Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Tuesday 22 April 2008

Dona Inez dan Dona Maria,Peletak Dasar Emansipasi Wanita

Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Ada masa antara tahun 1613 sampai dengan 1620, Kerajaan Sikka pernah dikendalikan oleh dua Dona atau Puteri Raja keturunan Don Alessu. Musababnya,karena sepeninggal Don Alessu tak ada putera mahkota yang dapat menggantikannya kecuali Dona Inez dan kemudian Dona Maria. Kedua ratu tidak hanya dikenal sebagai ratu yang mengendalikan Kerajaan Sikka tetapi secara khusus mewarnai kepemimpinannya dengan memperjuangkan harkat serta martabat kaum wanita khususnya penerapan Hukum Adat Ling-Weling/Ata Dualin atau "adat pembelisan" alias mas kawin.

Ratu Dona Agnes Ines da Silva

Pada zaman pemerintahan Ratu Dona Inez, Kerajaan Sikka secara khusus tetap mempertahankan balatentara kerajaan. Beliau pernah memberikan bantuan balatentara kepada Solor dan Larantuka ketika terjadi pertempuran melawan perompak dari Jawa yang mengancam agama Katolik di Solor. Sebab masyarakat Sikka yang sudah beragama Katolik berkewajiban secara moral membela sesama yang juga Katolik. Fakta historisnya dapat ditemukan dalam ungkapan-ungkapan adat yang masih selalu diulangtuturkan hingga dewasa ini.

Ratu Sikka beli wa, Jong lau Lamaoja. Lau lamaoja, Jongjawa ola tiwang /Tuke terang aur kole, tanah lama Lamakera. Lama Lamakera, Welung pedang meang mate/Lewonamang jawa, Reta Watumea mere, Watumea mere, Jong Jawa ola tiwang.//Jawa Larantuka, Suding apa mora Solor, Sikka nora Solar, tena wue nora wari

Penjelasan secara bebas menurut Edmundus Pareira:
"Akibat serangan dari Jawa terhadap orang Portugis, penyebar agama Nasrani, maka api peperangan semakin menjalar ke Solor, Larantuka, juga Sikka sebagai jaringan segitiga dalam suatu ikatan keyakinan."

Dijelaskan, Lewonamang Jawa waktu itu -menurut D.D. Kondi dan A. BoEr- sebenarnya adalah Kota Larantuka. Bahwa lasykar dari Sikka yang dikirim Dona Inez, maju dalam pertempuran, pantang mundur melepaskan pedang mereka. Mereka bertahan sebagai pohon lontar tegak di Lamakera melawan Jong Jawa (armada Jawa).

Sejarah juga mencatat bahwa Kerajaan Sikka pernah menjalin persahabatan atau persaudaraan dengan Larantuka dan Solor. Sikka dalam hal ini sebagai penengah atau pembawa damai di kala Larantuka dan Solor berselisih. Jalinan yang dimuatkan dalam baitan adat:

"Ung Baluk raning, wi neti nora urung, neti nora urung, halo Terong Lamahala. Lobo lau Terong, atang mole Lamahala, mole Lamahala, brau hala mate golo. Lobo ei Terong, tau mole Lamahala, Lamahala laeng railing, poi rado laeng pasak"

"Bahwa lasykar dari Bola, Baluk yang gagah, telah membumihanguskan terong serta lamahala.Kalau tidakl bertahan, karena kecut, pasti kalah. Bahwa lasykar Lamahala baru hanya membidik dengan senjata dan belum menembak’

Semasa hidup Ratu Dona inez,beliau pernah menjelajahi wilayah kerajaan sahabat sampai ke perbatasan Ngadha sebelah utara dan selatan. Juga ke sebelah timur di perbatasan Jawa Krowe.Sampai hari ini masih terdapat sebuah sumur yang disebut Wair Dona Inez. Juga di sebelah Bokang terdapat sebuah batu di tepi pantai yang disebut watu dona tobo (batu tempatduduk dona).

Mengenai Uru duur tada tawang, Ratu Dona Inez menasihati serta memerintah dengan tegas, agar supaya dipatuhi seluruh rakyat. Rakyat diminta untuk memelihara ekonomi, pula agar jangan ada yang mencuri, atau memasuki kebun orang, pun memetik kelapa bukan pada waktunya. Terhadap mereka harus dikenakan hukuman dan sanksi menurut ketentuan raja, misalnya dengan memberi makan kepada masyarakat setempat. Selain itu, hukuman terhadap pelanggar susila, mereka dikenakan hukuman lebih berat.


Ratu Dona Maria Du'a Lise Ximenes da Silva

Perjuangan yang telah dilakukan Ratu Dona Inez, ditegaskan lagi pada masa pemerintahan Ratu Dona Maria Du'a Lise Ximenes da Silva. Secara lebih fokus, Ratu Dona Maria da Silva menetapkan agar supaya nasib kaum wanita dilindungi, ialah dengan diadakannya penetapan belis atau emas kawin apabila seorang jejaka ingin menikahinya

Sebab menurut kata sepakat dengan tua adat Sikka bahwa seorang wanita harus dihargai martabatnya dengan emas kawin yang disebut lingweling atau ling gete weling berat. Hal ini harus didahului dengan pertunangan, yang sebelumnya kedua keluarga wajib merundingkan nilai atau ling-weling, ialah belis.

Latar belakang ling-weling atau belis memiliki dua dasar. Pertama, harga diri, agar kaum wanita dihormati dan jangan ditelantarkan lagi oleh suaminya kemudian hari. Karena wanita dianggap benda yang tak benilai, ia dianggap sebagai bola permainan mungkin juga oleh percekcokan atau tak mempunyai keturunan. Kedua, membendung kaum pria agar jangan memperbanyak selir atau membangun hidup poligami.

Dalam baitan adat dirumuskan:
Ata dua utang naha nora ling, labu naha nora weling. Naha beli wiing nora tudi manu diat nora kila bitak. Ata meng ene wua weli poi ita, a ta mahang ene hoi well poi ita. Inat au naha leto, met au naha boter.

Arti secara harfiahnya:
"Kau wanita selalu bernilai tinggi, ialah harga diri atau martabatnya. Baju atau sarung sekalipunjangan disentuh. Sedang budak orang sekali pun bukanlah hak kita. Anak orang bukanlah kuasa kita. Berarti segala wanita jangan direndahkan sebagai bola permainan, yang dikawini dan diceraikan sesuka hati."

Dengan demikian, Ratu Dona Inez da Silva dan Ratu Dona Maria da Silva telah berbuat secara berani memperjuangkan harkat dan martabat wanita jauh sebelum R.A. Kartini (1879-1904) melahirkan "Habis Gelap Terbitlah Terang" untuk barn Hawa se-Nusantara.

Diambil dari buku : Pelangi Sikka karangan M.Beding - Indah Lestari Beding




Artikel Terkait



 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Dona Inez dan Dona Maria,Peletak Dasar Emansipasi Wanita | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---