan indahnya alam Tanawawo.

Ah,cerita kami masih lebih baik daripada para pelancong lain yang bercerita bahwa mereka menembus Murusobe dengan berjalan kaki dari batas rabat (pertama kalinya oto terhadang). Mereka butuh waktu sekitar 7 jam! Alamak! Tolong kasihanilah pelancong Murusobe dan penduduk desa, bagunlah akses jalan yang nyaman ya, plissssssssss..

Hanya setengah perjalanan, akhirnya kami berjalan kaki ketika ojek merana tak mampu membawa kami melewati jalan berliku dan bombastis.Sedangkan dibelakang, warga dusun bersama Om Miko mengandalkan dua kaki menembus Poma. Alangkah kejamnya dunia ini hehehee..

Jalan kaki yang cukup lama sebab ojek tak mampu menembus bersama kami, akhirnya dengan kepenatan luar biasa kami mencapai Desa Poma. Dikelilingi hutan perkebunan dan kicauan burung, Desa Poma menyambut kami untuk yang pertama kali. Kami datang, SALAM!

Disitu telah berkumpul anak-anak, remaja dan bapak-bapak. Sedangkan mama-mama dan para gadis menatap dengan senyum ramah dari kejauhan, dari rumah mereka. Kami membalas. Ramah, kepolosan ditengah kampung, jauh dari segala prasangka!!

Didepan, ada sebuah sekolah. Nampak Jelas. Oya guys, ini dia titik terakhir menuju Murusobe. Tandai SD Inpres Detunaka ini, sebab inilah pintu utama ke air terjun! Okey??

Dua tukang ojek yang kami kenal bernama Onyal dan Efrem telah berada disitu pula. Motornya telah diparkir manis. Sialan! Saya dan Ferly su napas satu dua eh si ojek malah duduk manis tanpa rasa salah hiks hikss hikss..maunya tidur dijalan rabat, melepaskan penat barang sejam, ditengah udara yang bersih, tapi....

"Ayo, siap-siap berangkat, sedikit lagi liat air terjun!" teriak Kepala Dusun Petrus. Huuuuuu siapa yang angkat dia sebagai kepala tim ekspidisi?hehehee..

Jalan lagi! Dan kami bergerak, tapi sebelumnya pisang setandan telah kami renggut dari orang dusun. Tidak lupa ikan kering beberapa potong. Kami bayar kok, tenang poi :)

Lantas, dimana pintu masuknya? Oya ada disebelah sekolah. Ada jalan setapak, Bergerak!

Tubuh-tubuh tak mau lelah, janji! Ya sebelum air terjun itu kami lihat! Tapi tetap saja lelah, tanjakan yang lumayan, membuat kaki semakin berat namun tubuh tak mau menyerah, sory ya !

Dari pendakian, kini mulai terjal menurun. Anak sungai didepan dengan batu-batu besar lumayan menyegarkan kaki kami. Bergerak lagi. Dibelakang gerombolan anak-anak desa membuntuti kami. Si bocah kecil, bergantian dengan rekannya memikul pisang, maaf ya dik!

Sebenarnya kami ingin memakai kuda. Ada yang disewakan oleh anak-anak kampung. Namun karna ingin merasakan pendakian yang sebenarnya, kami menolak berkuda. Ya sudah, Kami beranjak dengan sisa-sia tenaga ditubuh penat. Tapi Ferly? Wuih bersama Om Miko, telah melesat kedepan, buset! hehe

Akhirnya setelah berjam-jam, ketabahan kami berbuah nikmat. Kami tiba di Murusobe! Hatiku gembira riang tak terkira, begitulah mirip syair lagu dangdut jadul..

Air terjun itu membuat kami terpaku. Seumur-umur di Flores baru kali pertama melihat keindahan air terjun setinggi kira-kira 100 meter. Ada dua, cuman air terjun yang berposisi disebelah kiri dari kami debit airnya yang tercurah sedikit berkurang. Sedangkan disebelahnya lumayan deras. Diantara kami dan air terjun nampak kolam. Buih seperti gerimis menampar kulit kami. Dingin.

Tak ada basa basi. Lima menit terpaku selanjutnya tubuh kami menyatu erat bersama air yang menyembur keluar. Nikmat!

Setelah agak lama bermain-main, kami mengisi perut dengan nasi bungkus yang sempat kami bawa. Pernah merasakan sensasi makan nasi bungkus dibawah air terjun yang masih murni?nah kami beruntung. Lantas Seteguk moke sebagai penghangat badan kami reguk ditengah gemuruhnya Murusobe ..

Bekas kertas pembungkus dan gelas mineral kami kemas, dan masukan dalam kresek. Tak boleh ada satupun sisa sampah dari kami yang mengotori alam ini. Dia cantik dan tak pantas kami nodai! Mari mencintai alam. anda suka? Ya, Jangan nodai alam!

Sedangkan orang-orang kampung bergegas membakar pisang dan ikan kering. Tentu saja jauh dari air terjun. Mereka paham arti dari menjaga dan mencintai alam. Mereka membakar datas batu pipih. Setelah itu, kami menikmati pisang bakar dan setetes moke. Air terjun tak nampak kami lihat. Cuman deruhnya saja terdengar. Indah! Bagai musik Kitaro menyenangi hati Anda!

Kami berpamit pada Murusobe ketika waktu menunjuk pukul lima sore. lewat jalan ulang tadi kami merangkak pelan-pelan. Tubuh masih segar sebab baru disiram segarnya air pegunungan.

Desa Poma dan warganya melambaikan tangan. Sekelompok anak-anak dusun mengantar kami dalam perjalanan pulang hingga Desa Loke dimana si Kijang Pajero diparkir.

Perjalanan berakhir. Kami melepas penat direrumputan. Orang-orang kampung menonton. Air minneral habis dibabat. Selanjutnya musik kampung distel kencang-kencang. Mungkin baru pertama kali musik pung pang didusun ini. Selesai sudah treking paling menantang dan kali ini Murusobe memberi cerita! Bergembiralah alam Tanawawo, kami senang bisa berada dalam pelukan alam kalian..

Lantas kami bergegas. Pulang saat mentari berpamit pada senja. Namun, Onyal, situkang ojek mengajak kami ngopi didusunya Tubumuri. Pelan-pelan kami turun. Lambaian warga dusun sepanjang perjalanan mengisyaratkan ketulusan dan niat baik yang keluar dari hati nan murni. Kami bahagia karena mereka memberi salam dari hati yang paling tulus. Mantap! (Ossrebong)
-------------------------------------------------------------------------
Harapan yang terlintas:

  • -Akses jalan Desa Loka ke Poma, agar bisa diperbaiki seperti pula harapan warga setempat. Selain karena pegunungan Tanawawo penghasil perkebunan, juga untuk akses jalan penduduk setempat dan para pelancong. Jika saja akses jalan diperbaiki maka, 7 jam waktu yang dibutuhkan pelancong untuk mencapai air terjun tersebut bisa dipangkas hingga satu jam! 
  • -Banyak keuntungan yang diperoleh, seandainya pemerintah memperhatikan Murusobe dan akses jalan 
  • -Promosikan wisata ini, banyak yang bisa dihasilkan. Penduduk setempat mulai terbiasa dengan kehadiran pelancong di desa mereka yang mengunjungi Murusobe. Mreka ramah dan bersahabat. SDM ditingkatkan, penanganan Murusobe bisa menghasilkan keuntungan baik bagi penduduk setempat dan kas daerah, secara ekonomi sangat positip. Semoga!


Foto:

Artikel Terkait



 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Air Terjun Murusobe, Treking Menantang!! | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---