Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Monday, 9 June 2008

KISAH PAHLAWAN SIKKA DI NEGERI SOMBRERO

Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
“Tua reta Loung”

Kisah Mo'at Affendi memperkenalkan Tetarian Sikka di MEXICO CITY,Epang gawan Mo'at Frater !!

Pahlawan Sikka itu memutarkan badannya ke empat penjuruh mata angin sambil menatap para lawan yang datang, sambil diiringi Gong Waning. Semua mata memandang terkagum-kagum dan sepertinya keheranan. Sempat terbesit kata-kata ini “¿Cómo se puede hacerlo, bailar en una bambú?, …. De veras es impresionante ( bagaimana dia bisa melakukannya, menari diatas sebuah bambu?.... Ya benar-benar mempesona).Kisah pahlawan Sikka yang menari bukan sebuah upacara untuk menyambut para petinggi negara atau wisatawan yang datang ke Sikka seperti biasanya…. He…he…he..he….Di negeri Sombrero sang pahlawan Sikka beraksi.Tetapi tunggu dulu dia itu bukan pahlawan benaran… maklum dia datang ke negeri sombrero tanpa apa-apa.


Saya berbangga menjadi orang Sikka karena boleh mencicipi dan berbagi dengan orang-orang di negeri seberang yang jauhnya ribuan kilometer dari budayaku tercinta. Saya mencoba untuk berbagi seadanya yang saya miliki. Maklum kedatangan saya ke negeri Sombrero bukan sebagai duta pariwisata Indonesia hehehehe…. apalagi duta pariwisata Sikka mana mungkin? Tetapi di Seminari Teología Internacional San Francisco Xavier, Mexico City mencatat bahwa Kamis, 10 Oktober dan 11 Oktober 2007 beberapa frater Indonesia yang studi di Instituto de Formación Teologica Intercongregacional de Mexico bersama beberapa mudika mempersembahkan Tarian Tua Reta Loung kepada ratusan orang mexicanos yang merefleksikan dan merayakan bulan misi dan juga kepada para mahasiswa dan dosen Instituto de Formación Teologica Intercongregacional de Mexico.

Ya kisah Tua Reta Loung memang menjadi persembahan terakhir kepada umat yang hadir setelah berturut-turut disuguhi musik kolintang selama, hasil verja sama dengan kedutaan besar Indonesia di Mexico city, lagu-lagu indonesia yang diiringi dengan kulintang dan angklung, serta tarian Bali. Ya untuk mempersembahkan tarian ini saya memang sangat kewalahan untuk merealisasikan. Maklum saya datang ke Mexico city tanpa membawa bambu dari Sikka…..he…he….he..he. Sebagai Comunitas Teologi Internacional dari para Xaverian membagikan kebudayaan kami kepada orang-orang Mexico adalah sebuah kehormatan kalau boleh dikatakan demikian; dan sudah menjadi tradisi di rumah teologi internacional San Francisco Xavier sejak beberapa tahun silam. Ketika tiba bulan oktober yang tidak lain adalah bulan misi; para frater merefleksikan moment ini dengan mengadakan misa inkulturasi, serta membagikan kekayaan budaya (berupa tarian dan makanan khas) kepada orang-orang yang datang ke komunitas.

Ketika memikirkan untuk menampilkan si pahlawan Sikka dalam Tua Reta Loung saya sempat bingung mencari data dan bagaimana menarinya. Heemmmm ya ada ide lalu saya mencari melalui Internet dan eh… ternyata kutemukan satu cuplikan tarian Tua Reta Loung melalui SCTV diputan 22 agustus 2007 dengan judul “Kisah Pahlawan Sikka dalam tarian”. Kucoba pelajari bagaimana caranya menari…. Maklum sejak SD hingga SMU kurang ada perhatian akan pentinggnya berbagai tarian Sikka. Aduh… trus gimana mencari bambunya ya ? Sempat bingung soalnya bambu kan hanya ada di daerah tropis,lagian pikirku di kota besar kayak Mexico mana ada bambu. Tetapi selalu ada jalan kalau mau ,Saya mencoba menghubungi beberapa keluarga untuk menanyakan kemungkinan mencari bambu; dan…. langsung saja mereka bertanya ¿Para que buscas bambú?, aquí en la ciudad es difícil para encontrarla; pero bueno te vamos a ayudar ( untuk apa?, disini di kota ya susah untuk menemukan bambu, tetapi baiklah kami akan membantu kamu). Seorang siswa SMU yang adalah teman baikku memberikan informasi bahwa di sekolahnya ada bambu.. ya…. ini dia.. langsung saja kami menuju ke sekolah. Tetapi lucu juga, kami membawa bambu yang telah dipotong dengan mobil sedan.. ha….ha……ha…. membawa bambu dengan mobil sedan di kota besar kayak Mexico city. sempat deg..degkan jangan-jangan ditangkap polisi. Segala persiapan pun kami lakukan. Bruak…….jatuh aku. Hehehe…. Bruak..kk….. sekali lagi jatuh. Hehehehe… itulah latihannya. Tetapi akhirnya tidak jatuh juga waktu menari yang sesungguhnya.

Itulah suka duka Tua Reta Loung dari Negeri Sombrero. Meskipun beberapa kali terjatuh saat latihan tetapi hele apa-apa kok yang penting saya bisa menyuguhkan bahwa kisah pahlawan Sikka melalui Tua Reta Loung itu indah dan menantang dan secara istimewa yang penting aku bisa menunjukkan identitasku sebagai putra Sikka. Rasa syukurku semakin terlengkapi karena setelah mementaskan Tua Reta Loung paling tidak ada orang yang bertanya “Sikka itu ada dimana” (¿Dónde esta Sikka?). Inilah kesempatan untuk membagikan kekayaan budaya nian tanah Sikka kepada dunia luar. Hatiku semakin berbangga karena pertama kali mementaskan Tua Reta Loung di luar negeri sendiri.

Terima kasih kepada pahlawan Sikka melalui Tua Reta Loung yang mengembalikan identitas Sikka, yang menatap dan mengintai saudara-saudaranya dari negeri sombrero. Inilah panggilan bagi semua putri dan putra Sikka untuk mempertahankan tradisi dan budayanya. Jangan pernah termakan oleh ngengat atau terkikis oleh budaya modern yang instan. Mari kita wariskan budaya kita kepada anak-anak kita, ajarkanlah kepada mereka.. latihlah mereka untuk meneruskan budaya yang begitu indah. Ya memang terasa sulit kita mencapai kesadaran akan pentingnya menjaga dan mewarisi budaya asli kita, bila kita sedang hidup dalam tempat budaya itu lahir dan tumbuh karena kita sedang tenggelam dalam suasana dan arus budaya itu sendiri; tetapi bila kita berada diluar dari dunia kita maka kita merasa perlu dan pentingnya memiliki dan menjaga identitas kita. Maklum ketika saya berada di Nian Tanah…. tidak terasa begitu penting dan kurangnya kebanggaan itu; tetapi ketika saya berada di negeri seberang saya merasa begitu penting dan bangganya saya menjadi bagian dari keSikkaan itu.

Maka tidak ada lagi keraguan bahwa kalau dimungkinkan sebuah panggilan bagi dua nakoda Sikka untuk memperhatikan dan mengusahakan eksistensi budaya nian tana agar diaktualisasikan. Kalau kita mau maka kita bisa dan pasti ada jalan. Untuk menjaga eksistensi sebuah identitas budaya tidak berbobot bila hanya dalam wacana tetapi butuh aksi real. Kalau boleh dimungkinkan sekolah-sekolah dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi mempunyai materi budaya Sikka. Selain itu dimungkinkan pemberian akses yang luas bagi perkembangan sanggar-sanggar yang menggali dan mengaktualkan budaya nian tanah tercinta. Terima kasih Pahlawan Sikka, terima kasih Tua Reta Loung.

Dikirim oleh Mo'at Afendhy Ignasius,Study di Mexico.
www.inimaumere.blogspot.com

Artikel Terkait



 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: KISAH PAHLAWAN SIKKA DI NEGERI SOMBRERO | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---