Setiap bulan panen rumput laut di Kabupaten Sikka mencapai 350 ton hingga 450 ton. Dari jumlah itu sekitar 300 ton diekspor ke Amerika Serikat (AS), sedangkan sisanya sekitar 50 ton sampai 150 ton diekspor ke Filipina, Cina, Singapura, Thailand dan Malaysia.
Hasil panen rumput laut kering yang dikirim ke luar negeri diolah menjadi bahan dasar untuk pembuatan makanan, minuman termasuk untuk membuat bahan bakar minyak.
Hal itu disampaikan oleh Direktur UD Purnama, dr. Hendra Sudarmaji dan Kasubdin Sumber Hayati Keluatan dan Perikanan Kabupaten Sikka, Heribertus, di Maumere, Minggu (27/07/2008), terkait hasil produksi rumput laut di Sikka dan program Coremab.
Heribertus mengatakan, budidaya rumput laut di Sikka mulai dikembangkan tahun 2004. Dan, hingga saat ini program Coremab sudah masuk 21 kecamatan di wilayah pesisir pantai utara dan selatan Pulau Flores.
"Hasil produksi rumput laut kering mencapai 350-450 ton setiap 40 hari sesuai jadwal panen. Rumput laut ini dijual Rp 10.000,00/kg sehingga total produksi sebesar Rp 3,5 miliar - Rp 4,5 miliar/empat puluh hari. Jumlah ini cukup fantastil," kata Heribertus.
Ia menjelaskan, tahun 2007/2008, Kabupaten Sikka kembali menerima dana Coremab Rp 300 juta, yakni terdiri dari kegiatan fisik teknis Rp 270 juta, dan sisanya untuk kegitaan konsultasi. Pada thun 2008, Coremab bermitra dengan pengusaha UD Purnama-Maumere.
"Budidaya rumput laut dilakukan sebagai mata pencaharian alternatif warga setempat. Namun justru mata pencaharian alternatif ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat," jelasnya.
Darmaji menambahkan, tahun ini pihaknya mengembangkan rumput laut di wilayah selatan, di Desa Lela, Kolidetung dan di wilayah timur. Budidaya rumput laut mulai dari proses pembibitan, pengembangan sampai produksi. "Target produksi dua desa di selatan sebanyak 15 ton per 40 hari," kata Darmaji.
Untuk pemasaran, pengusaha rumput laut yang sudah berkiprah beberapa tahun di Sikka ini mengatakan, pangsa pasar di Philipina, China, Singapura, Thailand dan Malaysia.
Manfaat rumput laut, kata Darmaji, untuk bahan emulsi fire, yakni bahan pembuatan larutan menjadi homogen. Setelah itu, diolah di pabrik menjadi bahan dasar untuk 340 jenis bahan baik untuk bahan makanan, minuman, farmasi maupun kosmetik.
Untuk budidaya rumput laut setiap kepala keluarga mendapat 300 kg bibit yang dalam pengembangan pertama (3-4 minggu) mampu berproduksi 1.200 kg (300 x 4) dan untuk pengembangan II (3-4 minggu berikutnya) bisa berproduksi 4.800 kg (1.200 x 4). Jika satu kg rumput laut kering Rp 10 ribu, maka petani bisa menerima Rp 4.800.000,00. "Mata pencaharian alternatif ini sangat membantu perekonomian warga. Usaha ini akan dirintis pada desa pesisir pantai," tambahnya.(Spirirt Entete)
Selengkapnya...
Hasil panen rumput laut kering yang dikirim ke luar negeri diolah menjadi bahan dasar untuk pembuatan makanan, minuman termasuk untuk membuat bahan bakar minyak.
Hal itu disampaikan oleh Direktur UD Purnama, dr. Hendra Sudarmaji dan Kasubdin Sumber Hayati Keluatan dan Perikanan Kabupaten Sikka, Heribertus, di Maumere, Minggu (27/07/2008), terkait hasil produksi rumput laut di Sikka dan program Coremab.
Heribertus mengatakan, budidaya rumput laut di Sikka mulai dikembangkan tahun 2004. Dan, hingga saat ini program Coremab sudah masuk 21 kecamatan di wilayah pesisir pantai utara dan selatan Pulau Flores.
"Hasil produksi rumput laut kering mencapai 350-450 ton setiap 40 hari sesuai jadwal panen. Rumput laut ini dijual Rp 10.000,00/kg sehingga total produksi sebesar Rp 3,5 miliar - Rp 4,5 miliar/empat puluh hari. Jumlah ini cukup fantastil," kata Heribertus.
Ia menjelaskan, tahun 2007/2008, Kabupaten Sikka kembali menerima dana Coremab Rp 300 juta, yakni terdiri dari kegiatan fisik teknis Rp 270 juta, dan sisanya untuk kegitaan konsultasi. Pada thun 2008, Coremab bermitra dengan pengusaha UD Purnama-Maumere.
"Budidaya rumput laut dilakukan sebagai mata pencaharian alternatif warga setempat. Namun justru mata pencaharian alternatif ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat," jelasnya.
Darmaji menambahkan, tahun ini pihaknya mengembangkan rumput laut di wilayah selatan, di Desa Lela, Kolidetung dan di wilayah timur. Budidaya rumput laut mulai dari proses pembibitan, pengembangan sampai produksi. "Target produksi dua desa di selatan sebanyak 15 ton per 40 hari," kata Darmaji.
Untuk pemasaran, pengusaha rumput laut yang sudah berkiprah beberapa tahun di Sikka ini mengatakan, pangsa pasar di Philipina, China, Singapura, Thailand dan Malaysia.
Manfaat rumput laut, kata Darmaji, untuk bahan emulsi fire, yakni bahan pembuatan larutan menjadi homogen. Setelah itu, diolah di pabrik menjadi bahan dasar untuk 340 jenis bahan baik untuk bahan makanan, minuman, farmasi maupun kosmetik.
Untuk budidaya rumput laut setiap kepala keluarga mendapat 300 kg bibit yang dalam pengembangan pertama (3-4 minggu) mampu berproduksi 1.200 kg (300 x 4) dan untuk pengembangan II (3-4 minggu berikutnya) bisa berproduksi 4.800 kg (1.200 x 4). Jika satu kg rumput laut kering Rp 10 ribu, maka petani bisa menerima Rp 4.800.000,00. "Mata pencaharian alternatif ini sangat membantu perekonomian warga. Usaha ini akan dirintis pada desa pesisir pantai," tambahnya.(Spirirt Entete)