Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Wayang sangat popular di Jawa, yang selalu memberikan filosofi tentang nilai-nilai kehidupan, baik di masa lalu, masa kini maupun masa mendatang. Sesuai dengan perkembangan dan seiring perjalanan waktu, wayang kini sudah mengejawantah menjadi universal yang bisa dipahami mayarakat luas. Tidak sebatas mayarakat Jawa saja, tapi juga masyartakat Indonesia di luar Pulau Jawa dan bahkan di mancanegara.
Salah satu diantaranya adalah Antonius Kopong Liat Ratumakin, pria asal Flores, Nusa Tenggara Timur yang coba memahami filosofi orang Jawa melalui wayang dalam bukunya yang berjudul “Orang Flores Menanggap Wayang”. Ditengah kenyataan topik kebudayaan yang semakin terpinggirkan, hadirnya buku wayang tersebut memuat pandangan awam terhadap wayang tentu sangat standar sesuai kemampuannya. Salah satu fokusnya membahas wayang sebagai media.
Salah satu diantaranya adalah Antonius Kopong Liat Ratumakin, pria asal Flores, Nusa Tenggara Timur yang coba memahami filosofi orang Jawa melalui wayang dalam bukunya yang berjudul “Orang Flores Menanggap Wayang”. Ditengah kenyataan topik kebudayaan yang semakin terpinggirkan, hadirnya buku wayang tersebut memuat pandangan awam terhadap wayang tentu sangat standar sesuai kemampuannya. Salah satu fokusnya membahas wayang sebagai media.
“Ya kita umpamakan wayang sebagai panggung kecil yang redup berhadapan dengan dunia televisi yang megah dan luas. Wayang kalah suara. Wayang tetap eksis mengisi relung jiwa manusia Indonesia,” ungkap Antonius Ratumakin saat peluncuran bukunya di Musium Nasional.
Menurut Antonius, wayang tidak saja popular dan digemari masyarakat di pulau Jawa saja tapi juga di daerah-daerah lainnya di Indonesia termasuk di Flores.
“Wayang sebenarnya tidak saja digemari masyarakat Jawa tetapi juga di daerah lainnya di Indonesia. Itu bisa saja karena orang Jawa tersebar di daerah lain selain Jawa. Tetapi juga orang lain yang bukan Jawa suka dengan wayang,” kata Antonius
Meski dulu wayang digemari oleh masyarakat, ternyata kini kalah bersaing dengan media hiburan lain, terutama media televisi yang jauh lebih lengkap, modern, luas dan tentunya lebih hebat dari wayang. “Wayang sekarang ini diibaratkan sebagai panggung kecil yang redup kalah berhadapan dengan media televisi yang megah, luas, dan tentunya lebih popular,” kata Antonius
Padahal pada jaman dahulu wayang sangat berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa pada abad 14. Dan, juga wayang sangat efektif digunakan oleh para penguasa pada jaman orde baru sebagai alat mendekati hati rakyat . Dengan buku ini penulis berharap wayang dapat kembali eksis bukan saja sebagai media hiburan tetapi sebagi media yang dapat menyebarkan informasi kepada masyarakat, yang kini telah dikuasai oleh media televisi. Untuk mencapai itu, semua harus mencintai wayang sebagai warisan budaya Indonesia dan wayang harus menasional yang menularkan ke-Indonesiaan yang memiliki sifat Pancasilais, gotong royong, dan kebersamaan .
“Kedepan kita berharap bisa mendengar Jenderal Nonton Wayang, wayang masuk istana, wayang masuk sekolah, wayang masuk gereja atau wayang sudah TV, Sehinggga wayang kedepan wayang bisa menjadi bukan saja sebagai hiburan tetapi wayang sebagai media informasi dan media pemersatu,” kata Antonius Ratumakin.
Media pemersatu bangsa
Di dalam buku ini berceritakan tentang pandangan awam terhadap wayang yang sangat standar, salah satu fokusnya membahas wayang sebagai media yang telah ditinggalkan. Wayang sebagai panggung kecil yang redup kalah berhadapan berhadapan dengan media televisi yang megah dan luas dan tentunya lebih popular.
Padahal pada jaman dahulu wayang sangatlah berperan penting dalam penyebaran agama islam di Jawa pada abad 14, dan juga wayang sangatlah efektif digunakan oleh para penguasa pada jaman orde baru sebagai alat mendekati hati rakyat .
Antonius berharap wayang dapat kembali eksis berkiprah bukan saja sebagai media hiburan tetapi sebagi media yang dapat menyebarkan informasi kepada masyarakat, yang kini telah dikuasai oleh media televisi. “Apabila wayang sudah bisa masuk istana, wayang bisa masuk sekolah, wayang bisa masuk gereja atau wayang sudah TV secara berkala, maka wayang kedepan wayang bisa menjadi bukan saja sebagai hiburan tetapi wayang sebagai media informasi dan media pemersatu,” ungkap
Antonius
Antonius memaparkan sebelum menulis buku ini, dia coba menelusuri, ternyata wayang memiliki sejarah panjang sejak awal kerajaan Nusantara hingga hari ini. Wayang tetap eksis dan mengandung nilai kehidupan yang adiluhung. Tapi pada saat bersamaan muncul pertanyaan besar, kalau memang demikian, mengapa kepemimpinan Jawa serba samar, tertutup dan mistis ? Mengapa kultur masyarakatnya begitu menjaga harmoni hingga rebah pada situasi yang menentukan sekalipun ? Dimanakah nilai wayang itu ?
Jawaban pertanyaan itu tenyata tidak lagi relevan. Dunia sudah jauh berubah. Tidak hanya wayang yang akan punah, kebangsaan kita juga terancam. Negara sedang sakit moral dan materi. Kita memerlukan wayang dalam konteks yang berbeda, kedepan.
Akan ada Sangh Samudra atau Sri Lautani, tokoh baru yang mewakili karakter manusia Indonesia dalam percaturan global. Seperti lautan, dia luas, biru dan dalam. Bisa tenang, bisa bergelora. Lautan mengandung kekayaan dan keindahan. Ada bunga karang didalamnya, indah dan kuat, mewakili karakter wanita Indonesia.
Wayang saatnya bertransformasi secara baru yang memerlukan strategi kebudayaan, ditanamkan secara sistematis kepada masyarakat dan generasi baru, mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar dan menengah diseluruh Indonesia.
“Setelah orang Flores, mudah-mudahan orang Irian, Ambon, Aceh, Padang, Batak, Makassar, Manado, Timor, Kalimantan ikut menanggapi, sambung-menyambung menjadi satu. Tentu saja kita boleh kritis, mengapa wayang, mengapa tidak seni yang lebih netral, mengapa Jawa sentris,” ungkap Antonius
Dikatakan sesungguhnya wayang paling teruji, bereputasi nasional dan diakui dunia. Wayang sesungguhnya tengah berbicara dan mencari wajah manusia Indonesia secara utuh , jati diri dan karakternya. Aapa dan siapa manusia Indonesia yang sesungguhnya.(sigit suhardi)
www.inimaumere.com