Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka, terletak di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Maumere berada di pesisir Pantai Utara(Pantura)Flores dengan Bandara Frans Seda serta Pelabuhan Laut L.Say sebagai pintu gerbangnya. Lewat inimaumere.com Anda bisa menjelajahi Kabupaten kecil ini, epang gawan (terima kasih) telah berkunjung... Kontak Kami
Komunitas Maumere Offroad dengan 8 mobil meninggalkan jejak Waer Nokerua saat mentari mulai terbenam. Pengambilan adegan dari kru Jejak Petualang Trans7 cuma beberapa bagian, tapi perjalanan ini benar-benar memuaskan. Dahsyatnya alam Pantura Nian Sikka yang cantik seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai objek wisata unggulan. Treking savana perbukitan yang mengiurkan dengan sajian pemandangan luar biasa bisa menjadi salah satu obyek wisata yang tak boleh disia-siakan. Ya, pantura dan perbukitannya memang layak dinikmati!
Dengan bentangan luas pantai Waer Nokerua di Kolisia, sang Misionaris St. Fransiskus Xaverius tertarik menyinggahinya. Dari sinilah mengalir cerita tentang nafas katolik yang terpatri lewat sumber airtawar, persis dibawah bibir tebing.
Selasa 2 Juli 2013, sekitar pukul 10.00 wita, 8 mobil melaju meninggalkan Kota Maumere. Mengarah ke bagian barat, tujuan kali ini adalah perbukitan Kolisia, Kecamatan Magepanda dan berakhir di pesisir Waer Nokerua. Ke-delapan mobil yang melaju perlahan-lahan berasal dari Komunitas Offroad Maumere. Sebuah komunitas mobil offroad yang ada di Kota Maumere dan telah lama berdiri.
Sayangnya, dalam perjalanan ada beberapa kendala. Namun berkat kepiwaian, semua bisa diatasi. Saya sendiri berada satu mobil dengan Bung Ferly, salah satu Offroader Maumere yang paling gila berpetualang. Alhasil, perjalanan ini semakin menarik apalagi ditopang para offroader lainnya yang sama-sama gemar berpetualang..hehe...Mereka adalah driver Lucky Reyner, Hery Gode, Antonius Kioek, Ava Erilian, Fredy Aprilian, Alfons Tjindra dan Cristianus. Semuanya adalah offroader yang memperkenalkan Maumere lewat beberapa petualangnya ke tempat-tempat ekstrim nan cantik.
Maka melajulah kami. Perjalanan ke arah barat bisa dibilang sebagai perjalanan paling menyenangkan. Selain jalur jalan yang sedikit berkelok, pemandangan yang disajikan jangan ditanya lagi. Indah. Sisi kanan, kita dihadiahi bentangan pantai utara yang menawan sedangkan disisi kiri, perbukitan savana menggoda untuk segera "memperkosanya". Tubuhnya yang elok bagaikan gadis seksi. Tertidur disiram terik mentari yang tak pernah mampu membuatnya layu.
Untuk menopang petualangan, puluhan ikan dibeli, tak lupa bumbu-bumbu masak, tempurung kelapa, kayu bakar, daun pisang, kelapa muda dan lainnya. Semua setuju saja. Mungkin saya saja yang heran, mau diapakan tuh bambu-bambu? daun pisang? kelapa muda? Duh, jalan saja bisik malaikat dalam hati :)
Maka, kami terus berjalan. Ferly menghadiai saya sebuah topi cowboy, lumayanlah bergaya ditengah terik yang kasar. Kaca mata hitam yang menempel di dua bola mata indah ini pantas mengusir terik yang kelewatan.
Ketika tiba di Wairri'i, salah satu mobil offroader menyerah. Kami menitipkannya di rumah salah satu warga sebelum menembus jalan belok menuju bukit savana.
Nah, dari sinilah awal mula bersetubuh dengan megahnya padang savana. Kami jelas beruntung. Anda? Kami sarankan kesini jika ingin menjadi saksi hidup bagaimana rupawannya pemandangan yang disuguhkan.
Permulaannya, kita akan menembus jalan beraspal hingga mencapai TPA alias Tempat Pembuangan Akhir alias wilayah sampah. Sampahnya warga Maumere rupanya semua ditumpukan disini, baru tahu Bung. Baunya menyengat mengorek lobang idung. Lalat-lalat menyolek mengajak menikmati bau yang menyebar. Ogah. Offroader membanting setir menjauh dari kerumunan lalat.
Oya Gyus, bersama kami hadir pula kru dari Jejak Petualang Trans7. Itu tuh, acara keren yang paling fenomenal di layar tipi. Dari jaman Riyanni Jangkaru hingga Ratna Dewi Jejak Petualang tak pernah membosankan. Maka kehadiran mereka di tengah kami merupakan sebuah tawaran menarik yang tak boleh dibuang. Dan tahulan, bersama host keren seperti Ratna Dewi, siapa seh yang tak mau berpetualang? Maka dari itu kami berkoloborasi. Ya iyalah nampang sedikit di tipi kan lumrah, ini jaman narsis untuk semua, Bukan hanya milik kaum Abg..Betul ka tida?? Hahaeee..
Okey kembali ke sampah eh savana. Perbukitan Wairi'i ini bisa dibilang sangat keren. Padang rumput yang luas menumpuki hampir semua punggung bukit. Di bawah sana, pemandangan yang terlihat lebih fenomenal. Pantai yang biru segar menunjukan kemilaunya yang tak pernah habis. Nyiur melambai seperti kanvas yang sedang melukis sang alam. Offroader berkumpul menimati segarnya alam pegunungan dan cantiknya laut serta pasir putihnya.
Menurut saya, jika saja pemerintah jeli, perbukitan Namang Bue ini mampu dijadikan salah satu objek parwisata. Kawasan ini menjanjikan petualangan seru dengan rangkaian trekking yang mengasikan. Suer, Masa bohong! Lihat saja dulu kesini :)
Maka kami terus bergegas. Offroader kembali menaiki punggung bukit, lantas turun menuju empang yang mirip bentuknya dengan hati. Disini banyak kerbau sedang membersihkan diri. Juga beberapa kuda yang diikat.
Dari Namang Bue ini, Offroader terus bergerak. Lagi, sajian pemandangan cantik tak mampu menipu mata. Kagum!
Rupanya dari empang menuju bukit, sedikit ada kendala. Mobil offroad milik salah satu driver kandas. Butuh bantuan offroader lain. Maka, bergegaslah mereka bekerja. Mobil diikat lantas ditarik menuju titik aman. Meski untuk menuntaskannya membutuhkan waktu dan curahan semangat. Ah, saya kira mereka su sangat biasa ba'a...Sudah pengelaman...
Didalam mobil yang dikendarai Ferly, selain saya ikut pula Masto. Beliau yang berasal dari Koting ini didaulat sebagai juru koki untuk adegan di tepi pantai. Lucunya, sepanjang perbukitan Namang Bue, Masto mengambil tempat duduk di luar alias di moncong mobil, Bagi saya beliau terlalu action. Terlalu gaya. Mau uji nyali dengan saya?hmmm kita lihat saja e..
Akhirnya, para offroader selesai berdansa dengan perbukitan Kolisia. Jalan mulai menurun. Dibawah sana, nampak jalur jalan aspal. Kami akan segera tiba. Dan Waer Nokerua menjadi titik terakhir.
Kolisia. Waer Nokerua. Selalu saja ketika berbicara tentang Waer Nokerua, ungkapan sejarah kafila Katolik bernama St. Fransiskus Xaverius tak bisa ditampik! Ini dia sajian religi yang membersit dalam perjalanan panjang seorang misionaris Spanyol menuju Maluku. Alhasil, dalam letihnya beliau bersama para pengikutnya mendapati bentangan pantai luas yang tersembunyi dari balik perbukitan keras.
Dari sinilah cerita religi ini mengalir. Waer Nokerua adalah nama sumber mata air tawar sekaligus pantai berpasir putih yang dipercaya masyarakat setempat sebagai jejak mujizat beliau. Waer Nokerua dalam bahasa setempat berarti Air (Waer) (Yang Berasal Dari) Pendeta (Noke Rua - St. Fransiskus Xaverius.
Menuju lokasi ini dibutuhkan kesabaran dan tenaga ekstra. Meski merupakan salah satu wisata religi namun belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah khususnya dibidang pariwisata.
Dimanakah titik masuk menuju Pantai Nokerua? Di sungai Kolisia yang membelah jalan raya. Yups, dari sini kita mengambil arah belokan ke kanan. Lantas melajulah terus. Nah, disisi kanan dan kiri disajikan pemadangan alamiah. Pedesaan ini diwarnai aliran sungai dengan air yang sangat jernih. Beberapa keluarga kerbau nampak mengusir terik didalamnya. Persawahan hijau menyaksikan laju para offroader.
Hingga sampai dititik terakhir, offroader kelimpungan. Jalan tanah terhadang akar pohon besar. Nampak jelas menelikung. Namun ini yang menjadi bagian menarik. Tapi bagi pejalan kaki atau motor tak perlu kuatir. Cukup saja treking perlahan keatas hingga menyentuk perbukitan. Dari sinilai tebing Waer Nokerua yang bersejarah tersebut terlihat.
Dengan riang gembira, mobil-moil offroad berhasil bergerak dan menembus hadangan. Yang menarik host Ratna Dewi ikut memacu adrenalin sebagai salah satu driver "kepala batu" yang ikut ambil bagian di medan perjuangan.
Yups dari atas perbukitan dengan pemandangan spektakuler pelan-pelan offroader bergerak menuju pesisir pantai yang berada dibawahnya. Fantastik! Bukit savana berkarakter keras menjadi salah satu lukisan yang maha dahsyat! Semilir angin laut dan buih ombak menyentuh pasir putihnya seakan menambah takjub fenomanena ini.
Alhasil semua melepas penat. Lantas disini, kepiawaian sang maestro masakan ala kampung bernama panggilan Bung Masto mulai terlihat. Puluhan ikan dibersihkan. Pisang dan ubi dibakar seadanya di atas bara api dikendalikan Lucky Reyner.
Bumbu-bumbu mulai diolah sang koki bersama para asisten dadakan seperti Ratna Dewi, Lie Jonson dan mata kami yang menatap ngiler.
Masaskan ala kampung semakin nikmat dengan olahan Mage Wair Tu'ir alias Kuah Asam dari Bambu. Yups ini salah satu kuliner unik ala Masto dari Koting yang beratraksi didepan kami. Terang saja, menikmati kuah asam sudah biasa tapi kuah asam yang dimasak didalam bambu dicampur air kelapa muda dan dimasukan daging ikan bersama bumbu-bumbu alaimah, ini nih yang paling unik. Lantas dibakar diatas api. Kami menunggu hingga matang sesekali menghabiskan pisang bakar dan ikan bakar yang gurih. Nikmat!
Demontrasi perut yang protes sedari siang akhirnya bisa diatasi. Ketika tu'ir mulai diangkat, perlahan-lahan daging ikan tumpah ruah keatas daun pisang yang dikreasi sedemikian rupa, termasuk kuah asamnya. Maka semua berebutan, ramai! Nikmat! Sensasinya sampai kedalam perut hahaee..
Selain tu'ir, masakan ala kampung yang cukup fenomenal adalah Lawar Kligong. Lawar ini terbuat dari sayur yang dalam bahasa daerahnya dinamakan Kligong. Entah sebutan dalam bahasa Indonesia-nya. Bahkan sayur tersebut juga saya baru melihatnya. Enak? Yups. Meski dibuat mentah namun sampai kedalam perut jangan ditanya lagi. Cacing pun diam tak mau protes! hehee..
Akhirnya sesaat ketika sunset mulai menampakan genit menggodanya, kami meninggalkan jejak di Waer Nokerua. Sumber air tawar St Fransiskus Xaverius tak mampu kami lihat meski kami telah berada di lokasinya. Hadangan air pasang memastikan kami menahan diri. Mungkin sesuatu saat kami akan kesana lagi. Artinya info pertama tentang pasang dan surutnya air di Nokerua bisa kita peroleh sebelum berangkat. Catatan ini sebagai info agar kita bisa sampai ke titik dimana Sang Kafila tersebut pernah menyinggahinya.
So, jika Anda penasaran ayo ke Kolisia. Bisa ajak teman-teman. Bisa treking sambil menikmati savana membentang dan alam indah dibawahnya. Wisata lintas alam sungguh menarik bagi para petualang yang senang menikmati alam bebas.
Pemandangan yang disajikan bagi masyarakat lokal mungkin tak lebih dari pemandangan sehari-hari. Tapi tidak bagi yang sedang ingin bermesraan dengan alam natural perbukitam dan pantai.
Waer Nokerua yang berada di Kolisia termasuk dalam Kecamatan Magepanda. Berjarak kurang lebih 20 Km dari Kota Maumere. Aspal jalan mulus.
Wilayah Pantura Kolisia merupakan salah satu bentangan wisata alam yang indah hingga wisata pasir putih Kajuwulu dan perbukitan Pantai Tanjung yang mempesoana. Rangkaian Wisata Nian Sikka yang elok dan perlu segera dibenahi untuk daerah dan masyarakat!
Wilayah Pantura Kolisia merupakan salah satu bentangan wisata alam yang indah hingga wisata pasir putih Kajuwulu dan perbukitan Pantai Tanjung yang mempesoana. Rangkaian Wisata Nian Sikka yang elok dan perlu segera dibenahi untuk daerah dan masyarakat!
So, terima kasih dan salam buat Komunitas Maumere Offroad alias MOFF, Jejak Petualang Trasn7, Masto, Cece Lie Jonson, Wempy Candra, Ferly, Lucky Reyner, Koko Feng, Daeng, Bang Sam dan sahabat lainnya serta warga Kampung Waer Nokerua yang telah memberikan akses jalan.! (ossrebong)
www.inimaumere.com