
Kejadian itu terjadi dua hari sebelum musibah KM Tersanjung, yakni hari Rabu (20/10/2010). Ke-4 awak yang selamat tersebut terapung-apung dari Rabu hingga mencapai daratan, Sabtu (23/10/2010) saat semua kosentrasi sedang tertuju pada persitiwa KM Tersanjung.
Sedangkan dari Polres Sikka diberitakan utusan keluarga korban tenggelamnya KM Tersanjung mendatangi Polres Sikka. Kedatangan utusan keluarga korban ini masih terkait dengan musibah tersebut. Keluarga korban ingin mengetahui proses hukum terhadap FC, seorang anggota DPRD Sikka yang menahkodai KM Tersanjung. Mereka mendesak Polres Sikka menangkap dan menahan FC secepatnya. Kapolres Sikka, Drs. Ghiri Prawijaya mengatakan bahwa proses kearah itu sedang dilalkukan dan oknum yang membawa kapal berinisial FC akan dirpsoses. Polres Sikka juga sudah mengirim surat ijin pemeriksaan kepada Gbubernur NTT agar ada ijin pemeriksaan segera diterbitkan.
Romo Arnold Ladjar, Pastor Paroki Kolangrotat dalam perjalanan kami ke Pantai Ndondo menceritakan keperihanhatinya atas peristiwa na’as tersebut.
“Mengapa saya tak bisa menolong mereka yang tenggelam? Mengapa saya membiarkan didepan mata, saya menyaksikan mereka hilang tertelan ombak,” ujarnya perih. Romo Arnold saat ini lebih banyak diam. Dia bersama Romo Sil Ola, selamat dari peristiwa tersebut.
Romo Arnold menceritakan, usai jenazah diterima semua anggota keluarganya, ia mendatangi dan melayat ke Desa Pogon, Kloangrotat dan Desa Aibura. Di dua desa bertetangga ini ia dari satu rumah duka ke rumah duka lainnya duduk berdoa di makam mereka masing-masing. “Saya tak bisa menahan tangis ini, sungguh tak bisa,” katanya.