Selamat Datang di Maumere...

SELAMAT BUAT PAKET AN-SAR (YOS ANSAR RERA-P.NONG SUSAR) yang dipercayakan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai BUPATI dan WAKIL BUPATI SIKKA 2013-2018..
Pemandangan di Kolisia, Kecamatan Magepanda

Monday, 28 June 2010

No Moke I’am Oke, No Drugs Yes..!

Pemuda Sikka Anti Narkoba: Tolak Narkoba dan Minuman Keras ..

Akibat banyaknya korban penyalagunaan narkoba serta dampak dari beredarnya miras secara bebas di Sikka, Pemuda Sikka Anti Narkoba (PESAN) mengeluarkan beberapa desakan yang ditujukan bagi pemerintah dan masyarakat umum. Salah satu pesan penting yang disampaikan PESAN adalah mendesak Pemerintah Daerah membuat peraturan tentang peredaran miras dan mendukung setiap upaya pemberantasan Narkoba. Menurut data dan laporan Bagian Kemasyarakatan Kabupaten Sikka, Maumere menempati peringkat ke 2 dalam kasus Narkoba di NTT meski korban ketergantungan Narkoba di Kabupaten Sikka kurang signifikan dibandingkan daerah lain di Indonesia, demikian disampaikan Julian dari Pemuda Sikka Anti Narkoba kepada inimaumere.com.

Menurut PESAN, minuman tradisional berakohol racikan masyarakat Maumere, Moke dalam situasi yang tidak terkendali membawa dampak yang buruk bagi masyarakat luas. Berbagai tindakan negatif dari perkelahian tingkat pelajar sampai pertikaian antar kampung sampai menurunnya prestasi belajar dan kerja, meningkatnya KDRT, berbagai tindakan asusila, kecelakaan lalu lintas dan tindak kejahatan lainnya bisa terjadi karena kosumsi yang berlebihan.


Untuk itu PESAN berkomitmen untuk menolak narkoba dan minuman keras apapun jenisnya, mendesak pemerintah untuk menjamin atau mendorong masyarakat yang telah meninggalkan Moke sebagai sumber mata pencahariannya dengan membantu perekonomiannya, mengutuk perlakuan yang tidak manusiawi terhadap pemakai narkoba dan menuntut persamaan dalam menangani kasus-kasus pemakai Narkoba serta memberikan pemahaman yang benar mengenai bahaya Miras dan Narkoba dari tingkat pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum.

***
Dari komitmen tersebutlah Pemuda Sikka Anti Narkoba (PESAN), sebuah gerakan orang muda yang terhimpun dari beberapa elemen dan Komunitas seperti OMK Katedral Maumere, Kelompok Mahasiswa Unipa Maumere, dan Forum Anak Sikka Maumere Sabtu 26 juni 2010 menggelar workshop bertemakan Pemuda Sikka Anti Narkoba ” NO MOKE I’AM OKE, NO DRUGS YES!”.
Pembicaraan ini menghadirkan beberapa nara sumber seperti Mantan Bupati Sikka Drs. Daniel Woda Palle, Ibu Maria B, Kasat Serse Polres Sikka, Bung Radho dan Bung Eka. Workshop yang dihadiri kalangan kaum muda ini berlangsung di aula Universitas Nusa Nipa, Jalan Kesehatan Maumere.

Dihari sebelumnya Pemuda Sikka Anti Narkoba ” NO MOKE I’AM OKE, NO DRUGS YES!” menggandeng POLRES Sikka melaksanakan kegiatan jalan sehat yang bertemakan ”Dengan Semangat HUT Bhayangkara ke 64 Kita Berantas Narkoba”. Kegiatan ini dilaksanakan dari halaman Polres Sikka dan melewati jalan-jalan utama Kota Maumere.

Jalan Sehat dihadiri pula Ketua BNK Kabupaten Sikka, dr. Wera Damianus MM, Kapolres Sikka, Ketua DPR Sikka Rafael Raga, Wakil Ketua DPR Sikka Alex Longginus serta jajaran Polres Sikka. Pada moment itu juga dibangun komitmen bersama antara PESAN, Pemda Kabupaten Sikka dan Polres Sikka dalam sebuah MOU.

Kasus Narkoba di Nusa Tenggara Timur sepanjang tahun 2009-2010 mencapai 145 kasus dengan 169 tersangka. Bahkan, sampai dengan April 2010, NTT telah mengirim lima orang pengguna narkoba ke Lido, Bandung untuk rehabilitasi (sumb: tempointeraktif). Sedangkan Sikka menduduki peringkat ke-2 pengguna narkoba di wilayah NTT.

Dengan semangat, No Moke I’am Oke, No Drugs Yes; PESAN ingin menyapa dan mengetuk hati siapa saja, dengan sebuah pesan “ Anda adalah Pribadi yang Luar Biasa, bukan karena Moke atau Narkoba, namun karena Pribadi Anda Sendiri”. Stop Moke, stop Narkoba, Megu (sayang) Maumere.
PEMUDA SIKKA ANTI NARKOBA

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Saturday, 26 June 2010

Ramai-Ramai Menanam Bakau dan Waru..

Abrasi dan Gelombang Laut Tahunan Ancam Warga Pesisir Wai Oti..

Maumere,Jumad (25/06/2010). Ibu Nantes nampaknya kecapekan. Tapi semangatnya untuk berbaur dengan warga lain tak pernah kendur. Dipesisir pantai Wai Oti, bersama beberapa komunitas yang memiliki tujuan dan semangat yang sama, mereka bahu membahu menanam ratusan anakan pohon bakau dan waru. Penanaman ini dimaksud untuk menghindari ancaman abrasi dan gelombang laut di tahun-tahun berikutnya. “Ini merupakan salah satu kesempatan besar untuk keluar dari kesuliatan ,” ujar Ibu Nantes yang juga menjadi Ketua RT 08 RW 03, Kelurahan Wai Oti Kota Maumere. Menurutnya, gelombang laut telah menjadi tamu tetap yang setiap tahun rutin mengancam warga dipesisir, terutama saat musim barat tiba. "Pokoknya kami dipesisir ini sudah bosan menerima ombak besar yang naik sampai kerumah warga, bahkan beberapa rumah disini telah rata dengan tanah,” ujarnya dengan sedih.
Akibat tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak tersebut maka terjadilah abrasi, yang kemudian menimpa wilayah yang didiami warga pesisir,
Sr. Eustochia, SSpS, ketua koordinator penanaman, mengatakan sekitar 100 orang dari sejumlah komunitas turut terlibat untuk membantu masyarakat di pesisir Wai Oti.

Ibu Nantes (ft kiri) dan Sr. Eustochia, SSpS..

GPIC Flores bagian Timur menjadi motor utama dengan didukung oleh beberapa komunitas lain seperti GPIC SVD, Divisi Perempuan TRUK-F (Tim Relawan Untuk Kemanusiaan-Flores), KIPER HAM (Komisi Perlindungan Hak Asasi Manusia), Citra Lestari, Sanres, BAPIKIR, Liga Mahasiswa Untuk Demokrasi, Walhi NTT dan Komunitas Masyarakat Pesisir Pantai Rt 08/Rt 09 Rw 03 Kelurahan Wai Oti.

Anakan pohon bakau diambil dari hutan mangroove Magepanda. Merupakan sumbangan langsung dari Badan Lingkungan Hidup Sikka. Sedangkan batangan pohon waru merupakan swadaya masyarakat setempat.

Sekitar 150 anakan pohon bakau dan 150 batang waru sore tersebut ditanam mulai dari pesisir pantai wilayah Lorong Komodo hingga Lorong Wega dalam wilayah RT 08,RT 09 RW 03 Kelurahan Wai Oti, Kecamatan Alok Timur.

“Kami sangat mengharapkan agar apa yang telah dilakukan di sore ini, dijaga dan lestarikan oleh warga disini, semuanya juga untuk kepentingan warga setempat,” ujar Sr. Eustochia. Dikatakan Sr. Eustochia penanaman anakan ini dimulai dari jam 4 sore. “Sebelumnya dilakukan ibadat sabda, memohon berkat agar warga disini terhindar dari bencana berkelanjutan.”

Warga di pesisir Wai Oti terutama di sekitar Lorong Komodo, Lorong Kaget hingga Lorong Wega setiap tahun selalu dihantui kecemasan saat musim barat (badai) disertai gelombang laut yang tinggi mulai menjamah Laut Flores. Hingga kini pembangunan turap penahan gelombang laut pun belum mencapai wilayah pesisir pantai mereka.

Ibu Mindel, salah satu warga yang sering tertimpah musibah menunjukkan kepada kami bekas-bekas reruntuhan rumahnya yang disapuh gelombang tahun lalu. Ada 3 bangunan miliknya yang hancur. Dengan mimik sedih ia bercerita tentang harapan dan keinginannya untuk hidup aman dan nyaman, jauh dari segala macam keluh kesah yang menjadi tembang kehidupannya dan kisah pilu bersama warga senasib.
“Saya dan warga disini sangat senang dengan adanya perhatian dan niat yang tulus untuk membantu, kami benar-benar berterima kasih atas apa yang telah dilakukan untuk warga,” katanya.

Penanaman anakan pohon bakau dan batangan waru dilakukan dari jam 4 sore dan berakhir hingga menjelang jam 6 sore. Semua warga dipesisir mengaku sangat senang dengan kegiatan penanaman tersebut karena ada satu keinginan yang menjadi harapan semua warga pesisir yakni terhindar dari bencana tahunan. Mereka juga berharap semoga permasalahan tersebut tetap menjadi perhatian pemerintah daerah.

***
Dampak negatif yang diakibatkan oleh abrasi antara lain:

1. Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai
2. Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong angin kencang begitu besar.
3. Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau


Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya abrasi, diantaranya yaitu:

1. Penanaman kembali hutan bakau
2. Pelarangan penggalian pasir pantai
3. Pembuatan pemecah gelombang
4. Pelestarian terumbu karang


www.inimaumere.com


Selengkapnya...

Room Chatting Dengan Webcam

Uji coba chating dengan webcam
Dibawah ini adalah layanan Room Chating yang disediakan bagi pengunjung situs inimaumere.com. Room Chating ini dilengkapi dengan fasilitas kamera video atau web cam. Untuk masuk dan bergabung di room tersebut cukup mudah. Anda tinggal menulis nama Anda, umur dan jenis kelamin. Jika Anda memiliki web cam anda bisa menggunakannya serta berbagi dengan teman yang juga memiliki fasilitas web cam. Intinya Room cahtiing ini disediakan sekedar ber-kulababong (duduk ngobrol) secara bersama-sama di r0om. Semoga berguna. :-)

-ketik obrolan anda dibawah kanan dan enter.. :-)

Dan satu lagi, chatroom ini masih dalm kondisi free dan belum terdaftar (berbayar). Jadi maaf bila terganggu saat chat, kira-kira satu jam kita diberi kesempatan chat, kemudian akan diminta register. Kalau sudahh begini, langkah yang diambil adalah, refresh mozilla atau browse Anda, dan masuk kembali ke chat room. Thanks.







Selengkapnya...

Wednesday, 23 June 2010

Piala Dunia Vs Ariel "Peterporn"

Dan Maumere pun Tak Ketinggalan
Adeus dan Thomas bukanlah pria-pria terkenal. Tapi kalau bicara bola mereka sepertinya lebih pintar dari semua komentator sepak bola. Kedua laki-laki ini ditemui saat asik menikmati suguhan nonton bareng sepak bola piala dunia yang digelar di halaman depan Gelora Samador Maumere, baru-baru ini. Duduk santai dibawah pohon beralaskan rerumputan kering, mata mereka tak berkedip, terpaku pada layar raksasa. “Para komentator di TV su macam jago saja, capek dengar mereka omong,” ujar Adeus.
“Cerewet ngeri kalo bicara bola,” sambung Thomas. Adeus dan Thomas serta jutaan bola mania sebulan ini disihir oleh aksi-aksi para dewa sepak bola. “Kau tau tida, menyaksikan bola kaki tiap malam adalah hadiah terbesar yang pernah saya peroleh," tambah Adeus. “Dari inimaumere.com ka? Tolong catat, kami pegang Portugal..,” sahut Thomas.
“Goooollllllllllll....” Tiba-tiba Adeus dan Thomas bersama ratusan penonton lain berteriak kegirangan. Sebuah sepakan pelan dari Raul Meireles berhasil mengelabui kiper Korea Utara.

“Belanda dan Portugal idola saya, merekalah calon juara piala dunia kali ini..,” teriak Thomas keras-keras.

“Jangan lupa Messi dan Argentina derong (teman)...”sambung Adeus tak mau kalah.

“Tapi kami pegang Ariel Om....” nyeletuk salah satu penonton dari belakang kami. Kami saling tertawa, Wah, Ariel...

Hampir dua minggu sudah perhelatan akbar Piala Dunia di Africa Selatan berlangsung. Gaungnya bahkan terdengar sampai Kota Maumere. Semua perhatian dan energi para bola mania tertuju pada ajang paling bergengsi tersebut. Jadwal dan waktu tontonan di Indonesia khususnya di Maumere yang berlangsung setiap malam hingga pagi buta tak menyurutkan niat untuk mete (begadang) sampai pagi. Di mana saja semua bicara bola. Bersaing ketat dengan pembicaraan tentang video porno trio bintang yang diduga mirip Areil-Luna Maya-Cut Tari.

Yang mengasikkan lagi bagi pecandu bola, di Kota Maumere setiap malam digelar nonbar alias nonton bareng diberbagai tempat. Dari lapangan terbuka hingga menggunakan pekarangan rumah dan pinggiran jalan. Banyak yang mengaku terhibur dan berterima kasih dengan diadakannya nonton bareng. Maklum, penggila bola disini juga kesulitan mendapatkan tayangan di televisi.

Dari pengamatan, ketika tim-tim besar seperti Argentina, Brazil, Belanda atau Jerman bermain jalanan di Kota Maumere sedikit lebih sepi, tak banyak anak-anak muda yang nongkrong dipinggir jalan. Tim-tim besar tersebut pecintanya memang paling banyak, apalagi menyangkut Brazil dan Argentina. Saat negara-negara jagoan bola tersebut bertarung, semua lebih memilih berada di rumah bersama keluarga atau teman-teman. Perhelatan akbar ini juga membuat warna tontonan televisi semakin berbeda.

“Capek tiap hari lihat para politisi berkelahi dan saling menyalahkan. Mana bicara kasus demi kasus juga tak pernah ada ujung pangkalnya,” ujar Hendra kepada inimaumere.com. Saat itu Hendra bersama teman-temannya menyaksikan liukan Messi cs lewat layar kaca di ruang keluarga.
“ Kalau kami disini lebih mendukung Argentina untuk keluar sebagai juara dunia, yang lain lewaaaat, “ujar Yudhai, teman Hendra.
Diruang yang tak begitu besar, inimaumere.com menyaksikan keasikan mereka tenggelam dalam irama akrobatik para pesepak bola dunia.

Adeus, Thomas, Hendra, Yudhai dan beberapa teman lain seperti pula para bola mania diseluruh bumi, lebih memilih piala dunia ketimbang memikirkan yang berat-berat apalagi bicara perkara yang merugikan negara tapi nyatanya pelakunya tak pernah dipenjarakan.

Memang, dunia yang indah dalam sebulan berada dalam dekapan pecandu bola. Apalagi 3 hari sebelum piala dunia dihelat, aksi panas trio bintang Indonesia mirip Ariel-Luna dan Tari lebih dulu disuguhkan.

“Kami hanya bisa menerimama, ibaratnya kau kasih kami ambil,” ujar Carlos, pegawai swasta di Maumere sambil ketawa. Disinggung tentang kasus video porno Ariel dia mengatakan, “Maunya polisi segera menuntaskan permasalahan ini, agar masyarakat tenang. Pemerintah juga lebih giat melakukan pemblokiran terhadap situs-situ porno,”ujarnya dengan serius.
Carlos merasa prihatin dengan maraknya video porno yang akhir-akhir ini meresahkan warga kebanyakan. Ia bahkan menduga kalangan generasi muda di Maumere menyimpan video-video tak pantas. “Kalau di periksa saya yakin anak-anak SMU di Maumere memiliki koleksi video Ariel,”katanya.

Dari pengamatan inimaumere.com, video yang diduga mirip Ariel, Luna dan Tari akhir-akhir ini hebohnya mulai meredup, mungkin ditutupi oleh gemerlapnya Piala Dunia. Tapi saat awal peluncurannya, Maumere pun tersengat. Setiap menit hanya menerima pertanyaan, apa kau punya video Ariel? Eh, kau su dengar Ariel main film porno dengan Luna dan Cut Tari? Atau dimana kita bisa mendapatkan videonya? Ah, itu cerita basi, video itu tak asli ,itu rekayasa. Dan Maumere, kota kecil nan tenang ini pun tak mau ketinggalan. Segalanya terlihat mudah meski itu tak gampang.

Begitulah, piala dunia dan Ariel Peter Porn (meminjam istilah di twitter) minggu-minggu ini menyita perhatian semua penggemarnya. Antara gengsi negara-negara yang bertarung dengan hebatnya para artis Indonesia memamerkan kebolehannya. Semuanya menjadi tontonan yang tak mau dilewatkan, dan Maumere berjalan seirama peristiwa tersebut.

Kata Iwan Fals dalam sebuah lagunya, ‘Urus saja moralmu, urus saja akhlakmu, peraturan yang sehat yang kami mau....”
**
“Kau punya video Ariel dan Aura Kasih ka?,”bisik Adeus perlahan.
“Hahahahaha....”
www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Polisi Temukan Purel Di Bawah Umur

Moke Juga di Razia..

Aparat Polres Sikka yang melakukan operasi penyakit masyarakat (pekat) menemukan lima purel yang bekerja di Shinta Pub Maumare masih di bawah umur. Hari Senin (23/6/2010) mereka dibawa ke Polres Sikka. Meski mengaku telah berusia dewasa, polisi tetap meminta keterangan.
Di antara purel itu ada yang baru bekerja seminggu dan ada yang telah beberapa bulan bekerja di pub. Angel Cikaboy (18), asal Oebufu, Kota Kupang mengaku baru seminggu bekerja di Maumere.
Angel dibawa seorang "Om" yang menjanjikan kerja di Maumere. Namun, tak disebut di mana dia akan diperkerjakan. Angel terkejut ternyata kerja di pub melayani dan menemani tamu minum.
Pekerja lainnya Febryanto Tuke (18), asal Kupang, Selian Irma (15), Indri (19), Saran (19) dan Nona (20) yang berasal dari Makassar. Mereka melakukan tugas serupa. Melayani minuman dan menemani tamu minum.

Tempat hiburan malam yang dirazia anggota Polres Sikka di antaranya Pub Flamboyan, Sinta Pub, Bintang Pub, Stevani Pub, Belang Beach, Playboy Pub dan sebuah rumah penampungan wanita pekerja seks komersial di Kali Mati, Kelurahan Kota Baru-Maumere. Di semua lokasi tersebut, semua pekerja diperiksa identitasnya. Dua PSK di Belang Beach diketahui tidak punya identitas.

Kepala Polres Sikka, AKBP Drs. Agus Suryatno melalui Kasat Reskrim, AKP Samuel Sumihar Simbolon, S.H, menegaskan polisi akan terus merazia semua lokasi penjualan miras dan tempat hiburan malam di Kota Maumere.

"Polisi akan rutin razia. Banyak kasus kriminal di Kota Maumere semua karena moke. Tempat penjualan moke akan kita imbau supaya ditertibkan sehingga mengurangi penjualan moke," kata Simbolon, Senin siang.

Operasi pekat kemarin juga dilakukan terhadap Toko Go, Swalayan Roxi, UD Cristal dan Toko Murni menjual minuman keras (miras). Polisi memeriksa surat izin penjualan alkohol, surat izin tempat usaha (SITU) dan surat izin usaha perdagangan (SIUP). Keempat lokasi ini punya SIUP dan SITU, namun Toko Murni menjual anggur tanpa izin. Polisi membawa beberapa botol anggur untuk dijadikan barang bukti.

Razia Moke
Anggota Polres Sikka juga merazia penjual moke di Pasar Alok dan sejumlah kios, Senin (21/6/2010) siang. Kedatangan polisi ke pasar dalam operasi pekat sempat menimbulkan protes dari penjual. Mereka keberatan moke disita dan dibawa kantor polisi.
Kasat Reskrim Polres Sikka, AKP Drs. Samuel Simbolon yang memimpin operasi ini menyita puluhan liter moke untuk dijadikan barang bukti dan sampel pemeriksaan di laboratorium.

"Kami sudah jual moke dari tahun ke tahun di Maumere. Ini warisan nenek moyang. Kami sudah kerja dari dulu. Kami sudah kasih sekolah anak dari moke," keluh penjual moke di Pasar Alok.

Kasat Reskrim mendengar keluhan itu menyampaikan penjelasan kepada penjual. Ia mengatakan berbagai tindak pidana kejahatan berawal dari minum moke. "Kalau keberatan silakan ke kantor polisi hari Jumat (25/6/2010) pagi. Kami akan dengar keluhan bapak dan ibu. Kami tidak melarang, kami hanya mau kurangi peredaran miras. Kami hanya ambil lima liter mau dijadikan sampel. Mulai sekarang bapak jual moke jangan terlalu banyak," pinta Simbolon, kepada penjual moke, Yosef Ante.

Penjual lainnya, Isabela, Yasintha Jija, Frans Lino, dan Theresia Dalima pasrah ketika polisi mengambil beberapa jerigen moke miliknya. Mereka mengatakan, moke yang dijual tidak ada izin dari dulu. Jual moke sudah menjadi pekerjaan yang telah ditekuni sejak lama. Yasinta Jija protes kepada polisi yang mengambil satu jerigen moke. Protesnya tak dihiraukan.

Selain di Pasar Alok, kios di sepanjang jalan
Maumere-Magepanda, tak luput dirazia polisi.Di Kampung Wuring, polisi memeriksa kios moke dan mengamankan 10 liter minuman keras buatan petani di Sikka tersebut. Kios tersebut jadi langganan minum para buruh sehabis kerja. (Poskupang.com/ris)

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Wednesday, 16 June 2010

Senandung Bisu Tanah Maumere 1965

LIPUTAN KHUSUS
Ahmad Yunus

DI TENGAH kebun jambu mete, Leonardo Lidi, 57 tahun bersenandung. Nadanya terdengar lirih. Musik yang mengiringinya hanya bebunyian suara alam. Dari suara jangkrik hingga gonggongan anjing yang menyalak keras.

“Lagu ini diiringi dengan tabuh. Saya bisa mainkannya,” Katanya kepada saya. Udara terasa dingin. Nyamuk-nyamuk mulai menyedot darah di betis dan tangan. Leonardo Lidi memakai pakaian adat. Atasannya berwarna biru menyala dan memakai sarung tenun ikat.

Saya tidak mengerti dengan liriknya. Ia seperti merapal hendak menceritakan sesuatu. Saya mendengar lantunan dari suaranya yang tipis. Matanya menerawang menembus gelapnya kebun jambu mete. Lagu ini judulnya, Wohe Hoer atau Ratapan. Ia buat pada tahun 1965. Mengenang tragedi pembantaian orang-orang kampung yang dituduh sebagai anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia atau PKI.

Leonardo Lidi, ketika itu berumur 17 tahun. Ia tinggal di Rohe. Dan melihat dengan mata sendiri pembantaian dikampungnya. Ada 33 orang dikumpulkan di lapangan sepakbola. Dan algojo yang diperintah oleh tentara Indonesia melakukan ritualnya.

“Tangan mereka diikat dan kemudian dipotong kepalanya,” katanya. Masyarakat ketakutan. Banyak yang melarikan diri ke hutan-hutan. Sembunyi dari kejaran tentara. Masyarakat tidak mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi.

“Mereka tidak bersalah. Dan tidak ikut-ikutan politik. Mereka hanya petani biasa,” katanya. Tak jelas mengapa mereka diburu dan dibunuh. Tak ada pengadilan yang membuktikan mereka bersalah dan terlibat dengan PKI. Selain membantai dengan biadab, tentara juga membakar sekolah-sekolah umum.

Kini, Leonardo Lidi tinggal bersama suami dan kedua keponakannya. Rumahnya sangat sederhana. Dindingnya terbuat dari bilah bambu. Lantai tanah. Tak ada listrik yang menerangi rumahnya.

Mereka tinggal di Kampung Wolon Ratet, sekitar 15 kilometer dari Maumere. Dari jalan utama, saya turun ke sebuah lembah. Banyak pohon jambu mete dan sudah menutupi tanah. Rumah tinggalnya jauh dari tetangga. Dari puncak terlihat laut Maumere. Dan awan gelap menggantung di langit.

Ia mengingat peristiwa pembantaian terjadi pada 14 November 1965. Tiga hari kemudian, ia membuat lirik untuk mengenang peristiwa hitam di tanah Flores. Kejadian pembantaian ini juga menyebar di kampung-kampung lainnya. Ia mendengar langsung dari orang-orang kampung lain yang selamat. Banyak korban yang dibuang ke laut. Termasuk dikumpulkan dalam satu lubang.

“Saya angkat doa. Baunya sudah saya cium. Bau orang mati, memang,” katanya.

Menurutnya, jauh hari sebelum pembantaian, ada yang mendata nama. Mereka menulis nama-nama yang menerima bantuan makanan pokok, seperti beras, jagung dan minyak tanah. Tak jelas siapa, mengapa dan tujuan apa mereka menerima bantuan itu. Termasuk nama yang memberikan bantuan makanan pokok. Daftar nama penerima ini yang kemudian menjadi sasaran pembantaian.

“Algojonya tidak boleh meneteskan air mata. Jika tidak, mereka sendiri menjadi korban pembantaian oleh tentara. Mereka potong kepala harus satu kali. Seperti potong kepala ayam,” kata Daniel David, warga dari Maumere. Di kampungnya sendiri, dari pengakuannya ada sekitar 500 orang yang mati.

David, membantu dan ikut memberdayakan ekonomi masyarakat di Maumere. Dari mulai tenun ikat alami, mendirikan galeri tenun hingga membangun koperasi simpan pinjam. Saya mengenalnya sekitar dua tahun yang lalu. Ketika tinggal di Maumere dan membantu sebuah lembaga swadaya masyarakat.

David membantu menerjemahkan lirik lagu ini secara harfiah. Bait tiap bait dari lirik lagu itu.

[14 November 65. Pater Bolen meninggalkan Flores. Suhu politik lagi tinggi. Ia pergi ke Jerman. Kemudian terjadi musibah. Masyarakat terpecah belah. Tidak tahu kemana. Tidak tahu pegangan hidup. Mereka pergi ke hutan-hutan. Untuk mencari keselamatan diri.

Kami sendiri. Tidak tahu berlindung ke mana. Tidak tahu arah. Hanya kepada pastor dan kepada Tuhan. Ini jalan satu-satunya. Kami tidak tahu berbuat salah apa. Kemana orang-orang dibawa.

Kepada masyarakat yang masih punya telinga untuk mendengar dan mata yang masih melihat. Tidak tahu kenapa orang-orang dimusnahkan. Kepada siapa kami mengadu. Hanya ada satu jalan, kepada pastor dan kepada Tuhan].

“Apa ada yang mencatat dan melakukan penelitian soal peristiwa ini di Flores?,” tanya saya.

“Setahu saya tidak ada. Di Watublapi ada tugu untuk mengenang peristiwa itu. Tapi tidak ada catatan sejarahnya. Saya mendengar langsung cerita dari kakek. Termasuk dari algojonya yang tersisa. Dan masih ada yang hidup,” kata David.

Siapa sebenarnya algojo itu? Apakah ia memang seorang eksekutor? atau orang suruhan yang diperintah oleh tentara untuk melakukan sejumlah pembantaian? Apakah algojo itu seorang pelaku atau korban yang mengalami intimidasi dan teror juga dari tentara?

Saya dan David berjalan ke Watublapi sekitar 18 kilometer dari Maumere. Jalan aspal kecil. Kiri kanan tumbuh pohon cengkeh dan asam. Sepi dan tidak banyak kendaraan yang lewat. Kami naik motor menaiki daerah perbukitan. Gerimis turun dan udara jauh lebih dingin ketimbang di Maumere. Di Watublapi saya hendak bertemu dengan keluarga korban dan salahsatu eksekutornya.

Sebuah rumah kecil dan beberapa bunga hias tampak berjejer rapi di pekarangan. Rumah kecil dengan beberapa kursi kayu berada di beranda. Ini adalah kediaman Yan Jong. Seorang tokoh masyarakat dari Kanilima.

Paska proklamasi Indonesia tahun 1945 muncul istilah Kanilima. Singkatan dari KangaE, Nita dan Lio-Maumere. Mereka adalah warga masyarakat yang mendiami kerajaan Sikka dan kerajaan Nita. Warga masyarakat ini dibawah masa pemerintahan Raja Don Thomas (1925-1945).

Menurut Longginus Diogo, penulis buku "Kisah Kerajaan Tradisional Kangae Arade, Nian Ratu Tawa Tanah" (27/02/2009) mengatakan bahwa Kanilima adalah sebuah gerakan politis arus bawah. Mereka berjuang untuk membebaskan diri dari rezim feodal-otoriter. Membebaskan diri dari tindakan kekerasan, penindasan dan pemerasan. Kanilima hendak mengubah sistem pemerintahan dari dominasi Sikka agar lebih setara.

Gerakan ini muncul pada tahun 1947. Membangun basis dari satu desa ke desa lainnya. Beberapa tokoh masyarakat dari Kanilima ini antara lain barisan KangaE dipimpin Moan P. Y. Bapa dan Yan Jong, Barisan Nita dipimpin Guru Phiter Pedor dan Fr. Jati sedangkan barisan Lio Maumere dipimpin Guru Donatus Pale, G. Gego, P. Pango dan Frans Sari.

Orang-orang dari Sikka mayoritas menduduki posisi pemerintahan Raja Don Thomas. Kanilima menilai bahwa pemerintahan ini sisa bentukan dari Hindia Belanda. Ketegangan politik lokal ini kemudian pecah ketika terjadi peristiwa 1965. Tokoh Kanilima dari KangaE, Yan Jong dituduh sebagai komunis dan akhirnya meninggal dunia. Dan masyarakat di pedesaan yang menjadi basis Kanilima menjadi korban tuduhan komunis oleh pihak tentara.

Saya tidak menulis nama mereka yang menjadi korban dan eksekutornya. Saya mengantongi nama mereka. Namun mereka meminta agar saya tak menuliskannya. Keluarga dari Yan Jong, menilai peristiwa 65 sudah selesai.

“Itu masa gelap. Hukum tidak jalan. Cari jalan terang saja,” katanya kepada saya. Tubuhnya sudah ringkih. Tangannya bergetar dan bicaranya pelan. Tak mudah membangkitkan kembali ingatan pahit yang terjadi pada masa itu.

Keluarga korban memilih diam dan membenamkan ingatan pahit itu. Apalagi ketika masa Orde Baru dibawah Soeharto. Orang tak berani membicarakan tentang PKI. Apalagi mengusut kekerasan dan kejahatan yang dilakukan oleh tentara. Dan keterlibatan Soeharto dalam peristiwa itu.

Soeharto menghanguskan setiap bentuk komunisme hingga akar-akarnya. Jutaan buku dan karya ia bakar. Tak berani ngomong. Apalagi menulis dari sudut pandang pribadi hingga era reformasi tiba. Dari 1998 hingga kini, banyak memoar yang kemudian terbit menjadi buku. Menceritakan secara detail mengenai pengalaman, ingatan dan pergulatan selama tirani Soeharto.


SAYA bertemu dengan banyak korban 65 di Bandung, Jakarta, Jogjakarta dan Semarang. Melakukan wawancara dan menulis tentang mereka. Ikut dalam diskusi sejarah dan mendengar banyak cerita. Mulai dari Oey Hay Djoen, elit PKI yang menguasai wacana ekonomi, Samsir Mohammad, sekretaris jenderal Barisan Tani Indonesia hingga anak keluarga dari Aidit.

Oey dan Samsir meninggal dunia ketika saya ikut dalam ekspedisi Zamrud Khatulistiwa. Saya akan mengenang kehangatan, minum kopi dan diskusi soal kebangsaan dan sejarah republik ini.

Banyak diantara mereka, ada yang mau berbicara apa adanya. Banyak juga yang sudah melupakan peristiwa pahit itu. Keluarga korban menuntut hak kepada negara untuk memulihkan nama mereka. Dan menuntut keadilan terhadap para pelaku yang melakukan kekerasan dan kejahatan hak azasi manusia. Namun hingga kini tak ada pengadilan mengenai kekerasan 65. Dan membuktikan pelaku utama yang bertanggung jawab terhadap kekerasan dan intimidasi peristiwa tersebut.

“Yan Jong memperjuangkan kecerdasan bagi orang-orang timur. Mendirikan banyak sekolah. Dia juga bukan orang PKI. Tapi ini politik, saya tidak tahu persisnya,” kata seorang eksekutor yang saya temui tak jauh dari rumah keluarga Yan Jong. Usianya sekitar 70 tahun. Telinganya sudah samar-samar. Ia berbicara keras dan lantang. Beberapa kali menunjukkan posisi korban ketika pembantaian berlangsung.

Ia mengingat peristiwa pembantaian itu terjadi pada Februari 1966. Maumere dilanda musim kering panjang. Banyak tanaman pangan yang gagal panen. Ia bertugas sebagai eksekutor atau algojo nomor dua atas perintah tentara. Tentara mengumpulkan 10 anak muda sebagai algojo.

Tentara itu memberikan perintah bagaimana cara melakukan pembantaian berupa potong kepala dengan parang, cara mengikat dan mengikuti kode-kode penyerbuan. Mereka akan menjadi korban yang sama jika para calon korban berhasil melepaskan diri. Tentara akan mengambil lima orang korban tambahan sebagai penggantinya.

“Satu saya dan empat sisanya adalah keluarga,” begitu ancam tentara. Mereka juga mendapatkan latihan bagaimana mengikuti prosedur penyergapan. Tentara memberikan aba-aba berupa teriakan “ANJING!” dan kemudian para eksekutor menjawab “GILA!”.

Tentara ini menyebutnya sebagai “KOMOP” atau singkatan dari Komando Operasi Pemberantasan. Tentara ini mengikatkan kain berwarna merah di lengan dengan tulisan berwarna putih. Istilah “KOMOP” tak ada dalam pencarian mesin pencari Google. Termasuk sejarah peristiwa pembantaian di Maumere ini. Mesin pencari gagal mendeteksi kata “PKI”, “Komunis”, “Maumere”, “Komap”, “Flores”.

“Saya dapat jatah 10 orang. Saya tidak tahu jelas alasan mengapa mereka dibunuh. Mereka (Tentara) hanya mengatakan bahwa orang-orang itu terlibat PKI,” katanya.

Eksekusi dilakukan pada malam hari. Truk mengangkut 20 orang dengan kondisi diikat dengan tubuh mereka babak belur. Korban dalam kondisi lemah dan mengenaskan. Tentara menggunakan besi panas dan kemudian menyabet korban di bagian punggung.

Wajah korban lebam akibat pukulan. Ia tak mengenal siapa yang menjadi korban itu. Dan lubang dengan panjang dua meter, lebar satu meter dan kedalaman dua meter sudah dipersiapkan sebelumnya.

“Suasananya gelap sekali. Suaranya ngeri. Kita tidak tahu orangnya (Korban). Banyak dari Dobo, Moropiring, Baubatun,” katanya.

“Dari peristiwa itu tak ada kabar sampai sekarang. Tidak ada penjelasan. Saya pernah antar dua orang mahasiswa dari Jakarta. Mereka orang Flores dan menanyakan pada Kodim alasan dan peristiwa pembantaian itu. Jawabannya, ini rahasia negara,” katanya.

Mahasiswa itu tak menemukan jawabannya. Dia juga harus memendam peristiwa paling pahit sepanjang hidupnya. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Termasuk ketika ia terpaksa harus mengikat kakaknya sendiri. Dan kemudian menyerahkannya pada aparat tentara.

“Saya minta jangan terulang lagi kasus 65 itu di negara tercinta Indonesia. Mungkin sampai akhirat pertanyaan ini selalu ada. Ini rahasia negara atau pelanggaran HAM?,” katanya.

Paska pembantaian di Maumere pada Februari 1966, terjadi kekeringan panjang dan kelaparan. Tidak ada beras, jagung maupun ubi yang bisa ditemukan. Banyak pencurian hewan ternak.


LEONARDO Lidi adalah seniman sejati dan mengenang peristiwa kelam itu melalui lagu. Banyak karya berupa lagu dan tarian. Ia sering diundang untuk acara-acara tradisional di Maumere. Mulai dari perkawinan hingga acara kematian. Baik oleh masyarakat maupun pemerintah Kabupaten Sikka. Namun, kehidupan ekonominya jauh dari sejahtera. Ia dan suaminya hanya mengurusi kebun kecil dan sebagian tanahnya menjadi jaminan pegadaian.

Daniel David membantu untuk merekam semua hasil karyanya. Dan kemudian direkam di dapur rekaman. Ia bersama seniman musik lokal di Maumere menyanyikan kembali lagu-lagu milik Leonardo Lidi. Dan berharap rekaman lagu itu laku keras dan bisa membantu ekonomi keluarga Leonardo Lidi.

Tahun 1965 adalah tahun yang kelam. Dan pelanggaran hak azasi manusia yang sistemik sepanjang sejarah Indonesia. 12 ribu orang tanpa pengadilan dibuang ke kamp Pulau Buru. Dan diperkirakan dua juta orang lebih mati. Berdasarkan hasil penelitian Robert Cribb dalam bukunya The Indonesian Killings: Pembantaian PKI di Jawa dan Bali 1965-1966. Kejadian pembantaian terbesar terjadi di Jawa dan Bali. Peristiwa ini menjatuhkan Soekarno dan dua tahun kemudian, Soeharto menjadi presiden kedua Republik Indonesia.

Soeharto melalui pemerintahan Orde Baru-nya melarang setiap bentuk yang berkaitan dengan komunisme. Mulai dari buku hingga lagu. Militer membakar buku-buku karya macam Pramoedya Ananta Toer. Dan hingga kini, paska reformasi, pemerintah Indonesia belum mencabut ketetapannya yang melarang komunisme (TAP MPRS NO 25 Tahun 1966). Termasuk melakukan rehabilitasi, pemulihan dan bantuan terhadap keluarga korban.

Satu-satunya presiden Indonesia yang meminta maaf terhadap peristiwa kelam itu adalah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ia berasal dari Nahdhatul Ulama. Salahsatu organisasi Islam di Indonesia.

Spanduk-spanduk anti komunisme juga masih menjalar di kota-kota besar macam Bandung. Saya sendiri menyaksikan sebuah peristiwa sweeping oleh organisasi masyarakat dan menutup diskusi buku di Toko Buku Ultimus. Mereka menganggap diskusi ini hendak menumbuhkan komunisme. Beberapa panitia dan peserta diskusi diperiksa oleh polisi. Sebelumnya di Bandung, saya juga melihat langsung pembubaran diskusi tentang sejarah Gerwani atau Gerakan Wanita Indonesia.

“Banyak yang menangis ketika saya menyanyikan lagu Wohe Hoer,” kata Leonardo Lidi. Keluarga korban mengenang peristiwa pahit dan mencekam itu.

“Pemerintah atau tentara tidak melarang lagu itu,” tanya saya.

“Tidak. Mereka hanya mencatat lirik lagunya,” katanya.

Flores jauh dari Jawa. Namun mengapa pembantaian juga terjadi di Flores? Sejauhmana pengaruh PKI di sini? Bagaimana persisnya peristiwa pahit ini terjadi di Flores? Mengapa tidak banyak penelitian mengenai pembantaian di Flores? Apakah peristiwa kelam di Rohe itu tidak tercatat dalam sejarah mengenai peristiwa 1965? Bagaimana gereja melihat peristiwa pembantaian itu? bagaimana hubungannya dengan PKI? Mengapa gereja tidak bisa menahan pembantaian di Flores?

Benedict Anderson, seorang peneliti tentang nasionalisme dan dikenal sebagai Indonesianis mengatakan kepada Radio Netherland, 28 september 2005. Ia memberikan komentar atas pernyataan maaf dari Gus Dur kepada orang-orang yang dikatakan komunis. Termasuk memberikan analisis tentang pertanyaan saya itu.

Banyak pembunuhan berlangsung di pedesaan. Seperti yang terjadi di Dobo, Moropiring, Baubatun. Daerah ini jauh dari pusat kota, Maumere. Menurut Benedict, di kota jauh lebih aman ketimbang berada di pedesaan.

"Tapi sampai sekarang, umpamanya, tidak pernah ada penelitian terhadap apa yang terjadi di daerah yang jelas Katolik seperti Flores. Apa yang terjadi di sana? Saya belum pernah, melihat laporan tentang ini,” ungkap Benedict Anderson.

Pemerintah Indonesia lebih dari seperempat abad melarang kedatangan Benedict Anderson karena pendapatnya soal G30S. Ia peneliti senior dari Cornell University, Amerika Serikat. Hingga kini, ia mendesak kepada organisasi-organisasi agar lebih terbuka dan jujur mengungkapkan peranan mereka pada pembunuhan massa paska G30S.

Saya mengingat ketika Hindia Belanda mengasingkan Soekarno ke Ende pada tahun 1933. Ende adalah sebuah kota kecil di Flores menghadap laut. Kotanya tenang. Di tanah ini, Soekarno merumuskan Pancasila. Salahsatu silanya berbunyi, Ketuhanan yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila menjadi dasar negara Republik Indonesia. Namun mengapa, pembantaian itu justru melukai dasar kemanusiaan yang menjadi ruh bagi republik ini.

Saya dan Farid Gaban melakukan perjalanan. Melihat banyak realitas dari Sabang hingga ke Merauke. Dan republik ini menumbuhkan nasionalismenya dengan jalan banyak kekerasan dan ketidakadilan. Kemiskinan dan kebodohan menjadi akut. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hanya menjadi sila yang tak bermakna.

R.A.F Webb dan Steven Farram dalam bukunya "Di-PKI-kan: Tragedi 1965 dan Kaum Nasrani di Indonesia Timur" mengatakan bahwa studinya tentang komunisme di Nusa Tenggara Timur atau NTT, harus memahami masalah kemiskinan dan nilai sosial budaya. Pulau Flores dan kebanyakan pulau lain di wilayah Indonesia Timur tergolong terisolasi. Dengan kondisi geografis yang kering. Kondisi ini menyebabkan banyak keluarga di Nusa Tenggara Timur dalam kondisi miskin.

Namun bagaimana potret kemiskinan di Nusa Tenggara Timur? Saya tidak ingin terjebak dalam wacana kemiskinan. Kemiskinan memiliki ukuran tersendiri. Khususnya dalam melihat standar kehidupan dasar manusia. Seperti hak pada kesehatan, pendidikan, air, tempat tinggal yang layak, misalnya.
Dua tahun yang lalu, saya tinggal di Flores. Melihat kondisi masyarakatnya yang tinggal di kepulauan ini. Pendapatan warga mengandalkan pada hasil pertanian, macam jambu mete, kelapa, pohon lontar, kakao, kopi, dan mencari ikan.

Hasil pertanian melimpah namun pengetahuan, penanganan dan pemasaran produk pertaniannya lemah. Banyak warga yang belum mendapatkan akses listrik. Termasuk mengandalkan air hujan untuk minum.

Saya bertemu dengan Maria Goreti, perempuan dari Watublapi. Ia tinggal di sepetak tanah yang baru ia beli tiga tahun yang lalu. Nilai tanah itu sekitar empat juta rupiah. Ia beli dari hasil penjualan tenun alami. Di belakang rumahnya yang terbuat dari bilah bambu, ia menenun. Membuat pewarnaan alami dan mengambil motif-motif tenun tradisional. Setiap tahunnya, ia bisa menghasilkan sekitar 1o lembar kain tenun. Dengan nilai jual sekitar 300 ribu untuk selendang dan dua juta rupiah untuk sarung tenun.

Perekonomian keluarganya terdongkrak dari hasil tenun. Ia menyimpan pendapatannya pada koperasi kelompok tenun. Dan sanggar membantu setiap penenun dalam pemasaran dan pengelolaan keuangan. Maria Goreti dan anggota kelompok penenun lainnya bergerak untuk keluar dari lubang kemiskinan.

“Saya bisa beli motor. Kakak saya jadi ojek,” kata Maria Goreti kepada saya. Perempuan-perempuan di Watublapi bergerak untuk memberdayakan diri agar mandiri. Terlepas dari jerat hutang dan kemiskinan. Watublapi daerah perbukitan dan di daerah sini banyak rumah mengandalkan pasokan air hujan sebagai air minum. Pada tahun 1965, Watublapi hingga Dobo, banyak warga yang menjadi korban pembantaian dan kekerasan.

“Kemelaratan memberi peluang PKI memasuki alam harapan dan aspirasi rakyat ,” tulis R.A.F Webb dan Steven Farram. Program-program PKI menyentuh dan menjalankan dari kondisi-kondisi lokal masyarakat. Mulai dari masalah pertanian hingga tetek bengek masalah kesenian. Partai ini menjadi partai terbesar ketiga dunia setelah Cina dan Uni Soviet.

Di NTT sendiri gerakan komunis tumbuh sejak zaman Belanda. Diperkirakan komunisme tumbuh pada tahun 1924. Pelopornya, Christian Pandy, JW Toepoe, dan Franz Djami, dengan total orang "komunis" sejak 1924-1926 adalah 2.280 orang. Menurut Webb dan Farram diperkirakan jumlah orang yang dibantai pada tahun 1965-1966 di Nusa Tenggara Timur antara 50 ribu hingga 200 ribu orang.

Namun, apakah keluar dari kemiskinan monopoli ideologi? bukankah tujuan kehidupan adalah kesejahteraan, keadilan dan membuatnya agar lebih betah di muka bumi? Setiap manusia memiliki hak untuk keluar dari kemelaratan hidup dan mendapatkan kemerdekaannya.


SAYA tak menemukan banyak referensi sejarah yang lengkap soal peristiwa ini. Kebanyakan penelitian mengenai 1965 banyak dilakukan di Jawa, Sumatra Utara maupun Bali. Tidak mudah untuk melacak kejadian persisnya. Dan menemukan kebenaran mengenai peristiwa pembantaian di Sikka.

Perlu penelitian lebih lanjut. Melakukan wawancara dengan banyak keluarga korban, meminta kesaksian dari para “algojo” yang masih hidup, dan menemukan “daftar nama” yang akhirnya menjadi korban pembantaian itu. Memastikan setiap nama korban, pelaku dan sebagainya. Hingga melihat hubungan agama, ideologi, sosial, budaya hingga ekonomi saat itu.

Penggalian lebih lanjut, juga mengenai kejadian masa sekitar 1950 - 1960. Periode penting ketika pergolakan “politik lokal” muncul. Bagaimana kemunculan istilah “Kanilima”. Apa yang diperjuangkan, ketegangannya seperti apa, siapa saja, dan mengapa kemudian tokoh-tokoh Kanilima akhirnya dituduh sebagai PKI. Siapa saja pemimpin pemerintahan saat itu?

Verifikasi, pelacakan dokumen, kesaksian dan penggalian korban akan membuktikan fakta-fakta yang terjadi pada masa itu. Tak mudah melacak kebenaran yang terjadi pada 45 tahun yang silam. Namun, kejadian pahit dan tragedi kemanusiaan di Maumere dan mungkin di wilayah Flores lainnya, meninggalkan luka mendalam. Dan ingatan peristiwa kelam itu membekas pada keluarga korban. Tak hanya di Flores bahkan di Jawa, Bali dan wilayah lainnya di negeri ini.

Leonardo Lidi, mengenang peristiwa 1965 itu melalui senandung. Bahwa ia dan masyarakat lainnya tak mengerti mengapa peristiwa bengis itu terjadi di Flores. Ia mencatat sejarah hitam melalui sebuah lagu. Dan mereka akan selalu mengenang dan tidak melupakan kejadian pahit itu. Hanya doa, obat penenang kegelisahannya. Seperti liriknya, kepada siapa kami mengadu. Hanya ada satu jalan, kepada pastor dan kepada Tuhan.

Ini bagian yang tersulit sepanjang perjalanan saya dalam ekspedisi Zamrud Khatulistiwa. Sulit membayangkan bagaimana kejadian saat itu. Merasakan luka, menahan amarah, hingga memendam ingatan pahit. Dan akhirnya harus menerima keadaan. Dengan cara melupakan tragedi kemanusiaan sepanjang sejarah republik ini.

Rasanya tak mudah. Dan pasti, siapapun orangnya, yang masih memiliki hati nurani dan kemanusiaan akan mengutuk peristiwa biadab itu. Dan apa artinya kebenaran, jika ia tak berdaya dan lumpuh? Apa artinya kemerdekaan, jika hidup dalam kemelaratan? Kemanusiaan hanya menjadi debu dan puing dalam sejarah.***


Amad Yunus, adalah wartawan lepas dan saat ini bersama wartawan senior Farid Gaban, tengah berkeliling dengan bendera "Zamrud Kathulistiwa."

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

120 Kapal Layar dari 20 Negara Singgahi NTT

Maumere 19 sampai 22 Juli 2010

Sebanyak 120 kapal layar dari 20 negara yang ikut dalam event Sail Indonesia 2010 akan menjadikan NTT sebagai pintu masuk dan selanjutnya menyinggahi sejumlah titik destinasi di sejumlah daerah NTT. Kapal layar ini akan berangkat dari Darwin menuju Kupang.

Pernyataan ini disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTT, Frans Rihi, saat memimpin rapat Koordinasi panitia Penyambutan Peserta Sail Indonesia yang berlangsung di Ruang Rapat Sekda Provinsi NTT, Kamis.

Rihi menjelaskan, berdasarkan data yang didapat, jumlah peserta Sail Indonesia yang sudah terdaftar sebanyak 220 kapal layar (Yatch) dan berasal dari 22negara. Para peserta dibagi dalam dua rombongan, yakni 120 kapal akan menuju Kupang dan 100 kapal lainnya akan menuju Banda. Mereka akan berangkat dari darwin pada 26 Juli 2010.

“Sail Indonesia 2010 ini bisa terwujud setelah adanya pendekatan yang dilakukan secara insentif antara Pemerintah Daerah (Pemda) NTT dan Departemen Kelautan dan Perikanan RI bersama Panitia penyelenggaran Sail Indonesia di Darwin Australia. Dengan demikian, NTT akan kembali menjadi salah satu pintu masuk Sail Indonesia,” ungkap Rihi.

Mantan Kepala Biro Ekonomi Setda NTT ini menyampaikan, rombongan kapal layar ini akan tiba di Kupang pada 28 Juli 2010. Mereka akan berada di Kupang selama empat hari yakni hingga 31 Juli 2010. Selanjutnya para peserta rally kapal layar akan mengunjungi beberapa paket tour yang disiapkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTT.

Lebih lanjut Rihi menyebutkan sejumlah titik destinasi yang akan dikunjungi para rally kapal layar, yakni Alor pada 3 hinga 6 Juli 2010. Selanjutnya menuju Lembata pada 10 hingga 13 Juli 2010. Dan dari Lembata rally akan lanjutkan ke Maumere pada 19 sampai 22 Juli 2010. Selanjutnya menuju Labuan Bajo pada 6 sampai 9 September. Setelah itu para rally akan melanjutkan pelayaran ke Banda.(Yongki Mauleti/ntttonline).

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

Saturday, 12 June 2010

TARI HEGONG DAN REPLIKA KOMODO MERIAHKAN FESTIVAL KESENIAN YOGJA


Rombongan misi kesenian dari Propinsi Nusa Tenggara Timur menjadi pusat perhatian ribuan warga Yogyakarta. Replika seekor Komodo dengan panjang 12 meter yang membelah lautan manusia menjadi sajian dan buah bibir sepanjang acara pembukaan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) 2010. Diiringi Tarian Hegong kebanggaan Kabupaten Sikka, tepuk tangan ribuan penonton membahana. Suasana sorak sorai ini dipertegas dengan alunan suara Gong Waning yang memecah keramaian. Gerak lincah penuh dinamis penari hegong membuat suasana semakin hangat.
" Tariane apik tenan…penarine luwes (red.Tariannya sangat bagus..penarinya lincah lincah),” ujar salah seorang nenek yang sedang menggendong cucunya.

Satu persatu peserta kirab budaya yang terdiri para seniman DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah lain di Indonesia melaju mengikuti jalur prosesi. Ketika MC menyebutkan nama Nusa Tenggara Timur yang menampilkan replika Komodo Raksasa dan diringi Tarian Masal kebanggaan Kabupaten Sikka, tepuk tangan ribuan penonton membahana.

FKY 2010 dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Drs. Tri Harjun di Alun Alun Utara Yogyakarta , Senin, (7/6/2010) dan dihadiri para pejabat Propinsi DIY, DPRD Propinsi DIY, Penghageng Kraton Yogyakarta, Kepala SKPD terkait , para seniman,
budayawan, pengamat seni dan budaya, pengusaha, tamu undangan dan warga Yogyakarta dan mancanegara.

Pembukaan FKY juga dimeriahkan dengan pementasan tari kolaborasi yang diberi tajuk “Sabdo Pandhita Ratu” garapan seniman Endro Supadmo yang dibawakan puluhan seniman Yogyakarta dan sekitarnya. Usai upacara dilanjutkan dengan pawai (kirab) budaya dimulai dari Alun-Alun Utara menuju Alun Alun Puro Pakualaman Yogyakarta.

Sementara itu, Kepala Taman Budaya NTT, Dra. Yolanda Lingu Lango yang ikut mendampingi rombongan misi kesenian NTT menjelaskan alasan mengapa replika Komodo yang ditampilkan. Dirinya mengatakan kolaborasi Tari Hegong dan replika Komodo ini bertujuan memperkenalkan kesenian dan budaya yang ada di NTT.

“Kami juga menghadirkan replika Komodo sebagai bentuknsosialisasi Komodo NTT ke tingkat dunia agar diakui sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia,” ujar Yolanda Lingu kepada wartawan. Yolanda berharap masyarakat Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya memberikan dukungan positip dan serius agar Komodo bisa disejajarkan dengan 6 keajaiban dunia lainnya.

***
Tarian Hegong dibawakan oleh Kelompok Seni Binaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Budaya Propinsi NTT. Dibawakan oleh 40 orang, 25 laki-laki dan 15 orang perempuan. Mereka berasal dari perwakilan kabupaten dan kota yang ada di NTT termasuk dari Kabupaten Sikka.

Sedangkan penata musik ( Gong Waning ) digarap Bung Yohanes Berchmans
dari Nele, Maumere(@mix).


Ibu Yolanda dan beberapa Seniman NTT serta Tarian Hegong yang memeriahkan FKY-2010


www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Tuesday, 8 June 2010

Secuil Jejak Serdadu Jepang di Bukit Bungat Watuliwung..

Kisah perebutan kekuasaan antara Barat dan Timur di peta Asia Pasifik terekam dalam secuil jejak di Bukit Bungat..



Setelah mencumbui beragam bibir pantai nan cantik, perjalanan menggoda selanjutnya adalah trekking diketinggian. Yups, petualangan yang menarik!. Salah satu keunggulannya adalah topografinya yang  menantang diselimuti udara segar dan bersih. Mmhhh, bagi yang menyukai travelling dan sejarah sudah waktunya kesana.  Dari Kota Maumere letaknya cukup dekat. Cuma seberapa menit perjalanan.
Ada beberapa kisah menarik yang ingin kami bagi disini.. Yap, di Bukit Bungat inilah bersemayam sejumlah Gua Nipon. Ada 12 Gua Jepang yang berserakan disekitar situ. Tapi cuma satu yang diselamatkan.

Yukk ngintip peta lokasi dan kisah ceritanya..
Goa Nippon alias Gua Tentara Jepang ini berlokasi di Bukit Bungat, Dusun Watuliwung, Desa Watuliwung, dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Flores.

Peta Menuju Bukit Bungat

Land Rover (Landy Seri 3 Short Chaisis Military 1981 5 metal) yang berbadan tangguh dan jantan perlahan bergerak. Jalur yang ditempuh adalah ke arah timur dari Kota Maumere. Tentu saja menyusuri pesisir utara. Sekitar 3 Km dari batas kota, kita sampai di pertigaan Wairhubing. Mengambil belokan ke arah kanan selanjutnya kita masuk pada wilayah pedesaan Watuliwung. Kondisi aspal jalan termasuk dalam kategori lumayan. Desa Watuliwung adalah sebuah desa tradisional dengan perkebunan rakyat yang terhampar disisi kiri kanan jalan.

Beberapa saat kemudian sampailah kita disebuah persimpangan yang berdekatan dengan Kantor Desa Watuliwung. Kita mengambil belokan kiri. Ini merupakan akses menuju Bukit Bungat tempat Gua Nipon berada.

Dari persimpangan tadi, sekitar 500 meter kita akan sedikit bergoyang mesra diatas pelukan jalan tanah. Ruas jalan dan topografi daerah menuju Bukit Bungat lumayan menggoda adrenalin. Tak masalah, Land Rover yang kami kendarai malah membawa kami menikmati perjalanan menyenangkan, ibaratnya serdadu Jepang yang sedang meninjau tempat persembunyiannya (hele hala ba'a/gak salah lagi)... Yup, akhirnya kami tiba juga dilokasi bersejarah ini, tempat dimana para Dai Nippon yang pernah mengotori tanah persada terpatri.

Bukit Bungat
Gua ini berada ditengah-tengah perkebunan tak jauh dari pemukiman penduduk desa, lokasi persisnya berada dibawah bukit kecil. Penduduk setempat menamakannya Bukit Bungat. Tak ada kata protes ketika sebuah pertanyaan muncul dalam benak, kenapa tentara Jepang harus mengambil lokasi ini sebagai tempat persembunyian dan pertahanan.
Yang ada hanyalah kata cerdik untuk menggambarkan strategisnya lokasi gua. Karena beberapa meter dari Gua Nipon kita akan berdiri di sebuah ketinggian. Dari atas bukit kecil inilah pandangan kita akan bebas bergerak mengawasi keadaan dibawah sana. Mulai dari hamparan laut yang membentang sampai dengan keadaan Kota Maumere dan sekitarnya yang mudah dipantau.




Watuliwung memiliki nilai sejarah Perang Dunia ke II karena disinilah Tentara Jepang membangun basis pertahanan dengan membuat sejumlah kubu atau lubang-lubang perlindungan yang tersebar pada kawasan desa, hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa goa dan lubang penimbunan amunisi, beras, bahan bakar, bunker, mortir, meriam dan bekas landasan pesawat jepang (waioti).

Menurut catatan sejarah, tentara Jepang masuk Maumere pada 13 Juni 1942. Gua ini disebut Goa Nippon karena dibuat dan digunakan oleh Tentara Dai Nippon (Jepang), sebagai tempat perlindungan dan pesembunyian pada saat Perang Dunia ke II.

Lereng Bukit Bungat sendiri terdapat 2 (dua) buah gua yang merupakan markas utama Barisan Angkatan Udara Jepang di Pulau Flores, yang mengendalikan 3 (tiga) lapangan Terbang tentara Jepang yaitu : Lapangan terbang Waioti, Tanjung Darat (Talibura), dan Mbay (Nagakeo), demikian penuturan Yance Moa kepada inimaumere.com.

Saat ini, Goa buatan berdinding tanah ini sudah dapat dilewati. Panjang lorong ± 30 M’, berdiameter 1,5-2 M, dan memiliki 3 (tiga) ruangan kamar. Ketiga ruangan kamar tersebut berada disisi sebelah kiri dalam gua. Gua yang kami datangi bukanlah gua buntu. Karena ujungnya malah membawa kita menuju arah belakang bukit.

Berada didalam salah satu kamar gua


“Goa Nippon ini, belum banyak diketahui oleh khalayak ramai. Semoga melalui www.inimaumere.com kita bisa memperkenalkan obyek situs bersejarah beserta kawasan bukit yang juga memiliki potensi menarik, panorama ke laut lepas,”ujar Yance Moa.

Setelah melihat-lihat dalam gua, kami bergerak menuju keatas bukit. Kurang lebih 30 meter ada sebuah gua yang menurut Yance Moa digunakan sebagai tempat persembunyian kendaraan Tentara Jepang. Gua ini digunakan pula untuk berjaga-jaga jika tentara sekutu melakukan pemantauan, sebagai bungker untuk kendaraan. Sedangkan berjarak sekitar 50 meter dari gua tersebut ada lagi sebuah tempat penimbunan amunisi. Tempat yang katanya terdapat amunisi tersebut dikubur dan diberi tanda dengan pohon aur serta ditaruh beling agar mudah dikenali.

Cerita ini menurut saksi mata yang masih hidup bernama Moang Anton, yang waktu remaja saban hari bersama-sama dengan tentara jepang. Sayangnya saat mau menuju ketempat tersebut, hujan turun dengan lebat. Menurut Yance Moa, disekitar Gua Nipon tersebut masih ada 11 gua lainnya, karena ketidakpedulian dan kekurangtahuan masyarakat desa akhirnya 11 gua lainnya perlahan-lahan tertutup oleh erosi.

Menurut dua pemandu kami yakni Yance Moa dan Will "kumis", Goa Nipon tersebut sebelumnya tak seperti saat ini. Kondisinya nyaris terkubur atau hilang, karena seluruh lorong telah dipenuhi tanah. Sebagian lain diantaranya sudah rusak, terkubur dan hilang secara alamiah akibat erosi bertahun tahun karena tidak adanya perhatian, ketidak tahuan dan lain-lain.

Komunitas Kampoeng Hijau, sebuah wadah yang bergerak dibidang lingkungan tanggal 17 November 2009 tahun lalu akhirnya berinisiatif melakukan upaya penggalian kembali tanah urugan di Gua Nippon Penggalian kembali tanah urugan ini mendapat restu serta dukungan dari Du’a Moan Watu Pitu (Lembaga Adat Desa), Kepala Desa Tomas dan masyarakat. Sehingga gua yang kini kami datangi tersebut menjadi satu-satunya gua yang bisa dimasuki dan bisa kami gunakan beristirahat saat hujan lebat membasahi bukit.

Untuk mengurangi dampak perubahan iklim akibat pemanasan global kini disekitar kawasan Bukit Bungat telah digali lobang tanam seluas 10 Ha dan ditanami 3.500 anakan pohon mahoni. Ketika berada disana, anakan mahoni tersebut beberapa diantaranya nampak tak berkembang dengan baik.

Selain Gua Nipon yang berada di kawasan Bukit Bungat Watuliwung ada lagi beberapa gua peninggalan tentara Jepang yang tersebar diseantero Kabupaten Sikka - Flores. Seperti di belakang Bukit Iligetang, Desa Sikka, Patiahu, Lela, Magepanda dan beberapa tempat lainnya. Gua-gua tersebut menjadi saksi bisu sejarah keberadaan serdadu Jepang yang memilki cerita kejam saat menguasai wilayah jajahannya.

So, setelah Gua Nipon di Watuliwung, petualangan berikutnya adalah menyusuri Gua Jepang di Desa Lela yang memiliki panjang gua sekitar 500 meter. Liputan khususnya segera hadir di inimaumere.com.......

***

Akhirnya setelah lelah mengitari jejak sejarah, menjelang malam kami beranjak pulang. Terbersit sebuah pertanyaan yang menggelayut disela awan gelap yang menangis, Oh niang Sikka, .....megu golo eee..terlantar dalam nuansa pariwisata yang lelap bermimpi!

Hujan rintik turun satu-dua membasahi Bukit Bungat. Jejak kaki kami pun terhapus pelan. Tapi jejak tentang Gua Nippon tak akan hilang disapuh gerimis andai kisah ini tak sekedar menjadi kabar angin.



Pintu masuk gua

Didalam gua

Lorong gua menembus belakang

Ki-ka: Yance Moa, Oss n Boim didalam gua

Bersantai sejenak di Watuliwung
Boim & Oss (yang punya inimaumere.com)

Special thanks to
: Lucky Reyner (capek nyetir ko?), Rudy Jeleq, Ari Botha Cs (thanks Land Rovernya boz), Bedjoe, Yance Moa dan Om Will 'kumis'...


www.inimaumere.com

Selengkapnya...

Anda Backpacker? Sikka Jangan di Lewatkan..

Kabupaten Sikka adalah sebuah kabupaten yang terletak di Pulau Flores, NTT. Mungkin terasa asing, maklum Sikka hanyalah sebuah kabupaten kecil. Jika Anda berpergian ke kabupaten ini, sesekali mampirlah kebeberapa bagian wilayahnya yang menyimpan sejumlah wisata alam yang menggiurkan untuk digeluti. Sama seperti di wilayah Flores lainnya, wisata alam disini memiliki sejuta potensi yang mempesona, eksotik malah, namun sayangnya potensi wisata tersebut belum dikelolah secara proporsional. Tapi sebagai rujukan bagi para backpacker yang suka mencari tantangan, dibawah ini info kecil sejumlah tempat wisata alam yang patut diperhitungkan untuk masuk dalam kalender Anda...

Danau Semparong
Berlokasi di Pulau Sukun Desa Semparong, spesifikasi:Air Bening dan Fariasi Burung.
status : [Belum layak dipromosikan]

Lanjutt..

Hutan Wisata Pulau Besar
Berlokasi di Pulau Besar Kecamatan Maumere, spesifikasi : Fariasi Tanaman Hutan, Rusa, Babi Hutan, Kera dan Kelelawar.
status : [Belum layak dipromosikan]

Puncak Bulung
Berlokasi di Desa Riit Kecamatan Nita, spesifikasi : Keindahan alam dan tanaman holtikultura.
status : [Belum layak dipromosikan]

Puncak Kimang
Berlokasi di Desa Riit Kecamatan Nita, spesifikasi : Keindahan alam, tanaman holtikultura dan menara microwafe.
status : [Layak dipromosikan]

Tebing Alam Halar Hawus
Berlokasi di Desa Wuliwutik, spesifikasi : Tebing yang merupakan jembatan alam yang menghubungi Kecamatan Nita dan Magepanda.
status : [Belum layak dipromosikan]


Mata Air Panas Blidit
Berlokasi di Desa Waigete Kecamatan Waigete, spesifikasi : Air panas dengan suhu 50'-80'C dalam kawasan hutan dengan berbagai jenis flora.
status : [Belum layak dipromosikan]

Air Terjun Wairhoret
Berlokasi di Desa Wairterang Kecamatan Waigete, spesifikasi : Air terjun dalam kawasan hutan lindung.
status : [Belum layak dipromosikan]

Danau Ranoklahit
Berlokasi di Desa Watudirang Kecamatan Waigete, spesifikasi : Terdapat itik dan satwa liar,
status : [Belum layak dipromosikan]

Air Terjun Tunsohok
Berlokasi di Desa Waiterang Kecamatan Waigete, spesifikasi : Air terjun setinggi 40 meter di kawasan hutan lindung.
status : [Belum layak dipromosikan]

Gua Alam Patiahu
Berlokasi di Desa Runut Kecamatan Waigete, spesifikasi : Stalaktik dan Stalakmit yang menarik dan terdapat banyak kampret (kelelawar kecil),
status : [Belum layak dipromosikan]

Hutan Wisata Egon
Berlokasi di Desa Egon Kecamatan Waigete, spesifikasi : Hutan dan berbagai jenis satwa.
status : [Belum layak dipromosikan]

Gunung Api Egon
Berlokasi di Desa Egon Kecamatan Waigete, spesifikasi : Kawa Vulkanik.
status : [Belum layak dipromosikan]

Tebing Alam RegaNatar
Berlokasi di Desa Hokor Kecamatan Bola, spesifikasi : Tebing alam yang menarik dan berbagai jenis tanaman perkebunan,
status : [Belum layak dipromosikan]

Mata Air Panas Bao Krenget
Berlokasi di Desa Egongahar Kecamatan Bola, spesifikasi : Sumber mata air panas dengan suku 50'-80'C.
status : [Belum layak dipromosikan]

Gua Alam Kelimutu
Berlokasi di Desa Nenbura Kecamatan Bola, spesifikasi : Terdapat kelelawar kecil
status : [Belum layak dipromosikan]

Gua Alam Warut
berlokasi di Desa Kloangpopot Kecamatan Bola, spesifikasi : Gua alam dijadikan sebagai benteng pertahanan jepang pada Perang Dunia II
status : [Belum layak dipromosikan]

Batu Meteor
Berlokasi di Desa Kloangpopot Kecamatan Bola, spesifikasi : Batu meteor berdiameter 25 cm dan berat 20 kg.
status : [Belum layak dipromosikan]

Tebing Alam Magemot
Berlokasi di Desa Matakoli Kecamatan Bola, spesifikasi : Tebing curam pada pinggir pantai, status : [Belum layak dipromosikan]

Tebing Alam WatuNgesu
Berlokasi di Desa Paga Kecamatan Paga, spesifikasi : Tebing alam yang menarik didepannya terdapat pantai yang indah.
status : [Layak dipromosikan]

Gunung Api Rokatenda
Berlokasi di Desa Lidi Kecamatan Palue, spesifikasi : Kawa Vulkanik,
status : [Belum layak dipromosikan]

Penyulingan Uap Panas Bumi
Berlokasi di Desa Kosokaja, Rokirole, Nitunglea Kecamatan Palue, spesifikasi : Penyulingan uap panas bumi secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan air minum.
status : [Layak dipromosikan]

Mata Air Panas Reruwairere
Desa Reruwairere Kecamatan Palue, spesifikasi : Mata air panas pada pinggir pantai dengan suhu 75'-100'C.
status : [Belum layak dipromosikan]

Air Terjun Lianiki
Berlokasi di Desa Gere Kecamatan Mego, spesifikasi : Air terjun setinggi kurang lebih 50 meter.
status : [Belum layak dipromosikan]

Ai Ripa
Berlokasi di Desa Wolodhesa Kecamatan Mego, spesifikasi : Telapak kaki manusia raksasa pada sebuah batu besar di tengah sungai,
status : [Belum layak dipromosikan]


Taman Wisata Alam Laut Gugus Teluk Maumere
Berlokasi di Kawasan Laut meliputi Kecamatan Kewapante, Waigete, Kecamatan Maumere, spesifikasi : Coral, variasi ikan hias dan hutan bakau.
status : [Layak dipromosikan]

Pantai Pasir Putih Pulau Besar
Berlokasi di Pulau Besar Desa Kesokoja dan Koja Doi Kecamatan Maumere, spesifikasi Pasir Putih dan hutan bakau,
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai pasir Putih Pulau Sukun
Berlokasi di Pulau Sukun Desa Semparong Kecamatan Maumere spesifikasi Pasir putih.
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai pasir Putih Pulau Kambing
Berlokasi di Pulau Kambing Desa Pemana Kecamatan Maumere. spesifikasi Pasir putih
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Pasir Putih Pulau Pangabatang
Berlokasi di Pulau Pangabatan Desa Permaan Kecamatan Maumere spesifikasi Pasir putih dan hutan bakau
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Pasir Putih Pulau Babi
Berlokasi di Pulau Babi Desa Permaan Kecamatan Maumere spesifikasi Pasir putih dan hutan bakau
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Pasir Putih Pulau Pemana
Berlokasi di Pulau Pemana Desa Pemana Kecamatan Maumere spesifikasi Pasir putih dan hutan bakau
status : [Belum layak dipromosikan]

Pulau Kondo
Berlokasi di Pulau Kondo Desa Kojagete Kecamatan Maumere, spesifikasi Pulau kecil tidak dihuni dan ditumbuhi pohon rindang
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Nangahure
Berlokasi di Nangahure Desa Wuring Kecamatan Alok, spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau
status : [Layak dipromosikan]

Pantai Sikka
Berlokasi di Sikka Desa Sikka Kecamatan Lela spesifikasi Pantai berpasir
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Bangboler
Berlokasi di Bangboler Desa Hepang Kecamatan Nita spesifikasi Pantai berpasir
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Waiara
Berlokasi di Waiara Desa Waiara Kecamatan Kewapante, spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau
status : [Layak dipromosikan]

Pantai Waliti
Berlokasi di Wailiti Kelurahan Wailiti Kecamatan Alok spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau
status : [Layak dipromosikan]

Pantai Waipare
Berlokasi di Waipare Desa Wairkoja Kecamatan Kewapante, spesifikasi Pantai berpasir dan batu karang
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Kajuwilu
Berlokasi di Kajuwulu Desa Magepanda Kecamatan Magepanda, spesifikasi Pantai berpasir
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Wingawoka
Berlokasi di Ndete Desa Reroroja Kecamatan Magepanda spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Wairterang
Berlokasi di Wairterang Desa Wairterang Kecamatan Waigete, spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau
status : [Layak dipromosikan]

Pantai Nangatobong
Berlokasi di Nangatobong Desa Nangatobong Kecamatan Waigete, spesifikasi Pantai berpasir
status : [Layak dipromosikan]

Pantai Wairbleler
Berlokasi di Wairbleler Desa Wairbleler Kecamatan Waigete, spesifikasi Pantai berpasir dan hutan bakau
status : [Layak dipromosikan]

Pantai Doreng
Berlokasi di Doreng Desa Nenbura Kecamatan Bola spesifikasi Pantai berpasir
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Ipir
Berlokasi di Ipir Desa Ipir Kecamatan Bola spesifikasi Pantai berpasir
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Wailamung
Berlokasi di Wailamung Desa Wailamung Kecamatan Talibura, spesifikasi Pantai berpasir.
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Tanjung Darat
Berlokasi di Desa Darat Pantai Kecamatan Talibura, spesifikasi : Pantai berpasir dan hutan bakau
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Pasir Putih Reruwairere
Berlokasi di Desa Reruwairere Kecamatan Palue, Spesifikasi Pantai berpasir putih,
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Waturia
Berlokasi di Waturia Desa Kolisia Kecamatan Magepanda spesifikasi Pantai berpasir.
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Paga
Berlokasi di Paga Desa Paga Kecamatan Paga spesifikasi Pantai berpasir
status : [Belum layak dipromosikan]

Pantai Koka
Berlokasi di Desa Wolowiro Kecamatan Paga spesifikasi Pantai berpasir
status : [Belum layak dipromosikan]

sumber : Sikkakab.go.id

www.inimaumere.com
Selengkapnya...

 

© 2007 MaUmErE oF FlOrEs: 06.10 | Design by MaUmErE Of FlOrEs







---[[ KeMbAlI kE aTaS ]]---