Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Tuesday 29 April 2008

Menyimak Kemenangan SODA: Sikka Memilih Pemimpinnya Sendiri

Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Ditulis oleh anak Maumere, Alexander Yopi Susanto,tinggal di Jakarta Selatan.
Epang gawan Mo'at.

SODA ditetapkan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sikka. Hasil perhitungan suara menunjukkan persentase kemenangan paket ini. Paket yang diusung partai gurem. Yang belum punya tradisi kuat di kancah perpolitikan Sikka. SODA bahkan meninggalkan calon-calon lain yang tampil lebih populer. Sekurang-kurangnya, menurut versi LSI. Meninggalkan mereka yang langganan calon bupati. Juga yang punya historisitas kepemimpinan di Niang Tana Sikka. Apa yang terjadi?

Menjungkirkan prediksi

eorang Sosimus Mitang pernah terlempar dari jajaran birokrasi Sikka. Sesudah itu, ia bersarang di rumahnya. Tidak banyak yang dilakukannya selama masa peristirahatan itu. Selain menikmati hari-harinya di rumah bersama keluarga. Mengunjungi kampung halamannya. Menyambangi teman-teman yang pernah seprofesi, sejajaran di dinas pemerintahan kabupaten Sikka. Kemudian, bergelut dengan masyarakat seharian di lingkungan, RT/RW, Kecamatan. Tanpa selintas pikir untuk menapaki lagi kursi panas nomor satu di Sikka, setelah gagal pada Pilkada sebelumnya.

Sementara Wera Damianus adalah Asistan pada jajaran birokrat yang dinahkodai incumbent. Seorang praktisi birokrat yang muncul dari Palue, di gugus terluar pulau-pulau Sikka. Sekejab terlintas, pada seorang Wera Damianus, nasib pulau-pulau dari gugus terluar itu “seolah-olah” ada di pundaknya. Pada mereka yang nampaknya “tidak betah” tinggal di Sikka. Selalu bepergian dengan perahu-perahu motor kecil dan mengejar nasibnya di lautan lepas tak berpemilik. Jauh dari Sikka. Jauh pula dari tetek bengek urusan politik dan pemerintahan.

Keduanya tidak masuk dalam bilangan historisitas tokoh kepemimpinan di Sikka. Mereka benar-benar lahir di atas “halar” (tempat tidur dari bilah bambu). Dari kelapa, kakao, cengkeh, jambu mente, jagung, dan minum dari air batang pisang atau sulingan uap panas bumi. Pada musim lapar, mereka mengalami masa-masa makan “ubi hutan”, “ohu”, “hura”, dengan ketergantungannya yang tinggi pada kondisi curah hujan dan peruntungan di masa paceklik. Keduanya tidak bisa menyembunyikan wajah “kekampungannya”, sebelum atau sesudah menjadi pemimpin nomor satu di Sikka.

Koalisi Bersama Membangun Sikka juga bukan berasal dari partai-partai mapan dan berakar di Kabupaten Sikka. Sekurang-kurangnya, partai-partai ini baru saja mencuri startnya pada Pemilu kemarin. Lantas SODA tidak menjadi populer dengan koalisi itu. Jauh dari perhitungan menang. Beda sekali dengan Golkar dan PDIP yang sudah lebih tua, dengan klaim basis pada wilayah demi wilayah di Kabupaten Sikka. Tetapi toh, besar kecilnya partai tidak lantas mempengaruhi arus pemberian suara massa.

Kenyataan ini menjadi fenomenal, SODA dengan koalisi partai gurem itu menunjukkan realitas perpolitikan yang sejatinya hanya tunduk pada satu tuannya, yaitu rakyat. Tergantung pada pilihan rakyat. Runtutnya, kalau dilihat dari kemenangan demi kemenangan dari 12 kecamatan di Sikka. SODA unggul merata pada semua TPS di kecamatan-kecamatan Timur luar dan Barat luar. Ditambah dengan simpatisan yang diberikan oleh kebebasan memilih pada beberapa orang di basis pemilih calon lain dan keberpihakan masyarakat pulau di gugusan terluar, SODA melejit sendirian. Meninggalkan calon lain. Partai mapan. Tradisi kepemimpinan. Dan prediksi kepopularan.

Simpul suara

Sejenak kemenangan SODA bisa dirayakan. Seperti baru saja bernapas lega setelah mendaki sebuah ketinggian. Tetapi pada gilirannnya, SODA mesti menuruni lagi ketinggian itu. Untuk lebih tertatih-tatih mendaki ke sebuah bukit yang lain. Karena, di balik suara-suara dukungan tersebut, terbersit harapan besar bahwa pasangan ini mampu mengantar banyak jiwa keluar dari kemelut kehidupan. Di antara kemiskinan, kemerosotan moral dan pendidikan. Pada ambang pesimis kaum tani, nelayan, pedagang. Masalah korupsi, busung lapar, krisis air bersih, dan abrasi pesisir pantai. Dan luka lama sentimen kewilayahan, perang dingin antarsuku, kerajaan, sejarah, swasta dan pemerintah, gereja dan birokrat.

Kalau mau dilihat pada gambaran kemenangan SODA di TPS-TPS, kebanyakan rakyat Sikka memilih SODA karena unggul dalam netralitas keberpihakannya, punya komitmen kuat dengan wajah “kekampungan” pada pembangunan visi pedesaan, dan tentunya punya integritas dalam menjamin kekayaan masyarakat. Lebih tajam, SODA menang karena dalam dirinya terbuka jumpa ruang yang begitu luas antara ketokohan seorang pemimpin dan rakyat yang dipimpinnya. SODA juga simbol kebangkitan masyarakat terlupakan. Yang selama ini berada di luar jangkauan, “sadar atau tidak sadar” tersisih, terbuang, tercerai tanpa sentuhan pembangunan. Bahkan untuk kaum yang minus malum sekalipun, SODA merupakan harapan di tengah ketidakpercayaan massal.

Pada setumpuk masalah, rakyat menemukan SODA. Merasa SODA berada dan berjalan bersama-sama mereka. SODA punya telinga, hati, dan mata untuk rakyatnya. Letak itu pula, rakyat bersatu mengayam sebuah kursi untuk SODA. Mereka lantas mendudukan SODA. Persis di sebuah ketinggian. Apakah penemuan mereka ini lantas hilang lagi di tengah prosesnya? Melupakan lagi? Dengan susah payah harus mendongkakkan kepala, mencari, dan sulit ditemukan?

Basis kemenangan SODA ada pada komunikasi horisontal. Pada kesetaraan dirinya dengan nasib rakyatnya. Sama seperti masa lalu membesarkannya. Karena itu, betapa menyakitkan kalau pada proses selanjutnya, SODA malah mengubah identitas dirinya menjadi sangat vertikal, top down, seperti seorang bapa berjanggut panjang, berwajah garang, pedang di tangan, dan siap menghukum. Yang paling penting dari simpul suara itu adalah, kerelaan untuk turun dari kursi kenyamanannya, dan berinkarnasi bersama rakyatnya. Karena di situlah justru kualitas kepemimpinan SODA. Berhasil memberikan tempat yang luas untuk unek-unek rakyatnya. Lepas dari kepentingan, kekuasaan, dan kekayaan.

Melepaskan jebakan

Paus Yohanes XXIII ialah pemimpin publik dari sebuah dusun kecil yang miskin. Hati kemiskinannya itu tetap ia pelihara. Sampai pada kursi kepausannya. Melalui hati itu pula ia banyak menghasilkan karya-karya ajaib. Yang mustahil tetapi bisa dilakukan. Mampu melihat perdamaian di tengah kekacauan, visi kesejahteraan di tengah kemiskinan, tajam melihat kepentingan dari keberpihakan, dan konsisten pada pengabdian tanpa mengambil keuntungan. Ia akhirnya berhasil tampil sebagai pemimpin yang dipercayai banyak orang. Menyentuh banyak hati. Tanpa harus menolong secara material.

Pada sebuah sisi, SODA memiliki potensi untuk menjadi pemimpin seperti ini. Berangkat dari sebuah kampung, di sebuah ketertinggalan dan kemiskinan. Untuk sampai pada banyak hati itu, SODA hanya perlu menanggalkan tujuan dirinya. Di kelompok kepentingannya. Pemimpin rakyat tidak memiliki ambisi pribadi. Tidak pula menginginkan sesuatu dari kepemimpinannya. Ia hanya perlu pulang pada kemiskinannya, tanpa berusaha menghapus sejarah dirinya itu. Pada nasib sejumlah orang yang tidak beruntung. Pada perpecahan untuk perdamaian, kesalahan untuk pemaafan, demi membangun damai, dukungan, jaringan, dan perjuangan bersama. Kalau ini diingkari, sebuah kubur sudah digali sejak dari pertama kedudukannya.

Penulis adalah :
Alexander Yopi Susanto,Dilahirkan di Flores, 23 Oktober 1981. Pendidikan dasar diselesaikan di SDK 051 Waigete. Pendidikan menengah pertama dan atas dihabiskan di Seminari Sint. John. Berkhmans Todabelu Mataloko, Ngada, Flores.

Bidang spesialisasi:
TI, Writing n Publishing, Advokasi Tanah, Advokasi dan Pemantau Hak Anak. Sekarang tinggal di Jakarta Selatan.


tulisan ini merupakan hak cipta penulis. Barang siapa yang ingin memperbanyak atau meng-copy tulisan-tulisan ini diharapkan mencantumkan nama penulis aslinya. Dilarang keras menjiplak tulisan tanpa mencantumkan referensi!

Wue wari punya artikel tentang niang tanah?kirim ke cherovita@yahoo.co.id
Akan kami postingkan..
www.inimaumere.blogspot.com



Artikel Terkait



 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Menyimak Kemenangan SODA: Sikka Memilih Pemimpinnya Sendiri | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---