Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Di Tengah Hutan Asri dan Tentram
Destinas berikutnya yang menggoda hasrat adalah menikmati air terjun. Saya beruntung, setelah air terjun Murusobe, Watu Wa, Lewak, saya diijinkan bertemu tumpahan air dari tebing batu di dalam hutan Wair Terang. Yap air terjun berikutnya adalah Wair Horet. Konon, Wair Horet adalah tempat pemandian Du'a Toru. Dalam kisah penjajahan beliau adaah pemimpin pasukan rakyat yang gagah berani melawan Belanda. Menjejaki perjalanan beliau di belantara hutan yang menjanjikan potensi wisata ini adalah sesuatu yang menantang. Tempat yang nyaman dan bikin betah. So, saya pantas berbangga.
Minggu 14 Desember 2014, saya dan Fritez Baim, seorang fotografer memasuki Dusun Wodong sekitar pukul 15.00 Wita. Kami disambut suasana dusun yang sejuk. Sejumlah orang-orang dusun bertegur dengan tanda tanya.
Om Tarsi yang telah menanti kedatangan kami memberi sapaan akrab. Di bawah pepohonan rindang kami disuguhi kopi hangat dan kue. Ada juga Mo'at Karolinus. Mereka berua adalah sahabat yang ingin mengantar kami bertemu air terjun. Sebagai penduduk dusun, keduanya memberikan beberapa masukan sebelum treking.
Dusun Wodong berada dalam wilayah administrasi Desa Wair Terang dalam pemerintahan Kecamatan Waigete. Dusun ini berada tak jauh dari pantai. Di pesisir Wair Terang ada sejumah cottage yang disewakan. Maklum saja, wilayah Wair Terang sejak dahulu dikenal sebagai destinas yang menawarkan panorama wisata bahari dan suguhan sunset nan indah.
Jarak dari Kota Maumere sekitar 35 Km. Sebelum mencapai wilayah ini sejumlah panorama lepas pantai bisa dinikmati. Kita akan melewati Waipare di Kecamatan Kangae, Geliting dan Krokowolon di Kecamatan Kewapante dan Waerbeler, Wairita di Kecamatan Waigete. Waigete adalah ibukota Kecamatan Waigete. Di Kecamatan Waigete ada sejumah potesi wisaya yang belum digarap. Misalnya wisata pertanian, wisata Air Panas di Dusun Blidit, Wisata Gunung Egon, dan sejumlah potensi budaya, religi dan lainnya.
Kira-kira 30 menit perjalanan yang dibutuhkan untuk mencapai Wair Terang. Pantai Wair Terang dahulunya merupakan tempat wisata warga Kota Maumere. Saya jadi ingat, ketika kecil kami leluasa bertemu banyak monyet yang berseliweran di jalan-jalan dan di sekitar pantai Wair Terang, Di tempat wisata Wair Terang saat itu ada air pancuran yang deras mengalir. Kami para bocah bersama wisatawan domestik lainnya selalu menyempatkan diri mandi-mandi usai berendam di laut. Ditonton sejumlah monyet, Wair Terang kala itu sangat asri. Hutan, pantai, sunset, air pancuran dan monyet-monyet menjadi primadona. Sayang atraksi para monyet tak lagi bisa dijumpai. Air pancuran telah lenyap, pantai wair Terang penuh sampah plastik. Tinggalah sunset yang setia bagai kekasih.
Setelah beristirahat sekitar setengah jam, akhirnya kami mulai bergerak. Hasrat mencapai air terjun sudah diubun-ubun. Yuk, berangkat.
Menurut Om Tarsi jarak ke air terjun dari dusun sekitar 1 Km. Lumayan. Olah raga gratis di tengah alam bebas.
Setelah menelusuri rabat dusun, akhirnya jalan setapak dari tanah kami jejaki. Pemandangan mata langsung disuguhi alam indah, Persawahan, aliran air, perbukitan dan hutan perkebunan. Sejuk. Kami juga melewati beberapa rumah penduduk. Dua bocah yang sedang bermain di halaman langsung bergabung bersama kami. Mereka sendiri yang menawarkan diri. Seperti air panas Blidit, bocah-bocah di sini juga antusias. Mereka adalah guide cilik yang tulus menerima kehadiran wisatawan mengunjungi obyek wisatanya.
Kami cukup beruntung karena Topografi jalur yang kami lewati tidaklah terjal. Landai. Jadi tenaga kami tidak disedot seketika.
Setelah perkebunan warga, trek berikutnya memasuki hutan Wair Horet. Banyak pohon-pohon besar dan tua yang berdiri kokoh. Kami juga melewati tiga aliran sungai. Sungai-sungai ini masih menampakan airnya yang mengalir deras. Dipadu desiran angin, pepohonan dan hewan, suasana sungguh tentram. Jika waktu lebih banyak sebenarnya bisa berisitiraat sejenak. Menikmati alam sejuk yang bikin hati teduh.
Ada pula jalan setapak yang mengarah ke dusun sebelah. Dusun tersebut berada di atas bukit. Untuk mencapainya butuh tenaga lumayan. Namun dari dusun ini disajikan pemandangan indah ke lepas pantai. Sunset bisa dinikmati sepuasnya. Demikian penuturan Om Karol. Namun tujuan kami tidak searah jadi kami pending dulu trek ke bukit.
Nah, setelah keringat besar kecil membasahi tubuh ini. akhirnya air terjun tersebut perlihatkan keanggunannya. Suaranya terdengar khas menandakan tumpahan air yang cukup deras. Indah. Sejuk dan tentram.
bocah dusun dan air terjun miliknya :D |
Air Terjun Wir Horet ini jatuh dari atas tebing. Tingginya sekitar 15 meter. Di dasar kolamnya banyak bebatuan. Di sebelah kiri dari air terjun berdiri sebuah batu yang digunakan pengunjung untuk mendekati tumpahannya tanpa basah. Sedang di sisi kanan nampak tebing batu yang cukup tinggi dan lebar.
Anda juga bisa menceburkan diri ke dalam kolamnya. Namun mesti hati-hati. Sebab di dasarnya banyak batu yang tidak rapi tersusun.
Sekeliling tempat ini bikin betah. Pantas saja kalau seorang pahlawan Du'a Toru berbetah diri di tempat ini. Ingatan saya kembali ke jaman penjajah dulu. Tempat ini pasti lebih indah dengan debit air yang lebih besar dan tentu linkungannya yang sejuk. Saya bisa bayangkan betapa keasriannya saat itu.
Di sebelah kanan dari air terjun dengan tebing yang cukup tinggi dan lebar. Diatas tebing tersebut Du'a Toru senantiasa mendiamkan diri. Perempuan yang gagah berani itu selalu menyinggahi tempat ini.
Akibat sejuknya situasi tempat ini, tak sadar saya pun ketiduran di atas batu sebelum dua bocah mengagetkan saya dengan atraksi-atraksi kecil . Baim bahkan mengajari bocah Wair Horet menggunakan kamera DSRL. Tempat yang indah ini pantas menjadi destinasi Kabupaten Sikka.
Kata Om Tarsi, biasanya monyet-monyet akan berseliweran di area ini. Namun entah kenapa sore ini kami tidak menjumpai mereka. Ya mungkin saja lain kali kami beruntung.
Air terjun ini juga sering didatangi para turis mancanegara. Meski jumlahnya satu-dua setiap bulan namun bagi anak-anak adalah rejeki. Biasanya para bule ini memberikan uang keringat usai mengantar. Anak-anak ini tidak pernah meminta ongkos hantar atau pasang tarif. Para bule ini sudah cukup senang dengan alam nan asri dan ketulusan warga dusun. Demikian Om Tarsi.
Usai menikmati pesonanya, sekitar pukul 17.30 Wita kami memutuskan pulang. Melewati jalan pulang tadi semua kembali tersaji. Kedaan alam yang bikin hati sejuk.
Om Tarsi dan keluarganya meminta kami tak langsung pulang ke Maumere. Ada suguhan makan malam khas dusun. Aromanya bikin perut teriak. Nikmati sekali. Terima kasih Om Tarsi dan Keluarga, Om Karolinus dan alam asri Waer Horet. Sekali lagi kami berterima kasih pada kalian. Sungguh!