Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Maumere merupakan kota pelabuhan utama di Kabupaten Sikka yang berada di antara wilayah Flores Tengah dengan Kota Larantuka yang berada di Flores Timur dan Kabupaten Ende disebelah barat Kabupaten Sikka.
Nama Sikka berasal dari nama sebuah desa yang berada di pantai Selatan Flores yang dulu pernah dikuasai penguasa Portugis dan keturunan pada abad ke-17 dan abad ke-20. Sikka telah menjadi pusat kegiatan kaum misionaris asal Portugis dalam menyebarkan agama Kristen (Khatolik) sejak Raja Sikka (Don Alessu) di baptis menjadi Katolik di Malaka.
Pada bulan Desember 1992, Maumere diguncang gempa hebat yang menghancurkan sebagian kota ini disusul gelombang pasang setinggi 20 meter yang menewaskan ribuan orang. Maumere terletak hanya 30 km dari pusat gempa dan saat ini Maumere sudah dibangun kembali dari kehancuran total akibat gempa bumi.
Nama Sikka berasal dari nama sebuah desa yang berada di pantai Selatan Flores yang dulu pernah dikuasai penguasa Portugis dan keturunan pada abad ke-17 dan abad ke-20. Sikka telah menjadi pusat kegiatan kaum misionaris asal Portugis dalam menyebarkan agama Kristen (Khatolik) sejak Raja Sikka (Don Alessu) di baptis menjadi Katolik di Malaka.
Pada bulan Desember 1992, Maumere diguncang gempa hebat yang menghancurkan sebagian kota ini disusul gelombang pasang setinggi 20 meter yang menewaskan ribuan orang. Maumere terletak hanya 30 km dari pusat gempa dan saat ini Maumere sudah dibangun kembali dari kehancuran total akibat gempa bumi.
Bagi wisatawan yang berminat dengan kain tenun ikat maka Maumere merupakan salah satu pusat produksi tenun ikat. Wisatawan yang datang ke Maumere umumnya hanya untuk transit dan beristirahat sejenak sebelum melalui melanjutkan perjalanan menuju ke beberapa tempat yang menarik yang terdapat di sekitar Maumere dan Flores umumnya.
Pada jarak 13 km di Timur Maumere terdapat Waiara yang merupakan titik pangkal untuk menuju ke taman laut Maumere yang dulu pernah menjadi salah satu lokasi penyelaman yang paling indah di Indonesia sebelum hancur akibar gempa bumi tahun 1992.
Namun demikian lokasi terumbu karang di sekitar Pulau Pemana di Pulau Besar di dekat Waira masih dalam kondisi yang cukup baik dan cukup menarik minat penyelam.
Sekitar 28 km di Timur Maumere, di dekat desa Wodong terdapat pantai Waiterang yang cukup menarik serta cukup menyenangkan untuk bersantai beberapa saat di tempat ini.
Atraksi pantai di tempat ini antara lain beberapa lokasi penyelaman khususnya di dekat Pulau Besar serta lokasi penyelaman dan snorkeling di pulau Pangabatang. Di kawasan di sekitar Wodong dan Waiterang tersedia fasilitas akomodasi yang cukup lengkap.
Di Barat Laut Waiterang terdapat Gunung Egon (1.703 m) yang merupakan gunung vulkanis yang mengeluarkan asap. Gunung ini dapat didaki dari Blidit dalam waktu kurang dari tiga jam. Blidit terletak 6 km dari Waiterang dengan menumpang angkutan umum.
Sekitar 6 km dari Maumere, di jalan raya yang menuju ke Ende, terdapat museum yang memiliki koleksi benda-benda bersejarah asal Flores dan juga koleksi kain tenunan ikat langka. Museum ini bernama Blikon Blewut.
Museum ini terletak di Ledalero. Di Ladalero, terdapat sebuah sekolah calom imam katolik (seminari) yang murid-muridnya berasal dari daerah ini (Flores dan Nusatenggara). Koleksi tenun ikat di museum ini memiliki desain atau motif yang sudah jarang ditemukan lagi saat ini begitu pula dengan bahan pencelup warnanya.
Sekitar 45 menit perjalanan dengan menumpang angkutan umum dari Maumere (27 km) terdapat sentra produksi tenun ikat lainnya yaitu di Sikka. Kota ini dulunya, pada abad ke-17, merupakan pusat pemukiman orang Portugis di Flores. Sebuah gereja tua yang dibangun pada tahun 1899 terdapat di Sikka. Di tempat ini pula terdapat Lepo Gete atau Rumah Raja yang berdiri sejak tahun 1600-an. Di Sikka juga terdapat sebuah tradisi Katolik peninggalan Portugis setiap menjelang Paskah, Logu Senhor. Ada juga tradisi penangkapan cacing laut yang dalam bahasa setempat disebut Ule Nale.
Sekitar 4 km dari Sikka terdapat Lela yang merupakan tempat di mana banyak ditemui bangunan tua peninggalan kolonial dan juga sentra kerajinan tenun ikat. Ada juga sebuah tempat ziarah katolik bernama Wisung Fatima Lela. Lela memiliki kawasan pantai dengan pasirnya berwarna hitam.
Dari Lela menuju Paga (42 Km dari Maumere) terdapat Paga Beach. Dekatnya ada Pantai Koka yang eksotik. Ada pula Desa Nuabari dimana di desa ini terdapat tradisi pemakaman jenazah didalam batu.
Pada jarak 8 km di Timur Maumere wisatawan akan tiba di Geliting yang mana pada setiap hari ]um'at digelar pasar tradisional yang dikunjungi ribuan orang yang datang dari berbagai desa di wilayah ini. Di pasar ini banyak dijual aneka kain tenun ikat.
Sekitar 10 km di Timur Laut Wodong terdapar Nangahale yang merupakan desa yang cukup menarik karena masyarakat disini pembuat kapal tradisional. Jalan yang menuju ke Nangahale akan melalui Patiahu, 33 km dari Maumete, yang merupakan kawasan pantai yang indah dengan pasirnya yang putih.
Pada jarak 13 km di Timur Maumere terdapat Waiara yang merupakan titik pangkal untuk menuju ke taman laut Maumere yang dulu pernah menjadi salah satu lokasi penyelaman yang paling indah di Indonesia sebelum hancur akibar gempa bumi tahun 1992.
Namun demikian lokasi terumbu karang di sekitar Pulau Pemana di Pulau Besar di dekat Waira masih dalam kondisi yang cukup baik dan cukup menarik minat penyelam.
Sekitar 28 km di Timur Maumere, di dekat desa Wodong terdapat pantai Waiterang yang cukup menarik serta cukup menyenangkan untuk bersantai beberapa saat di tempat ini.
Atraksi pantai di tempat ini antara lain beberapa lokasi penyelaman khususnya di dekat Pulau Besar serta lokasi penyelaman dan snorkeling di pulau Pangabatang. Di kawasan di sekitar Wodong dan Waiterang tersedia fasilitas akomodasi yang cukup lengkap.
Di Barat Laut Waiterang terdapat Gunung Egon (1.703 m) yang merupakan gunung vulkanis yang mengeluarkan asap. Gunung ini dapat didaki dari Blidit dalam waktu kurang dari tiga jam. Blidit terletak 6 km dari Waiterang dengan menumpang angkutan umum.
Sekitar 6 km dari Maumere, di jalan raya yang menuju ke Ende, terdapat museum yang memiliki koleksi benda-benda bersejarah asal Flores dan juga koleksi kain tenunan ikat langka. Museum ini bernama Blikon Blewut.
Museum ini terletak di Ledalero. Di Ladalero, terdapat sebuah sekolah calom imam katolik (seminari) yang murid-muridnya berasal dari daerah ini (Flores dan Nusatenggara). Koleksi tenun ikat di museum ini memiliki desain atau motif yang sudah jarang ditemukan lagi saat ini begitu pula dengan bahan pencelup warnanya.
Sekitar 45 menit perjalanan dengan menumpang angkutan umum dari Maumere (27 km) terdapat sentra produksi tenun ikat lainnya yaitu di Sikka. Kota ini dulunya, pada abad ke-17, merupakan pusat pemukiman orang Portugis di Flores. Sebuah gereja tua yang dibangun pada tahun 1899 terdapat di Sikka. Di tempat ini pula terdapat Lepo Gete atau Rumah Raja yang berdiri sejak tahun 1600-an. Di Sikka juga terdapat sebuah tradisi Katolik peninggalan Portugis setiap menjelang Paskah, Logu Senhor. Ada juga tradisi penangkapan cacing laut yang dalam bahasa setempat disebut Ule Nale.
Sekitar 4 km dari Sikka terdapat Lela yang merupakan tempat di mana banyak ditemui bangunan tua peninggalan kolonial dan juga sentra kerajinan tenun ikat. Ada juga sebuah tempat ziarah katolik bernama Wisung Fatima Lela. Lela memiliki kawasan pantai dengan pasirnya berwarna hitam.
Dari Lela menuju Paga (42 Km dari Maumere) terdapat Paga Beach. Dekatnya ada Pantai Koka yang eksotik. Ada pula Desa Nuabari dimana di desa ini terdapat tradisi pemakaman jenazah didalam batu.
Pada jarak 8 km di Timur Maumere wisatawan akan tiba di Geliting yang mana pada setiap hari ]um'at digelar pasar tradisional yang dikunjungi ribuan orang yang datang dari berbagai desa di wilayah ini. Di pasar ini banyak dijual aneka kain tenun ikat.
Sekitar 10 km di Timur Laut Wodong terdapar Nangahale yang merupakan desa yang cukup menarik karena masyarakat disini pembuat kapal tradisional. Jalan yang menuju ke Nangahale akan melalui Patiahu, 33 km dari Maumete, yang merupakan kawasan pantai yang indah dengan pasirnya yang putih.
www.inimaumere.com