Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Tuesday, 26 August 2008

Don Alessu, Mencari Dunia Tanpa Kematian....(2)

Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
"Agama Raja adalah Agama Rakyat"

Raja Sikka DonAlexius Alessu Ximenes da Silva dan Agustinho da Gama akhirnya tiba di Sikka. Secara kilat anak negeri se-Sikka mengetahui bahwa Raja Alessu telah kembali dari berdagang. Raja Alessu membawa 70 batang gading, tongkat kerajaan (gai bas tang), mahkota emas bertulisan 1607, kalung leher (tua wulir), rantai besar (rantai bahu),keris emas (pendo bahar), juga rantai leher yang disebut odang spiritu sancto. Selain itu juga sebuah patung kanak-kanak Yesus yang disebut Menino (Me Jidzus). Don Alessu secara khusus dilengkapi pakaian kebesaran seorang pangeran.


Dalam tempo satu dua minggu rakyat Sikka dikumpulkan. Sebuah keramaian besar digelar sebagai sebuah perayaan resmi dimana pelantikan Raja Don Alexius Ximenes da Silva di Malaka diperbarui oleh Augustinho da Gama dihadapan seluruh tua adat Sikka dan rakyatnya. Massa rakyat sangat kagum dengan ritus pelantikan apalagi memandang Raja Don Alexius Ximenes da Silva dalam pakaian kebesaran yang diiringi letusan meriam (meriam bambu?) 12 kali. Seluruh rakyat, para tua adat, hanya bisa mengaku takluk kepada Sang Baginda dan menjunjung tinggi titahnya.

Dalam amanatnya, Raja Don Alexius Ximenes da Silva mengatakan, "Apabila kita ingin mencapai hidup kekal, maka kita harus mempelajari Agama Nasrani yang mengantar kita ke surga, di mana kita tak akan mati lag', Karena bumi ins adalah fana adanya. Di mana-mana terdapat kematian".
Mendengar titah Raja Don Alexius Ximenes da Silva, rakyat serentak minta dipermandikan dan belajar agama Nasrani dari Agustinho da Gama. Bukan karena dipaksa tetapi atas kesadaran atas dunia yang fana dan surga yang abadi. Demikian, Raja Don Alexius Ximenes da Silva menjadi peletak dasar agama Katolik di Sikka dengan cara "agama raja adalah agama rakyat".

Menata Kembali Pemerintahan

Raja Sikka Don Alexius Ximenes da Silva tidak hanya menyebarkan Agama Katolik dengan giat tetapi juga membangun kembali pemerin­tahannya. Apa yang dipelajarinya di Malaka sedapatnya is terapkan di Sikka.

Dalam upaya membangun kembali pemerintahannya, Raja Don Alessu bermusyawarah dengan Mo'ang Puluh untuk membentuk Dewan Kapitan sebagai Menteri Kerajaan. Para kapitan sebagai dewan pendamping raja sedangMo'angPuluh tetap sebagai Dewan Pleno dan peng-uasa Hoak-Hewer­nya. Susunan kapitan-kapitan sebagai berikut:

-Kapitan Mor (Mayor), sebagai Kapitan Utama yang bertugas sebagai penasihat utama.

-Kapitan Sala (Sola), Moang Solapung, yang membidangi urusan upeti seperti perbekalan.

-Kapitan Guarda (Pelindung) disebut Moang Guarda yang bertugas sebagai pelindung/pembimbing juga sebagai pendamping dalam perjalanan.

-KapitanAlveris (Alvarez) disebutjuga KapitanApi yang membidangi pertahanan dan keamanan yang ditangani Moang Wodong Gerejati (da Gomez).

-Kapitan Pontera (Jentera) yang ditangani Moang Sibakloang yang membidangi bidang pengadilan serta penghukuman.

-Kapitan Kolonel yang ditangani Moang Wololora yang membidangi juga bidang pertahanan dan keamanan bersama Kapitan Api.

-Moang Commandanti sebagai syahbandar pantai utara atau pe­nguasa Pelabuhan Sikka Alok atau Maumere sekarang. Ia mengurus bidang upeti yang disebut bea Tabu watu (bea pelabuhan). Bidang ini diserahkan kepada Moang Kurangpung yang bergelar da Cunha.

Selain itu juga dikenal tua-tua adat yang bergelar Mangung Lajar sebagai pendukung wilayah. Kepada para tua adat ini dibagikan 70 buah gading yang dibawa Don Alessu dari Malaka. Karenanya, para tua adat itu bergelar Moang Mangung Lajar yang dilantik secara resmi dengan bait pelantikan:
Ina lau krus puang, diat beli nora puang, Ama lau gereja wang dokang beli nora kating. Wake nei nora mangung, mangunglepe lau plebeng. Ore nei nora lajar, lajar 'loda wawa dang. Odo au ganu serdadu, gareng ganu marselu, Kiring liar lopa leder, gata wang lopa gawang. Dena niang lopa biko-liong, tanah lopa kiling-kolok. Dadi mangung`wau`wisung,lajardena gong wangang, tali lera lema `wate.

Terjemahan bebas menurut Edmundus Pareira:

Raja yang berada di Sikka (Ina krus puang), melantikmu dengan resmi menjadi penguasa wilayah. Jadilah tiang penopang serta pelindung sebagai layar. Patuh dan taat dalam menjalankan tugas. Hendaknya lemah-lembut dan ramah-tamah.

Para Mangung Lajar menerima "gading kuasa"(Bala Mangling) sebagai tanda resmi jadi pembantu raja yang takluk kepada Raja Sikka. Gading kuasa itu tidak untuk diperjualbelikan tetapi dipelihara sebagai warisan kekuasaan yang biasanya dibaringkan pada pintu masuk rumah (plebeng).
Para Mo'ang Mangling Lajar mempunyai Tujuh Pembesar Desa otonom yang disebut Mo'ang Watu Pitu:
-Kokek (Koko-kek), Koko ganu manu, kek ganu wawi yang adalah penghubung masyarakat atau juru penerang: menyampaikan pengumuman atau perintah,

-Uru Duur Tada Tawang, yang adalah pengatur atau pemegang larangan atau tabu terhadap kebun, kelapa, pisang, kemiri dan sebagainya. Bila ada kecurian, ia dikenai dengan denda termasuk hera tada,

-Neni Thing Plawi Dolo, yang adalah imam adat untuk memohon hujan serta panen berlimpah juga perayaan syukur,

-Gai Goeng Riwung, Enak Legeng Ngasung, yang memegang tongkat kekuasaan sebagai pamong/kepala dusun. Dahulu biasanya para pejabat itu membawa tongkat sebagai penguasa resmi yang diberi gelar Mo'ang Gai. Gai hanya boleh diserahkan sebagai bukti suatu perintah yang harus dilaksanakan segera.

-Buwung Gajong, yang bertugas sebagai pembagi makanan atau hasil. Apabila musim panen maka basil kebun harus disisihkan sedikit untuk Mo'ang Buwung Gajong. Para petani wajib menyerahkannya dengan genap. Setelah terhimpun, akan diantarkan sebagian kepada raja, para mo'ang puluh, serta kapitan termasuk mangung lajar. Bila timbul rawan pangan, Mo'ang Buwung Gajong harus meminta bantuan dari masyarakat untuk menanggulanginya.

-Du'a Kula Moang Kara atau lengkapnya Dua Kula Ganu Wulang, Mo'ang Kara Ganu Lero, yang adalah para hakim adat. Keputusan mereka adalah tertinggi dan wajib dijunjung sebagai matahari dan bulan. Bila ada sengketa dalam masyarakat, Hakim Adat harus segera menyelesaikannya.
Istilah lainnya: Ata Lahi Dagir, Wega Bolet. Artinya penyelesaian yang kusut dan tersangkut-paut. Kleteng Tatar-nya: Dua kula ganu wulang, moang kara ganu lero, naha lahi au dagir, bega beli au bolet. Dena tali lopa dagir waing, karang lopa kaet alan".

Dengan demikian, Raja Sikka Don Alexius Ximenes da Silva sudah sejak tahun 1607-an, membangun sistem pemerintahan lokal yang kokoh. Ina Gate Ama Gahar membangun Kerajaan Sikka, Raja Don Alexius Ximenes da Silva meletakkan dasar-dasar pemerintahan.
Dan, itu justru setelah melakukan perjalanan kontroversial mencari "bumi tanpa kematian" ke Malaka.

Referensi Buku : Pelangi Sikka; B.Michael Beding - Indah Lestari Beding
www.inimaumere.com

Artikel Terkait



 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: Don Alessu, Mencari Dunia Tanpa Kematian....(2) | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---